TESIS
TESIS
LEMBAR PENGESAHAN
Diketahui Oleh:
Telah Diuji
2. Syafrinani, drg.,Sp.Pros.(K)
PERNYATAAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan utuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan di dalam daftar pustaka.
ABSTRACT
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat,
karunia dan kasih sayang-Nya sehingga tesis ini telah selesai disusun sebagai salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Kedokteran Gigi pada Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,
pengarahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr.Trelia Boel, drg., Sp.RKG selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc., M.Phil selaku dosen pembimbing pertama
dan kepala Bagian Laboratorium Pusat Penelitian FMIPA USU yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, penjelasan,
semangat, motivasi, nasehat dan doa selama proses penyusunan tesis ini sampai
dengan selesai.
3. Prof.Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG(K) selaku dosen pengganti
pembimbing pertama yang telah sudi membimbing dan meluangkan waktunya untuk
memberikan pengarahan, bimbingan, penjelasan sehingga tesis ini dapat
diseminarkan.
4. drg. Lasminda Syafiar, M.Kes selaku dosen pembimbing kedua dan selaku
Kepala Bagian Department Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas USU yang telah meluangkan waktu, membimbing, dan mengarahkan
penulis sehingga tesis ini dapat diseminarkan.
5. Dr. Ameta Primasari, drg., M.Kes., MDSC selaku Ketua Prodi Program
Magister Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan ketua tim
penguji, atas segala saran, dukungan bantuan, motivasi dan nasehat kepada penulis.
6. Dr. Darwin Yunus Nasution selaku panitia penguji Program Magister
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberi bimbingan dan
masukan kepada penulis.
Dalam penulisan tesis ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
kedua orang tua tersayang, Alm Papa M.Zuhyar dan Mama Dalianti atas segala
pengorbanan, doa, dukungan dan kasih sayang kepada penulis. Terima kasih setulus-
tulusnya kepada suami penulis tercinta M.Irsan Rangkuti yang sangat membantu dan
mendukung penulis dalam segala hal. Terimakasih atas kasih sayang, perhatiaan, doa,
dukungan dan materi yang diberikan kepada penulis. Terimakasih buat putra-putra
tersayang M.Rasya Khalis, M.Azka Idraki dan M.Zio Zaa Virza atas kasih sayang,
dukungan, dan doanya bagi penulis dalam meniti karier sampai kepada jenjang ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh
karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis berharap semoga
tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengertahuan dan pemecahan
masalah klinis.
RIWAYAT HIDUP
Keterangan Pribadi
Nama : Ika Devi Adiana
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 27 Agustus 1982
Agama : Islam
Alamat : Jl. Bunga Rinte Komp. Puri Zahara 2
Pekerjaan : PNS
Nama Ayah : Alm. M. Zuhyar
Nama Ibu : Dalianti
Nama Suami : M.Irsan Rangkuti
Nama Anak : 1. M. Rasya Khalis
2. M. Azka Idraki
3. M Zio Zaa Virza
Pendidikan Formal
Sekolah Dasar : SD Pembangunan Didikan Islam
Sekolah Menengah : SMPN 31 Medan
Sekolah Menengah Atas : SMAN 2 Medan
Fakultas Kedokteran Gigi : Universitas Sumatera Utara
Pasca Sarjana : Ilmu Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara
Publikasi
1. Poster: Karakterisrik Saliva pada Anak-anak Penderita diabetes. Pada ASyiah-
DM III, bulan April 2013 di Banda Aceh, Indonesia.
2. Ceramah Singkat: Biodegradasi Resin Akrilik. Pada Seminar Ilmiah Sehari
(SIS) di Medan, Indonesia.
3. Poster: Penggunaan Kitosan Sebagai Biomaterial di Kedokteran Gigi. Pada
Rakernas & The 3rd TIP IPAMAGI bulan Maret 2014 di Surabaya, Indonesia.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK........................................................................................................ i
ABSTRACT...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv
DAFTAR ISTILAH.......................................................................................... xv
BAB 5. PEMBAHASAN................................................................................. 61
5.1 Kekuatan Impak Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik
Polimerisasi PanasTanpa dan Dengan Kitosan Nano Gel
0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.50% ................................... 61
5.2 Kekuatan Tansversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik
Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Kitosan Nano Gel
0.25%, 0.50%, 0.75%,1.0%, dan 1.50%..................................... 64
5.3 Absorbansi Stabilitas Warna Bahan Basis Gigitiruan Resin
Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Kitosan Nano
Gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%,dan 1.50%................................. 66
5.4 Gambaran Morfologi Permukaan Bahan Basis Gigitiruan
Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Kitosan
Nano Gel 0.25%,0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.50%...................... 67
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 71
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH
ABSTRACT
ABSTRAK
BAB 1
PENDAHULUAN
tiruan resin akrilik patah setelah beberapa tahun akibat dari kekuatan impak (Mowade
et.,al, 2012). Sedangkan kelemahan dari kekuatan transversal disebabkan oleh adanya
peregangan dari basis gigi tiruan selama pengunyahan sehingga terjadi crack (Bashi
et.,al, 2009, Vojvodic et.,al, 2009).
Kestabilan bahan basis gigi tiruan resin akrilik dapat dapat mengalami
perubahan sifat fisik dan sifat mekanik akibat proses biodegradasi. Biodegradasi
merupakan transformasi (perubahan) suatu zat dalam sifat fisik dan mekanis yang
mengarah pada kegagalan dari bahan itu sendiri yang disebabkan kondisi lingkungan
di dalam mulut, seperti karaktristik saliva, perubahan suhu intraoral, tekanan
pengunyahan, serta perubahan diet bisa menyebabkan terjadinya biodegradasi resin
akrilik. Proses degradasi tidak hanya merubah sifat dari resin akrilik tetapi juga
mempengaruhi kekuatan ikat basis gigi tiruan resin akrilik (Bettencourt et.,al 2010).
Menurut survei penelitian El-Sheik dan Al-Zahrani (2006) prevalensi frakturnya basis
gigi tiruan di bawah satu tahun sebesar 16,1% dan di antara 1-3 tahun sebesar 53,6%
dan penyebabnya adalah kekuatan impak sebesar 80,4% dan karena pengunyahan
sebesar 16,1%. Kekerasan (hardness) yang dibutuhkan pada pembuatan basis
gigitiruan resin akrilik yaitu 20 VHN dan untuk kekuatan transversal berdasarkan
ISO 1567:1999 adalah 6.0 MPa (McCabe dan Walls, 2008).
Selain mempengaruhi sifat mekanis, proses degradasi akibat pemakaian jangka
panjang juga akan mempengaruhi stabilitas warna bahan basis gigi tiruan resin
akrilik. Stabilitas warna merupakan salah satu karakteristik klinis yang sangat penting
pada basis gigi tiruan. Stabilitas warna adalah kemampuan lapisan permukaan atau
zat warna untuk menolak degradasi karena faktor lingkungan. Stabilitas warna
merupakan karakteristik yang penting pada bahan basis gigi tiruan (Kortrakulkij,
2008). Basis gigi tiruan yang ideal harus memiliki warna yang mendekati warna
alami jaringan lunak rongga mulut.
Perubahan warna basis gigi tiruan dapat mempengaruhi estetis. Perubahan
warna (diskolorasi) pada basis gigi tiruan dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor intrinsik dan faktor ektrinsik. Faktor intrinsik adalah perubahan kimia pada
bahan karena adanya penambahan zat/bahan penguat pada komposisi resin akrilik,
sedangkan faktor ekstrinsik adalah stain akibat absorbsi bahan pewarna dari sumber-
sumber eksogen seperti teh, kopi, minuman ringan, komponen makanan, nikotin,
larutan kumur/pembersih gigi tiruan dan interaksi antara bahan-bahan ini di
lingkungan mulut (Kortrakulkij 2008, Hipolito et.al., 2013, Gujjari et.al., 2013).
Penelitian Imirzalioglu 2010 menyatakan bahwa terjadi perubahan warna yang
signifikan pada resin akrilik polimerisasi panas dan resin akrilik yang di injeksi saat
direndam dalam minuman kopi, dan para perokok dari waktu ke waktu dengan
p<0,05. PMMA menunjukkan nilai perubahan warna setelah perendaman selama 3
hari dalam semua larutan perendaman (kopi, saliva, teh dan pewarna makanan) dan
flexural strength PMMA lebih tinggi sebelum direndam dalam semua larutan
perendaman (Gujjari et.al., 2013). Penelitian Hipolito, 2013 didapati bahwa
perendaman gigi tiruan resin akrilik pada cola dan kopi memiliki perubahan warna
yang lebih tinggi daripada jus jeruk dan saliva.
Beberapa cara telah dilakukan untuk memperbaiki kelemahan bahan basis gigi
tiruan resin akrilik agar sifat mekanisnya meningkat sehingga tahan terhadap fraktur
beban pengunyahan dan penggunaan jangka panjang yaitu dengan penambahan bahan
penguat (Bashi et.,al, 2009, Jangger cit Lim, 2015). Penambahan bahan penguat dapat
berupa kimia, logam maupun serat (Raszewski et.al 2013). Namun saat ini
penggunaan bahan alami lebih digemari karena tidak menimbulkan efek samping
pada tubuh. Penggunaan bahan alami ini salah satunya adalah menggunakan kitosan
(Florez-Ramirez, 2008).
Kitosan merupakan salah satu biomaterial alami yang akhir-akhir ini terus
dikembangkan karena memiliki berbagai manfaat medis dan telah terbukti aman
untuk manusia. Kitosan memiliki beberapa sifat istimewa, antara lain biokompatibiliti
baik, biodegradable, mucoadhesion, tidak bersifat toksik, tidak menyebabkan reaksi
immunologi, dan tidak menyebabkan kanker sehingga kitosan sering digunakan pada
pengaplikasian biomedis. Berdasarkan beberapa pernyataan bahwa dengan beberapa
sifat istimewa dari kitosan, maka kitosan dan modifikasi dengan bahan lain dapat
digunakan untuk aplikasi klinis sebagai biomaterial (Petri et.al, 2007). Penggunaan
kitosan dalam bentuk nano partikel lebih efektif dari pada kitosan karena kitosan
dalam bentuk nano partikel akan meningkatkan luas permukaan sampai ratusan kali
dibandingkan dengan partikel yang berukuran mikrometer. Hal ini akan
meningkatkan proses fisika-kimia dan interaksi pada permukaan yang lebih besar lagi
(Guibal cit Ningsih, 2010).
Ada penelitian yang mengungkapkan bahwa penggunaan kitosan sebagai bahan
penguat diantaranya adalah penambahan gel kitosan pada alginat dapat memperbaiki
struktur ikatan silang, akibatnya ikatan silang gel menjadi lebih kaku dan gel menjadi
lebih kuat. Semakin tinggi nilai kekuatan pecah gel, maka ikatan yang terjadi antara
polimer-polimer yang membentuk jaringan gel tersebut semakin kaku dan semakin
kuat (Sugita, 2009).
Petri et al., (2007) Semen Ionomer Kaca yang dimodifikasi dengan kitosan
bermolekul rendah menunjukkan penambahan 0,0044% berat kitosan dapat
meningkatkan sifat mekanik seperti flexural strength dan meningkatkan pelepasan
ion fluor. Menurut Azerado, (2010) penambahan kitosan dengan cellulose nanofibers
akan meningkatkan tensile strength. De Moura et.al (2009) penambahan
chitosan/tripolyphospate nanoparticles dengan hydrohypropyl methylcellulose akan
meningkatkan sifat mekanisnya. Florez-ramirez et.al., (2009) menyatakan bahwa
penambahan kitosan pada PMMA menunjukkan peningkatan kekerasan dan modulus
elastisitas. Khandaker (2014) menyatakan bahwa penambahan kitosan pada PMMA
secara signifikan mempengaruhi ketangguhan fraktur PMMA. Hu Q et.al., (2003)
menyatakan bahwa kitosan/HA nanokomposit, memiliki sifat mekanis 2-3 kali lebih
kuat dibandingkan dengan PMMA.
Penelitian Trong-Ming 2001 untuk melihat struktur dan sifat thermal dari
chitosan-modified poly(methyl methacrylate) dengan mencampurkan 100g MMA
dengan perbandingan kitosan 0,1,2,5,10 dan 15g mendapati bahwa ketika jumlah
kitosan meningkat maka berat molekul PMMA homopolymer juga meningkat dan
kitosan dapat menghambat degradasi rantai utama pada chitosan-PMMA copolymer.
Penelitian mengenai kitosan masih terus dikembangkan. Para ahli mencoba
mencari sifat-sifat unik lainnya yang dimiliki kitosan, sehingga dapat dimanfaatkan
dalam berbagai bidang kehidupan, seperti farmasi, biologi, medis, lingkungan, dan
d. Pada pemakaian jangka panjang pada basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas, rendahnya kekuatan mekanis seperti kekuatan impak dan
kekuatan transversal merupakan kasus yang paling sering terjadi.
e. Kitosan molekul tinggi telah banyak diteliti dalam beberapa penelitian
sebagai bahan penguat dan bahan irigasi.
Dari uraian di atas, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
a. Apakah ada pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0% dan 1.5% terhadap kekuatan impak bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas.
b. Apakah ada perbedaan nilai kekuatan impak bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0% dan 1.5%.
c. Apakah ada pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0% dan 1.5% terhadap kekuatan transversal bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas.
d. Apakah ada perbedaan nilai kekuatan transversal bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0% dan 1.5%.
e. Apakah ada pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0% dan 1.5% terhadap stabilitas warna bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas.
f. Apakah ada perbedaan gambaran mikrostruktur bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan ditambahkan kitosan nano gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0% dan 1.5%.
Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.5%,
0.75%, 1.0%, dan 1.5% terhadap kekuatan impak bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas.
b. Untuk mengetahui perbedaan nilai kekuatan impak bahan basis gigi tiruan
resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan kitosan nano gel
0.25%, 0.5%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.
c. Untuk mengetahui pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.5%,
0.75%, 1.0%, dan 1.5% terhadap kekuatan transversal bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas.
d. Untuk mengetahui perbedaan nilai kekuatan transversal bahan basis gigi
tiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan kitosan nano gel
0.25%, 0.5%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.
e. Untuk mengetahui pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.5%,
0.75%, 1.0%, dan 1.5% terhadap stabilitas warna bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas.
f. Untuk mengetahui perbedaan gambaran morfologi permukaan bahan basis
gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan kitosan
nano gel 0.25%, 0.5%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Reaksi Polimerisasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas (Anusavice, 2013)
A
Kekuatan impak =
Dimana: XxY
A = Energi (joule)
X = Tebal Sampel (mm)
Y = Lebar Sampel (mm)
b) Kekuatan Transversal
Kekuatan transversal disebut juga flexural strength dan modulus of ruptured
yang pada dasarnya adalah sebuah tes kekuatan sebuah bar yang didukung pada
setiap disk atau disk tipis, didukung bersama dukungan lingkaran yang lebih rendah
di bawah beban statis. Dimensi spesimen khas minimum dengan rentang panjang 20
mm, lebar 4 mm dan ketebalan 1,2-2,0 mm. Kekuatan transversal juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya adalah ukuran partikel polimer, berat molekul
polimer, monomer sisa, jumlah cross-linking agent, komposisi plasticizer, internal
porositas, ketebalan basis gigi tiruan, dan teknik pemolesan gigi tiruan (Paranhos,
2008).
Pengukuran kekuatan transversal suatu bahan dapat diketahui dengan cara
meletakkan sampel ditengah-tengah alat, kemudian diberikan tekanan secara konstan
sehingga sampel menjadi bengkok dan akhirnya sampel patah. Nilai yang tertera
pada alat penguji dicatat dan dilakukan perhitungan kekuatan transversal. Adapun
persamaan yang dapat digunakan untuk mengkalkulasi kekuatan transversal adalah:
(Anusavice, 2013).
3PL
σ =
2wt2
2.4 Kitosan
Kitosan merupakan salah satu biomaterial yang akhir-akhir ini terus
dikembangkan karena memiliki berbagai manfaat medis dan telah terbukti aman
untuk manusia. Kitosan memiliki beberapa sifat istimewa, antara lain biokompatibiliti
baik, biodegradable, mucoadhesion, tidak bersifat toksik, tidak menyebabkan reaksi
immunologi, dan tidak menyebabkan kanker sehingga kitosan sering digunakan pada
pengaplikasian biomedis (Tiyaboonchai, 2003).
Kitosan merupakan derivat kitin dengan adanya N-deasitilasi yang merupakan
biopolimer alami. Kitin berasal dari eksoskeleton krustasea. Persediaan limbah laut
yang cukup besar di Indonesia menjadikan limbah laut sebagai sumber kitin, sangat
berpotensi menjadikan kitosan mudah diperoleh di alam. Kitosan pertama sekali
ditemukan oleh Routget (1859). Kegunaan kitosan sebagai bahan yang multiguna
tidak terlepas dari sifat alaminya, terutama sifat kimia kitosan yaitu polimer poliamin
yang berbentuk linear, mempunyai gugus amino dan hidroksil yang aktif. Kitosan
memiliki kualitas kimia dan biologi yang sangat baik sehingga dapat digunakan
secara luas dibidang industri maupun dibidang kesehatan (Sugita, 2009).
Kitosan (poly-β-1,4-glukosamine) merupakan biopolimer alam yang memiliki
rantai linear dengan rumus struktur (C6H11NO4)n dan merupakan hasil N-diasetilisasi
dari kitin (Gambar 2.3). Kitin banyak terkandung pada hewan antropoda, ragi dan
jamur (Trimurni, 2007).
Komposisi kitosan terdiri dari Karbon, Hidrogen, dan Nitrogen (Tabel 2.1).
Kitosan dapat larut dalam pelarut asam seperti asam asetat, asam formiat, asam laktat,
asam sitrat dan asam hidroklorat. Kitosan tidak larut dalam air, alkali dan asam
mineral encer kecuali dibawah kondisi tertentu yaitu dengan adanya sejumlah pelarut
asam sehingga dapat larut dalam air, methanol, aseton dan campuran lainnya.
Kelarutan kitosan dipengaruhi oleh bobot molekul dan derajat deasetilasi (Trimurni
dkk, 2006; Henny, 2014).
Bedasarkan viskositasnya, berat molekul kitosan terdiri atas tiga yaitu kitosan
bermolekul rendah, kitosan bermolekul sedang dan kitosan bermolekul tinggi.
Kitosan bermolekul rendah berat molekulnya dibawah 400.000 Mv dan kitosan
bermolekul sedang dengan berat molekul 400.000-800.000 Mv yang berasal dari
hewan laut dengan kulit atau cangkang yang lunakseperti cumi-cumi dan udang.
Kitosan bermolekul tinggi yaitu kitosan dengan berat molekul antara 800.000-
1.100.000 Mv yang berasal dari hewan laut berkulit keras seperti kepiting, kerang dan
blangkas (Sugita dkk, 2009). Kitosan blangkas (Tachypleus gigas) disebut juga
dengan Horseshoe-crab. Kitosan yang diuji oleh Agusnar dkk adalah kitosan yang
berasal dari Horseshoe Creab shell dan merupakan kitosan bermolekul tinggi dengan
drajat deasetilasi sebesar 90,28%dan viskositas sebesar 1.200.000. Penelitian kitosan
blangkas (horseshoe creab) yang mempunyai berat molekul 893.000 Mv (berat
molekul yang tinggi) pertama kali digunakan dalam bidang medis kedokteran gigi
(Trimurni dkk, 2007). Kitosan sebagai adsorben dapat berada dalam berbagai bentuk
yaitu: butir, serpih, hidrogel, dan membrane (film). Perbedaan bentuk kitosan akan
berpengaruh pada luas permukaan, semakin kecil ukuran kitosan maka luas
permukaan kitosan semakin besar dan proses adsorbsi berlangsung lebih baik.
Dalam perkembangannnya, kitosan dimodifikasi dalam bentuk magnetik
Kitosan nanopartikel dengan ukuran partikelnya 100-400 nm untuk meningkatkan
daya absorbsinya (Hutapea, 2014). Modifikasi kimia kitosan menjadi gel kitosan
dapat meningkatkan kapasitas serapnya. Pembentukan gel terjadi karena ikatan silang
pada rantai panjang polimer dalam jumlah cukup banyak sehingga membentuk
bangunan tiga dimensi dan terbentuk struktur kaku dan tegar yang tahan terhadap
gaya/tekanan tertentu (Sugita, 2009). Ukuran kitosan nano partikel dapat diukur
dengan menggunakan alat PSA (Particle Size Analysis) dan mikrostrukturnya dapat
dilihat dengan menggunakan SEM ( Scanning Electron Microscop).
Menurut DEPKES 1995, keuntungan kitosan dalam bentuk gel adalah
hidrofilisitas, permeabilisitas yang selektif, kapasitas air yang relatif tinggi,
kekentalan seperti karet yang lunak dan tegangan antarmuka yang rendah. Siregar,
2009 membuat kitosan nano dengan menambahkan asam lemah yang distirer dengan
kecepatan 300rpm sehingga diperoleh gel kitosan kemudian ditempatkan
diultrasonicbath untuk memecah partikel kitosan menjadi lebih kecil lagi. Silalahi
(2014) menyiapkan kitosan nano partikel dengan menambahkan 100 ml asam asetat
1% dan TPP (tripoliphospat) 2 ml dan dimasukkan ke ultrasonicbath untuk memecah
partikel kitosan menjadi nano.
Kitosan nanopartikel dapat digunakan sebagai pembawa penyaluran obat
karena toksik rendah, stabilitas baik, metode persiapannya sederhana, dan dapat
mengikuti rute pemberian obat (Tiyaboonchai, 2003). Penelitian Henny dkk., 2013
menambahkan kitosan molekul tinggi nano dari blangkas (Tachypleus gigas) 0,15%
berat kitosan pada SIKMR dan SIKMRn dan efeknya terhadap proliferasi sel. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan viabilitas sel yang
signifikan pada SIKMR dan SIKMRn yang ditambahkan 0,015% berat kitosan nano
dari blangkas.
Kapasitas adsorbsi, selektifitas, dan aplikasi kitosan dapat ditingkatkan lagi
dengan cara memodifiikasinya baik secara kimiawi maupun fisis. Modifikasi kitosan
tersebut dapat dilakukan melalui perpaduan antara kitosan dan beberapa polimer lain,
baik polimer alam maupun polimer sintetik.
Salah satu contoh pencangkokan telah dilakukan oleh Singh et.al,. (2008).
Kopolimer cangkok (graft) kitosan-PMMA telah terbukti memiliki sifat adsorptivitas
yang lebih baik dibandingkan dengan kitosan, baik untuk zat warna sintetik maupun
limbah industri testil. Stabilitas kopolimer cangkok kitosan-PMMA terhadap
perubahan pH disebabkan pengikatan zat warna sebagian kecil gugus –NH2 yang
terlibat dalam pengikatan zat warna. Sementara pada kitosan, pengikatan zat warna
anionik terjadi pada gugus –NH2 yang terprotonasi pada pH rendah (Sugita, 2009).
Struktur kitosan-PMMA dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Pada SEM, pembesaran dapat dikendalikan mulai dari 10 sampai 500.000 kali.
Spesimen yang akan digambar oleh SEM harus dapat mengalirkan listrik. Bagi
spesimen yang tidak dapat menghantarkan listrik harus dilapisi (coating) dengan
suatu zat yng bersifat konduktor seperti emas, aloi emas/paladium, platinum, iridium,
chromium tungsten dan osmium (REM cit Hutapea, 2014). SEM menghasilkan
elektron berenergi tinggi dan berfokus pada spesimen. Berkas elektron dipindai di
atas permukaan spesimen dalam gerakan yang mirip dengan kamera televisi untuk
menghasilkan gambaran digital. Elektron dipercepat dalam ruangan hampa dengan
panjang gelombang yang singkat hanya satu per seribu cahaya putih. Elektron dari
balok bergerak cepat dan berfokus pada sampel yang diserap atau tersebar oleh
spesimen dan diolah menjadi sebuah gambar (Herguth, 2004; Hafner, 2007).
2.5.2 Spectrophotometer
Perubahan warna yang terjadi pada suatu benda tidak dapat dideteksi oleh mata
manusia. Hal ini disebabkan karena mata manusia memiliki keterbatasan dan
penilaian yang bervariasi terhadap perubahan yang terjadi. Oleh karena itu diciptakan
beberapa instrumen ilmiah untuk mengukur intensitas cahaya dan panjang gelombang
cahaya seperti: Spectrophotometer, coloimeter, photometer dan densitometer
(Kortrakulkij, 2008). Spectrophotometer merupakan salah satu alat pengukuran warna
bahan restoratif gigi paling sering digunakan. Spectrophotometer terdiri dari dua jenis
pencahayaan yaitu UV Spectrophotometer yang menggunakan cahaya ultra violet dan
IR Spectrophotometer yang menggunakan cahaya infrared (Powers, 2006). pada
penelitian ini digunakan alat UV Spectrophotometer karena selama 35 tahun terakhir
ultraviolet dan Spectrophotometer menjadi instrument analitis yang paling sering
digunakan di laboratorium modern. Penggunaan alat ini menggunakan pelarut untuk
pengujian stabilitas warna pada sampel yang diuji. Pelarut yang sering digunakan
pada laboratorium untuk pewarnaan salah satunya adalah xylene (Sermadi, 2014).
Dalam banyak aplikasi teknik lain dapat digunakan namun UV-visible
spectrophotometer lebih sederhana, fleksibilitas, kecepatan, akurat, dan biaya yang
lebih efektif. Dengan spectrophotometer panjang gelombang yang dapat diperoleh
selama rentang (daerah) yang terlihat adalah 408-700 nm. Dari nilai reflektansi dan
fungsi tabulasi pencocokan warna, nilai-nilai tristimulus relatif dapat dihitung
terhadap sumber cahaya tertentu (Thermoscientific.com, 2013).
Pengukuran perubahan warna dengan menggunakan perbedaan bilangan
gelombang menggunakan satuan cm-1. Stabilitas warna lebih baik bila nilai bilangan
gelombang meningkat berarti wana semakin terang dimana intensitas cahaya yang
diteruskan lebih banyak daripada intensitas cahaya yang dipantulkan. Stabilitas warna
lebih buruk bila nilai bilangan gelombang menurun berarti warna semakin gelap
dimana intensitas cahaya yang diteruskan makin berkurang (Anusavice, 2004)
Stabilitas kimia
lebih baik Gaya intramolekul
k
Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan basis gigi tiruan yang paling
sering digunakan karena memiliki beberapa keuntungan. Namun bahan ini juga
memiliki beberapa kelemahan. Akibat pemakaian jangka yang panjang, bahan basis
resin akrilik polimerisasi panas akan mengalami degradasi sehingga akan
mempengaruhi sifat mekanis dan stabilitas warnanya.
Sifat mekanis resin akrilik polimerisasi panas yang lemah akan menyebabkan
basis gigi tiruan menjadi lebih mudah patah. Selain mempengaruhi sifat mekanis,
proses degradasi akibat pemakaian jangka panjang juga akan mempengaruhi stabilitas
warna bahan basis gigitiruan resin akrilik sehingga akan mempengaruhi fungsi
estetisnya.
Untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan diatas maka ditambahkan bahan
penguat. Penambahan bahan penguat yang dipilih adalah yang bersifat alami karena
penggunaan bahan-bahan alami di kedokteran gigi saat ini semakin berkembang,
salah satunya adalah kitosan. Sifat-sifat istimewa yang dimiliki kitosan dan aman
bagi tubuh manusia membuat kitosan sering digunakan pada pengaplikasian
biomedis.
Penambahan kitosan molekul tinggi dalam bentuk nano gel dengan persentase
yang berbeda yaitu 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0% dan 1.5% pada bahan basis gigi
tiruan resin akrilik polimerisasi panas telah dilakukan pra penelitian terlebih dahulu
karena hanya dengan pesentase tersebut kitosan nano gel bisa ditambahkan ke resin
akrilik polimerisasi panas. Penambahan ini akan memperbaiki sifat mekanisnya,
karena kitosan memiliki ikatan silang pada rantai panjang polimer dalam jumlah
banyak yang akan membentuk struktur kaku dan tegar sehingga tahan terhadap gaya
atau tekanan. Kitosan juga memiliki sifat pengikatan zat warna pada gugus – NH2
sehingga zat warna bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas tidak akan
terdegradasi.
Dengan menambahkan kitosan nano gel pada resin akrilik polimerisasi panas
diharapkan dapat meningkatkan sifat mekanis dan stabilitas warna bahan basis gigi
tiruan resin akrilik polimerisasi panas.
Pada saat ini banyak penambahan bahan penguat untuk memperbaiki kelemahan
resin akrilik polimerisasi panas terutama sifat mekanisnya dan stabilitas warna akibat
pemakaian jangka panjang. Salah satu yang digunakan adalah kitosan. Resin akrilik
polimerisasi panas yang ditambahkan dengan kitosan nano gel dapat menambah
kekuatan mekanis dan menjaga stabilitas warnanya dibandingkan resin akrilik
polimerisasi panas tanpa ditambahkan kitosan nano gel. Penelitian ini menganalisis
pengaruh penambahan kitosan nano gel terhadap kekuatan mekanis (impak dan
transversal) dan stabilitas warna bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi
panas.
2.8 Hipotesis
Dari uraian tersebut dapat dibuat hipotesis yaitu:
a. Ada pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0% dan
1.5% terhadap kekuatan impak bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas
b. Ada perbedaan nilai kekuatan impak bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%,
0.75%, 1.0% dan 1.5%.
c. Ada pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0% dan
1.5% terhadap kekuatan transversal bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi
panas.
d. Ada perbedaan nilai kekuatan transversal bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0% dan 1.5%.
e. Ada pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%
dan 1.5% terhadap stabilitas warna bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi
panas.
f. Ada perbedaan gambaran mikrostruktur bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas tanpa dan dengan ditambahkan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%,
0.75%, 1.0% dan 1.5%.
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN
Dasar penelitian ini untuk penentuan persentase kitosan nano gel adalah dengan
didahului melakukan pra penelitian. Hasil penelitian sebelumnya (pra penelitian),
persentase kitosan nano gel yang bisa ditambahkan pada bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas adalah 0.25%, 0,50%, 0,75%, 1,0%, dan 1,5%.
Ukuran spesimen induk dari logam yang akan digunakan adalah:
1. Kekuatan impak ukuran 50 mm x 6 mm x 4 mm
(Sesuai dengan spesipikasi ADA No.12)
50 mm
6 mm 4 mm
10 mm
2,5 mm
( t – 1 ) ( r – 1 ) > 15
Skala
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur
Ukur
2. Resin Akrilik Resin akrilik polimerisasi Sesuai petunjuk Nominal Timbangan
pabrik (23g
Polimerisasi panas yang ditambahkan digital dan
monomer: 10ml
panas + kitosan nano gel (nano gel polimer) resin pipet ukur
akrilik
Kitosan Nano yang terbuat dari bubuk
ditambahkan
Gel kitosan horses crab yang kitosan nano gel
masing-masing
dilarutkan dalam larutan
0.25%, 0.50%,
asam asetat 1% dan 0.75%, 1.0%, dan
1.5% sebanyak 2
ditambahkan TPP).
ml
Tabel 3.2 Definisi Operasional, Cara Ukur, Skala Ukur, dan Alat Ukur Variabel Tergantung
dari Penelitian
Skala
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur
Ukur
1. Kekuatan Kekuatan bahan basis gigi Mencatat nilai Rasio Charpy
tester
Impak tiruan hingga patah setelah kekuatan impak
(Amslerott
diberikan gaya benturan. yang tertera o werlpret
werke
dialat uji.
GMBH,
Germany)
Kekuatan bahan basis gigi
2. Kekuatan Mencatat nilai Rasio Torsee‘s
tiruan yang diberi beban electronic
transversal kekuatan
system
50 KgF sehingga bahan
transversal yang universal
yang diuji patah. testing
tertera di alat uji.
machine
(2tf’Senstar
’, SC-2-DE
Tokyo
Japan)
Kemampuan bahan basis
3. Stabilitas Mencatat nilai Rasio UV-Visible
gigi tiruan untuk Spectropho
warna absorbansi warna
tometer
mempertahankan warna
yang tertera (Shimadzu,
atau berubah sedikit dari UV mini
dialat uji.
1240)
warna aslinya.
Skala
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur
Ukur
4. Gambaran Gambaran anatomis dari Sesuai SOP alat - SEM
morfologi permukaan bahan basis
permukaan gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas tanpa
dan dengan penambahan
kitosan nano gel.
Gambar 3.3. Lempeng dari logam untuk uji kekuatan transversal (A),
uji kekuatan impak (B) dan uji stabilitas warna (C) (Dok).
35. Charpy tester/Alat uji kekuatan impak (Amsleroto Walpret Werke GMBH,
Germany)
A B
Gambar 3.7 Alat uji kekuatan impak dilihat dari depan (A) dan
dilihat dari samping (B). (Dok)
36. Alat uji kekuatan transversal (Torsee’s electronic System Universal Testing
Machine, Japan)
keras, satu kuvet berisi 3 buah lempengan untuk uji kekuatan impak, 6 lempengan
untuk uji kekuatan transversal dan 6 lempengan untuk uji stabilitas warna.
Gambar 3.15 Penempatan lempengan ke dalam adonan gips untuk uji kekuatan impak (A),
untuk uji kekuatan transversal (B), dan untuk uji stabilitas warna (C). (Dok)
e. Lalu adonan dirapikan dan dibiarkan hingga gips mengeras (45 menit).
f. Setelah gips mengeras kemudian permukaan gips diolesi oleh vaselin dan
kuvet atas disatukan dengan kuvet bawah lalu diisi oleh adonan gips keras dengan
perbandingan 300 g : 90 ml dan diletakkan di atas vibrator selama 15 detik.
g. Setelah 45 menit, kuvet dibuka dan lempengan dikeluarkan dari kuvet
(Powers, 2008).
h. Kemudian permukaan gips atas dan bawah dilakukan pengecoran dengan air
panas untuk menghilangkan sisa vaselin.
i. Setelah permukaan gips pada kuvet atas dan kuvet bawah bersih dari vaselin
dan kering, kemudian permukaan gips tersebut diolesi dengan cold mould seal.
d. Larutan kitosan nano gel dibuktikan dengan PSA (Particle Size Analysis).
e. Kitosan nano gel kemudian disimpan di dalam kulkas dengan suhu 40C untuk
penyimpanan jangka panjang.
b. Pada tahap kedua, suhu dinaikkan menjadi 100oC dan dibiarkan selama 60
menit.
c. Setelah itu kuvet dikeluarkan dari waterbath dan dibiarkan selama 30 menit
untuk proses pendinginan.
b. Lengan pemukul yang ada pada alat penguji dikunci. Kunci pada lengan
pemukul dilepaskan dan lengan pemukul membentur sampel hingga patah.
c. Energi yang tertera pada alat penguji kemudian dibaca dan hasilnya dicatat,
lalu dilakukan perhitungan kekuatan impak. Satuan yang digunakan pada alat ini
adalah J/mm2.
b. Mesin diatur dengan kelajuan 1/10 mm/detik dan beban awal yang diberikan
sebesar 50 Kgf.
c. Alat menekan sampel hingga fraktur dan nilai yang terlihat pada layar
monitor alat pengukur dicatat.
d. Kekuatan transversal yang diperoleh kemudian dikonversikan ke dalam
satuan MPa dengan mengalihkan nilai yang diperoleh dalam satuan kgf/mm2 dengan
9,8 N
e. Daerah yang akan dianalis ditentukan yaitu partikel resin akrilik dan kitosan.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian dan Analisa data Nilai Kekuatan Impak Resin Akrilik
Polimerisasi Panas Tanpa dan dengan Penambahan Kitosan Nano Gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.
Hasil uji kekuatan impak bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas
tanpa dan dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan
1.5% dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini.
Tabel 4.1. Rerata Kekuatan Impak Bahan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi
Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Kitosan Nano Gel.
Kekuatan Impak (x10-3 J/mm2)
Sampel Kitosan Kitosan Kitosan Kitosan Kitosan
Kontrol
0.25% 0.50% 0.75% 1.0% 1.5%
1 5.416 5.833 5.833 6.666 8.333 5.416
2 5.833 5.416 6.250 6.250 7.500 6.666
3 5.833 6.250 6.666 6.666 7.500 6.250
4 6.250 6.250 6.250 6.250 7.916 6.250
5 6.833 5.833 7.083 7.083 8.333 5.833
Pada hasil penelitian terlihat bahwa rerata kekuatan impak bahan basis gigi
tiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% kekuatan impaknya meningkat dibandingkan dengan
bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan kitosan
nano gel (kontrol).
Nilai rerata dan SD terendah pada kelompok kontrol yaitu 5.8333+0.294628,
dan yang tertinggi pada kelompok dengan penambahan kitosan 1.0% yaitu 7.91667+
0.416667. Grafik nilai kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan
dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% dapat
dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik Nilai Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Tanpa dan Dengan Penambahan Kitosan Nano Gel 0.25%, 0.50%,
0.75%, 1.0% dan 1.5%
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa semua kelompok perlakuan resin akrilik
polimerisasi panas mengalami perubahan nilai kekuatan pada masing-masing
kelompok. Namun penambahan kitosan nano gel 1.0% mengalami kenaikan nilai
kekuatan impak yang cukup signifikan dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Uji normalitas pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa data terdistribusi
normal yang dapat dilihat pada lampiran 5 (P > 0,05). Pada penelitian ini pengaruh
penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% terhadap
kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas dianalisa dengan menggunakan uji
Anova Satu Arah, diperoleh nilai signifikasi p = 0. Hal ini menunjukan adanya
pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% pada
resin akrilik polimerisasi panas terhadap kekuatan impak. Untuk memastikan
perbedaan kekuatan impak dari kelompok kontrol (tanpa penambahan kitosan)
dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%
dilakukan uji Least Significance Difference (LSD) yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Uji Least Significance Difference (LSD) Kekuatan Impak Bahan Basis
Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Mean Difference
(I) Kelompok (J) Kelompok Sig.
(I-J)
Kontrol 0.25% -.083333 .764
0.5% -.583333* .044
0.75% -.750000* .012
1.0% -2.083333* .000
1.5% -.250000 .371
0.25% 0.5% -.500000 .081
0.75% -.666667* .023
1.0% -2.000000* .000
1.5% -.166667 .549
0.5% 0.75% -.166667 .549
*
1.0% -1.500000 .000
1.5% .333333 .236
0.75% 1.0% -1.333333* .000
1.5% .500000 .081
1% 1.5% 1.833333* .000
Hasil uji LSD pada Tabel 4.2 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
antara kelompok kontrol dengan kelompok penambahan kitosan nano gel 1 %
dengan nilai p = 0,000 (p<0,05).
4.2 Hasil Penelitian dan Analisa Data Nilai Kekuatan Transversal Resin
Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Kitosan Nano Gel
0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.
Pada penelitian ini nilai kekuatan transversal mengalami perubahan pada setiap
kelompok perlakuan. Nilai rata-rata dan standard deviasi uji kekuatan transversal
pada seluruh sampel bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan
dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% dapat
dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Nilai Rata-Rata dan Standard Deviasi Uji Kekuatan Transversal Bahan Basis
Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan
Kitosan Nano Gel.
Kekuatan Transversal (Mpa)
Sampel Kitosan Kitosan Kitosan Kitosan Kitosan
Kontrol
0.25% 0.50% 0.75% 1.0% 1.5%
1 75.734 79.732 79.850 78.5568 79.262 80.556
2 72.324 74.676 73.029 75.3816 82.084 76.675
3 74.911 68.325 77.498 80.556 73.500 78.556
4 73.852 73.500 73.500 79.8504 79.850 78.204
5 76.322 78.439 71.853 80.0856 80.320 78.909
Hasil penelitian di atas terlihat bahwa rerata kekuatan transversal bahan basis
gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan kitosan nano gel
0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% kekuatan transversalnya meningkat
dibandingkan dengan bahan basis gigitituan resin akrilik polimerisasi panas tanpa
penambahan kitosan nano gel (kontrol).
Nilai rerata dan SD terendah pada kelompok kontrol yaitu 74.628 ±1.323181,
dan yang tertinggi pada kelompok dengan penambahan kitosan 1.0% yaitu 79.003
±3.252017. Grafik nilai kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas tanpa
dan dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%
dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Grafik nilai kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas tanpa
dan dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%
dan 1.5%
Gambar 4.2 menunjukkan nilai kekuatan transversal yang berbeda pada setiap
kelompok perlakuan. Pada kelompok perlakuan yang ditambahkan kitosan nano gel
bila dibandingkan dengan kelompok kontrol terlihat hasil bahwa nilai kekuatan
transversal pada kelompok dengan penambahan kitosan nano gel 1.0% lebih tinggi
daripada kelompok lainnya.
Uji normalitas pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa data terdistribusi
dengan normal yang dapat dilihat pada lampiran 6 (P > 0,05). Pada penelitian ini
pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%
terhadap kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas dianalisa dengan
menggunakan uji Anova Satu Arah, diperoleh nilai signifikasi p = 0. Hal ini
menunjukan adanya pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0%, dan 1.5% pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap kekuatan transversal.
Untuk memastikan perbedaan kekuatan transversal dari kelompok kontrol (tanpa
penambahan kitosan) dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0%, dan 1.5% dilakukan uji Least Significance Difference (LSD) yang dapat dilihat
pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil uji Least Significance Difference (LSD) Kekuatan Transversal Bahan Basis
Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas.
Mean Difference
(I) Kelompok (J) Kelompok Sig.
(I-J)
Kontrol 0.25% -12.743920* .000
0.5% -12.955600* .000
*
0.75% -16.695280 .000
1.0% -16.812880* .000
1.5% -16.389520* .000
0.25% 0.5% -.211680 .909
0.75% -3.951360* .041
*
1.0% -4.068960 .036
1.5% -3.645600 .058
0.5% 0.75% -3.739680 .052
1.0% -3.857280* .046
1.5% -3.433920 .073
0.75% 1.0% -.117600 .949
1.5% .305760 .869
1% 1.5% .423360 .819
Hasil uji LSD pada Tabel 4.4 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
antara kelompok kontrol dengan kelompok penambahan kitosan nano gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% dengan nilai p = 0,000 (p<0,05).
dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% dapat
dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Nilai Rata-Rata dan Standard Deviasi Nilai Absorbansi Bahan Basis Gigi Tiruan
Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Kitosan Nano
Gel.
Stabilitas Warna (cm-1)
Sampel Kitosan Kitosan Kitosan Kitosan Kitosan
Kontrol
0.25% 0.50% 0.75% 1.0% 1.5%
1 0.07329 0.07391 0.07372 0.07492 0.07689 0.07535
2 0.07327 0.07361 0.07401 0.07491 0.07533 0.07672
3 0.07274 0.07422 0.07404 0.07492 0.07602 0.07516
4 0.07410 0.07323 0.07375 0.07513 0.07608 0.07500
5 0.07384 0.07271 0.07361 0.07509 0.07515 0.07547
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata absorbansi warna bahan basis gigi
tiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% meningkat dibandingkan dengan bahan basis
gigitituan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan kitosan nano gel
(kontrol).
Nilai rerata dan SD terendah pada kelompok kontrol yaitu 0.07345+0.000533
cm-1, dan yang tertinggi pada kelompok dengan penambahan kitosan 1.0% yaitu
0.07589+0.000692 cm-1. Grafik nilai rata-rata absorbansi warna lempeng bahan basis
gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan kitosan
nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Grafik Nilai Rata-Rata Absorbansi Warna Sampel Resin Akrilik
Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Kitosan Nano
Gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.
Uji normalitas pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa data terdistribusi
dengan normal yang dapat dilihat pada lampiran 7 (P > 0,05). Pada penelitian ini
pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%
terhadap stabilitas warna bahan basis resin akrilik polimerisasi panas dianalisa
dengan menggunakan uji Anova Satu Arah, diperoleh nilai signifikasi p = 0. Hal ini
menunjukan adanya pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0%, dan 1.5% pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap stabilitas warna.
Untuk memastikan perbedaan stabilitas warna dari kelompok kontrol (tanpa
penambahan kitosan) dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0%, dan 1.5% dilakukan uji Least Significance Difference (LSD) yang dapat dilihat
pada Tabel 4.6
Tabel 4.6 Hasil Uji Least Significance Difference (LSD) Nilai Absorbansi Bahan Basis
Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas.
Mean Difference
(I) Kelompok (J) Kelompok Sig.
(I-J)
Kontrol 0.25% -.000088 .791
0.5% -.000378 .262
0.75% -.001546* .000
1.0% -.002446* .000
1.5% -.002092* .000
0.25% 0.5% -.000290 387
0.75% -.001458* .000
1.0% -.002358* .000
1.5% -.002004* .000
0.5% 0.75% -.001168* .002
1.0% -.002068* .000
1.5% -.001714* .000
0.75% 1.0% -.000900* .012
1.5% -.000546 .110
1% 1.5% .000354 .293
Hasil uji LSD pada tabel 4.6 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
antara kelompok kontrol dengan kelompok penambahan kitosan nano 0.75%, 1.0%
dan 1.5% dengan nilai p = 0,000 (p<0,05).
terlihat gambaran SEM morfologi permukaan resin akrilik polimerisasi panas tanpa
dan dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.
A B C
D E F
Gambar 4.4 Gambaran SEM morfologi permukaan resin akrilik polimerisasi panas tanpa
penambahan kitosan (A) dan dengan penambahan kitosan nano gel
0,25%.,(B) 0,50%.,(C) 0,75%.,(D) 1%.,(E) dan 1,5%(F) dengan pembesaran
2000 X.
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Kekuatan Impak Bahan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi
Panas Tanpa dan dengan Penambahan Kitosan Nano Gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0%, dan 1.5%.
Hasil penelitian pada Tabel 4.1.1 terlihat adanya perbedaan nilai rerata kekuatan
impak resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan setelah ditambahkan kitosan nano
gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.. Penambahan kitosan nano gel dapat
dijadikan alternatif untuk menambah kekuatan impak bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas. Hal ini disebabkan karena ukuran partikel kitosan
mempengaruhi kualitas kitosan, dimana partikel kitosan yang lebih kecil akan
membentuk permukaan semakin luas (Li-Ming, 2011). Selain itu, penggunaan
tripolifosphat saat proses gelasi juga sangat mempengaruhi, dimana penambahan
tripolifosphat akan membentuk ikatan silang ionik sehingga kitosan dapat digunakan
sebagai bahan penguat. Hal ini disebabkan oleh peran tripolifosphat sebagai zat
pengikat silang yang akan memperkuat matriks nano kitosan (Wahyono cit Yuliani,
2015).
Setelah penambahan kitosan nano gel 1.5% nilai kekuatan impak menurun
dibandingkan dengan penambahan kitosan nano gel 1.0%, hal ini dikarenakan
besaran konsenterasi larutan kitosan nano gel memiliki nilai viskositas yang tinggi
dibandingkan dengan penambahan kitosan nano gel lainnya. Semakin tinggi
persentase larutan kitosan maka nilai viskositasnya akan semakin tinggi (Nugroho
et.al., 2011). Nilai viskositas yang tinggi pada resin akrilik polimerisasi panas dengan
penambahan kitosan nano gel 1.5% menyebabkan kitosan nano gel sulit berdifusi
mengisi ruang pada poly (methyl methacrylate). Hal ini akan mempengaruhi kekuatan
mekanisnya, dimana kekuatan mekanis gel ditentukan dengan mengukur
viskoelastisitasnya (Sugita, 2009). Menurut Agusnar et.al., (2013), semakin tinggi
berat molekul dan konsenterasi larutan kitosan, akan semakin tinggi nilai
viskositasnya. Viskositas merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi
Gambar. 5.1 Hasil uji FTIR pada PMMA, Kitosan danPMMA yang ditambahkan
kitosan nano gel
Hasil penelitian yang didapat sesuai dengan penelitian Radhakumary dkk, 2005
bahwa absorbsi puncak karbonil muncul pada 1730.6 cm-1 pada PMMA homopolimer
dan puncak absorbsi karbonil graft co-polymer chitosan dengan MMA pada 1727.18
cm-1. Hal ini terjadi karena adanya ikatan hidrogen antara grup amino kitosan dan
grup karbonil. Amer, 2014, pada penelitianya menyatakan saat proses polimerisasi
terjadi ikatan-ikatan antara rantai polimer dimana –CH3 pada resin akrilik
polimerisasi panas akan menyatu (berikatan) dengan rantai polimer dari kitosan yaitu
–OH. Selain itu gugus carbonyl C=O pada rantai poly (methyl methacrylate) juga
akan berikatan dengan NH2 pada kitosan. Ikatan ini lah yang membuat kekuatan
impak dari bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan
kitosan nano gel akan meningkat. Semakin banyak ikatan silang pada rantai polimer
akan membentuk bangunan tiga dimensi yang sinambung sehingga terbentuk struktur
yang kaku dan tegar yang tahan terhadap gaya atau tekanan tertentu (Sugita, 2009).
Menurut Li Z et.al,. 2016 bahwa kekuatan mekanis composite nanofibrous membrane
meningkat dengan meningkatnya kadar kitosan/PMMA. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang didapat bahwa penambahan kitosan nano gel pada bahan basis gigi
5.3 Absorbansi Stabilitas Warna Bahan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik
Polimerisasi Panas tanpa dan dengan Penambahan Kitosan Nano Gel 0,25%.,
0,50%., 0,75%., 1%., dan 1,5%.
Pada penelitian ini pengukuran intensitas warna bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas yang diperoleh menggunakan alat Spectrophotometer UV-
Visible dengan panjang gelombang 552 nm. Dari Tabel 4.3.1 menunjukkan
perbedaan nilai absorbansi pada bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi
panas kelompok tanpa dan dengan penambahan kitosan nano gel. Stabilitas warna
pada penambahan kitosan nano gel 1.0% menunjukkan nilai terbesar adalah 0.07589
cm-1 dan nilai terkecil pada kelompok tanpa penambahan kitosan nano gel adalah
0.07345 cm-1.
Perubahan warna bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya degradasi
kimia, oksidasi, kebersihan mulut, proses polimerisasi yang tidak sempurna dan
penyerapan air (Goiato MC, et al 2010). Penyerapan air pada bahan basis gigi tiruan
yang berlebihan akan menyebabkan diskolorasi (Saied, 2011). Cairan yang
terabsorbsi melalui proses difusi akan mengisi ruang-ruang di antara matriks sehingga
menyebabkan perubahan struktur resin dan fisiknya. Penyerapan air akan
menyebabkan beberapa komponen akan ikut terlarut, maka semakin banyak air yang
diserap maka akan semakin banyak komponen yang akan ikut terlarut. Hal ini akan
menyebabkan perubahan warna bahan suatu bahan basis gigi tiruan (Kortrakulkij,
2008).
Nilai stabilitas warna terendah pada kelompok tanpa penambahan kitosan nano
gel kemungkinan disebabkan selama proses pelarutan resin akrilik polimerisasi panas
dengan larutan xylen. Menurut Ariyani (2012) yang mengutip pendapat Muetia, salah
satu faktor yang mempengaruhi stabilitas warna adalah kemampuan penyerapan
(permeabilitas) cairan pada bahan. Proses absorpsi dan adsorpsi cairan tergantung
pada keadaan lingkungannya.
Pada kelompok dengan penambahan kitosan nano gel terlihat stabilitas warna
yang lebih baik, hal ini karena penyerapan cairan pada kelompok tersebut lebih
rendah. Kitosan nano gel yang ditambahkan pada bahan polimer berfungsi sebagai
filler yang dapat memperbaiki sifat bahan polimer. Pada saat proses pelarutan resin
akrilik polimerisasi panas yang ditambah kitosan nano gel dengan larutan xylen, resin
akrilik dengan penambahan kitosan nano gel tidak akan ikut terlarut karena sifat
kitosan yang tidak larut di dalam air. Pada saat ini reaksi hidrolisis tidak dapat terjadi
lagi dan kitosan akan mengikat zat warna bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas pada gugus –NH2. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Singh, 2008 bahwa sifat kitosan yang bila dimodifikasi dengan beberapa
polimer lain seperti polimetil metakrilat akan mengikat zat warna pada gugus –NH2
(Sugita 2009). Penyerapan air yang rendah akan menghasilkan komponen yang
terlarut juga rendah sehingga warna menjadi lebih stabil.
Namun pada penelitian ini, menurunnya nilai absorbansi resin akrilik
polimerisasi panas yang ditambahkan kitosan nano gel 1.5% bila dibandingkan
dengan penambahan kitosan nano gel 1.0%. karena ikatan yang mengikat zat warna
pada gugus-NH2 antara kitosan dan resin akrilik polimerisasi panas berkurang. Hal ini
disebabkan karena zat warna yang terkandung pada bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan kitosan nano gel lebih sedikit bila
dibandingkan dengan penambahan kitosan nano gel 1.0%, karena sulitnya kitosan
nano gel 1.5% berdifusi mengisi ruang-ruang untuk berikatan dengan bahan basis
gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Pada penelitian ini penambahan kitosan
nano gel 1.0% merupakan konsistensi yang paling tepat untuk ditambahkan ke bahan
basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas.
ditambahkannya kitosan nano gel permukaan bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas menjadi lebih merata dapat dilihat pada Gambar 4.4 dengan
pembesaran 2000 X.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan gambaran
morfologi permukaan bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas pada
setiap sampel dengan penambahan kitosan nano gel. Perbedaan ini disebabkan karena
jumlah persentase kitosan yang ditambahkan, konsistensi (kekentalan) kitosan nano
gel, dan pada saat pencampuran dan pengadukkan kitosan nano gel dengan resin
akrilik polimerisasi panas yang tidak merata karena dilakukan secara manual. Hasil
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Li Zhengyang et.al., (2016) yaitu
hasil gambaran SEM chitosan/PMMA composite nanofiber memiliki permukaan yang
halus dan serupa.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa:
a. Ada pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%,
dan 1.5% pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap kekuatan impak, dan ada
perbedaan nilai kekuatan impak yang signifikan antara kelompok kontrol dengan
kelompok penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% yang
menunjukkan terjadi peningkatan antara kelompok tanpa penambahan (nilai terendah)
dan dengan penambahan kitosan nano gel 1.0% (nilai tertinggi) sebesar 36,2 %
b. Ada pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%,
dan 1.5% pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap kekuatan transversal, dan
ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok
penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% yang
menunjukkan terjadi peningkatan antara kelompok tanpa penambahan (nilai terendah)
dan dengan penambahan kitosan nano gel 1.0% (nilai tertinggi) sebesar 5.9 %
c. Ada pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%,
dan 1.5% pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap stabilitas warna, dan ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok penambahan
kitosan nano 0.75%, 1.0% dan 1.5% yang menunjukkan peningkatan terjadi antara
kelompok tanpa penambahan (nilai terendah) dan dengan penambahan kitosan nano
gel 1.0% (nilai tertinggi) sebesar 3.32%
d. Ada perbedaan gambaran morfologi mikrostruktur permukaan bahan basis
gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas setelah penambahan kitosan nano gel
0,25%., 0,50%., 0,75%., 1% dan 1,5% berupa perbaikan morfologi permukaan resin
akrilik sehingga permukaan bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas
menjadi lebih merata karena ditutupi oleh gugus amina dari kitosan.
e. Penambahan kitosan nano gel 1% pada bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas merupakan konsistensi yang sangat cocok digunakan sebagai
bahan penguat untuk menambah kekuatan mekanis seperti kekuatan impak dan
transversal dan dalam mempertahankan stabilitas warna dari bahan basis gigi tiruan
resin akrilik polimerisasi panas.
6.2 Saran
a. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai penambahan kitosan nano gel
untuk memperbaiki sifat-sifat lain dari bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas.
b. Perlunya penelitian lebih lanjut bagaimana mekanisme dari bahan kitosan
nano gel sehingga dapat meningkatkan kekuatan mekanis dan stabilitas warna bahan
basis gigi tiruan resin akrlik polimerisasi panas.
c. Perlunya jumlah sampel yang lebih banyak lagi untuk mendapatkan hasil
yang lebih akurat lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Amer ZJA, Ahmed JK, Abbas SF, 2014. Chitosan/PMMA Bioblend for Drug
Release Applications. Int J Eng and Tech; 4(5): 1-6
Anusavice KJ, Shen C, Rawls HP, 2013. Phillips’ Science Of Dental Materials.
12th ed. USA : Elsevier Saunders; 89, 91, 261, 722, 724, 727-8, 735, 737, 739, 741-4.
Assuncao WG, Gomes EA, Barao VA, Barbosa DB, Tabata LF. 2010. Effect of
Storage inn Artificial Saliva and Thermal Cycling on Knoop Hardness of Resin
Denture Teeth. J Prosthodont Res; 54(3): 123-7.
Azeredo HMC, De Britto D, Assis OBG, 2010. Chitosan Edible Films and
Coatings-A Review. Nova Sci Pub Inc; 179-15.
Craig RG, Powers JM, Watana JC, 2000. Dental Material: Properties and
Manipulation. 7th ed. India: Mosby; 257-67.
El-Sheikh AM, Al-Zahrani SB. 2006. Causes of denture fracture: a survey: Saudi
Dent J. 18(3):149-53.
Foat F, Panza LHV, Gracia RCMR, Cury AADB, 2009. Impact and Flexural
Strength and Fracture Morphology Of Acrylic Resins With Impact Modifiers. J The
Open Dentistry; 3: 137-6.
Gu ZY, Xue PH, Li WJ, 2001. Preparation of the Porous Chitosan Membrane by
Cryogenic Induced Phase Separation. Polym Adv Technol; 12: 665-4.
Gujjari AK, Bhatnagar VM, Basavaraju RM. 2013. Color Stability and Strength
of Poly(methyl methacrylate) and Bis-Acrylic Composite Based Provisional Crown
and Bridge Auto-polymerizing Resins Exposed to Beverages and Food Dye: An in
Vitro Study. Indian J Dent Res: 24(2); 172-5.
Hanafiah IKA, 2003. Rancangan percobaan teori dan aplikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada; 9.
Hipolito AC, Barao VA, Faverani LP, Ferreira MB, Assuncao WG. 2013. Color
Degradation of Acrylic Resin Denture Teeth as a Function of Liquid Diet:
Ultraviolet-Visible Reflection Analysis. J Biomed Opt: 18(10); 1-9.
Hutapea PR. 2014. Efek dan Karakterisasi kitosan Molekul Tinggi Nanopartikel
pada Pasta Gigi Terhadap Penutupan Tubulus Dentin (In vitro). Tesis: Medan: FKG
USU; 28-7.
Manappallil JJ, 2003. Basic Dental Materials. 2nd ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers (P); 99-101, 106, 110, 118, 122-7.
MC Cabe JF, Walls AWG, 2008. Applied Dental Materials. 9th ed. London:
Blackwell; 110-23, 258-64.
Mowade TK, Dange SP, Thakre MB, Kamble VD, 2012. Effect of Fiber
Reinforcement on Impact Strength of Heat Polymerized Polymethyl Methacrylate
Denture Base Resin : In Vitro Study and SEM Analysis. J Adv Prosthodont; 4: 30-6.
Noort RV, 2008. Introduction to Dental Materials. 3rd ed. St.Louis : Mosby
Elvesier; 217-8, 221-2.
Petri DFS, Donega J, Benassi AM, et al, 2007. Preliminary Study on Chitosan
Modified Glass Ionomer Restoratives. J Dent Materials; 23: 1004-10.
Powers JM, Wataha JC, 2008. Dental Materials: Properties and Manipulation. 9th
ed. Missouri: Mosby Inc; 205-15, 285-20.
Quasin SZU et al, 2010. Materials for Drug and Gene Delivery. International
Journal of Pharmaceutics; 385: 113-142.
Saied HM. 2011. Influence of Dental Cleansers on the Color Stability and
Surface Roughness of Three Types of Denture bases. J Bagh College Dentistry;
23(3): 17-5.