Laporan Praktikum Topik 4 (Wita Amelia Natalia)
Laporan Praktikum Topik 4 (Wita Amelia Natalia)
KIMIA DASAR
PERBANDINGAN SIFAT SENYAWA ION DAN SENYAWA KOVALEN
DOSEN PENGAMPU :
Drs. I MADE SADIANA, M.Si
Adapun tujuan dari praktikum kimia dasar dengan materi Perbandingan Sifat
Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik antar partkel
partikel yang berikatan. Atom unsur yang sangat elektropositif dapat melepaskan 1 atau
2 elektron yang terdapat pada kulit terluarnya dan atom unsur yang elektronegatif dapat
menerima 1 atau 2 elektron yang dilepaskan oleh atom unsur yang elektropositif. Istilah
polar kadang – kadang dipergunakan sebagai pengganti istilah elektrovalen. Menurut
Lagmuir, senyawa yang terbentuk karena adanya serah terima elektron pada atom –
atom pembentuknya disebut senyawa elektrovalen atau senyawa ionis, dan ikatan pada
senyawa tersebut dinamakan ikatan elektrovalen, atau ikatan ionis. Pada suhu kamar,
senyawa ionis terdapat dalam bentuk kristal yang disebut kristal ion. Kristal ion tersebut
terdiri dari ion – ion positif dan ion – ion negatif ( Syarifuddin, 1994 ). Menurut Lewis,
Langmuir, Kosel, suatu atom berikatan dengan atom – atom lain dan membentuk
senyawa, maka atom – atom tersebut mengalami perubahan yang sedemikian rupa
sehingga mempunyai konfigurasi elektron yang menyerupai konfigurasi elektron yang
menyerupai elektron gas mulia ( Syarifuddin, 1994 ). Unsur yang cenderung menerima
elektron atau nilai elektronegatif nya ≥ 2,0 disebut unsur elektronegatif. Unsur ini
terletak pada bagian atas dan kanan blok p pada sistem periodik dan ditambah hidrogen.
Kecenderungan unsur elektronegatif menerima elektron disebabkan adanya dorongan
untuk mencapai kestabilan, agar elektron valensinya seperti gas mulia ( Syukri, 1999 ).
I.2. Perbedaan Senyawa ionik dan Senyawa Kovalen
Ikatan ion merupakan ikatan antara ion – ion positif dan ion – ion negatif, yang
terjadi karena partikel yang muatannya saling berlawanan akan mengakibatkan
terjadinya tarik menarik antar ion – ion tersebut. Ion positif dan ion negatif akan
terbentuk apabila terjadi serah terima elektron antar atom (Syarifuddin, 1994 ). Dua
unsur (satu cenderung melepas elektron dan yang lain cenderung menerima), bila
bersentuhan belum tentu menjadi senyawa ion, sebab bergantung pada tingkat energi
sebelum dan sesudah reaksi. Senyawa ion bukanlah sederhana, tetapi merupakan
molekul raksasa yang terbentuk dari ion positif dan negatif yang selang – seling
sedemikian rupa hingga teratur ( Syukri, 1999 ). Kecenderungan ion untuk menarik
elektron lain yang muatannya berlawanan dan menolak ion yang muatannya sama
mengkibatkan penataan ion tiga dimensi menjadi teratur. Tiga pengaruh utama yang
dibentuk senyawa ion adalah sebagai berikut : 1. Muatan ion 2. Ukuran relatif kedua ion
yang terlibat 3. Kemudahan ion tersebut untuk terdistorsi atau terpolarisasi ( Sukardjo,
1990 )
Senyawa ion yang terbentuk dari ion positif dan negatif tersusun selang – seling
membentuk molekul raksasa tersebut akan mempunyai sifat tertentu, yaitu:
1. Titik lebur dan titik didih, daya tarik antara ion positif dan negatif dalam senyawa ion
cukup besar, satu ion berikatan dengan beberapa ion yang muatannya
berlawanan. Akibatnya, titik lebur dan titik didih senyawa ion lebih tinggi.
2. Kelarutan, pada umumnya senyawa ion larut dalam pelarut polar (seperti air dan
amonia), karena sebagian molekul pelarut menghadapkan kutub negatifnya ke ion
positif, dan sebagian lagi menghadapkan kutub positifnya ke ion negatif, akhirnya ion
– ion terpisah satu sama lain )
3. Hantaran listrik, hantaran listrik terjadi bila medium mengandung partikel bermuatan
yang dapat bergerak bebas, seperti elektron dalam sebatang logam, senyawa ion
berwujud padat, tidak menghantarkan listrik, karena ion posittif dan negatif terikat
kuat satu sama lain. Akan tetapi cairan senyawa ion akan menghantarkan lisrik karena
ion – ionnya menjadi lepas dan bebas. Senyawa ion juga dapat menghantarkan listrik,
bila larut dalam pelarut polar (misalnya air) karena terionisasi.
4. Kekerasan, Karena kuatnya ikatan antara ion positif dan negatif, maka senyawa ion
berupa padatan keras dan berbentuk kristal, permukaan kristal itu tidak mudah digores
atau digeser ( Syukri, 1999 ).
Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terjadi antara dua atom dengan pemakaian
bersama – sama. Brom, karbon dioksida, Heksana, Amoia, dan etil alohol merupakan
contoh dari senyawa – semnyawa kovalen. Titik leleh dan titik didih senyawa kovalen
cenderung lebih rendah daripada senyawa ion. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa
untuk melelehkan dan manguapkan suatu zat padat maupun cairan molekul hanya
membutuhkan energi secukupnya untuk mengalahkan energi gaya tarik Van der waals
antar molekul (Audrey,1991).
Sebagai syarat pembentukan molekul menurut teori orbital molekul adalah bahwa
orbial yang terlibat dalam pembentukan ikatan harus hanya berisi satu elektron. Dua
atom yang akan terikat harus mempunyai kedudukan sedemikian rupa hingga satu
orbital yang terisi satu elektron mengalami overlap atau saling tindih dengan orbital
yang lain. Bila hal ini terjadi, maka dua orbital bergabung untuk membentuk orbital
ikatan tunggal yang ditempati oleh dua elektron. Dua buah elektron yang menempati
orbital harus mempunyai arah spin yang berlawan, yaitu berpasangan. Makin besar
overlap orbital – orbital atom, makin kuat ikatan yang terbentuk. Ikatan inilah yang
seing disebut ikatan kovalen ( Hardjono, 1987).
Satu atau lebih pasangan elektron diserap oleh kedua atom. Ketika elektron –
elektron ini megelilingi atom – atom tersebut, elektron menghabiskan waktu lebih lama
diantara kedua atom itu, dibandingkan dengan tempat lainnya, sehingga menghasilkan
gaya tarik. Jika proton berdekatan, akan tetapi repulsinya menjadi dominan dan
molekulnya tidak stabil ( Arthur,1987 ).
Menurut Petrucci, 1990. Perbedaan antara senyawa ion dan senyawa kovalen
terletak pada :
Senyawa ion Senyawa kovalen
Titik leleh rendah Titik leleh tinggi
Larut dalam air (hanya sebagian yang Larut dalam pelarut non polar (hanya
larut dalam pelarut non polar sebagian yang larut dalam air)
Pada suhu kamar berupa padatan Pada suhu kamar berupa gas atau cairan
Menghantar arus listrik Hanya sebagian yang dapat menghantar
arus listrik
Dapat terbakar dan tidak berbau Dapat terbakar dan berbau
ALAT :
1. Tabung Reaksi
2. Termometer
3. Elektroda karbon
4. Lampu spiritus
5. Sudip kaca
6. Pipet tetes
BAHAN :
1. Urea
2. Naftalena
3. Kristal NaCl
4. Kl
5. MgSO₄
6. Isopropil alkohol
V. PROSEDUR KERJA
No Percobaan Pengamatan
1. Percobaan Sampel Urea
2.
Dimasukkan Naftalena ke dalam
Berubah dari padat menjadi
tabung reaksi.
cair (meleleh)
Dipanaskan tabung reaksi yang
berisi naftalena dan dicatat
suhunya.
Tawal = 390 C
Takhir = 550 C
2. Perbandingan Kelarutan
Kelarutan
Senyawa
Dalam air Dalam CCl4
Urea Larut Larut
Naftalena Tidak larut Larut
Isopropil alkohol Larut Larut
NaCl Larut Tidak larut
KI Larut Larut
MgSO4 Larut Tidak larut
A. Pembahasan
1. Perbandingan Titik Leleh
2. Perbandingan Kelarutan
Senyawa yang dapat larut baik pada pelarut air maupun karbon
tetraklorida disebabkan karena senyawa tersebut menjadi bersifat ionik
terhadap pelarutnya dimana pelarut tersebut termasuk dalam pelarut polar.
Sedangkan senyawa yang tidak dapat larut dengan pelarut tersebut karena
senyawa tersebut menjadi bersifat kovalen sehingga sangat sulit untuk
senyawa tersebut berinteraksi dengan pelarut yang sifatnya polar. Jadi, larut
tidaknya suatu senyawa tergantung pada sifat dari senyawa yang akan
dilarutkan dengan sifat pelarutnya (polar dan non polar).
VIII. KESIMPULAN
1. Jenis ikatan yang dimiliki suatu senyawa akan mempengaruhi sifat fisis dan
kimia yang terjadi pada senyawa tersebut seperti titik leleh, larut-tidaknya
senyawa tersebut terhadap senyawa pelarutnya serta polar-nonpolarnya
senyawa tersebut.
2. Larut dan tidaknya suatu senyawa tergantung dengan sifat dari senyawa yang
akan dilarutkan tehadap pelarutnya.
3. Senyawa kovalen bukan merupakan penghantar yang baik dan sebagian kecil
saja yang dapat larut terhadap air. Sedangkan senyawa ionik merupakan
penghantar yang baik dan umum dapat larut dengan baik terhadap air.
4. Urea, naftalena dan isopropril alokohol merupakan senyawa kovalen. Sedangkan
NaCl, KI, dan MgSO4 merupakan senyawa ion.
Brady, J. E. 1998. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Penerbit : Bina rupa Aksara.
Jakarta Barat
Fahrurrozie, A. 2010. Efesiensi Inhibisi Cairan Ionik Turunan Imidazolin Sebagai
Inhibitor Korosi Baja Karbon Dalam Larutan Elektrolit Jenuh Karbon Dioksida.
http://jurnal_sains_dan_teknologi_kimia.html
Petrucci, R. H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Penerbit : Erlangga.
Jakarta.
Sastrohamidjojo, H. 2001. Kimia Dasar. Penerbit : Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Syarifuddin, N. 1994. Ikatan Kimia. Penerbit : Gajah Mada University Press. Yogyakarta.