Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MK.

EKOLOGI PERTNIAN (AGH320)


USAHA TANI

KELOMPOK 15
Fadhilatul Laela A24130072
Muhammad Nurdin A24130109
Dyah Putri Anggraeni A24130152
Rian Herdiansyah A24130173

Asisten :
Abil Dermail A24120003

Dosen :
Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS
Prof. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, MS
Dr. Ir. Maya Melati, MS, MSc
Hafith Furqoni, SP, Msi

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris, yaitu negara yang sebagian besar
penduduknya mempunyai mata pencaharian di berbagai bidang pertanian seperti
budidaya tanaman pangan. Kelompok tanaman yang termasuk komoditas pangan
adalah tanaman pangan, tanaman hortikultura non-tanaman hias dan kelompok
tanaman lain penghasil bahan baku produk pangan. Dalam pembelajaran kali ini.
Kita akan mempelajari tentang budidaya tanaman pangan yang ditunjukkan oleh
pola tanam sepanjang tahun yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik abiotik,
biotik, maupun sosial.
Hasil budidaya tanaman pangan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
pangan sendiri. Hasil budidaya tanaman pangan juga diperdagangkan sehingga
dapat menjadi mata pencaharian. Hal ini menjadikan tanaman pangan sebagai
komoditas pertanian yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu
perlu mempelajari usaha tani yang dilakukan oleh petani sehingga dapat diketahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman serta faktor yang menjadi
penentu pola tanam yang diterapkan petani.

Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mempelajari usaha tani yang dilaksanakan oleh
beberapa petani di wilayah Cikarawang.
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dan Tujuan Analisis Kelayakan Usaha

Suatu jenis usaha dalam hal ini akan dinilai apakah pantas atau layak
dilaksanakan didasarkan kepada beberapa kriteria tertentu yang ada. Layak bagi
suatu usaha artinya menguntungkan dari berbagai aspek. Analisis kelayakan usaha
adalah upaya untuk mengetahui tingkat kelayakan atau kepantasan untuk dikerjakan
dari suatu jenis usaha, dengan melihat beberapa parameter atau kriteria kelayakan
tertentu. Dengan demikian suatu usaha dikatakan layak kalau keuntungan yang
diperoleh dapat menutup seluruh biaya yang dikeluarkan, baik biaya yang langsung
maupun yang tidak langsung (Supardi 2000).
Kelayakan, merupakan kata kunci yang harus dipegang oleh para pengelola
lembaga keuangan dan merupakan kriteria yang paling pokok dalam membiayai
suatu jenis usaha. Jadi, jangan sampai terjadi suatu pembiayaan diluncurkan tanpa
ada analisis kelayakan. Maka dari itu, jika suatu usaha tidak layak, khususnya
ditinjau dan segi ekonomi tetapi tetap dibiayai, maka resiko yang akan timbul
adalah kemacetan usaha akibat dari kerugian. Bila modal usaha merupakan
pinjaman dari suatu lembaga keuangan, maka akan terjadi kemacetan atau
tunggakan pengembalian. Atas dasar itulah, maka kemampuan menilai kelayakan
suatu usaha bagi pengelola usaha dan atau pengelola Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) merupakan kemampuan yang sangat pokok dan sangat menentukan bagi
kelangsungan dan perkembangan usaha agribisnis dan bagi suatu LKM itu sendiri
(Boediono 1992).
Dari uraian singkat di atas dapat dimengerti bahwa analisis kelayakan usaha
sangat penting dilakukan oleh pelaku usaha (produsen) dengan tujuan untuk :

1. Menetapkan rencana usaha dari segi lokasi usaha, skala atau volume
usaha, jumlah kebutuhan modal dan sarana usaha, teknologi dan segi
pemasaran.
2. Menetapkan strategi pengelolaan usaha yang berorientasi kepada
keuntungan dengan memperhitungkan resiko atau hambatan yang
dihadapi dalam proses produksi, sehingga dapat dilakukan antisipasi
untuk menghindari kerugian.
Sedangkan bagi pengelola LKM, analisis kelayakan usaha bertujuan lebih kepada
proses persetujuan dan realisasi pinjaman pembiayaan anggota sesuai dengan
ketentuan atau peraturan yang berlaku (Rahayu dan Prasetya 2000).

Aspek-aspek Analisis Kelayakan Usaha

Dalam melakukan analisis kelayakan suatu usaha agribisnis, ada banyak


aspek yang perlu dianalisis. Jenis aspek apa saja dan seberapa dalam atau detail
tingkat analisis, tergantung pada kebutuhan yang berkaitan dengan bidaang usaha.
Semakin besar dan komplek suatu usaha maka aspek analisis kelayakan usaha jua
semakin luas dan komplek. Secara garis besar aspek analisis kelayakan usaha
dikelompokan kedalam 3 (tiga) aspek, yaitu :
1. Aspek teknis, yang menganalisis unsur teknologi dan cara (prosedur)
suatu usaha dilaksanakan. Misalnya, secara taknis suatu usaha dapat
dilakukan oleh pelaku karena telah tersedianya dan dikuasainya
teknologi yang diperlukan.
2. Aspek ekonomi, yang menganalisis unsur keuangan dan perekonomian
serta perdagangan. Orientasi analisis ekonomi yaitu keuntungan
finansial yang akan diperoleh suatu usaha.
3. Aspek sosial budaya, yang membahas unsur adat istiadat, sosial dan
budaya masyarakat yang langsung maupun tidak langsung terkait dengan
suatu usaha. Misalnya suatu usaha tidak bertentangan dengan adat
istiadat dan sosia-budaya masyarakat.
Namun demikian sesuai dengan keperluan baik pada pihak pelaku usaha
(produsen) maupun pihak pengelola LKM, maka aspek dan kriteria kelayakan
usaha dapat dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan ketajaman dan
keakuratan analisis kelayakan usaha, sehingga dapat menghindari resiko usaha
yang membawa dampak kepada tumbuh dan berkembangnya usaha
agribisnis. Pengembangan kriteria analisis kelayakan usaha meliputi :
1. Aspek pasar
Analisis aspek pasar meliputi analisi terhadap penawaran-
permintaan (analisis supplay-demand) suatu produk atau barang dan sistem
pasar.
2. Aspek ekonomi dan keuangan
Analisis kelayakan dari segi ekonomi dan keuangan meliputi
penilaian seperti terhadap tingkat resiko, tingkat keuntungan, modal kerja
dengan parameter yang biasa dipakai, seperti :
a. B/C ratio, yaitu perbandingan antara keuntungan dengan biaya
usaha.
b. R/C ratio, yaitu perbandingan antara penerimaan dengan biaya
usaha.
c. Titik Pulang Pokok (Break Event Point/BEP), yaitu kondisi dimana
suatu usaha tidak menghasilkan keuntungan maupun tidak menderita
kerugian.
d. Parameter lain sesuai dengan kebutuhan seperti Payback
Period, Return of Investmen (ROI), dll.
3. Aspek budaya dan mentalitas
Analisis terhadap budaya dan mentalitas meliputi penilaian terhadap
: kejujuran, tahan uji, keinginan untuk terus berkembang, tekun, suka
menabung, pengalaman, keadaan rumah tangga, gaya hidupnya, kebiasaan
dan sikapnya terhadap uang, dll.
4. Aspek teknis
Analisis aspek teknis diantaranya meliputi penilaian terhadap
pengalaman dan penguasaan teknologi, ketersediaan teknologi, dan akses
terhadap teknologi.
5. Aspek yuridis (hukum)
Analisis aspek yuridis meliputi kebijajakan dan program
pemerintah, kedudukan hukum suatu komoditas atau barang, perizinan
usaha (Hartoyo, Surahman dan Marwanti 2000).

Pengertian Ubi Kayu

Umbi-umbian Singkong dengan nama latin Manihot esculenta merupakan


tumbuhan jenis umbi akar atau akar pohon yang panjang fisik rata-rata bergaris
tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam.
Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Ketela pohon atau yang
lebih dikenal dengan singkong atau ubi kayu, merupakan pohon tahunan tropika
dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai
makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Umbi
singkong tidak tahan disimpan meskipun di tempatkan di lemari pendingin. Gejala
kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam
sianida yang bersifat racun bagi manusia (Soekartawi, Soeharjo, Dillon dan
Hardaker 1996).
Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub Divisi: Angiospermae atau berbiji tertutup
Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin.

Pengertian Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika
Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika
Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa
Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber
karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun
tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal
dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung
bulir dan tepung tongkolnya) (Soekartawi, Soeharjo, Dillon dan Hardaker 1996).

Pengertian Buah Pepaya

Pepaya atau dengan bahasa ilmiah Carica papaya L. , atau betik adalah
tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika
Selatan. Karena banyak manfaat dari buah pepaya, sehingga buah ini
disebarluaskan dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil
buahnya. Carica papaya adalah satu-satunya jenis dalam genus Carica. Nama
pepaya dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Belanda, "papaja", yang pada
gilirannya juga mengambil dari nama bahasa Arawak, "papaya" (Soekartawi,
Soeharjo, Dillon dan Hardaker 1996).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2015 di Desa
Cikarawang.

Alat

Alat

1. Alat tulis
2. Perekam

Metode
1. Setiap 2 kelompok mahasiswa menemui 1 petani/kelompok tani yang
berbeda dan melaksanakan survey berdasarkan kuesioner terlampir.
Komponen pertanyaan dalam kuesioner dapat dikembangkan oleh
mahasiswa sendiri jika diperlukan.
2. Sebelum melakukan survey, mahasiswa diharuskan mempelajari teknik
budidaya beberapa komodti (padi, ubi jalar, ubi kayu, jagung, kacang tanah,
bengkuang) sebagai bahan perbandingan ketika survey. Pelajari juga data
usaha tani beberapa komoditi tersebut.
3. Ketika melakukan survey, mahasiswa diharapkan bersikap kritis sehingga
dapat menilai kesesuaian/kelayakan jawaban yang diberikan petani.
4. Perhatikan juga satuan yang digunakan petani (biasanya satuan umum
masyarakan, buka internasional).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
KUESIONER USAHA TANI
 Nama Petani : Tatang
 Lokasi
a. Desa : Cikarawang
b. Kecamatan : Dramaga
c. Kabupaten : Bogor
 Luas Lahan total : 2000 m²
 Pola Tanam : Monokultur
 Pergiliran Tanaman per 1 tahun : 2 komoditas
JADWAL KEGIATAN PERGILIRAN TANAMAN

Jenis tanaman Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
Novem Septemb Otober
ber s/d er
Desem
ber
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
a. Ubi Kayu

b. Pepaya

Pola tanam

Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu

Ubi Kayu

Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Pepaya
URAIAN UNTUK SETIAP KOMODITAS

Komoditas 1 Komoditas 2
Singkong (Ubi Kayu) Pepaya
1. Luas Lahan 2000 m² 2000 m²
2. Jarak Tanam 80 x 80 cm 2.5 x 2.5 m
3. Populasi Tanaman 3,125 320
4. Varietas benih atau bibit Manggu Tidak diketahui
5. Tujuan Produksi Komersial Komersial
6. Pembeli Tengkulak Pasar di Taman Mini

7. Keterkaitan dengan Modal pribadi, hak: memperoleh semua Modal pribadi, hak: memperoleh semua
"inti" keuntungan, kewajiban: menggarap lahan keuntungan, kewajiban: menggarap lahan

8. Alasan Pemilihan Peluangnya lebih besar dibandingkan dengan


Bibit gratis, perawatan mudah dan murah
Komoditi komoditas lain, dan juga bibit gratis
9.Analisis Usaha Tani Ubi kayu Pepaya
Jumlah Harga Jumlah Harga
10. Dosis dan jenis
pupuk

100 kg/2000m²
 NPK Mutiara - - Rp 13.000/kg
(500kg/ha)

 Pupuk kandang - - 250 kg Rp 240/kg


11. Kebutuhan benih
3125 bibit Rp 312.500 320 bibit Rp.100.000
atau bibit
12. Pestisida
 Decis 1 botol Rp 14.000/botol 1 tutup botol Rp 14.000/botol
13. Tenaga Kerja
 Pengolahan 3 orang Rp 70.000/5jam 2 orang Rp 70.000/orang/5jam
 Pembibitan - - - -
 Penanaman 3 orang Rp 70.000/orang/5jam 2 orang Rp 70.000/orang/5jam
 Pemupukan 3 orang Rp 70.000/orang/5jam 2 orang Rp 70.000/orang/5jam
 Pemeliharaan 3 orang Rp 70.000/orang/5jam 2 orang Rp 70.000/orang/5jam
 Pengelolaan OPT - - - -
 Panen dan Pasca
3 orang Rp 70.000/orang/5jam 2 orang Rp 70.000/orang/5jam
panen
14. Total input Rp 1.376.500 Rp 2.174.000
15. Hasil Panen 3.8 ton 1 ton
16. Produktivitas per ha 19 ton 5 ton
17. Harga Jual Rp1.500 /kg Rp 3.500/ kg
18. Total Output Rp 5.700.000 Rp 3.500.000
19. Benefit/Cost 4,1409 1.6009
20. Total Revenue Rp 4.323.500 1.326.000
Contoh perhitungan :

 Ubi Kayu
2000 m2
Populasi =
0.8 x 0.8 m
= 3,125

Perhitungan total input :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 (𝑐𝑜𝑠𝑡) = biaya pupuk + biaya tenaga kerja + pestisida + kebutuhan benih

= Rp 0 + Rp 1.050.000+ Rp 14.000 + Rp 312.500

= Rp 1.376.500

Perhitungan total pendapatan :

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 = ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛 𝑥 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙

= 3.800 𝑘𝑔 𝑥 𝑅𝑝 1.500 = 𝑅𝑝 5.700.000

Perhitungan keuntungan (Revenue) :

𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 − 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡

= 𝑅𝑝 5.700.000 − 𝑅𝑝 1.376.500

= 𝑅𝑝 4.323.500

Perhitungan Net B/C :

B/C = Benefit / Cost

= Rp 5.700.000/ Rp 1.376.500

= 4,1409
 Pepaya
2000m2
Populasi =
2.5 x 2.5 m
= 320

Perhitungan total input :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 (𝑐𝑜𝑠𝑡) = biaya pupuk + biaya tenaga kerja + pestisida +kebutuhan benih

= Rp 1.360.000+ Rp 700.000 + Rp 14.000 + Rp 100.000

= Rp 2.174.000

Perhitungan total pendapatan :

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 = ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛 𝑥 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙

= 1000 𝑘𝑔 𝑥 𝑅𝑝 3.500 = 𝑅𝑝 3.500.000

Perhitungan keuntungan (Revenue) :

𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 − 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡

= 𝑅𝑝 3.500.000 − 𝑅𝑝 2.174.000

= 𝑅𝑝 1.326.000

Perhitungan Net B/C :

B/C = Benefit / Cost

= Rp 3.500.000 / Rp 2.174.000

= 1,6099
Pembahasan
Pola tanam yang dilakukan sesuai dengan kesesuaian waktu tanam ubi kayu yang
ditanam pada awal musim hujan (Agustus) karena ubi kayu memerlukan curah hujan sekitar
150 - 200 mm pada umur 1 - 3 bulan untuk pertumbuhannya. Responden melakukan rotasi
tanaman ubi kayu dengan tanman pepaya. Pepaya merupakan tanaman perdu yang bisa tumbuh
hingga 3 meter. Pengolahan tanah untuk tanaman pepaya yang dilakukan responden kurang
tepat, sebelum tanam tidak dilakukan penetralan pH dengan menggunakan kapur. Selain itu
tidak dilakukan pemupukan pada tanaman ubi kayu.

Berdasarkan survey, diperoleh data bahwa produktivitas ubi kayu sebesar 19 ton/ha
dan pepaya sebesar 5 ton/ha. Produktivitas ubi kayu setara dengan rata-rata produktivitas
nasional ubi kayu ±20 ton/ha. Komoditas ubi kayu diperoleh nilai total input sebesar Rp
1.376.500 dan total output Rp 5.700.000 sehingga nilai B/C dapat dihitung dengan membagi
total pendapatan (benefit) dan total input / biaya produksi (cost) yakni sebesar 4,1409.
Komoditas Pepaya diperoleh nilai total input sebesar Rp 2.174.000 dan total output Rp
3.500.000, sehingga nilai B/C dapat dihitung dengan membagi total pendapatan (benefit) dan
total input / biaya produksi (cost) yakni sebesar 1,6099.

Nilai B/C untuk penanaman ubi kayu jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai B/C
untuk penanaman pepaya, hal ini karena input untuk penanaman ubi kayu kecil nominalnya
karena tidak dilakukannya pemupukan.

Syarat suatu usaha tani dinilai layak apabila B/C hasilnya lebih besar atau sama dengan
1. Dapat disimpulkan bahwa usaha tani ubi kayu dan pepaya yang dilakukan petani responden
layak untuk dilakukan. Oleh karena itu, usaha tani kedua komoditas dapat terus dilanjutkan
keberlangsungannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Usaha tani yang dilakukan oleh responden baik penanaman ubi kayu maupun pepaya
layak dilakukan karena nilai B/C nya lebih besar dari 1 sehingga usaha tani tersebut layak untuk
dilanjutkan.

Saran
Analisis usaha tani perlu dilakukan oleh petani untuk mengetahui layak tidaknya usaha
tersebut sehingga dapat memperhitungkan input yang memaksimalkan revenue.
DAFTAR PUSTAKA
Boediono. 1992. Ekonomi Mikro. Bagian Penerbit Fakultas Pertanian Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.

Endang Siti Rahayu, Driyo Prasetya. 2000. Tata Niaga Pertanian. Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Hartoyo, Surahman, Sri Marwanti. 2000. Ekonomi Mikro. Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.

Saragih, B. Dan Y. B. Krisna Murthi. 1993. Pengembangan Agribisnis Berskala Kecil. Pusat
Studi Pembangunan Institut Pertanian. Bogor.

Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon, J. Brian Hardaker. 1996. Ilmu Usaha Tani Dan
Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia. Jakarta.

Suprapti Supardi M.D. 2000. Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Pertama. Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai