Anda di halaman 1dari 97

1

PENGARUH PENAMBAHAN KITOSAN NANO GEL


TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STABILITAS
WARNA BAHAN BASIS GIGI TIRUAN RESIN
AKRILIK POLIMERISASI PANAS

TESIS

IKA DEVI ADIANA


NIM.127028002

PROGRAM MAGISTER (S-2) ILMU KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


2

PENGARUH PENAMBAHAN KITOSAN NANO GEL


TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STABILITAS
WARNA BAHAN BASIS GIGI TIRUAN RESIN
AKRILIK POLIMERISASI PANAS

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Magister (MDSc)
Dalam Bidang Ilmu Kedokteran Gigi
Pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

IKA DEVI ADIANA


NIM.127028002

PROGRAM MAGISTER (S-2) ILMU KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


3

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian Tesis:

“PENGARUH PENAMBAHAN KITOSAN NANO GEL TERHADAP SIFAT


MEKANIS DAN STABILITAS WARNA BAHAN BASIS GIGITIRUAN RESIN
AKRILIK POLIMERISASI PANAS”

Nama Mahasiswa : IKA DEVI ADIANA


Nomor Induk Mahasiswa : 127028002
Jenjang Pendidikan : Program Magister (S-2)
Bidang Ilmu : Kedokteran Gigi
Peminatan : Ilmu Kedokteran Gigi Dasar/Material
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing:

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Prof. Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG(K) Lasminda Syafiar, drg., M.Kes


NIP. 19500828 197902 2 001 NIP. 19540803 198012 2 001

Diketahui Oleh:

D e k a n, Ketua Program Studi,

Dr. Trelia Dr. Ameta Primasari, drg.,


Boel,drg.,M.Kes.,Sp.RKG.(K) MDSc.,M.Kes
NIP. 19650214 199203 2 004 NIP. 19680311 199203 2 001

Universitas Sumatera Utara


4

Tanggal Lulus : 07 September 2016

Telah Diuji

Pada Tanggal : 07 September 2016

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : Dr. Ameta Primasari, drg.,MDSc.,M.Kes

Anggota : 1. Dr. Darwin Yunus Nasution, M.S

2. Syafrinani, drg.,Sp.Pros.(K)

3. Prof. Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG(K)

4. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes

Universitas Sumatera Utara


5

PERNYATAAN

PENGARUH PENAMBAHAN KITOSAN NANO GEL TERHADAP SIFAT


MEKANIS DAN STABILITTAS WARNA BAHAN BASIS
GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan utuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2017

Ika Devi Adiana

Universitas Sumatera Utara


6

ABSTRACT

Heat-activated denture base resin is the material most commonly used as a


denture base, but these materials still lack a long-term use one of them is the low
mechanical properties. To improve these properties, a reinforcing material is added.
Recently, there is a great interest for the study of natural products, such as chitosan.
Research on thermal polymerization of acrylic resin added high molecular chitosan
nanoparticles to increase the strength of denture base materials have not been studied
to date therefore researchers are particularty interested in examining these two
materials.Chitosan is a proven biocompatible material that is safe for humans. This
study was aimed to look at the effect of adding chitosan nano gel on the mechanical
properties and color stability oh heat-activated denture base resin. Sample in this
study is the heat-activated denture base resin rectangular shape with the size of
50x6x4mm (for impact), 64x10x2,5mm (for transverse), and 40x10x2mm (for colors
stability). 6 samples size of each group, ie : control group and the group plus
chitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, and 1.5%. Sample preparation starts
with making mold in the cuvette. After placement of the control group and the heat-
activated denture base resin plus chitosan nano gel into a mold then performed
cuvette pressing and curing in waterbath with a temperature of 740C for 120 minute
and 1000C for 60 minute, After being removed from the sample cuvette last trimmed
impact strength testing using charpy tester, transverse strength testing using torsee’s
electronic system universal testing machine with initial load of 50 kgf and color
stability testing by means of UV-Visible spectrophotometer with 552 nm wavelength.
Qualitatively and quantitatively, the data were statistically analyzed using ANOVA
and LSD. Qualitatively and quantitatively, the statistical analysis showed there were
significant differences on heat-activated denture base resin without chitosan nano gel.
The value of impact strength of heat-activated denture base resin without chitosan
nano gel are 5.83x10-3 J/mm2 lower than 5.91, 6.41, 6.58, 7.91 and 6.08x10-3 J/mm2
with chitosan nano gel 0.25%, 0,50%, 0,75%, 1,0%, and 1,5%. The same thing on the
transverse strength of heat-activated denture base resin without chitosan nano gel are
74.62 Mpa lower 74.93, 75.14, 78.88, 79.00, and 78.58 Mpa with chitosan nano gel
0.25%, 0,50%, 0,75%, 1,0%, and 1,5%. The colors stability of heat-activated denture
base resin without chitosan nano gel are 0.07345 cm-1 and 0.07354, 0.07383,
0.07499, 0.07589 lower than 0.07554 cm-1 with chitosan nano gel 0.25%, 0,50%,
0,75%, 1,0%, and 1,5%. In conclusion, no difference in value of impact strength,
transverse strength, and discoloring of the heat-activated denture base material of
acrylic resin polymerization significant after the addition of chitosan nano gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0% and 1.5%. The addition of chitosan nano gel 1% is a consistency
most suitable for use as a reinforcing material.

Key words: heat-activated denture base resin, chitosan nano gel

Universitas Sumatera Utara


7

ABSTRAK

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan yang sering digunakan


sebagai basis gigi tiruan, namun bahan ini masih memiliki kekurangan dalam
pemakaian jangka panjang salah satunya adalah sifat mekanis yang rendah. Untuk
memperbaiki sifat tersebut, bahan penguat ditambahkan. Pemakaian bahan alam
seperti kitosan untuk memperbaiki sifat resin akrilik polimerisasi panas lebih diteliti.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penambahan kitosan molekul tinggi
dalam bentuk nano gel terhadap kekuatan mekanis bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas dan stabilitas warnanya. Sampel pada penelitian ini adalah
resin akrilik polimerisasi panas berbentuk persegi panjang dengan ukuran 50x6x4mm
(untuk uji impak), 64x10x2,5mm (uji transversal), dan 40x10x2mm (uji stabilitas
warna). Besar sampel 6 setiap kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok yang
ditambahkan kitosan nano gel 0.25, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.50%. Pembuatan
sampel dimulai dengan membuat mold di dalam kuvet. Setelah pengepresan kuvet
dilakukan kuring di dalam waterbath dengan suhu740C selama 120 menit dan 1000C
selama 60 menit. Pengujian kekuatan impak dilakukan dengan alat charpy tester,
pengujian kekuatan transversal menggunakan torsee’s electronic system universal
testing machine dengan beban awal 50 kgf dan pengukuran stabilitas warna dengan
alat UV-Visible spectrophotometer dengan panjang gelombang 552 nm. Hasil Uji
statistik ANOVA dan LSD menunjukkan terdapat perbedaan signifikan pada resin
akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan kitosan nano gel dengan penambahan
kitosan nano gel. Nilai kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas tanpa
penambahan kitosan nano gel 5.83x10-3 J/mm2 lebih rendah dibandingkan 5.91, 6.41,
6.58, 7.91 dan 6.08x10-3 J/mm2 dengan kitosan nano gel 0.25%, 0,50%, 0,75%, 1,0%,
dan 1,5%. Hal yang sama pada nilai kekuatan transversal tanpa penambahan kitosan
nano gel 74.62 Mpa lebih rendah dibandingkan 74.93, 75.14, 78.88, 79.00, dan 78.58
Mpa dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0,50%, 0,75%, 1,0%, dan 1,5%.
Nilai stabilitas warna pada resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan kitosan
nano gel 0.07345cm-1 lebih rendah dibandingkan 0.07354, 0.07383, 0.07499, 0.07589
dan 0.07554 cm-1 dengan kitosan nano gel 0.25%, 0,50%, 0,75%, 1,0%, dan 1,5%.
Kesimpulan, Ada perbedaan nilai kekuatan impak, kekuatan transversal dan
perubahan warna bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas yang
signifikan setelah penambahan kitosan nano gel dengan persentase yang berbeda
yaitu 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0% dan 1.5%. Penambahan kitosan nano gel 1%
merupakan konsistensi yang paling cocok digunakan sebagai bahan penguat.

Kata Kunci: resin akrilik polimerisasi panas, kitosan nano

Universitas Sumatera Utara


8

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat,
karunia dan kasih sayang-Nya sehingga tesis ini telah selesai disusun sebagai salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Kedokteran Gigi pada Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,
pengarahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr.Trelia Boel, drg., Sp.RKG selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc., M.Phil selaku dosen pembimbing pertama
dan kepala Bagian Laboratorium Pusat Penelitian FMIPA USU yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, penjelasan,
semangat, motivasi, nasehat dan doa selama proses penyusunan tesis ini sampai
dengan selesai.
3. Prof.Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG(K) selaku dosen pengganti
pembimbing pertama yang telah sudi membimbing dan meluangkan waktunya untuk
memberikan pengarahan, bimbingan, penjelasan sehingga tesis ini dapat
diseminarkan.
4. drg. Lasminda Syafiar, M.Kes selaku dosen pembimbing kedua dan selaku
Kepala Bagian Department Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas USU yang telah meluangkan waktu, membimbing, dan mengarahkan
penulis sehingga tesis ini dapat diseminarkan.
5. Dr. Ameta Primasari, drg., M.Kes., MDSC selaku Ketua Prodi Program
Magister Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan ketua tim
penguji, atas segala saran, dukungan bantuan, motivasi dan nasehat kepada penulis.
6. Dr. Darwin Yunus Nasution selaku panitia penguji Program Magister
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberi bimbingan dan
masukan kepada penulis.

Universitas Sumatera Utara


9

7. Syafrinani, drg., Sp.Pros selaku panitia penguji Program Magister


Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan
dukungan, saran, nasehat dan bantuan kepada penulis.
8. Prof. Hazlinda Z. Tamin, drg., Sp.Prost selaku Kepala Lab Uji Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian, bantuan, saran dan nasehat kepada penulis.
9. Dr. Sharman Gea selaku Kepala LIDA Universitas Sumatera Utara, yang
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan bantuan kepada penulis.
10. Sabani, S.Pd.,M.Si selaku staff pengajar dan laboran di Fakultas MIPA
UNIMED, yang telah memberikan banyak bantuan, dan arahan pada penulis selama
melakukan penelitian.
11. Sri Rahayu S.Si. selaku staf laboran LIDA, atas bantuannya dalam
melaksanakan penelitian ini.
12. Pak Sukirman selaku staf laboran, yang telah membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian ini.
13. Kak Maya Fitria yang telah membantu dalam analis data hasil penelitian
penulis.
14. Bang Mulyadi selaku staf laboran departemen IMTKG yang telah
membantu penulis selama melakukan penelitian ini.
15. Bang Muzakir selaku staf laboran lab Uji yang telah membantu penulis
selama melakukan penelitian ini.
16. Kak Nisa dan Wika yang selalu memberi semangat, memberikan solusi
dan membantu segala kelengkapan akademis penulis.
17. Seluruh Staf Departemen IMTKG yang memberi masukan dan nasehat.
18. Teman-teman yang terbaik yang penulis cintai, sahabat dalam suka-duka,
yang sangat mendukung, membantu, memberi semangat dan nasehat kepada penulis
dalam menjalani Program Pendidikan Pasca Sarjana Kedokteran Gigi dan membantu
penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Terimakasih setulus-tulusnya buat: Kak Ponty,
Ko Teddy, Pretty, Henny, Vero, Indri, Desy, Aisyah dan Kak Yuyun.

Universitas Sumatera Utara


10

Dalam penulisan tesis ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
kedua orang tua tersayang, Alm Papa M.Zuhyar dan Mama Dalianti atas segala
pengorbanan, doa, dukungan dan kasih sayang kepada penulis. Terima kasih setulus-
tulusnya kepada suami penulis tercinta M.Irsan Rangkuti yang sangat membantu dan
mendukung penulis dalam segala hal. Terimakasih atas kasih sayang, perhatiaan, doa,
dukungan dan materi yang diberikan kepada penulis. Terimakasih buat putra-putra
tersayang M.Rasya Khalis, M.Azka Idraki dan M.Zio Zaa Virza atas kasih sayang,
dukungan, dan doanya bagi penulis dalam meniti karier sampai kepada jenjang ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh
karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis berharap semoga
tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengertahuan dan pemecahan
masalah klinis.

Medan, Januari 2017


Penulis,

Ika Devi Adiana


NIM : 127028002

Universitas Sumatera Utara


11

RIWAYAT HIDUP

Keterangan Pribadi
Nama : Ika Devi Adiana
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 27 Agustus 1982
Agama : Islam
Alamat : Jl. Bunga Rinte Komp. Puri Zahara 2
Pekerjaan : PNS
Nama Ayah : Alm. M. Zuhyar
Nama Ibu : Dalianti
Nama Suami : M.Irsan Rangkuti
Nama Anak : 1. M. Rasya Khalis
2. M. Azka Idraki
3. M Zio Zaa Virza
Pendidikan Formal
Sekolah Dasar : SD Pembangunan Didikan Islam
Sekolah Menengah : SMPN 31 Medan
Sekolah Menengah Atas : SMAN 2 Medan
Fakultas Kedokteran Gigi : Universitas Sumatera Utara
Pasca Sarjana : Ilmu Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara
Publikasi
1. Poster: Karakterisrik Saliva pada Anak-anak Penderita diabetes. Pada ASyiah-
DM III, bulan April 2013 di Banda Aceh, Indonesia.
2. Ceramah Singkat: Biodegradasi Resin Akrilik. Pada Seminar Ilmiah Sehari
(SIS) di Medan, Indonesia.
3. Poster: Penggunaan Kitosan Sebagai Biomaterial di Kedokteran Gigi. Pada
Rakernas & The 3rd TIP IPAMAGI bulan Maret 2014 di Surabaya, Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


12

4. Poster: Peranan Kitosan Terhadap Kanker Rongga Mulut. Pada Seminar


Kedokteran Gigi Pascasarjana Ilmu Kedokteran Gigi bulan Mei 2016 di
Medan, Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


13

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK........................................................................................................ i
ABSTRACT...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv
DAFTAR ISTILAH.......................................................................................... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ . 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9

2.1 Resin Akrilik .............................................................................. 9


2.2 Jenis-jenis Resin Akrilik ............................................................ 9
2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas ............................................... 10
2.3.1 Komposisi Resin Akrilik ................................................. 10
2.3.2 Reaksi Polimerisasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas .... 10
2.3.3 Manipulasi Resin Akrilik................................................... 11
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Resin Akrilik......................... 13
2.3.5 Sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas.............................. 13
2.3.5.1 Sifat Mekanis........................................................ 14
2.3.5.2 Sifat Khemis......................................................... 16
2.4 Kitosan........................................................................................ 16
2.5 Alat Uji ...................................................................................... 16
2.5.1 Scanning Electron Microscope......................................... 20
2.5.2 Spectrophotometer........................................................... 21
2.6 Landasan Teori .......................................................................... 23
2.7 Kerangka Konsep ...................................................................... 25
2.8 Hipotesis .................................................................................... 25

Universitas Sumatera Utara


14

BAB 3. METODELOGI PENELITIAN .......................................................... 27

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ........................................................ 27


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................... 27
3.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian.......................................... 27
3.3.1 Sampel Penelitian ........................................... .............. 27
3.3.2 Besar Sampel Penelitian ............................................. .. 29
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ......................................... 29
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................... . 30
3.5 Variabel Penelitian .................................................................... 30
3.5.1 Variabel Bebas ............................................................., 30
3.5.2 Variabel Tergantung ...................................................... 30
3.5.3 Variabel Terkendali ........................................................ 31
3.5.4 Variabel Tidak Terkendali .............................................. 31
3.6 Definisi Oprasional ..................................................................... 31
3.7 Alat dan Bahan Penelitian .......................................................... 33
3.7.1 Alat Penelitian ............................................................... 33
3.7.2 Bahan Penelitian ........................................................... 38
3.8 Prosedur Penelitian ..................................................................... 39
3.8.1 Pembuatan Master Cast ............................................... 39
3.8.2 Pembuatan Mold (Cetakan) ......................................... . 39
3.8.3 Pembuatan Kitosan Nano Gel ....................................... 40
3.8.4 Pengisian Resina Akrilik Pada Mold ............................ 42
3.8.5 Kuring (Penggodokan) Resin Akrilik Polimerisasi
Panas .............................................................................. 44
3.8.6 Penghalusan Sampel Resin Akrilik Polimerisasi Panas.. 44
3.8.7 Pengukuran Kekuatan Impak ........................................ 45
3.8.8 Pengukuran Kekuatan Transversal ............................... 45
3.8.9 Morfologi Permukaan Dengan SEM ............................. 46
3.8.10 Pengukuran Warna Dengan Spectrophotometer ............ 48
3.8.11 Pengujian FTIR .............................................................. 50
3.9 Analisis Data ............................................................................... 50

BAB 4. HASIL PENELITIAN


4.1 Hasil Penelitian dan Analisa Data Nilai kekuatan Impak Resin
Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Kitosan Nano
Gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.50%........................... . 51
4.2 Hasil Penelitian dan Analisa Data Nilai Kekuatan
Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan
Dengan Kitosan Nano Gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%., dan
1.50% ........................................................................................ 53
4.3 Hasil Penelitian dan Nilai Rata-Rata Absorbansi Resin Akrilik
Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Kitosan Nano Gel0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.50%.................................................. 56
4.4 Gambaran SEM Morfologi Permukaan Resin Akrilik

Universitas Sumatera Utara


15

Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Kitosan Nano Gel


0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan1.50........................................ 59

BAB 5. PEMBAHASAN................................................................................. 61
5.1 Kekuatan Impak Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik
Polimerisasi PanasTanpa dan Dengan Kitosan Nano Gel
0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.50% ................................... 61
5.2 Kekuatan Tansversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik
Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Kitosan Nano Gel
0.25%, 0.50%, 0.75%,1.0%, dan 1.50%..................................... 64
5.3 Absorbansi Stabilitas Warna Bahan Basis Gigitiruan Resin
Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Kitosan Nano
Gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%,dan 1.50%................................. 66
5.4 Gambaran Morfologi Permukaan Bahan Basis Gigitiruan
Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Kitosan
Nano Gel 0.25%,0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.50%...................... 67

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 69


6.1 Kesimpulan ................................................................................ 69
6.2 Saran .......................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 71

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


16

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Komposisi Kimia Kitosan ......................................................................... 18


3.1 Definisi Operasional, Cara, Hasil, dan Alat Ukur dari Variabel Bebas
Penelitian ................................................................................................... 31
3.2 Definisi Operasional, Cara, Hasil, dan Alat Ukur dari Variabel
Tergantung Penelitian................................................................................ 32
4.1 Nilai Rata-rata dan standar deviasi uii kekuatan impak bahan basis
gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas.................................................. 51
4.2 Hasil uji least significance difference (LSD) kekuatan impak bahan
basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas......................................... 53
4.3 Nilai Rata-rata dan standar deviasi uii kekuatan transversal bahan basis
gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas.................................................. 54
4.4 Hasil uji least significance difference (LSD) kekuatan transversal
bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas............................. 56
4.5 Hasil Rata-rata dan standar deviasi nilai absorbansi bahan basis gigi
tiruan resin akrilik polimerisasi panas......................................................... 57
4.6 Hasil uji least significance difference (LSD) nilai absorbansi bahan basis
gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas.................................................. 59

Universitas Sumatera Utara


17

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Reaksi polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas ................................ 11


2.2 Sketsa alat uji kuatan impak ..................................................................... 15
2.3 Reaksi pembentukan kitosan dari kitin ..................................................... 17
2.4 Struktur Kitosan-PMMA .......................................................................... 20
2.5 Alat scanning electron microscope zeizzs Evo MA10 ............................. 21
3.1 Ukuran batang uji kekuatan impak.............................................................. 28
3.2 Ukuran batang uji kekuatan transversal....................................................... 28
3.3 Lempengan dari logam untuk uji kekuatan transversal (A), kekuatan
impak (B), dan uji stabillitas warna ........................................................... 33
3.4 Ultrasonic bath........................................................................................... 34
3.5 Sentrifugasi................................................................................................. 35
3.6 Sonicator.................................................................................................... 35
3.7 Alat uji kekuatan impak.............................................................................. 36
3.8 Alat uji kekuatan transversal....................................................................... 36
3.9 Alat uji morfologi permukaan (SEM)........................................................ 37
3.10 Mesin Coating ........................................................................................... 37
3.11 Alat Uji Stabilitas Warna............................................................................ 37
3.12 Alat ukur partikel (PSA)............................................................................. 38
3.13 Alat uji gugus fungsi (FTIR)...................................................................... 38
3.14 Bubuk kitosan............................................................................................ 38
3.15 Penempatan lempengan ke dalam adonan gips untuk uji kekuatan
impak(A), Transversal(B), dan stabilitas warna (C).................................. 40
3.16 Penambahan asam asetat 1%...................................................................... 41
3.17 Penambahan natrium tripoliposphat........................................................... 41
3.18 Larutan dimasukkan ke dalam ultrasonic bath........................................... 41
3.19 Larutan di sentrifugasi selama 30 menit..................................................... 42

Universitas Sumatera Utara


18

3.20 Pengepresan dengan press hidrolik.............................................................. 43


3.21 Proses kuring resin akrillik polimerisasi panas ........................................ 44
3.22 Penempatan sampel pada alat uji impak .................................................. 45
3.23 Penempatan sampel pada alat uji transversal ........................................... 45
3.24 Sampel yang dicoating dengan emas ........................................................ 46
3.25 Sampel di tempatkan pada specimen chamber ......................................... 47
3.26 Sampel berada di dalam vakum ................................................................ 47
3.27 Penentuan daerah sampel yang akan diambil ........................................... 48
3.28 Sampel digerus dengan bur fraser ............................................................. 48
3.29 Sampel dihaluskan dengan alu dan lumpang ............................................ 49
3.30 Sampel yang telah dilarutkan dengan larutan xylen .................................. 49
4.1 Grafik nilai kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas
Tanpa dan dengan penambahan kitosan gel 0.25%, 0.50%,
0.75%, 1.0% dan 1.50%. ........................................................................... 52
4.2 Grafik nilai kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas
tanpa dan dengan penambahan kitosan gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0% dan 1.50% ......................................................................................... 55
4.3 Grafik nilai rata-rata absorbansi warna sampel resin akrilik
polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan kitosan gel
0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0% dan 1.50% ................................................... 58
4.4 Gambaran SEM morfologi permukaan resin akrilik polimerisasi
panas tanpa penambahan kitosan (A) dan dengan
penambahan kitosan nano gel 0.25% (A), 0.50%(B),
0.75%(C), 1.0%(D) dan 1.50% (E) ............................................................ 60
5.1 Gambar hasil uji FTIR ................................................................................ 63
5.2 Gambar interaksi kitosan/PMMA ............................................................... 64

Universitas Sumatera Utara


19

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman


1. Alur Penelitian .......................................................................................... 76
2. Nilai Kekuatan Impak................................................................................. 77
3. Nilai Kekuatan Transversal ........................................................................ 80
4. Nilai Stabilitas Warna ................................................................................ 82
5. Hasil Uji Statik ........................................................................................... 83
6. Hasil Uji SEM ............................................................................................ 89
7. Hasil Uji PSA ............................................................................................ 89
8. Hasil Uji FTIR .......................................................................................... 90
9. Izin Penelitian ............................................................................................ 92
10. Persetujuan Komisi Etik............................................................................. 98

Universitas Sumatera Utara


20

DAFTAR ISTILAH

ADA = American Dental Association


FTIR = Fourier Transform Infra Red
PMMA = Polimethylmethacrylate
PSA = Particle Size Analyzier
SEM = Scanning Electron Microscope
TPP = Tripolipospat

Universitas Sumatera Utara


6

ABSTRACT

Heat-activated denture base resin is the material most commonly used as a


denture base, but these materials still lack a long-term use one of them is the low
mechanical properties. To improve these properties, a reinforcing material is added.
Recently, there is a great interest for the study of natural products, such as chitosan.
Research on thermal polymerization of acrylic resin added high molecular chitosan
nanoparticles to increase the strength of denture base materials have not been studied
to date therefore researchers are particularty interested in examining these two
materials.Chitosan is a proven biocompatible material that is safe for humans. This
study was aimed to look at the effect of adding chitosan nano gel on the mechanical
properties and color stability oh heat-activated denture base resin. Sample in this
study is the heat-activated denture base resin rectangular shape with the size of
50x6x4mm (for impact), 64x10x2,5mm (for transverse), and 40x10x2mm (for colors
stability). 6 samples size of each group, ie : control group and the group plus
chitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, and 1.5%. Sample preparation starts
with making mold in the cuvette. After placement of the control group and the heat-
activated denture base resin plus chitosan nano gel into a mold then performed
cuvette pressing and curing in waterbath with a temperature of 740C for 120 minute
and 1000C for 60 minute, After being removed from the sample cuvette last trimmed
impact strength testing using charpy tester, transverse strength testing using torsee’s
electronic system universal testing machine with initial load of 50 kgf and color
stability testing by means of UV-Visible spectrophotometer with 552 nm wavelength.
Qualitatively and quantitatively, the data were statistically analyzed using ANOVA
and LSD. Qualitatively and quantitatively, the statistical analysis showed there were
significant differences on heat-activated denture base resin without chitosan nano gel.
The value of impact strength of heat-activated denture base resin without chitosan
nano gel are 5.83x10-3 J/mm2 lower than 5.91, 6.41, 6.58, 7.91 and 6.08x10-3 J/mm2
with chitosan nano gel 0.25%, 0,50%, 0,75%, 1,0%, and 1,5%. The same thing on the
transverse strength of heat-activated denture base resin without chitosan nano gel are
74.62 Mpa lower 74.93, 75.14, 78.88, 79.00, and 78.58 Mpa with chitosan nano gel
0.25%, 0,50%, 0,75%, 1,0%, and 1,5%. The colors stability of heat-activated denture
base resin without chitosan nano gel are 0.07345 cm-1 and 0.07354, 0.07383,
0.07499, 0.07589 lower than 0.07554 cm-1 with chitosan nano gel 0.25%, 0,50%,
0,75%, 1,0%, and 1,5%. In conclusion, no difference in value of impact strength,
transverse strength, and discoloring of the heat-activated denture base material of
acrylic resin polymerization significant after the addition of chitosan nano gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0% and 1.5%. The addition of chitosan nano gel 1% is a consistency
most suitable for use as a reinforcing material.

Key words: heat-activated denture base resin, chitosan nano gel

Universitas Sumatera Utara


7

ABSTRAK

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan yang sering digunakan


sebagai basis gigi tiruan, namun bahan ini masih memiliki kekurangan dalam
pemakaian jangka panjang salah satunya adalah sifat mekanis yang rendah. Untuk
memperbaiki sifat tersebut, bahan penguat ditambahkan. Pemakaian bahan alam
seperti kitosan untuk memperbaiki sifat resin akrilik polimerisasi panas lebih diteliti.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penambahan kitosan molekul tinggi
dalam bentuk nano gel terhadap kekuatan mekanis bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas dan stabilitas warnanya. Sampel pada penelitian ini adalah
resin akrilik polimerisasi panas berbentuk persegi panjang dengan ukuran 50x6x4mm
(untuk uji impak), 64x10x2,5mm (uji transversal), dan 40x10x2mm (uji stabilitas
warna). Besar sampel 6 setiap kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok yang
ditambahkan kitosan nano gel 0.25, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.50%. Pembuatan
sampel dimulai dengan membuat mold di dalam kuvet. Setelah pengepresan kuvet
dilakukan kuring di dalam waterbath dengan suhu740C selama 120 menit dan 1000C
selama 60 menit. Pengujian kekuatan impak dilakukan dengan alat charpy tester,
pengujian kekuatan transversal menggunakan torsee’s electronic system universal
testing machine dengan beban awal 50 kgf dan pengukuran stabilitas warna dengan
alat UV-Visible spectrophotometer dengan panjang gelombang 552 nm. Hasil Uji
statistik ANOVA dan LSD menunjukkan terdapat perbedaan signifikan pada resin
akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan kitosan nano gel dengan penambahan
kitosan nano gel. Nilai kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas tanpa
penambahan kitosan nano gel 5.83x10-3 J/mm2 lebih rendah dibandingkan 5.91, 6.41,
6.58, 7.91 dan 6.08x10-3 J/mm2 dengan kitosan nano gel 0.25%, 0,50%, 0,75%, 1,0%,
dan 1,5%. Hal yang sama pada nilai kekuatan transversal tanpa penambahan kitosan
nano gel 74.62 Mpa lebih rendah dibandingkan 74.93, 75.14, 78.88, 79.00, dan 78.58
Mpa dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0,50%, 0,75%, 1,0%, dan 1,5%.
Nilai stabilitas warna pada resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan kitosan
nano gel 0.07345cm-1 lebih rendah dibandingkan 0.07354, 0.07383, 0.07499, 0.07589
dan 0.07554 cm-1 dengan kitosan nano gel 0.25%, 0,50%, 0,75%, 1,0%, dan 1,5%.
Kesimpulan, Ada perbedaan nilai kekuatan impak, kekuatan transversal dan
perubahan warna bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas yang
signifikan setelah penambahan kitosan nano gel dengan persentase yang berbeda
yaitu 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0% dan 1.5%. Penambahan kitosan nano gel 1%
merupakan konsistensi yang paling cocok digunakan sebagai bahan penguat.

Kata Kunci: resin akrilik polimerisasi panas, kitosan nano

Universitas Sumatera Utara


21

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Resin akrilik merupakan bahan yang sering digunakan untuk pembuatan basis
gigi tiruan yang mempunyai rantai polimer panjang dan terdiri dari unit-unit metil
metakrilat yang disebut dengan polymethylmethacrylate. Pembuatan basis gigi tiruan
umumnya menggunakan resin polimetilmetakrilat yang sudah diperkenalkan sejak
pertengahan tahun 1940 karena polimetilmetakrilat memiliki sifat biologis dan sifat
mekanik yang baik (kekuatan impak, kekuatan transversal, kekuatan fatique dan
modulus elstisitas), warna yang sedikit transparan dan solid. Selain itu ada beberapa
syarat ideal dari pembuatan basis gigi tiruan antara lain: biokompatibel, tidak berbau,
tidak berasa, tidak mengiritasi jaringan lunak mulut, tidak larut dalam saliva, tidak
beracun, stabilitas dimensi yang stabil, kuat, estetis yang baik, tahan terhadap beban
pengunyahan, ringan dan mudah diperbaiki (Powers, 2006; Noort, 2008; McCabe &
Walls, 2008; Anusavice, 2013;Lim, 2015).
Resin akrilik dibagi menjadi tiga tipe yaitu resin akrilik polimerisasi panas,
resin akrilik swapolimerisasi, dan resin akrilik polimerisasi sinar. Resin akrilik
polimerisasi panas adalah resin akrilik yang membutuhkan energi panas (pemanasan)
untuk polimerisasi. Resin akrilik polimerisasi panas memiliki kelebihan antara lain
memiliki jumlah monomer sisa yang relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan
resin akrilik swapolimerisasi, mudah dalam pemanipulasiannya dan harganya yang
relatif murah (Powers, 2006; Noort, 2008; McCabe, 2008).
Selain memiliki beberapa kelebihan di atas, bahan resin akrilik polimerisasi
panas ini juga memiliki beberapa kelemahan salah satunya sifat mekanis yang rendah
akibat pemakaian jangka panjang. Sifat mekanis yang rendah (kekuatan impak dan
kekuatan transversal) akan menyebabkan basis gigi tiruan menjadi lebih mudah patah
(Raszewski et.,al, 2013). Adanya tekanan yang mendadak seperti jatuhnya basis gigi
tiruan pada permukaan yang keras merupakan salah satu kelemahan dari kekuatan
impak (Bashi et.,al, 2009). Penelitian Johnston et.,al mendapati bahwa 68% gigi

Universitas Sumatera Utara


22

tiruan resin akrilik patah setelah beberapa tahun akibat dari kekuatan impak (Mowade
et.,al, 2012). Sedangkan kelemahan dari kekuatan transversal disebabkan oleh adanya
peregangan dari basis gigi tiruan selama pengunyahan sehingga terjadi crack (Bashi
et.,al, 2009, Vojvodic et.,al, 2009).
Kestabilan bahan basis gigi tiruan resin akrilik dapat dapat mengalami
perubahan sifat fisik dan sifat mekanik akibat proses biodegradasi. Biodegradasi
merupakan transformasi (perubahan) suatu zat dalam sifat fisik dan mekanis yang
mengarah pada kegagalan dari bahan itu sendiri yang disebabkan kondisi lingkungan
di dalam mulut, seperti karaktristik saliva, perubahan suhu intraoral, tekanan
pengunyahan, serta perubahan diet bisa menyebabkan terjadinya biodegradasi resin
akrilik. Proses degradasi tidak hanya merubah sifat dari resin akrilik tetapi juga
mempengaruhi kekuatan ikat basis gigi tiruan resin akrilik (Bettencourt et.,al 2010).
Menurut survei penelitian El-Sheik dan Al-Zahrani (2006) prevalensi frakturnya basis
gigi tiruan di bawah satu tahun sebesar 16,1% dan di antara 1-3 tahun sebesar 53,6%
dan penyebabnya adalah kekuatan impak sebesar 80,4% dan karena pengunyahan
sebesar 16,1%. Kekerasan (hardness) yang dibutuhkan pada pembuatan basis
gigitiruan resin akrilik yaitu 20 VHN dan untuk kekuatan transversal berdasarkan
ISO 1567:1999 adalah 6.0 MPa (McCabe dan Walls, 2008).
Selain mempengaruhi sifat mekanis, proses degradasi akibat pemakaian jangka
panjang juga akan mempengaruhi stabilitas warna bahan basis gigi tiruan resin
akrilik. Stabilitas warna merupakan salah satu karakteristik klinis yang sangat penting
pada basis gigi tiruan. Stabilitas warna adalah kemampuan lapisan permukaan atau
zat warna untuk menolak degradasi karena faktor lingkungan. Stabilitas warna
merupakan karakteristik yang penting pada bahan basis gigi tiruan (Kortrakulkij,
2008). Basis gigi tiruan yang ideal harus memiliki warna yang mendekati warna
alami jaringan lunak rongga mulut.
Perubahan warna basis gigi tiruan dapat mempengaruhi estetis. Perubahan
warna (diskolorasi) pada basis gigi tiruan dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor intrinsik dan faktor ektrinsik. Faktor intrinsik adalah perubahan kimia pada
bahan karena adanya penambahan zat/bahan penguat pada komposisi resin akrilik,

Universitas Sumatera Utara


23

sedangkan faktor ekstrinsik adalah stain akibat absorbsi bahan pewarna dari sumber-
sumber eksogen seperti teh, kopi, minuman ringan, komponen makanan, nikotin,
larutan kumur/pembersih gigi tiruan dan interaksi antara bahan-bahan ini di
lingkungan mulut (Kortrakulkij 2008, Hipolito et.al., 2013, Gujjari et.al., 2013).
Penelitian Imirzalioglu 2010 menyatakan bahwa terjadi perubahan warna yang
signifikan pada resin akrilik polimerisasi panas dan resin akrilik yang di injeksi saat
direndam dalam minuman kopi, dan para perokok dari waktu ke waktu dengan
p<0,05. PMMA menunjukkan nilai perubahan warna setelah perendaman selama 3
hari dalam semua larutan perendaman (kopi, saliva, teh dan pewarna makanan) dan
flexural strength PMMA lebih tinggi sebelum direndam dalam semua larutan
perendaman (Gujjari et.al., 2013). Penelitian Hipolito, 2013 didapati bahwa
perendaman gigi tiruan resin akrilik pada cola dan kopi memiliki perubahan warna
yang lebih tinggi daripada jus jeruk dan saliva.
Beberapa cara telah dilakukan untuk memperbaiki kelemahan bahan basis gigi
tiruan resin akrilik agar sifat mekanisnya meningkat sehingga tahan terhadap fraktur
beban pengunyahan dan penggunaan jangka panjang yaitu dengan penambahan bahan
penguat (Bashi et.,al, 2009, Jangger cit Lim, 2015). Penambahan bahan penguat dapat
berupa kimia, logam maupun serat (Raszewski et.al 2013). Namun saat ini
penggunaan bahan alami lebih digemari karena tidak menimbulkan efek samping
pada tubuh. Penggunaan bahan alami ini salah satunya adalah menggunakan kitosan
(Florez-Ramirez, 2008).
Kitosan merupakan salah satu biomaterial alami yang akhir-akhir ini terus
dikembangkan karena memiliki berbagai manfaat medis dan telah terbukti aman
untuk manusia. Kitosan memiliki beberapa sifat istimewa, antara lain biokompatibiliti
baik, biodegradable, mucoadhesion, tidak bersifat toksik, tidak menyebabkan reaksi
immunologi, dan tidak menyebabkan kanker sehingga kitosan sering digunakan pada
pengaplikasian biomedis. Berdasarkan beberapa pernyataan bahwa dengan beberapa
sifat istimewa dari kitosan, maka kitosan dan modifikasi dengan bahan lain dapat
digunakan untuk aplikasi klinis sebagai biomaterial (Petri et.al, 2007). Penggunaan
kitosan dalam bentuk nano partikel lebih efektif dari pada kitosan karena kitosan

Universitas Sumatera Utara


24

dalam bentuk nano partikel akan meningkatkan luas permukaan sampai ratusan kali
dibandingkan dengan partikel yang berukuran mikrometer. Hal ini akan
meningkatkan proses fisika-kimia dan interaksi pada permukaan yang lebih besar lagi
(Guibal cit Ningsih, 2010).
Ada penelitian yang mengungkapkan bahwa penggunaan kitosan sebagai bahan
penguat diantaranya adalah penambahan gel kitosan pada alginat dapat memperbaiki
struktur ikatan silang, akibatnya ikatan silang gel menjadi lebih kaku dan gel menjadi
lebih kuat. Semakin tinggi nilai kekuatan pecah gel, maka ikatan yang terjadi antara
polimer-polimer yang membentuk jaringan gel tersebut semakin kaku dan semakin
kuat (Sugita, 2009).
Petri et al., (2007) Semen Ionomer Kaca yang dimodifikasi dengan kitosan
bermolekul rendah menunjukkan penambahan 0,0044% berat kitosan dapat
meningkatkan sifat mekanik seperti flexural strength dan meningkatkan pelepasan
ion fluor. Menurut Azerado, (2010) penambahan kitosan dengan cellulose nanofibers
akan meningkatkan tensile strength. De Moura et.al (2009) penambahan
chitosan/tripolyphospate nanoparticles dengan hydrohypropyl methylcellulose akan
meningkatkan sifat mekanisnya. Florez-ramirez et.al., (2009) menyatakan bahwa
penambahan kitosan pada PMMA menunjukkan peningkatan kekerasan dan modulus
elastisitas. Khandaker (2014) menyatakan bahwa penambahan kitosan pada PMMA
secara signifikan mempengaruhi ketangguhan fraktur PMMA. Hu Q et.al., (2003)
menyatakan bahwa kitosan/HA nanokomposit, memiliki sifat mekanis 2-3 kali lebih
kuat dibandingkan dengan PMMA.
Penelitian Trong-Ming 2001 untuk melihat struktur dan sifat thermal dari
chitosan-modified poly(methyl methacrylate) dengan mencampurkan 100g MMA
dengan perbandingan kitosan 0,1,2,5,10 dan 15g mendapati bahwa ketika jumlah
kitosan meningkat maka berat molekul PMMA homopolymer juga meningkat dan
kitosan dapat menghambat degradasi rantai utama pada chitosan-PMMA copolymer.
Penelitian mengenai kitosan masih terus dikembangkan. Para ahli mencoba
mencari sifat-sifat unik lainnya yang dimiliki kitosan, sehingga dapat dimanfaatkan
dalam berbagai bidang kehidupan, seperti farmasi, biologi, medis, lingkungan, dan

Universitas Sumatera Utara


25

lainnya. Penelitian mengenai pemanfaatan kitosan sebagai penyerap (adsorben) telah


banyak dilaporkan, walaupun terbatas karena kelarutannya, dan aplikasi kitosan dapat
ditingkatkan dengan cara memodifikasinya secara kimiawi maupun fisis melalui
perpaduan antara kitosan dan beberapa polimer lain (polimer alam maupun sintetik)
(Sugita, 2009).
Polimetilmetakrilat (PMMA) memiliki densitas 1,150-1,190 kg/m3 , tidak tahan
terhadap berbagai macam pelarut, dapat mengembang, dan mudah larut dalam
berbagai pelarut. Pencangkokan PMMA yang dilakukan Singh, et al., (2006)
menyatakan bahwa kopolimer cangkok (graft) kitosan-PMMA telah terbukti
memiliki sifat adsorptivitas yang lebih baik dibandingkan dengan kitosan. Stabilitas
kopolimer cangkok kitosan-PMMA terhadap perubahan pH disebabkan pengikatan
zat warna sebagian besar terjadi pada cangkokan PMMA dan hanya sebagian kecil
gugus – NH2 yang terlibat dalam pengikatan zat warna (Sugita, 2009).
Sampai saat ini belum ada penelitian tentang kekuatan impak dan kekuatan
transversal dari resin akrilik setelah ditambahkan kitosan. Berdasarkan hal-hal di atas,
perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan kitosan nano gel terhadap
sifat-sifat mekanis resin akrilik polimerisasi panas seperti kekuatan impak, kekuatan
transversal dan stabilitas warna.

1.2 Masalah Penelitian


Berdasarkan uraian diatas, dapat disusun tema sentral dari masalah penelitian ini
yaitu:
a. Pemakaian resin akrilik polimerisasi panas sebagai basis gigi tiruan dalam
jangka waktu yang panjang akan menyebabkan perubahan (terdegradasinya) bahan
basis gigitiruan.
b. Degradasi bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas
menyebabkan berkurangnya kekuatan mekanis sehingga tejadi fraktur dan
berubahnya warna.
c. Perubahan warna resin akrilik polimerisasi panas akibat degradasi yang
terjadi akan menyebabkan berkurangnya estetis basis gigi tiruan.

Universitas Sumatera Utara


26

d. Pada pemakaian jangka panjang pada basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas, rendahnya kekuatan mekanis seperti kekuatan impak dan
kekuatan transversal merupakan kasus yang paling sering terjadi.
e. Kitosan molekul tinggi telah banyak diteliti dalam beberapa penelitian
sebagai bahan penguat dan bahan irigasi.

Dari uraian di atas, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
a. Apakah ada pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0% dan 1.5% terhadap kekuatan impak bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas.
b. Apakah ada perbedaan nilai kekuatan impak bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0% dan 1.5%.
c. Apakah ada pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0% dan 1.5% terhadap kekuatan transversal bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas.
d. Apakah ada perbedaan nilai kekuatan transversal bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0% dan 1.5%.
e. Apakah ada pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0% dan 1.5% terhadap stabilitas warna bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas.
f. Apakah ada perbedaan gambaran mikrostruktur bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan ditambahkan kitosan nano gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0% dan 1.5%.

Universitas Sumatera Utara


27

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan Umum:
Untuk mengetahui pengaruh penambahan kitosan nano gel terhadap sifat
mekanis dan stabilitas warna bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.5%,
0.75%, 1.0%, dan 1.5% terhadap kekuatan impak bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas.
b. Untuk mengetahui perbedaan nilai kekuatan impak bahan basis gigi tiruan
resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan kitosan nano gel
0.25%, 0.5%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.
c. Untuk mengetahui pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.5%,
0.75%, 1.0%, dan 1.5% terhadap kekuatan transversal bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas.
d. Untuk mengetahui perbedaan nilai kekuatan transversal bahan basis gigi
tiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan kitosan nano gel
0.25%, 0.5%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.
e. Untuk mengetahui pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.5%,
0.75%, 1.0%, dan 1.5% terhadap stabilitas warna bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas.
f. Untuk mengetahui perbedaan gambaran morfologi permukaan bahan basis
gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan kitosan
nano gel 0.25%, 0.5%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Ilmiah
Untuk menambah data ilmiah mengenai pemilihan bahan penguat kitosan dan
besarnya persentase yang tepat pada bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi
panas.

Universitas Sumatera Utara


28

1.4.2. Manfaat Klinis


Sebagai dasar penelitian lebih lanjut dalam pemanfaatan kitosan molekul tinggi
sebagai alternatif bahan penguat basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas.

1.4.3. Manfaat Praktis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan para
dokter gigi dan teknisi kedokteran gigi dalam menambahkan kitosan nano gel sebagai
salah satu bahan penguat bagi bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas.

Universitas Sumatera Utara


29

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Akrilik


Pada tahun 1937 polimer poly(methyl methacrylate) diperkenalkan sebagai
bahan dasar gigi tiruan. Sebelumnya, bahan-bahan seperti vulcanite, nitroselulosa,
fenol formaldehida, plastik vinil, dan porselen digunakan untuk basis gigi tiruan.
Resin akrilik diterima dengan baik oleh profesi dokter gigi pada tahun 1946, 98% dari
semua basis gigi tiruan yang dibuat dari polimer metil metakrilat atau kopolimer.
Polimer akrilik memiliki berbagai kegunaan dalam restoratif kedokteran gigi yaitu
sebagai basis gigi tiruan, gigi tiruan, bahan perbaikan gigi tiruan, impression trays,
restorasi sementara, dan peralatan cacat tulang maksilofasial (Powers, 2006).

2.2 Jenis – Jenis Resin Akrilik


Menurut Anusavice (2013) ada tiga tipe resin akrlik yaitu:
a. Resin akrilik polimerisasi panas (Heat-Activated Denture Base Resin)
b. Hampir semua pembuatan basis gigi tiruan menggunakan bahan ini. Bahan
ini membutuhkan energi panas (pemanasan) untuk polimerisasi. Pemanasan bahan
tersebut dapat menggunakan water bath atau microwave oven.
c. Resin akrilik aktivasi kimia (Chemical-Activated Denture Base Resin)
d. Chemical-activated dapat digunakan untuk menginduksi polimerisasi basis
gigi tiruan. Aktivasi secara kimia dan tidak memerlukan penerapan energi panas.
Karena itu, dapat dilakukan pada suhu kamar. Sehingga, chemical-activated sering
disebut sebagai self-curing cold-curing, atau resin autopolymerization.
e. Resin akrilik aktivasi sinar (Light-Activated Denture Base Resin)
f. Bahan ini telah digambarkan sebagai resin-based composites karena
memiliki matriks uretan dimetakrilat, silika microfine, dan high-molecular-weight
monomer resin akrilik. Butiran – butiran resin akrilik termasuk sebagai bahan pengisi
organik.

Universitas Sumatera Utara


30

2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas


2.3.1 Komposisi Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Resin akrilik disusun oleh 2 komposisi utama yang terdiri dari bubuk (powder)
dan cairan (liquid). (Powers, 2006; Richard, 2008; Anusavice, 2013).
a. Bubuk (powder) mengandung:
− Polimer (polimetilmetakrilat): sebagai unsur yang utama.
− Benzoil peroksida: dalam jumlah yang kecil (0,5-1,5 %), sebagai inisiator
yang bertanggung jawab untuk memulai proses polimerisasi.
− Pewarna (pigment): dalam partikel polimer yang dapat disesuaikan dengan
jaringan mulut, seperti cadmium sulfide, cadmium selenide, mercuri sulfide atau
ferric oxide.
b. Cairan (liquid) mengandung:
− Monomer (metilmetakrilat): merupakan cairan utama.
− Stabilisator: sejumlah kecil (0,006%) hydroquinone. Hydroquinone
ditambahkan sebagai inhibitor, yang mencegah polimerisasi yang tidak diinginkan
atau pengaturan cairan selama penyimpanan. Inhibitor juga merupakan retarde saat
proses kuring dan dengan demikian akan meningkatkan waktu kerjanya (working
time).
− Cross linking agent: glikol dimethacrilate, dapat dimasukkan ke dalam rantai
polimer karena bermanfaat membantu penyambungan dua molekul polimer sehingga
rantai menjadi panjang dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan resin akrilik.
− Plasticizer: dibutyl phthalate, yang berguna agar hasil akhir lebih lunak.

2.3.2 Reaksi Polimerisasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas


Polimerisasi adalah suatu proses bereaksinya molekul monomer menjadi
polimer, baik dengan reaksi tambahan ataupun dengan reaksi kondensasi (McCabe,
2008). Proses polimerisasi dapat dicapai dengan menggunakan panas dan tekanan dan
dapat dilihat pada Gambar 2.1

Universitas Sumatera Utara


31

Gambar 2.1 Reaksi Polimerisasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas (Anusavice, 2013)

2.3.3 Manipulasi (pencampuran) Resin Akrilik Polimerisasi Panas


Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet dengan
menggunakan teknik compression-moulding (Anusavice, 2013). Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan saat manipulasi resin akrilik polimerisasi panas yaitu:
(Anusavice, 2013).
a. Perbandingan polimer dan monomer
Pencampuran bubuk dan cairan menggunakan perbandingan volume 3:1 atau
2:1 berdasarkan berat.
b. Pencampuran
Pengisian Setelah pencampuran antara bubuk dan cairan dilakukan dengan
perbandingan yang tepat, maka campuran atau adonan akan mengalami 5 tahapan
yaitu:
− Tahap Pertama (sandy): pada tahap ini hanya sedikit terjadi interaksi. Polymer
beads tetap tidak berubah, dan konsistensi campuran dapat digambarkan sebagai
kasar (grainy).

Universitas Sumatera Utara


32

− Tahap Kedua (stringy): terjadi penetrasi monomer sehingga polimer meresap


ke dalam monomer. Pada tahapan ini terbentuk massa yang lengket dan berserabut
bila ditarik.
− Tahap Ketiga (doughlike): pada tahap ini polimer telah jenuh di dalam
monomer. Dimana terbentuk massa yang lebih halus dan seperti adonan (dough and
gel stage), tidak melekat di permukaan, sehingga mudah dibentuk tanpa melekat dan
tanpa berserabut. Pada tahap ini massa dapat dimasukkan ke dalam mould.
− Tahap Keempat (rubbery): pada tahap ini monomer sudah tidak ada lagi.
Massa menjadi lebih kohesif dan rubber-like sehingga bahan menjadi tidak plastis
lagi dan tidak dapat dimasukkan ke dalam mould (rubbery hard).
− Tahap Kelima (stiff): pada tahap ini campuran menjadi kaku. Ini dapat
dikaitkan dengan penguapan terus monomer yang tidak bereaksi. Secara klinis,
campuran muncul sangat kering dan tahan terhadap deformasi mekanik.
c. Pengisian Resin Akrillik ke Dalam Mold (cetakan)
Setelah polimer dan monomer yang dicampur di dalam pot akrilik dengan
perbandingan 23 g : 10 ml mencapai fase dough-stage, kemudian adonan di
masukkan ke dalam mold dan ditutup denngan selopan sheet dan dilakukan
pengepresan pertama dengan tekanan 1000 psi kemudian dibuka dan sisa resin arilik
yang berlebih dibuang dengan lekron, kemudian dilakukan press terakhir dengan
tekanan 1200 psi, lalu kuvet dikunci.
d. Kuring (penggodokan) Resin Akrilik
Kuvet dipanaskan dengan menggunakan waterbath pada suhu 74oC selama 120
menit dan dilanjutkan dengan suhu 100oC selama 60 menit (Anusavice, 2013).
e. Pendinginan Kuvet
Setelah dilakukan pemanasan, kuvet dikeluarkan dari dalam waterbath dan
dibiarkan selama 30 menit untuk proses pendinginan. (Anusavice, 2013).

Universitas Sumatera Utara


33

2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Resin Akrilik Polimerisasi Panas


(Manapallil, 2003; Richard, 2008; Anusavice, 2013)
Kelebihan resin akrilik polimerisasi panas adalah:
a. Tidak beracun
b. Dimensional stability baik
c. Tidak larut dalam air dan cairan mulut
d. Stabilitas warna baik
e. Mudah dimanipulasi dan mudah di proses
f. Estetis baik
g. Biokompatibbilitas baik

Kekurangan resin akrilik polimerisai panas:


a. Kekuatan rendah, dengan nilai compressive strength 75 Mpa
b. Impact strength rendah
c. Kekerasan rendah, 18-20 KHN
d. Dapat menyerap air
e. Tidak tahan terhadap abrasi
f. Konduktivitas termal rendah
g. Kekuatan transversal rendah

2.3.5 Sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas


Resin akrilik polimerisasi panas memiliki sifat mekanis, sifat khemis, sifat fisis
dan sifat biologis. Sifat mekanisnya antara lain, kekuatan impak, kekuatan transversal
(flexural strength), kekuatan fatique dan compressive strength. Sifat khemis yaitu
stabilitas warna dan penyerapan air. Sifat fisisnya antara lain koefisien termal, dan
konduktivitas termal, kekasaran permukaan, porositas dan stabilitas dimensi,
sedangkan sifat biologis anatara lain, biokompatibel dan kolonialisasi bakteri.

Universitas Sumatera Utara


34

2.3.5.1 Sifat Mekanis Resin Akrilik


a) Kekuatan Impak
Kekuatan impak adalah ukuran energi yang diabsorpsi sebuah benda ketika
benda tersebut patah akibat terjatuh secara tiba-tiba. Resin akrilik harus memiliki
kekuatan impak yang tinggi untuk mencegah terjadinya patahan tersebut. Satuan nilai
kekuatan impak dalam joule, J (1j=1nm). Kekuatan impak gigi tiruan berbahan resin
berkisar antara 0,26 J untuk gigi tiruan resin akrilik konvensional dan 0,58 J untuk
rubber-modified acrylic resin. Kekuatan impak yang diperlukan resin akrilik
polimerisasi panas sebagai bahan basis gigi tiruan berkisar antara 0,98 sampai 1,27 J
(Powers, 2006; Anusavice, 2013).
Rumus kekuatan impak yaitu:

A
Kekuatan impak =
Dimana: XxY

A = Energi (joule)
X = Tebal Sampel (mm)
Y = Lebar Sampel (mm)

Pengukuran kekuatan impak dilakukan dengan menggunakan ukuran sampel


tertentu yang diletakkan pada alat penguji kekuatan impak yang mempunyai lengan
pemukul yang dapat diayun dengan pendulum di ujungnya. Pengukuran kekuatan
impak ini dapat dilakukan dengan menggunakan dua tipe alat yaitu Izod dan Charpy.
Pada alat penguji Izod sampel dijepit secara vertikal pada salah satu ujungnya,
sedangkan pada alat charpy kedua ujung sampel diletakkan secara horizontal dapat
dilihat pada gambar dibawah ini. (Powers, 2006; Noort, 2008; Anusavice, 2013).

Universitas Sumatera Utara


35

Gambar 2.2 Sketsa alat uji kekuatan impak


(Smartway2study, 2015)

b) Kekuatan Transversal
Kekuatan transversal disebut juga flexural strength dan modulus of ruptured
yang pada dasarnya adalah sebuah tes kekuatan sebuah bar yang didukung pada
setiap disk atau disk tipis, didukung bersama dukungan lingkaran yang lebih rendah
di bawah beban statis. Dimensi spesimen khas minimum dengan rentang panjang 20
mm, lebar 4 mm dan ketebalan 1,2-2,0 mm. Kekuatan transversal juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya adalah ukuran partikel polimer, berat molekul
polimer, monomer sisa, jumlah cross-linking agent, komposisi plasticizer, internal
porositas, ketebalan basis gigi tiruan, dan teknik pemolesan gigi tiruan (Paranhos,
2008).
Pengukuran kekuatan transversal suatu bahan dapat diketahui dengan cara
meletakkan sampel ditengah-tengah alat, kemudian diberikan tekanan secara konstan
sehingga sampel menjadi bengkok dan akhirnya sampel patah. Nilai yang tertera

Universitas Sumatera Utara


36

pada alat penguji dicatat dan dilakukan perhitungan kekuatan transversal. Adapun
persamaan yang dapat digunakan untuk mengkalkulasi kekuatan transversal adalah:
(Anusavice, 2013).

3PL
σ =
2wt2

Keterangan: σ = Kekuatan maksimum tranversal (MPa)


P = Beban pada patahan (N)
L = Jarak antara dua batang pendukung (mm)
w = Berat dari spesimen (mm)
t = Ketipisan atau ketebalan dari spesimen (mm)

2.3.5.2 Sifat Kemis Resin Akrilik


a) Stabilitas Warna
Stabilitas warna merupakan kemampuan suatu lapisan permukaan atau zat
warna untuk bertahan dari degradasi yang disebabkan oleh lingkungan. Warna suatu
bahan seharusnya dipertahankan selama prosessing dan tidak terjadi perubahan warna
selama pemakaian (Saied, 2011). Perubahan warna yang terjadi pada suatu bahan
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor intrinstik dan faktor ekstrinsik. Faktor
intrinsik merupakan perubahan warna yang disebabkan oleh penuaan dari bahan yang
terjadi karena kondisi fisika-kimia seperti perubahan suhu dan kelembaban.
Sedangkan faktor ekstinsik merupakan perubahan warna yang disebabkan oleh
faktor-faktor dari luar seperti minuman ringan, kopi, teh dan larutan kumur (Goiato,
2011). Suatu basis gigi tiruan yang ideal seharusnya mempunyai warna yang
mendekati warna alami jaringan lunak rongga mulut (Noort, 2008).

2.4 Kitosan
Kitosan merupakan salah satu biomaterial yang akhir-akhir ini terus
dikembangkan karena memiliki berbagai manfaat medis dan telah terbukti aman
untuk manusia. Kitosan memiliki beberapa sifat istimewa, antara lain biokompatibiliti
baik, biodegradable, mucoadhesion, tidak bersifat toksik, tidak menyebabkan reaksi

Universitas Sumatera Utara


37

immunologi, dan tidak menyebabkan kanker sehingga kitosan sering digunakan pada
pengaplikasian biomedis (Tiyaboonchai, 2003).
Kitosan merupakan derivat kitin dengan adanya N-deasitilasi yang merupakan
biopolimer alami. Kitin berasal dari eksoskeleton krustasea. Persediaan limbah laut
yang cukup besar di Indonesia menjadikan limbah laut sebagai sumber kitin, sangat
berpotensi menjadikan kitosan mudah diperoleh di alam. Kitosan pertama sekali
ditemukan oleh Routget (1859). Kegunaan kitosan sebagai bahan yang multiguna
tidak terlepas dari sifat alaminya, terutama sifat kimia kitosan yaitu polimer poliamin
yang berbentuk linear, mempunyai gugus amino dan hidroksil yang aktif. Kitosan
memiliki kualitas kimia dan biologi yang sangat baik sehingga dapat digunakan
secara luas dibidang industri maupun dibidang kesehatan (Sugita, 2009).
Kitosan (poly-β-1,4-glukosamine) merupakan biopolimer alam yang memiliki
rantai linear dengan rumus struktur (C6H11NO4)n dan merupakan hasil N-diasetilisasi
dari kitin (Gambar 2.3). Kitin banyak terkandung pada hewan antropoda, ragi dan
jamur (Trimurni, 2007).

Gambar 2.3. Reaksi pembentukan kitosan dari kitin (Sugita, 2009).

Komposisi kitosan terdiri dari Karbon, Hidrogen, dan Nitrogen (Tabel 2.1).
Kitosan dapat larut dalam pelarut asam seperti asam asetat, asam formiat, asam laktat,
asam sitrat dan asam hidroklorat. Kitosan tidak larut dalam air, alkali dan asam
mineral encer kecuali dibawah kondisi tertentu yaitu dengan adanya sejumlah pelarut
asam sehingga dapat larut dalam air, methanol, aseton dan campuran lainnya.
Kelarutan kitosan dipengaruhi oleh bobot molekul dan derajat deasetilasi (Trimurni
dkk, 2006; Henny, 2014).

Universitas Sumatera Utara


38

Tabel 2.1. Komposisi kimia kitosan (Agusnar cit Henny, 2014)


Dalam Persen (%)
Karbon (C) Hidrogen (H) Nitrogen (N)

Kitosan 40,30 5,83 6,35

Bedasarkan viskositasnya, berat molekul kitosan terdiri atas tiga yaitu kitosan
bermolekul rendah, kitosan bermolekul sedang dan kitosan bermolekul tinggi.
Kitosan bermolekul rendah berat molekulnya dibawah 400.000 Mv dan kitosan
bermolekul sedang dengan berat molekul 400.000-800.000 Mv yang berasal dari
hewan laut dengan kulit atau cangkang yang lunakseperti cumi-cumi dan udang.
Kitosan bermolekul tinggi yaitu kitosan dengan berat molekul antara 800.000-
1.100.000 Mv yang berasal dari hewan laut berkulit keras seperti kepiting, kerang dan
blangkas (Sugita dkk, 2009). Kitosan blangkas (Tachypleus gigas) disebut juga
dengan Horseshoe-crab. Kitosan yang diuji oleh Agusnar dkk adalah kitosan yang
berasal dari Horseshoe Creab shell dan merupakan kitosan bermolekul tinggi dengan
drajat deasetilasi sebesar 90,28%dan viskositas sebesar 1.200.000. Penelitian kitosan
blangkas (horseshoe creab) yang mempunyai berat molekul 893.000 Mv (berat
molekul yang tinggi) pertama kali digunakan dalam bidang medis kedokteran gigi
(Trimurni dkk, 2007). Kitosan sebagai adsorben dapat berada dalam berbagai bentuk
yaitu: butir, serpih, hidrogel, dan membrane (film). Perbedaan bentuk kitosan akan
berpengaruh pada luas permukaan, semakin kecil ukuran kitosan maka luas
permukaan kitosan semakin besar dan proses adsorbsi berlangsung lebih baik.
Dalam perkembangannnya, kitosan dimodifikasi dalam bentuk magnetik
Kitosan nanopartikel dengan ukuran partikelnya 100-400 nm untuk meningkatkan
daya absorbsinya (Hutapea, 2014). Modifikasi kimia kitosan menjadi gel kitosan
dapat meningkatkan kapasitas serapnya. Pembentukan gel terjadi karena ikatan silang
pada rantai panjang polimer dalam jumlah cukup banyak sehingga membentuk
bangunan tiga dimensi dan terbentuk struktur kaku dan tegar yang tahan terhadap
gaya/tekanan tertentu (Sugita, 2009). Ukuran kitosan nano partikel dapat diukur

Universitas Sumatera Utara


39

dengan menggunakan alat PSA (Particle Size Analysis) dan mikrostrukturnya dapat
dilihat dengan menggunakan SEM ( Scanning Electron Microscop).
Menurut DEPKES 1995, keuntungan kitosan dalam bentuk gel adalah
hidrofilisitas, permeabilisitas yang selektif, kapasitas air yang relatif tinggi,
kekentalan seperti karet yang lunak dan tegangan antarmuka yang rendah. Siregar,
2009 membuat kitosan nano dengan menambahkan asam lemah yang distirer dengan
kecepatan 300rpm sehingga diperoleh gel kitosan kemudian ditempatkan
diultrasonicbath untuk memecah partikel kitosan menjadi lebih kecil lagi. Silalahi
(2014) menyiapkan kitosan nano partikel dengan menambahkan 100 ml asam asetat
1% dan TPP (tripoliphospat) 2 ml dan dimasukkan ke ultrasonicbath untuk memecah
partikel kitosan menjadi nano.
Kitosan nanopartikel dapat digunakan sebagai pembawa penyaluran obat
karena toksik rendah, stabilitas baik, metode persiapannya sederhana, dan dapat
mengikuti rute pemberian obat (Tiyaboonchai, 2003). Penelitian Henny dkk., 2013
menambahkan kitosan molekul tinggi nano dari blangkas (Tachypleus gigas) 0,15%
berat kitosan pada SIKMR dan SIKMRn dan efeknya terhadap proliferasi sel. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan viabilitas sel yang
signifikan pada SIKMR dan SIKMRn yang ditambahkan 0,015% berat kitosan nano
dari blangkas.
Kapasitas adsorbsi, selektifitas, dan aplikasi kitosan dapat ditingkatkan lagi
dengan cara memodifiikasinya baik secara kimiawi maupun fisis. Modifikasi kitosan
tersebut dapat dilakukan melalui perpaduan antara kitosan dan beberapa polimer lain,
baik polimer alam maupun polimer sintetik.

Kitosan - Polimetil Metakrilat


Poli metil metakrilat (PMMA) merupakan polimer dari metil metakrilat (ester
dari asam metakrilat, asam 2-metilpropenoat) yang bersifat termoplastik. PMMA
memiliki densitas 1,150-1,190 kg/m3, tidak tahan terhadap berbagai macam pelarut,
dapat mengembang, dan mudah larut dalam berbagai pelarut (Sugita, 2009).

Universitas Sumatera Utara


40

Salah satu contoh pencangkokan telah dilakukan oleh Singh et.al,. (2008).
Kopolimer cangkok (graft) kitosan-PMMA telah terbukti memiliki sifat adsorptivitas
yang lebih baik dibandingkan dengan kitosan, baik untuk zat warna sintetik maupun
limbah industri testil. Stabilitas kopolimer cangkok kitosan-PMMA terhadap
perubahan pH disebabkan pengikatan zat warna sebagian kecil gugus –NH2 yang
terlibat dalam pengikatan zat warna. Sementara pada kitosan, pengikatan zat warna
anionik terjadi pada gugus –NH2 yang terprotonasi pada pH rendah (Sugita, 2009).
Struktur kitosan-PMMA dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Struktur kitosan-PMMA (Sugita, 2009)

2.5 Alat Uji


2.5.1 Scanning Electron Microscope (SEM)
Scanning Electron Microscope (SEM) adalah mikroskop elektron yang
menggambarkan permukaan sampel dan memindainya menggunakan pancaran
elektron berenergi tinggi dengan panjang gelombang lebih pendek dari energi
cahaya. SEM memungkinkan pengamatan bahan dalam rentan makro dan submikro.
Alat ini mampu menghasilkan gambaran tiga dimensi untuk analisis fitur topografi.
Ketika digunakan bersama dengan EDS, analisis dapat melakukan analisis elemen
pada bagian mikroskopis dari bahan atau kontaminan yang mungkin ada (Herguth,
2004; Hafner, 2007). Salah satu alat Scanning Electron Microscope (SEM) dapat
dilihat pada Gambar 2.5.

Universitas Sumatera Utara


41

Gambar 2.5. Alat Scanning electron microscope


Zeizzs EVO MA 10 Jerman (Dok)

Pada SEM, pembesaran dapat dikendalikan mulai dari 10 sampai 500.000 kali.
Spesimen yang akan digambar oleh SEM harus dapat mengalirkan listrik. Bagi
spesimen yang tidak dapat menghantarkan listrik harus dilapisi (coating) dengan
suatu zat yng bersifat konduktor seperti emas, aloi emas/paladium, platinum, iridium,
chromium tungsten dan osmium (REM cit Hutapea, 2014). SEM menghasilkan
elektron berenergi tinggi dan berfokus pada spesimen. Berkas elektron dipindai di
atas permukaan spesimen dalam gerakan yang mirip dengan kamera televisi untuk
menghasilkan gambaran digital. Elektron dipercepat dalam ruangan hampa dengan
panjang gelombang yang singkat hanya satu per seribu cahaya putih. Elektron dari
balok bergerak cepat dan berfokus pada sampel yang diserap atau tersebar oleh
spesimen dan diolah menjadi sebuah gambar (Herguth, 2004; Hafner, 2007).

2.5.2 Spectrophotometer
Perubahan warna yang terjadi pada suatu benda tidak dapat dideteksi oleh mata
manusia. Hal ini disebabkan karena mata manusia memiliki keterbatasan dan
penilaian yang bervariasi terhadap perubahan yang terjadi. Oleh karena itu diciptakan
beberapa instrumen ilmiah untuk mengukur intensitas cahaya dan panjang gelombang
cahaya seperti: Spectrophotometer, coloimeter, photometer dan densitometer
(Kortrakulkij, 2008). Spectrophotometer merupakan salah satu alat pengukuran warna

Universitas Sumatera Utara


42

bahan restoratif gigi paling sering digunakan. Spectrophotometer terdiri dari dua jenis
pencahayaan yaitu UV Spectrophotometer yang menggunakan cahaya ultra violet dan
IR Spectrophotometer yang menggunakan cahaya infrared (Powers, 2006). pada
penelitian ini digunakan alat UV Spectrophotometer karena selama 35 tahun terakhir
ultraviolet dan Spectrophotometer menjadi instrument analitis yang paling sering
digunakan di laboratorium modern. Penggunaan alat ini menggunakan pelarut untuk
pengujian stabilitas warna pada sampel yang diuji. Pelarut yang sering digunakan
pada laboratorium untuk pewarnaan salah satunya adalah xylene (Sermadi, 2014).
Dalam banyak aplikasi teknik lain dapat digunakan namun UV-visible
spectrophotometer lebih sederhana, fleksibilitas, kecepatan, akurat, dan biaya yang
lebih efektif. Dengan spectrophotometer panjang gelombang yang dapat diperoleh
selama rentang (daerah) yang terlihat adalah 408-700 nm. Dari nilai reflektansi dan
fungsi tabulasi pencocokan warna, nilai-nilai tristimulus relatif dapat dihitung
terhadap sumber cahaya tertentu (Thermoscientific.com, 2013).
Pengukuran perubahan warna dengan menggunakan perbedaan bilangan
gelombang menggunakan satuan cm-1. Stabilitas warna lebih baik bila nilai bilangan
gelombang meningkat berarti wana semakin terang dimana intensitas cahaya yang
diteruskan lebih banyak daripada intensitas cahaya yang dipantulkan. Stabilitas warna
lebih buruk bila nilai bilangan gelombang menurun berarti warna semakin gelap
dimana intensitas cahaya yang diteruskan makin berkurang (Anusavice, 2004)

Universitas Sumatera Utara


43

2.6 Landasan Teori

Resin akrilik Pemakaian Degradasi Sifat


polimerisasi jangka bahan mekanis Penguat alami
panas panjang rendah

Kitosan nano gel 0,25%., 0,50%.,


0,50%., 0,75%., 1,0 %., dan 1,5%

Stabilitas kimia
lebih baik Gaya intramolekul
k

Pencangkokan antara kitosan


dengan matriks polimer
Kekuatan impak dan transversal
Stabilitas warna

Ikatan silang pada rantai panjang polimer


dalam jumlah yang cukup banyak sehingga Adsorptivitas kitosan
terbentuk bangunan 3 dimensi yang sinambung nano gel-PMMA meningkat

Pengikatan zat warna


Terbentuk struktur kaku dan tegar
yang tahan terhadap gaya atau tekanan

Sifat kemis baik


Sifat mekanis

Universitas Sumatera Utara


44

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan basis gigi tiruan yang paling
sering digunakan karena memiliki beberapa keuntungan. Namun bahan ini juga
memiliki beberapa kelemahan. Akibat pemakaian jangka yang panjang, bahan basis
resin akrilik polimerisasi panas akan mengalami degradasi sehingga akan
mempengaruhi sifat mekanis dan stabilitas warnanya.
Sifat mekanis resin akrilik polimerisasi panas yang lemah akan menyebabkan
basis gigi tiruan menjadi lebih mudah patah. Selain mempengaruhi sifat mekanis,
proses degradasi akibat pemakaian jangka panjang juga akan mempengaruhi stabilitas
warna bahan basis gigitiruan resin akrilik sehingga akan mempengaruhi fungsi
estetisnya.
Untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan diatas maka ditambahkan bahan
penguat. Penambahan bahan penguat yang dipilih adalah yang bersifat alami karena
penggunaan bahan-bahan alami di kedokteran gigi saat ini semakin berkembang,
salah satunya adalah kitosan. Sifat-sifat istimewa yang dimiliki kitosan dan aman
bagi tubuh manusia membuat kitosan sering digunakan pada pengaplikasian
biomedis.
Penambahan kitosan molekul tinggi dalam bentuk nano gel dengan persentase
yang berbeda yaitu 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0% dan 1.5% pada bahan basis gigi
tiruan resin akrilik polimerisasi panas telah dilakukan pra penelitian terlebih dahulu
karena hanya dengan pesentase tersebut kitosan nano gel bisa ditambahkan ke resin
akrilik polimerisasi panas. Penambahan ini akan memperbaiki sifat mekanisnya,
karena kitosan memiliki ikatan silang pada rantai panjang polimer dalam jumlah
banyak yang akan membentuk struktur kaku dan tegar sehingga tahan terhadap gaya
atau tekanan. Kitosan juga memiliki sifat pengikatan zat warna pada gugus – NH2
sehingga zat warna bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas tidak akan
terdegradasi.
Dengan menambahkan kitosan nano gel pada resin akrilik polimerisasi panas
diharapkan dapat meningkatkan sifat mekanis dan stabilitas warna bahan basis gigi
tiruan resin akrilik polimerisasi panas.

Universitas Sumatera Utara


45

2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Kitosan nano gel


0.25%,
0.50%, Resin Akrilik - Mekanis
0.75%, Polimerisasi - Stabilitas
Panas warna
1.0%
1.5%

Pada saat ini banyak penambahan bahan penguat untuk memperbaiki kelemahan
resin akrilik polimerisasi panas terutama sifat mekanisnya dan stabilitas warna akibat
pemakaian jangka panjang. Salah satu yang digunakan adalah kitosan. Resin akrilik
polimerisasi panas yang ditambahkan dengan kitosan nano gel dapat menambah
kekuatan mekanis dan menjaga stabilitas warnanya dibandingkan resin akrilik
polimerisasi panas tanpa ditambahkan kitosan nano gel. Penelitian ini menganalisis
pengaruh penambahan kitosan nano gel terhadap kekuatan mekanis (impak dan
transversal) dan stabilitas warna bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi
panas.

2.8 Hipotesis
Dari uraian tersebut dapat dibuat hipotesis yaitu:
a. Ada pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0% dan
1.5% terhadap kekuatan impak bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas
b. Ada perbedaan nilai kekuatan impak bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%,
0.75%, 1.0% dan 1.5%.
c. Ada pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0% dan
1.5% terhadap kekuatan transversal bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi
panas.

Universitas Sumatera Utara


46

d. Ada perbedaan nilai kekuatan transversal bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0% dan 1.5%.
e. Ada pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%
dan 1.5% terhadap stabilitas warna bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi
panas.
f. Ada perbedaan gambaran mikrostruktur bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas tanpa dan dengan ditambahkan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%,
0.75%, 1.0% dan 1.5%.

Universitas Sumatera Utara


47

BAB 3
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian: eksperimental laboratories
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah: Post test only
group desain.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Pada penelitian ini tempat pembuatan sampel dilakukan di tiga tempat yaitu:
a. Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara untuk kuring dan penghalusan sampel.
b. Unit UJI Laboratorium Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara untuk pembuatan dan pengisian mold.
c. Laboratorium Ilmu Dasar Kimia Universitas Sumatera Utara untuk
pembuatan kitosan nano gel.
Sedangkan tempat pengujian sampel juga dilakukan di tiga tempat yaitu:
a. Laboratorium Penelitian FMIPA Universitas Sumatera Utara untuk uji
kekuatan impak dan transversal.
b. Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara untuk
uji stabilitas warna.
c. Laboratorium Fisika Universitas Negeri Medan untuk melihat gambaran
morfologi permukaan bahan.
Waktu Penelitian dimulai dari bulan mei 2015 sampai dengan selesai.

3.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian


3.3.1 Sampel penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan
dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0,50%, 0,75%, 1,0%, dan 1,5%.

Universitas Sumatera Utara


48

Dasar penelitian ini untuk penentuan persentase kitosan nano gel adalah dengan
didahului melakukan pra penelitian. Hasil penelitian sebelumnya (pra penelitian),
persentase kitosan nano gel yang bisa ditambahkan pada bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas adalah 0.25%, 0,50%, 0,75%, 1,0%, dan 1,5%.
Ukuran spesimen induk dari logam yang akan digunakan adalah:
1. Kekuatan impak ukuran 50 mm x 6 mm x 4 mm
(Sesuai dengan spesipikasi ADA No.12)
50 mm

6 mm 4 mm

Gambar 3.1 Ukuran batang uji kekuatan impak

2. Kekuatan transversal ukuran 64 mm x 10 mm x 2,5 mm


(Sesuai dengan spesipikasi ADA no 12)
64 mm

10 mm
2,5 mm

Gambar 3.2 Ukuran batang uji kekuatan transversal

3. Sampel untuk morfologi permukaan


Salah satu dari patahan sampel dari hasil uji kekuatan impak di kelompokan
untuk analisis SEM. Sampel dipotong dengan panjang 3-4 mm dari patahan terakhir,
sehingga ukuran sampel menjadi 3 mm x 6 mm x 4 mm (Mowade, 2012).
4. Perubahan Warna
Sampel berukuran 40 mm x 10 mm x 2 mm (Wieckiewicz, 2014).

Universitas Sumatera Utara


49

3.3.2 Besar Sampel Penelitian


Pada penelitian ini digunakan perhitungan besar sampel mengikuti metode
Frederer dengan rumus sebagai berikut (Hanafiah, 2003):

( t – 1 ) ( r – 1 ) > 15

Dimana: t = Jumlah perlakuan


r = Jumlah ulangan

Dalam penelitian ini akan digunakan t = 6 karena menggunakan 6 kelompok


perlakuan, maka jumlah sampel (n) minimal tiap kelompok ditentukan sebagai
berikut:
( t – 1 ) ( r – 1 ) > 15
( 6 - 1 ) ( r – 1 ) > 15
5( r - 1) > 15
5r – 5 > 15
r > 4
Maka diperoleh besar sampel minimal 4. Pada penelitian ini diambil besar
sampel pada tiap kelompok pengujian sebanyak 5 Sampel.

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Pada penelitian ini ada kriteria sampel yang dimasukkan (inklusi) pada
penelitian ini dan ada pula kriteria sampel yang harus dikeluarkan (eksklusi) pada
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Kriteria Inklusi sampel:
1. Sampel sesuai bentuk
2. Sampel sesuai ukuran
Kriteria eksklusi sampel:
1. Sampel yang poreus
2. Sampel yang cacat
3. Sampel yang kotor

Universitas Sumatera Utara


50

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
a. Perhitungan kekuatan impak bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi
panas tanpa ditambahkan kitosan nano gel.
b. Perhitungan kekuatan impak bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi
panas setelah penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.
c. Perhitungan kekuatan transversal bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas tanpa ditambahkan kitosan nano gel.
d. Perhitungan kekuatan transversal bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas setelah penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%,
dan 1.5%.
e. Stabilitas warna bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa
ditambahkan kitosan nano gel.
f. Stabilitas warna bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas
setelah penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%..
g. Gambaran morfologi permukaan bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas setelah penambahan kitosan nano gel.

3.5 Variabel Penelitian


Pada penelitian ini ada beberapa variabel yang digunakan yaitu:
3.5.1 Variabel Bebas:
a. Resin akrilik polimerisasi panas
b. Resin akrilik polimerisasi panas + kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0%, dan 1.5%.

3.5.2 Variabel Tergantung


a. Kekuatan impak bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas.
b. Kekuatan transversal bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas.
c. Stabilitas warna bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas.
d. Gambaran morfologi permukaan bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas.

Universitas Sumatera Utara


51

3.5.3 Variabel Terkendali


a. Ukuran sampel
b. P/W ratio polimer dan monomer resin akrilik polimerisasi panas (23g:10ml)
c. Perbandingan adonan gips keras (300g:90ml)
d. Waktu pengadukan gips keras (60 detik)
e. Suhu dan waktu kuring (74oC, 60 menit dan 100OC, 120 menit)
f. Jenis resin akrilik polimerisasi panas
g. Jenis sinar spectrophotometer
h. Panjang gelombang cahaya 552 nm
i. Tekanan pengepresan 1000 Psi dan 1200 Psi

3.5.4. Variabel Tidak Terkendali


a. Pengadukan resin aklirik polimerisasi panas dan kitosan nano gel
b. Tempratur kitosan nano gel saat ditambahkan ke dalam resin akrilik
polimerisasi panas

3.6 Definisi Operasional


Definisi oprasional, cara ukur, hasil ukur, dan alat ukur dari masing-masing
variabel penelitian dapat dijelaskan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Definisi Operasional, Cara Ukur, Skala Ukur, dan Alat Ukur Variabel Bebas dari
Penelitian
Skala
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur
Ukur
1. Resin Akrilik Resin akrilik yang Sesuai petunjuk Nominal Timbangan
Polimerisasi menggunakan pemanasan pabrik (23g digital dan
panas untuk polimerisasi dengan monomer : 10 ml pipet ukur.
waktu kuring 120 menit polimer)
pada suhu 74ºC dan
dinaikkan menjadi 100ºC
selama 60 menit.

Universitas Sumatera Utara


52

Skala
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur
Ukur
2. Resin Akrilik Resin akrilik polimerisasi Sesuai petunjuk Nominal Timbangan
pabrik (23g
Polimerisasi panas yang ditambahkan digital dan
monomer: 10ml
panas + kitosan nano gel (nano gel polimer) resin pipet ukur
akrilik
Kitosan Nano yang terbuat dari bubuk
ditambahkan
Gel kitosan horses crab yang kitosan nano gel
masing-masing
dilarutkan dalam larutan
0.25%, 0.50%,
asam asetat 1% dan 0.75%, 1.0%, dan
1.5% sebanyak 2
ditambahkan TPP).
ml

Tabel 3.2 Definisi Operasional, Cara Ukur, Skala Ukur, dan Alat Ukur Variabel Tergantung
dari Penelitian
Skala
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur
Ukur
1. Kekuatan Kekuatan bahan basis gigi Mencatat nilai Rasio Charpy
tester
Impak tiruan hingga patah setelah kekuatan impak
(Amslerott
diberikan gaya benturan. yang tertera o werlpret
werke
dialat uji.
GMBH,
Germany)
Kekuatan bahan basis gigi
2. Kekuatan Mencatat nilai Rasio Torsee‘s
tiruan yang diberi beban electronic
transversal kekuatan
system
50 KgF sehingga bahan
transversal yang universal
yang diuji patah. testing
tertera di alat uji.
machine
(2tf’Senstar
’, SC-2-DE
Tokyo
Japan)
Kemampuan bahan basis
3. Stabilitas Mencatat nilai Rasio UV-Visible
gigi tiruan untuk Spectropho
warna absorbansi warna
tometer
mempertahankan warna
yang tertera (Shimadzu,
atau berubah sedikit dari UV mini
dialat uji.
1240)
warna aslinya.

Universitas Sumatera Utara


53

Skala
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur
Ukur
4. Gambaran Gambaran anatomis dari Sesuai SOP alat - SEM
morfologi permukaan bahan basis
permukaan gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas tanpa
dan dengan penambahan
kitosan nano gel.

3.7 Alat dan Bahan Penelitian


3.7.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Lempengan dari logam dengan ukuran 50 mm x 6 mm x 4 mm (untuk uji
kekuatan impak).
2. Lempengan dari logam dengan ukuran 64 mm x 10 mm x 2,5 mm (untuk
uji kekuatan transversal)
3. Lempeng dari logam dengan ukuran 40 mm x 10 mm x 2 mm

Gambar 3.3. Lempeng dari logam untuk uji kekuatan transversal (A),
uji kekuatan impak (B) dan uji stabilitas warna (C) (Dok).

4. Kuvet (Smic, Cina)


5. Rubber bowl dan spatula
6. Pot pengaduk yang terbuat dari porselen
7. Gelas ukur 25 ml ( Pyrex®, USA)

Universitas Sumatera Utara


54

8. Beaker glass 250 ml ( Pyrex®, USA)


9. Hot plate (Cimarec)
10. Lekron (Smic, Cina)
11. Pipet ukur ( Pyrex®, USA)
12. Magnetik stirrer
13. Batang pengaduk
14. Vibrator (Fili Manfredi Pulsar-2, Italy)
15. Press Hidrolik (OL 57 manfredi, Italy)
16. Timbangan Digital (CE, Cina)
17. Waterbath (Schutzart DIN 40050-IP, Germany)
18. Bur fraser
19. Selopan sheet
20. Mandril
21. Motor Bur (Strong, Korea)
22. Penggaris besi
23. Sampel Cup 30 ml dan 50 ml
24. Sarung tangan
25. Masker
26. Tabung Sentrifugasi
27. Ultrasononic Bath (Kerry Pulsatron, Sonic, USA)

Gambar 3.4 Ultrasononic Bath (Dok)

Universitas Sumatera Utara


55

28. Sentrifugasi (Fisher Scientific, USA)

Gambar 3.5 Sentrifugasi (Dok)

29. Sonicator (Branson 1510, Italy)

Gambar 3.6 Sonicator (Dok)


30. Aluminium foil
31. Tisu lensa
32. Vial 10 ml
33. Cuvet 10 ml
34. Kulkas (LG, Korea Selatan)

Universitas Sumatera Utara


56

35. Charpy tester/Alat uji kekuatan impak (Amsleroto Walpret Werke GMBH,
Germany)

A B

Gambar 3.7 Alat uji kekuatan impak dilihat dari depan (A) dan
dilihat dari samping (B). (Dok)

36. Alat uji kekuatan transversal (Torsee’s electronic System Universal Testing
Machine, Japan)

Gambar 3.8 Alat uji kekuatan transversal (Dok)

Universitas Sumatera Utara


57

37. Scanning Electron Microscope (Zeiszz, EVO/ MA 10, Jerman)

Gambar 3.9 Alat uji morfologi permukaan


(SEM)(Dok)

38. Mesin Coating (Quorum, Q150R ES, England)

Gambar 3.10 Mesin coating (Dok)

39. UV-visible Spectrophotometer (Shimadzu, UV mini 1240)

Gambar 3.11 Alat uji stabilitas warna


(Spectrophotometer) (Dok)

Universitas Sumatera Utara


58

40. Particle Size Analyzier (Vasco, Cordouan Technology, USA)

Gambar 3.12 Alat ukuran partikel


(PSA)(Dok)

41. Fourier Transform Infra Red (IRPrestige-21, Shimadzu, Jepang)

Gambar 3.13 Alat uji gugus fungsi (Dok)

3.7.2 Bahan Penelitian


Bahan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Resin akrilik polimerisasi panas (QC 20 UK)
2. Kitosan molekul tinggi yang diperoleh dari Horseshoe creab shell dengan
drajat deasetilasi 90,28%.

Gambar 3.14 Powder kitosan


(Dok)

Universitas Sumatera Utara


59

3. Cold Mould Seal (QC 20, UK)


4. Asam asetat 1 %
5. Natrium tripolipospat 1%
6. Vaselin
7. Gips keras (Moldano, China)
8. Xylen
9. Aquades
10. Kertas pasir waterproof (Atlas no 600, 1000)

3.8 Prosedur Penelitian


3.8.1 Pembuatan Master Cast (Model Induk)
a. Master cast (model induk) dibuat dari logam berbentuk lempengan dengan
ukuran 50 mm x 6 mm x 4 mm untuk uji kekuatan impak.
b. Master cast (model induk) dibuat dari logam berbentuk lempengan dengan
ukuran 64 mm x 10 mm x 2,5 mm untuk uji kekuatan transversal.
c. Master cast (model induk) dibuat dari logam berbentuk lempengan dengan
ukuran 40 mm x 10 mm x 2 mm untuk uji stabilitas warna.

3.8.2 Pembuatan Mold (Cetakan) Resin Akrilik Polimerisasi Panas


a. Gips keras dicampur air di dalam rubber bowl dengan perbandingan 300 g :
90 ml untuk mengisi kuvet bawah (Power, 2008).
b. Adonan gips kemudian diaduk dengan menggunakan spatula selama 60 detik
(Creig, 2007; Power, 2008).
c. Adonan gips tersebut di masukan ke dalam kuvet bagian bawah yang telah
diletakkan di atas vibrator selama 15 detik (Powers, 2008).
d. Lempeng berukuran 50 mm x 6 mm x 4 mm (untuk uji kekuatan impak),
lempeng berukuran 64 mm x 10 mm x 2,5 mm (untuk uji kekuatan transversal) dan
lempeng berukuran 40 mm x 10 mm x 2 mm (untuk uji perubahan warna), kemudian
dibenamkan kedalam kuvet bagian bawah sampai setinggi permukaan adonan gips

Universitas Sumatera Utara


60

keras, satu kuvet berisi 3 buah lempengan untuk uji kekuatan impak, 6 lempengan
untuk uji kekuatan transversal dan 6 lempengan untuk uji stabilitas warna.

Gambar 3.15 Penempatan lempengan ke dalam adonan gips untuk uji kekuatan impak (A),
untuk uji kekuatan transversal (B), dan untuk uji stabilitas warna (C). (Dok)

e. Lalu adonan dirapikan dan dibiarkan hingga gips mengeras (45 menit).
f. Setelah gips mengeras kemudian permukaan gips diolesi oleh vaselin dan
kuvet atas disatukan dengan kuvet bawah lalu diisi oleh adonan gips keras dengan
perbandingan 300 g : 90 ml dan diletakkan di atas vibrator selama 15 detik.
g. Setelah 45 menit, kuvet dibuka dan lempengan dikeluarkan dari kuvet
(Powers, 2008).
h. Kemudian permukaan gips atas dan bawah dilakukan pengecoran dengan air
panas untuk menghilangkan sisa vaselin.
i. Setelah permukaan gips pada kuvet atas dan kuvet bawah bersih dari vaselin
dan kering, kemudian permukaan gips tersebut diolesi dengan cold mould seal.

3.8.3 Pembuatan Kitosan Nano Gel


Setiap gram bubuk kitosan yang akan diteliti (0.25g, 0.5g, 0.75g, 1.0g dan 1.5g)
ditimbang terlebih dahulu.
a. Setelah ditimbang bubuk kitosan dimasukkan ke dalam beker glass yang
telah berisi magnetic stirrer dan ditambahkan asam asetat 1% sebanyak 100 mL,
kemudian dilarutkan hingga homogen diatas hot plate dengan kecepatan 200 rpm
selama 30 menit.

Universitas Sumatera Utara


61

Gambar 3.16 Penambahan asam


asetat 1% (Dok)

b. Ditambahkan natrium tripolipospat ke dalam larutan sebanyak 20 tetes dan


diaduk kembali hingga homogen selama 1 jam sehingga terbentuk emulsi, kemudian
dimasukkan ke dalam ultrasonic bath selama 20 menit untuk memecahkan partikel
kitosan tersebut menjadi lebih kecil.

Gambar 3.17 Penambahan natrium


tripoliphospat (Dok)

Gambar 3.18 Larutan dimasukkan ke dalam


ultrasonicBath (Dok)

Universitas Sumatera Utara


62

c. Setelah diultrasonic bath lalu di sentrifugasi selama 30 menit dengan


kecepatan 3600 rpm untuk memecahkan partikel kitosannya menjadi lebih kecil lagi
sehingga terbentuk kitosan nano gel .

Gambar 3.19 Larutan di sentrifugasi


selama 30 menit (Dok)

d. Larutan kitosan nano gel dibuktikan dengan PSA (Particle Size Analysis).
e. Kitosan nano gel kemudian disimpan di dalam kulkas dengan suhu 40C untuk
penyimpanan jangka panjang.

3.8.4 Pengisian Resin Akrilik Polimerisasi Panas Pada Mold (Cetakan)


A. Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa Penambahan Bubuk Kitosan
1. Polimer dicampurkan monomer ke dalam pot akrilik dengan perbandingan 23
g polimer : 10 ml monomer, lalu diaduk perlahan-lahan dengan menggunakan lecron.
2. Setelah adonan mencapai dough-stage lalu adonan dimasukkan kedalam
mold.
3. Resin akrilik polimerisasi panas ditutup dengan selopan sheet lalu kuvet
bagian atas dipasangkan, kemudian kuvet ditekan dengan press hidrolik (1000 Psi),
lalu kuvet dibuka. Sisa akrilik yang berlebih kemudian dipotong dengan lekron.
4. Kuvet bagian atas ditutup kembali dan dilakukan pengepressan (1200 Psi)
kembali lalu dilakukan pemasangan baut.

Universitas Sumatera Utara


63

Gambar 3.20 Pengepresan pres


hidrolik (Dok)

B. Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Penambahan Kitosan Nano


Gel
1. Polimer dicampurkan monomer ke dalam pot akrilik dengan perbandingan
23 g polimer : 10 ml monomer dan ditambahkan 2 ml kitosan nano gel yang telah di
keluarkan dari kulkas masing-masing dari 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%
kitosan nano gel dengan menggunakan pipet skala, lalu diaduk perlahan-lahan dengan
menggunakan lecron. Sisa larutan kitosan nano gel disimpan dalam kulkas dengan
suhu 4ºC.
2. Setelah adonan mencapai dough-stage lalu adonan dimasukkan ke dalam
mold.
3. Resin akrilik polimerisasi panas di tutup dengan selopan sheet lalu kuvet
bagian atas dipasangkan, kemudian kuvet ditekan dengan press hidrolik dengan
tekanan 1000 psi, lalu kuvet dibuka. Sisa akrilik yang berlebih kemudian dipotong
dengan lekron.
4. Kuvet bagian atas ditutup kembali, kemudian kuvet dipress dengan tekanan
1200 psi sampai kuvet bagian atas dan bawah tertutup rapat, lalu dilakukan
pemasangan baut.

Universitas Sumatera Utara


64

3.8.5 Proses Kuring (Penggodokan) Resin Akrilik Polimerisasi Panas


Proses kuring kelompok dilakukan memakai waterbath. Pengontrolan waktu
dan suhu dilakukan selama kuring sebagai berikut (Anusavice, 2013):
a. Pada tahap pertama, kuvet dimasukkan ke dalam water bath kemudian suhu
water bath diatur mencapai 74oC lalu dibiarkan selama 120 menit.

Gambar 3.21 Proses kuring resin akrilik polimerisasi


panas (Dok)

b. Pada tahap kedua, suhu dinaikkan menjadi 100oC dan dibiarkan selama 60
menit.
c. Setelah itu kuvet dikeluarkan dari waterbath dan dibiarkan selama 30 menit
untuk proses pendinginan.

3.8.6 Penghalusan Sampel Resin Akrilik Polimerisasi Panas


Sampel akrilik dirapikan dengan mengguakan bur fraser untuk menghilangkan
bagian yang tajam dan dihaluskan dengan kertas pasir waterproof nomor 1000 dan
600 sampai diperoleh ukuran yang diinginkan.

3.8.7 Pengukuran Kekuatan Impak


Pengukuran kekuatan impak dilakukan dengan alat penguji kekuatan impak
(charpy taster). Setiap sampel diberi nomor terlebih dahulu pada kedua ujungnya dan
diberi garis tengah.
a. Sampel di tempatkan secara horizontal bertumpu pada kedua ujung alat
penguji.

Universitas Sumatera Utara


65

Gambar 3.22 Penempatan sampelpada


alat uji impak (Dok)

b. Lengan pemukul yang ada pada alat penguji dikunci. Kunci pada lengan
pemukul dilepaskan dan lengan pemukul membentur sampel hingga patah.
c. Energi yang tertera pada alat penguji kemudian dibaca dan hasilnya dicatat,
lalu dilakukan perhitungan kekuatan impak. Satuan yang digunakan pada alat ini
adalah J/mm2.

3.8.8 Pengukuran Kekuatan Transversal


Pengukuran kekuatan transversal dilakukan dengan menggunakan alat Torsee’s
Electronic System Universal Testing Machine (2tf’Senstar’,SC-2-DE Tokyo Japan).
Jarak antara kedua batang pendukung 50 mm. Setiap sampel diberi nomer dan dibuat
garis tengah.
a. Sampel diletakkan di tengah-tengah alat sehingga alat penekan tepat berada
di tengah-tengah sampel.

Gambar 3.23 Penempatan sampel pada


alat uji transversal (Dok)

Universitas Sumatera Utara


66

b. Mesin diatur dengan kelajuan 1/10 mm/detik dan beban awal yang diberikan
sebesar 50 Kgf.
c. Alat menekan sampel hingga fraktur dan nilai yang terlihat pada layar
monitor alat pengukur dicatat.
d. Kekuatan transversal yang diperoleh kemudian dikonversikan ke dalam
satuan MPa dengan mengalihkan nilai yang diperoleh dalam satuan kgf/mm2 dengan
9,8 N

3.8.9 Pengamatan Gambaran Morfologi Permukaan dengan SEM


Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi gambaran mikrostruktur dari bahan
basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan
kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% dengan SEM.
a. Sampel yang digunakan pada uji ini adalah 6 buah sampel, satu sampel dari
resin akrilik polimerisasi panas yang tidak ditambahkan kitosan nano gel dan lima
buah sampel dari masing-masing kelompok yang telah ditambahkan kitosan nano
gel.
b. Sampel di-coating dengan emas (au) dengan kadar 95% yang dicampur
dengan tambahan paladium selama 2 menit di dalam mesin coating.

Gambar 3.24 Sampel setelah selesai


di-coating(Dok)

Universitas Sumatera Utara


67

c. Sampel ditempatkan pada specimen chamber dengan menggunakan double


tip dan siap dimasukkan ke dalam chamber SEM.

Gambar 3.25 Sampel di tempatkan pada


specimen chamber dengan
menggunakan double tip
(Dok)

d. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam chamber dan di vakum.

Gambar 3.26 Sampel berada di


dalam vakum (Dok)

e. Daerah yang akan dianalis ditentukan yaitu partikel resin akrilik dan kitosan.

Universitas Sumatera Utara


68

Gambar 3.27 Penentuan daerah sampel


yang akan di ambil (Dok)

f. Gambaran morfologi sampel diambil dengan pembesaran 2000 X.

3.8.10 Pengukuran Warna dengan Spectropotometer


Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan alat UV-Visible
Spectrophotometer.
a. Sampel yang berukuran 40 mm x 10 mm x 2 mm terlebih dahulu digerus
dengan bur fraser dengan kecepatan 500 rpm.

Gambar 3.28 Sampel di gerus


dengan bur fraser
(Dok)

b. Sampel yang telah digerus dihaluskan dengan alu dan lumpang

Universitas Sumatera Utara


69

Gambar 3.29 Sampel dihaluskan


dengan alu dan
lumpang (Dok)

c. Setelah itu, sampel dilarutkan ke dalam pelarut xylene dengan perbandingan


sampel dan pelarut yaitu 0,3 gr : 10 ml ke dalam vial 10 ml.

Gambar 3.30 Sampel yang telah dilarutkan


dengan larutan xylen (Dok)

d. Selanjutnya sampel yang telah dilarutkan di masukkan pada cuvet dan di


letakkan pada alat pengukur untuk mengukur absorbansinya dengan menggunakan
panjang gelombang 552 nm.
e. Kemudian UV-Visible Spectrophotometer akan membaca nilai absorbansi
resin akrilik polimerisasi panas dan resin akrilik polimerisasi panas yang
ditambahkan kitosan nano gel.

3.8.11 Pengujian FTIR


a. Masing-masing sampel yang akan diuji (PMMA, Kitosan dan
PMMA+Kitosan) diletakkan di dalam lumpang kecil.
b. Kemudian ditambahkan kalium bromida, setelah itu sampel di gerus hingga
halus.

Universitas Sumatera Utara


70

c. Setelah halus sampel dimasukkan ke dalam kuvet alat uji.


d. Hasil gugus fungsi akan terlihat pada layar monitor.

3.9 Analisis Data


Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji ANOVA satu arah
untuk mengetahui pengaruh penambahan kitosan nano gel terhadap kekuatan impak,
kekuatan transversal dan stabilitas warna bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas.

Universitas Sumatera Utara


71

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian dan Analisa data Nilai Kekuatan Impak Resin Akrilik
Polimerisasi Panas Tanpa dan dengan Penambahan Kitosan Nano Gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.
Hasil uji kekuatan impak bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas
tanpa dan dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan
1.5% dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini.

Tabel 4.1. Rerata Kekuatan Impak Bahan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi
Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Kitosan Nano Gel.
Kekuatan Impak (x10-3 J/mm2)
Sampel Kitosan Kitosan Kitosan Kitosan Kitosan
Kontrol
0.25% 0.50% 0.75% 1.0% 1.5%
1 5.416 5.833 5.833 6.666 8.333 5.416
2 5.833 5.416 6.250 6.250 7.500 6.666
3 5.833 6.250 6.666 6.666 7.500 6.250
4 6.250 6.250 6.250 6.250 7.916 6.250
5 6.833 5.833 7.083 7.083 8.333 5.833

Rerata + 5.8333+ 5.91667+ 6.41667+ 6.58333+ 7.91667+ 6.08333+


SD 0.294628 0.348608 0.475073 0.348608 0.416667 0.631906

Pada hasil penelitian terlihat bahwa rerata kekuatan impak bahan basis gigi
tiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% kekuatan impaknya meningkat dibandingkan dengan
bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan kitosan
nano gel (kontrol).
Nilai rerata dan SD terendah pada kelompok kontrol yaitu 5.8333+0.294628,
dan yang tertinggi pada kelompok dengan penambahan kitosan 1.0% yaitu 7.91667+
0.416667. Grafik nilai kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan
dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% dapat
dilihat pada Gambar 4.1.

Universitas Sumatera Utara


72

Gambar 4.1 Grafik Nilai Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Tanpa dan Dengan Penambahan Kitosan Nano Gel 0.25%, 0.50%,
0.75%, 1.0% dan 1.5%

Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa semua kelompok perlakuan resin akrilik
polimerisasi panas mengalami perubahan nilai kekuatan pada masing-masing
kelompok. Namun penambahan kitosan nano gel 1.0% mengalami kenaikan nilai
kekuatan impak yang cukup signifikan dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Uji normalitas pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa data terdistribusi
normal yang dapat dilihat pada lampiran 5 (P > 0,05). Pada penelitian ini pengaruh
penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% terhadap
kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas dianalisa dengan menggunakan uji
Anova Satu Arah, diperoleh nilai signifikasi p = 0. Hal ini menunjukan adanya
pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% pada
resin akrilik polimerisasi panas terhadap kekuatan impak. Untuk memastikan
perbedaan kekuatan impak dari kelompok kontrol (tanpa penambahan kitosan)
dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%
dilakukan uji Least Significance Difference (LSD) yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Universitas Sumatera Utara


73

Tabel 4.2. Hasil Uji Least Significance Difference (LSD) Kekuatan Impak Bahan Basis
Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Mean Difference
(I) Kelompok (J) Kelompok Sig.
(I-J)
Kontrol 0.25% -.083333 .764
0.5% -.583333* .044
0.75% -.750000* .012
1.0% -2.083333* .000
1.5% -.250000 .371
0.25% 0.5% -.500000 .081
0.75% -.666667* .023
1.0% -2.000000* .000
1.5% -.166667 .549
0.5% 0.75% -.166667 .549
*
1.0% -1.500000 .000
1.5% .333333 .236
0.75% 1.0% -1.333333* .000
1.5% .500000 .081
1% 1.5% 1.833333* .000

Hasil uji LSD pada Tabel 4.2 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
antara kelompok kontrol dengan kelompok penambahan kitosan nano gel 1 %
dengan nilai p = 0,000 (p<0,05).

4.2 Hasil Penelitian dan Analisa Data Nilai Kekuatan Transversal Resin
Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Kitosan Nano Gel
0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.
Pada penelitian ini nilai kekuatan transversal mengalami perubahan pada setiap
kelompok perlakuan. Nilai rata-rata dan standard deviasi uji kekuatan transversal
pada seluruh sampel bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan

Universitas Sumatera Utara


74

dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% dapat
dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Nilai Rata-Rata dan Standard Deviasi Uji Kekuatan Transversal Bahan Basis
Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan
Kitosan Nano Gel.
Kekuatan Transversal (Mpa)
Sampel Kitosan Kitosan Kitosan Kitosan Kitosan
Kontrol
0.25% 0.50% 0.75% 1.0% 1.5%
1 75.734 79.732 79.850 78.5568 79.262 80.556
2 72.324 74.676 73.029 75.3816 82.084 76.675
3 74.911 68.325 77.498 80.556 73.500 78.556
4 73.852 73.500 73.500 79.8504 79.850 78.204
5 76.322 78.439 71.853 80.0856 80.320 78.909

Rerata + 74.628+ 74.934+ 75.146+ 78.886± 79.003± 78.580 ±


SD 1.323181 4.503021 3.379849 2.094469 3.252017 1.394936

Hasil penelitian di atas terlihat bahwa rerata kekuatan transversal bahan basis
gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan kitosan nano gel
0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% kekuatan transversalnya meningkat
dibandingkan dengan bahan basis gigitituan resin akrilik polimerisasi panas tanpa
penambahan kitosan nano gel (kontrol).
Nilai rerata dan SD terendah pada kelompok kontrol yaitu 74.628 ±1.323181,
dan yang tertinggi pada kelompok dengan penambahan kitosan 1.0% yaitu 79.003
±3.252017. Grafik nilai kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas tanpa
dan dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%
dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Universitas Sumatera Utara


75

Gambar 4.2 Grafik nilai kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas tanpa
dan dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%
dan 1.5%

Gambar 4.2 menunjukkan nilai kekuatan transversal yang berbeda pada setiap
kelompok perlakuan. Pada kelompok perlakuan yang ditambahkan kitosan nano gel
bila dibandingkan dengan kelompok kontrol terlihat hasil bahwa nilai kekuatan
transversal pada kelompok dengan penambahan kitosan nano gel 1.0% lebih tinggi
daripada kelompok lainnya.
Uji normalitas pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa data terdistribusi
dengan normal yang dapat dilihat pada lampiran 6 (P > 0,05). Pada penelitian ini
pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%
terhadap kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas dianalisa dengan
menggunakan uji Anova Satu Arah, diperoleh nilai signifikasi p = 0. Hal ini
menunjukan adanya pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0%, dan 1.5% pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap kekuatan transversal.
Untuk memastikan perbedaan kekuatan transversal dari kelompok kontrol (tanpa
penambahan kitosan) dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0%, dan 1.5% dilakukan uji Least Significance Difference (LSD) yang dapat dilihat
pada Tabel 4.4.

Universitas Sumatera Utara


76

Tabel 4.4. Hasil uji Least Significance Difference (LSD) Kekuatan Transversal Bahan Basis
Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas.

Mean Difference
(I) Kelompok (J) Kelompok Sig.
(I-J)
Kontrol 0.25% -12.743920* .000
0.5% -12.955600* .000
*
0.75% -16.695280 .000
1.0% -16.812880* .000
1.5% -16.389520* .000
0.25% 0.5% -.211680 .909
0.75% -3.951360* .041
*
1.0% -4.068960 .036
1.5% -3.645600 .058
0.5% 0.75% -3.739680 .052
1.0% -3.857280* .046
1.5% -3.433920 .073
0.75% 1.0% -.117600 .949
1.5% .305760 .869
1% 1.5% .423360 .819

Hasil uji LSD pada Tabel 4.4 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
antara kelompok kontrol dengan kelompok penambahan kitosan nano gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% dengan nilai p = 0,000 (p<0,05).

4.3 Hasil Penelitian dan Nilai Rata-rata Absorbansi Resin Akrilik


Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Kitosan Nano Gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.
Pada penelitian ini nilai absorbansi warna mengalami perubahan pada setiap
kelompok perlakuan. Hasil rata- rata dan standard deviasi absorbansi warna pada
seluruh sampel bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan

Universitas Sumatera Utara


77

dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% dapat
dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Nilai Rata-Rata dan Standard Deviasi Nilai Absorbansi Bahan Basis Gigi Tiruan
Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Kitosan Nano
Gel.
Stabilitas Warna (cm-1)
Sampel Kitosan Kitosan Kitosan Kitosan Kitosan
Kontrol
0.25% 0.50% 0.75% 1.0% 1.5%
1 0.07329 0.07391 0.07372 0.07492 0.07689 0.07535
2 0.07327 0.07361 0.07401 0.07491 0.07533 0.07672
3 0.07274 0.07422 0.07404 0.07492 0.07602 0.07516
4 0.07410 0.07323 0.07375 0.07513 0.07608 0.07500
5 0.07384 0.07271 0.07361 0.07509 0.07515 0.07547

Rerata + 0.07345+ 0.07354+ 0.07383+ 0.07499+ 0.07589+ 0.07554+


SD 0.000533 0.000589 0.000189 0.000107 0.000692 0.000684

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata absorbansi warna bahan basis gigi
tiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% meningkat dibandingkan dengan bahan basis
gigitituan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan kitosan nano gel
(kontrol).
Nilai rerata dan SD terendah pada kelompok kontrol yaitu 0.07345+0.000533
cm-1, dan yang tertinggi pada kelompok dengan penambahan kitosan 1.0% yaitu
0.07589+0.000692 cm-1. Grafik nilai rata-rata absorbansi warna lempeng bahan basis
gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan kitosan
nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Universitas Sumatera Utara


78

Gambar 4.3 Grafik Nilai Rata-Rata Absorbansi Warna Sampel Resin Akrilik
Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Kitosan Nano
Gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.

Uji normalitas pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa data terdistribusi
dengan normal yang dapat dilihat pada lampiran 7 (P > 0,05). Pada penelitian ini
pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%
terhadap stabilitas warna bahan basis resin akrilik polimerisasi panas dianalisa
dengan menggunakan uji Anova Satu Arah, diperoleh nilai signifikasi p = 0. Hal ini
menunjukan adanya pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0%, dan 1.5% pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap stabilitas warna.
Untuk memastikan perbedaan stabilitas warna dari kelompok kontrol (tanpa
penambahan kitosan) dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0%, dan 1.5% dilakukan uji Least Significance Difference (LSD) yang dapat dilihat
pada Tabel 4.6

Universitas Sumatera Utara


79

Tabel 4.6 Hasil Uji Least Significance Difference (LSD) Nilai Absorbansi Bahan Basis
Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas.

Mean Difference
(I) Kelompok (J) Kelompok Sig.
(I-J)
Kontrol 0.25% -.000088 .791
0.5% -.000378 .262
0.75% -.001546* .000
1.0% -.002446* .000
1.5% -.002092* .000
0.25% 0.5% -.000290 387
0.75% -.001458* .000
1.0% -.002358* .000
1.5% -.002004* .000
0.5% 0.75% -.001168* .002
1.0% -.002068* .000
1.5% -.001714* .000
0.75% 1.0% -.000900* .012
1.5% -.000546 .110
1% 1.5% .000354 .293

Hasil uji LSD pada tabel 4.6 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
antara kelompok kontrol dengan kelompok penambahan kitosan nano 0.75%, 1.0%
dan 1.5% dengan nilai p = 0,000 (p<0,05).

4.4 Gambaran SEM Morfologi Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi


Panas Tanpa dan dengan Penambahan Kitosan Nano Gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0%, dan 1.5%
Pada penelitian ini dilakukan juga pengambilan gambaran morfologi permukaan
resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan kitosan nano gel
0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% dengan pembesaran 2000 X. Pada Gambar 4.4

Universitas Sumatera Utara


80

terlihat gambaran SEM morfologi permukaan resin akrilik polimerisasi panas tanpa
dan dengan penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.

A B C

D E F

Gambar 4.4 Gambaran SEM morfologi permukaan resin akrilik polimerisasi panas tanpa
penambahan kitosan (A) dan dengan penambahan kitosan nano gel
0,25%.,(B) 0,50%.,(C) 0,75%.,(D) 1%.,(E) dan 1,5%(F) dengan pembesaran
2000 X.

Gambaran SEM sebelum dilakukan penambahan kitosan nano gel (Gambar A)


memperlihatkan morfologi permukaan bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas yang tidak merata (seperti yang di tunjukkan pada tanda panah).
Pada gambaran SEM resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan kitosan
nano gel 0.25% (Gambar B), 0.50% (Gambar C), 0.75% (Gambar D), 1.0% (Gambar
E) dan 1.5% (Gambar F) terlihat bahwa kitosan nano gel menutupi permukaan sampel
secara merata (seperti yang di tunjukkan pada tanda panah).

Universitas Sumatera Utara


81

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Kekuatan Impak Bahan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi
Panas Tanpa dan dengan Penambahan Kitosan Nano Gel 0.25%, 0.50%, 0.75%,
1.0%, dan 1.5%.
Hasil penelitian pada Tabel 4.1.1 terlihat adanya perbedaan nilai rerata kekuatan
impak resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan setelah ditambahkan kitosan nano
gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.. Penambahan kitosan nano gel dapat
dijadikan alternatif untuk menambah kekuatan impak bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas. Hal ini disebabkan karena ukuran partikel kitosan
mempengaruhi kualitas kitosan, dimana partikel kitosan yang lebih kecil akan
membentuk permukaan semakin luas (Li-Ming, 2011). Selain itu, penggunaan
tripolifosphat saat proses gelasi juga sangat mempengaruhi, dimana penambahan
tripolifosphat akan membentuk ikatan silang ionik sehingga kitosan dapat digunakan
sebagai bahan penguat. Hal ini disebabkan oleh peran tripolifosphat sebagai zat
pengikat silang yang akan memperkuat matriks nano kitosan (Wahyono cit Yuliani,
2015).
Setelah penambahan kitosan nano gel 1.5% nilai kekuatan impak menurun
dibandingkan dengan penambahan kitosan nano gel 1.0%, hal ini dikarenakan
besaran konsenterasi larutan kitosan nano gel memiliki nilai viskositas yang tinggi
dibandingkan dengan penambahan kitosan nano gel lainnya. Semakin tinggi
persentase larutan kitosan maka nilai viskositasnya akan semakin tinggi (Nugroho
et.al., 2011). Nilai viskositas yang tinggi pada resin akrilik polimerisasi panas dengan
penambahan kitosan nano gel 1.5% menyebabkan kitosan nano gel sulit berdifusi
mengisi ruang pada poly (methyl methacrylate). Hal ini akan mempengaruhi kekuatan
mekanisnya, dimana kekuatan mekanis gel ditentukan dengan mengukur
viskoelastisitasnya (Sugita, 2009). Menurut Agusnar et.al., (2013), semakin tinggi
berat molekul dan konsenterasi larutan kitosan, akan semakin tinggi nilai
viskositasnya. Viskositas merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara


82

sifat kitosan (Quasin, 2010). Viskositas kitosan dipengaruhi secara physical


(pemanasan, autoclave, ultrasonication) dan secara kimia.Viskositas menurun dengan
meningkatnya waktu penggunaan dan tempratur (No et.al., cit Fernandez-Kim, 2004).
Namun pada penelitian ini penambahan kitosan nano gel 1,0% merupakan
konsentrasi yang paling optium ditambahkan pada bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas.
Selama proses polimerisasi terjadi volumerik shringkage sebesar 0,2-0,5%
sehingga menyebabkan poreus pada resin akrilik polimerisasi panas dan retakan.
Poreus dan retakan yang terjadi menyebabkan kepadatan bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas berkurang dan hal ini berdampak pada menurunnya
kekuatan bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas (Noort, 2008).
Dengan ditambahkannya kitosan nano gel pada bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas maka akan menurunkan jumlah porositas yang terjadi. Porositas
membran kitosan akan menurun dengan meningkatnya konsentrasi dari kitosan (Gu
et.al., 2001)
Dari gambaran hasil uji FTIR Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa setelah
pencampuran antara PMMA dan kitosan tidak ada gugus fungsi yang hilang dari
PMMA dan juga kitosan. Dimana dari hasil uji FTIR terlihat penyerapan karbonil
pada puncak muncul di 1728.22 cm-1 untuk PMMA. Pada penambahan PMMA
dengan kitosan, puncak penyerapan karbonil juga terlihat di 1728.22 cm-1 namun
puncaknya sedikit agak rendah. Hal ini disebabkan karena ikatan hidrogen antara
gugus amino dari kitosan dan kelompok karbonil pada PMMA. Begitu juga terlihat
pada –CH3 muncul dipuncak 3441.01 cm-1 untuk PMMA, dan pada penambahan
PMMA dengan kitosan, juga pada puncak 3441.01 cm-1 namun sedikit lebih rendah.
Kemungkinan hal ini juga disebabkan terjadinya ikatan hidrogen antara gugus -CH3
pada PMMA dengan -OH pada kitosan. Interaksi nya dapat digambarkan pada
Gambar 5.2.

Universitas Sumatera Utara


83

Gambar. 5.1 Hasil uji FTIR pada PMMA, Kitosan danPMMA yang ditambahkan
kitosan nano gel

Hasil penelitian yang didapat sesuai dengan penelitian Radhakumary dkk, 2005
bahwa absorbsi puncak karbonil muncul pada 1730.6 cm-1 pada PMMA homopolimer
dan puncak absorbsi karbonil graft co-polymer chitosan dengan MMA pada 1727.18
cm-1. Hal ini terjadi karena adanya ikatan hidrogen antara grup amino kitosan dan
grup karbonil. Amer, 2014, pada penelitianya menyatakan saat proses polimerisasi
terjadi ikatan-ikatan antara rantai polimer dimana –CH3 pada resin akrilik
polimerisasi panas akan menyatu (berikatan) dengan rantai polimer dari kitosan yaitu
–OH. Selain itu gugus carbonyl C=O pada rantai poly (methyl methacrylate) juga
akan berikatan dengan NH2 pada kitosan. Ikatan ini lah yang membuat kekuatan
impak dari bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan
kitosan nano gel akan meningkat. Semakin banyak ikatan silang pada rantai polimer
akan membentuk bangunan tiga dimensi yang sinambung sehingga terbentuk struktur
yang kaku dan tegar yang tahan terhadap gaya atau tekanan tertentu (Sugita, 2009).
Menurut Li Z et.al,. 2016 bahwa kekuatan mekanis composite nanofibrous membrane
meningkat dengan meningkatnya kadar kitosan/PMMA. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang didapat bahwa penambahan kitosan nano gel pada bahan basis gigi

Universitas Sumatera Utara


84

tiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat meningkatkan kekuatan mekanisnya


salah satunya adalah kekuatan impaknya.

Gambar 5.2 Interaksi dari kitosan/PMMA (Amer et.al, 2014)

5.2 Kekuatan Transversal Bahan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik


Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Kitosan Nano Gel 0.25%,
0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%
Hasil penelitian pada Tabel 4.2.1 terlihat adanya perbedaan nilai rerata kekuatan
transversal resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan setelah ditambahkan kitosan
nano gel. Pada penelitian ini didapatkan nilai kekuatan transversal yang berbeda pada
setiap penambahan persentase kitosan nano gel. Perbedaan besarnya nilai kekuatan
transversal yang berbeda pada setiap penambahan kitosan nano gel sama seperti pada
kekuatan impak, dimana semakin banyak kandungan kitosan/PMMA maka akan
meningkat kekuatan mekanisnya (Li Zengyang et.al., 2016).

Universitas Sumatera Utara


85

Pada penelitian ini didapatkan nilai kekuatan transversal semakin bertambah


setelah ditambahkannya kitosan nano gel. Namun setelah ditambahkan kitosan nano
gel 1.5% nilai kekuatan transversalnya menurun dibandingkan dengan penambahan
kitosan nano gel 1,0%, hal ini dikarenakan larutan kitosan memiliki nilai viskositas
yang tinggi dan kepadatan yang berbeda, sama seperti yang terjadi pada kekuatan
impak. Dimana pencampuran antara bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi
panas dengan kitosan nano gel 1.5% yang memiliki viskositas yang tinggi
menyebabkan kitosan nano gel sulit untuk berdifusi masuk ke pori resin akrilik
polimerisasi panas untuk berikatan. Hal ini akan menyebabkan kepadatan bahan basis
gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan kitosan nano gel 1.5%
akan berkurang. Sehingga kekuatan transversalnya menurun bila dibandingkan
dengan penambahan kitosan nano gel 1%. Pada penelitian ini didapatkan bahwa
penambahan kitosan nano gel 1.0% pada bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas merupakan konsentrasi yang paling optium untuk menambah
kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas, yang menunjukkan nilai
kekuatan transversal tertinggi terdapat pada kelompok penambahan kitosan nano gel
1,0% yaitu 79.003 Mpa, dan yang terendah pada kelompok kontrol yaitu 74.628
Mpa.
Penambahan kitosan nano gel pada bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas pada penelitian ini memiliki nilai kekuatan transversal yang lebih
besar bila dibandingkan dengan bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi
panas saja. Penelitian ini sesuai dengan pernyataan Florez-ramirez et.al., (2008), yaitu
penambahan kitosan pada PMMA menunjukkan peningkatan kekerasan dan modulus
elastisitas sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas yang ditambahkan kitosan nano gel memiliki kekuatan transversal
yang lebih tinggi dibandingkan bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi
panas tanpa penambahan kitosan nano gel.
Amer et.al., (2014) menyatakan bahwa tensile strength dan young modulus
properties PMMA meningkat dengan meningkatnya persentase kitosan. Peningkatan
ini terjadi karena interaksi physic dan chemical yang meningkat antara molekul besar

Universitas Sumatera Utara


86

dan kelompok sisi yang efektif seperti (NH2-OH-COO,C=O) dengan meningkatnya


persentase kitosan.

5.3 Absorbansi Stabilitas Warna Bahan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik
Polimerisasi Panas tanpa dan dengan Penambahan Kitosan Nano Gel 0,25%.,
0,50%., 0,75%., 1%., dan 1,5%.
Pada penelitian ini pengukuran intensitas warna bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas yang diperoleh menggunakan alat Spectrophotometer UV-
Visible dengan panjang gelombang 552 nm. Dari Tabel 4.3.1 menunjukkan
perbedaan nilai absorbansi pada bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi
panas kelompok tanpa dan dengan penambahan kitosan nano gel. Stabilitas warna
pada penambahan kitosan nano gel 1.0% menunjukkan nilai terbesar adalah 0.07589
cm-1 dan nilai terkecil pada kelompok tanpa penambahan kitosan nano gel adalah
0.07345 cm-1.
Perubahan warna bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya degradasi
kimia, oksidasi, kebersihan mulut, proses polimerisasi yang tidak sempurna dan
penyerapan air (Goiato MC, et al 2010). Penyerapan air pada bahan basis gigi tiruan
yang berlebihan akan menyebabkan diskolorasi (Saied, 2011). Cairan yang
terabsorbsi melalui proses difusi akan mengisi ruang-ruang di antara matriks sehingga
menyebabkan perubahan struktur resin dan fisiknya. Penyerapan air akan
menyebabkan beberapa komponen akan ikut terlarut, maka semakin banyak air yang
diserap maka akan semakin banyak komponen yang akan ikut terlarut. Hal ini akan
menyebabkan perubahan warna bahan suatu bahan basis gigi tiruan (Kortrakulkij,
2008).
Nilai stabilitas warna terendah pada kelompok tanpa penambahan kitosan nano
gel kemungkinan disebabkan selama proses pelarutan resin akrilik polimerisasi panas
dengan larutan xylen. Menurut Ariyani (2012) yang mengutip pendapat Muetia, salah
satu faktor yang mempengaruhi stabilitas warna adalah kemampuan penyerapan
(permeabilitas) cairan pada bahan. Proses absorpsi dan adsorpsi cairan tergantung
pada keadaan lingkungannya.

Universitas Sumatera Utara


87

Pada kelompok dengan penambahan kitosan nano gel terlihat stabilitas warna
yang lebih baik, hal ini karena penyerapan cairan pada kelompok tersebut lebih
rendah. Kitosan nano gel yang ditambahkan pada bahan polimer berfungsi sebagai
filler yang dapat memperbaiki sifat bahan polimer. Pada saat proses pelarutan resin
akrilik polimerisasi panas yang ditambah kitosan nano gel dengan larutan xylen, resin
akrilik dengan penambahan kitosan nano gel tidak akan ikut terlarut karena sifat
kitosan yang tidak larut di dalam air. Pada saat ini reaksi hidrolisis tidak dapat terjadi
lagi dan kitosan akan mengikat zat warna bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas pada gugus –NH2. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Singh, 2008 bahwa sifat kitosan yang bila dimodifikasi dengan beberapa
polimer lain seperti polimetil metakrilat akan mengikat zat warna pada gugus –NH2
(Sugita 2009). Penyerapan air yang rendah akan menghasilkan komponen yang
terlarut juga rendah sehingga warna menjadi lebih stabil.
Namun pada penelitian ini, menurunnya nilai absorbansi resin akrilik
polimerisasi panas yang ditambahkan kitosan nano gel 1.5% bila dibandingkan
dengan penambahan kitosan nano gel 1.0%. karena ikatan yang mengikat zat warna
pada gugus-NH2 antara kitosan dan resin akrilik polimerisasi panas berkurang. Hal ini
disebabkan karena zat warna yang terkandung pada bahan basis gigi tiruan resin
akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan kitosan nano gel lebih sedikit bila
dibandingkan dengan penambahan kitosan nano gel 1.0%, karena sulitnya kitosan
nano gel 1.5% berdifusi mengisi ruang-ruang untuk berikatan dengan bahan basis
gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Pada penelitian ini penambahan kitosan
nano gel 1.0% merupakan konsistensi yang paling tepat untuk ditambahkan ke bahan
basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas.

5.4 Gambaran Morfologi Permukaan Bahan Basis Gigi Tiruan Resin


Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Kitosan Nano Gel
0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5%.
Pada penelitian ini, dari gambaran SEM terlihat permukaan bahan basis
gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas mengalami perbaikan yaitu dengan

Universitas Sumatera Utara


88

ditambahkannya kitosan nano gel permukaan bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas menjadi lebih merata dapat dilihat pada Gambar 4.4 dengan
pembesaran 2000 X.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan gambaran
morfologi permukaan bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas pada
setiap sampel dengan penambahan kitosan nano gel. Perbedaan ini disebabkan karena
jumlah persentase kitosan yang ditambahkan, konsistensi (kekentalan) kitosan nano
gel, dan pada saat pencampuran dan pengadukkan kitosan nano gel dengan resin
akrilik polimerisasi panas yang tidak merata karena dilakukan secara manual. Hasil
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Li Zhengyang et.al., (2016) yaitu
hasil gambaran SEM chitosan/PMMA composite nanofiber memiliki permukaan yang
halus dan serupa.

Universitas Sumatera Utara


89

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa:
a. Ada pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%,
dan 1.5% pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap kekuatan impak, dan ada
perbedaan nilai kekuatan impak yang signifikan antara kelompok kontrol dengan
kelompok penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% yang
menunjukkan terjadi peningkatan antara kelompok tanpa penambahan (nilai terendah)
dan dengan penambahan kitosan nano gel 1.0% (nilai tertinggi) sebesar 36,2 %
b. Ada pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%,
dan 1.5% pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap kekuatan transversal, dan
ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok
penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%, dan 1.5% yang
menunjukkan terjadi peningkatan antara kelompok tanpa penambahan (nilai terendah)
dan dengan penambahan kitosan nano gel 1.0% (nilai tertinggi) sebesar 5.9 %
c. Ada pengaruh penambahan kitosan nano gel 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1.0%,
dan 1.5% pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap stabilitas warna, dan ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok penambahan
kitosan nano 0.75%, 1.0% dan 1.5% yang menunjukkan peningkatan terjadi antara
kelompok tanpa penambahan (nilai terendah) dan dengan penambahan kitosan nano
gel 1.0% (nilai tertinggi) sebesar 3.32%
d. Ada perbedaan gambaran morfologi mikrostruktur permukaan bahan basis
gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas setelah penambahan kitosan nano gel
0,25%., 0,50%., 0,75%., 1% dan 1,5% berupa perbaikan morfologi permukaan resin
akrilik sehingga permukaan bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas
menjadi lebih merata karena ditutupi oleh gugus amina dari kitosan.
e. Penambahan kitosan nano gel 1% pada bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas merupakan konsistensi yang sangat cocok digunakan sebagai

Universitas Sumatera Utara


90

bahan penguat untuk menambah kekuatan mekanis seperti kekuatan impak dan
transversal dan dalam mempertahankan stabilitas warna dari bahan basis gigi tiruan
resin akrilik polimerisasi panas.

6.2 Saran
a. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai penambahan kitosan nano gel
untuk memperbaiki sifat-sifat lain dari bahan basis gigi tiruan resin akrilik
polimerisasi panas.
b. Perlunya penelitian lebih lanjut bagaimana mekanisme dari bahan kitosan
nano gel sehingga dapat meningkatkan kekuatan mekanis dan stabilitas warna bahan
basis gigi tiruan resin akrlik polimerisasi panas.
c. Perlunya jumlah sampel yang lebih banyak lagi untuk mendapatkan hasil
yang lebih akurat lagi.

Universitas Sumatera Utara


91

DAFTAR PUSTAKA

Agusnar H, Nainggolan I, Sukirman, 2013. Mechanical Properties Of paper


From Oil Palm Pulp Treated With Chitosan From Horseshoe Crab. AENSI Journals
Advances In Eviromental Biology; 7(12): 3857-3.

Amer ZJA, Ahmed JK, Abbas SF, 2014. Chitosan/PMMA Bioblend for Drug
Release Applications. Int J Eng and Tech; 4(5): 1-6

Anusavice KJ, Shen C, Rawls HP, 2013. Phillips’ Science Of Dental Materials.
12th ed. USA : Elsevier Saunders; 89, 91, 261, 722, 724, 727-8, 735, 737, 739, 741-4.

Ariyani. 2012. Pengaruh Penambahan Fiber Glass Reinforced Terhadap


Penyerapan Air dan Stabilitas Warna Bahan Basis Gigitiruan Nilon Termoplastik.
Tesis. Medan: FKG USU.

Assuncao WG, Gomes EA, Barao VA, Barbosa DB, Tabata LF. 2010. Effect of
Storage inn Artificial Saliva and Thermal Cycling on Knoop Hardness of Resin
Denture Teeth. J Prosthodont Res; 54(3): 123-7.

Azeredo HMC, De Britto D, Assis OBG, 2010. Chitosan Edible Films and
Coatings-A Review. Nova Sci Pub Inc; 179-15.

Bashi TK, AL-Nema LM. 2009. Evaluation of some mechanical properties of


reinforce acrylic resin denture base material (an in vitro study). Al-Rafidain dent J;
9(1): 57-65.

Bettencourt AF, et.al. 2010. Biodegradation of Acrylic Based Resins: A review.


Elsvier: Dental Material; e171-e180.

Craig RG, Powers JM, Watana JC, 2000. Dental Material: Properties and
Manipulation. 7th ed. India: Mosby; 257-67.

El-Sheikh AM, Al-Zahrani SB. 2006. Causes of denture fracture: a survey: Saudi
Dent J. 18(3):149-53.

Flores-ramirez N, et all, 2008. Hybrid Natural-Synthetic Chitosan Resin:


Thermal and Mechanical Behavior. J Biomater Sci Polymer; 19(2): 259-14.

Foat F, Panza LHV, Gracia RCMR, Cury AADB, 2009. Impact and Flexural
Strength and Fracture Morphology Of Acrylic Resins With Impact Modifiers. J The
Open Dentistry; 3: 137-6.

Universitas Sumatera Utara


92

Gladwin M, Bagby M. Clinical Aspects Of Dental Materials, Theory, Practice


and Cases. 3rd ed. Philadelphia: Lippincort Williams & Wilkins 2009; 121-156.

Goguta L, Marsavina L, Bratu D, Topala F, 2006. Impact Strength Of Acrylic


Heat Curing Denture Base Resin Reinforced With E-Glass Fibers. TMJ; 56 (1): 1.

Goiato MC, Zulccolotti BCR, Santos DM, Moreno A, Alves-Rezende MCR.


2009. Effects of thermocycling on mechanical properyies of soft lining materials.
Acta Odontol latinoam:22(3): 227-32.

Gu ZY, Xue PH, Li WJ, 2001. Preparation of the Porous Chitosan Membrane by
Cryogenic Induced Phase Separation. Polym Adv Technol; 12: 665-4.

Gujjari AK, Bhatnagar VM, Basavaraju RM. 2013. Color Stability and Strength
of Poly(methyl methacrylate) and Bis-Acrylic Composite Based Provisional Crown
and Bridge Auto-polymerizing Resins Exposed to Beverages and Food Dye: An in
Vitro Study. Indian J Dent Res: 24(2); 172-5.

Hafner B, 2007. Scanning Electron Microscopy Primer. Characterization


Facility, University of Minnesota; 1-29.

Hanafiah IKA, 2003. Rancangan percobaan teori dan aplikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada; 9.

Henny S. 2013. Efek Penambahan Kitosan Molekul Tinggi Nanopartikel Pada


Semen Ionomer Kaca Nanopartikel Terhadap Viabilitas Sel Pulpa (In Vitro). Tesis.
Medan: FKG USU; 7.

Henny S. 2014. Efek Penambahan Kitosan Blangkas (Tachypeleus gigas)


Nanopartikel pada Varian Semen Ionomer Kaca Terhadap Mikrostruktur Dentin dan
Komposisi Kimia Melalui SEM-EDX (in vitro). Tesis. Medan: FKG USU; 23-5.

Herguth WR, Nadeau G, 2004. Applications of Scanning Electron Microscopy


and Energy Dispersive Spectroscopy (SEM/EDS) to Practical Tribology Problems.
Herguth Lab Inc; 1-8.

Hipolito AC, Barao VA, Faverani LP, Ferreira MB, Assuncao WG. 2013. Color
Degradation of Acrylic Resin Denture Teeth as a Function of Liquid Diet:
Ultraviolet-Visible Reflection Analysis. J Biomed Opt: 18(10); 1-9.

Hu Q, Li B, Wang M, Shen J, 2003. Preparation and Characterization Of


Biodegradable Chitosan / Hidroxyapatite Nanocompisite Rods Via In Situ
Hybridization: A Potential Material As Internal Fixation Of Bone Fracture. Elsevier:
Biomaterial; 779-785.

Universitas Sumatera Utara


93

Hutapea PR. 2014. Efek dan Karakterisasi kitosan Molekul Tinggi Nanopartikel
pada Pasta Gigi Terhadap Penutupan Tubulus Dentin (In vitro). Tesis: Medan: FKG
USU; 28-7.

Imirzalioglu P, Karacaer, Yilmaz B, Ozmen I. 2010. Color Stability of Denture


Acrylic Resins and a Soft Lining Material Against Tea, Coffee, and Nicotine. Journal
o Prosthodontics: 19(2); 118-6.

Khandaker M, Vaughan MB, White JJ, Meng Z, 2014. Effect of Additive


Particles on Mechanical, Thermal, and Cell Functioning Properties of
Poly(methylmethacrylate) Cement. J International of Nanomedicine; 9 : 2699-13.

Kortrakulkij K, 2008. Effect of Denture Cleanser on Color Stability and Flexural


Strength of Denture Base Materials. Thesis. Thailand: University of Mohidol; 1-73.

Li-ming Z et al, 2011. Preparation and Application of chitosan Nanoparticles and


Nanofibers. Braz J Chem Eng; 09: 353-362.

Li Z, Li T, An L, Fu P, Gao C, Zhang Z, 2016. Highly Efficient Chromium (VI)


Adsorbtion With Nanofibrous Filter Paper Prepared Through Electrospinning
Chitosan/Polymethylmethacrylate Composite. Journal Carbohydrate Polymer; 137;
119-126.

Lim E. 2015. Pengaruh Thermocycling dan Penambahan Serat Polietilen


terhadap Kekuatan Impak dan Transversal pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik
Polimerisasi Panas. Tesis. Medan. FKG USU: 1-6.

Manappallil JJ, 2003. Basic Dental Materials. 2nd ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers (P); 99-101, 106, 110, 118, 122-7.

MC Cabe JF, Walls AWG, 2008. Applied Dental Materials. 9th ed. London:
Blackwell; 110-23, 258-64.

Mowade TK, Dange SP, Thakre MB, Kamble VD, 2012. Effect of Fiber
Reinforcement on Impact Strength of Heat Polymerized Polymethyl Methacrylate
Denture Base Resin : In Vitro Study and SEM Analysis. J Adv Prosthodont; 4: 30-6.

Ningsih W. 2010. Pengaruh Viskositas larutan kitosan nanopartikel sebagai


Penyalut Asam Askorbat untuk Menyerap Asam Lemak Bebas (ALB) dalam Minyak
Goreng curah. Tesis: Medan: USU; 1-21.

Noort RV, 2008. Introduction to Dental Materials. 3rd ed. St.Louis : Mosby
Elvesier; 217-8, 221-2.

Universitas Sumatera Utara


94

Nugroho ACS, Nurhayati ND, Utami B, 2011. Sintesis dan Karakterisasi


Membran Kitosan Untuk Aplikasi Sensor Deteksi logam Berat. J Molekul; 6(2): 123-
13.

Paranhos HFO, Orsi IA, Zaniquelli O, Zuccolotto MCC, Magalheas F, 2008.


Effect Of Chemical Denture Cleaners On Flexural Resistance and Color Changes Of
Microwave-Polymerized Aclyric Resins. Braz J Oral Sci; 2(26): 1581.

Petri DFS, Donega J, Benassi AM, et al, 2007. Preliminary Study on Chitosan
Modified Glass Ionomer Restoratives. J Dent Materials; 23: 1004-10.

Powers JM, Wataha JC, 2008. Dental Materials: Properties and Manipulation. 9th
ed. Missouri: Mosby Inc; 205-15, 285-20.

Quasin SZU et al, 2010. Materials for Drug and Gene Delivery. International
Journal of Pharmaceutics; 385: 113-142.

Radhakumary C, Nair PD, Mathew S, Nair CPR. 2005. Biopolymer Composite


of Chotosan and Methyl Methacrylate for Medical Application. Trends Biomater
.Artif.Organs 18(2): 117-7.

Raszewski Z, Nowakowska D. 2013. Mechanical properties of hot curing acrilyc


resin after reinforced with different kinds of fibers. Int J Biomedical materials
research: 1(1); 9-13.

Saied HM. 2011. Influence of Dental Cleansers on the Color Stability and
Surface Roughness of Three Types of Denture bases. J Bagh College Dentistry;
23(3): 17-5.

Sermadi W, Prabhu S, Acharya S, Javali SB, 2014. Comparing the efficacy of


coconut oil and xylene as a clearing agent in the histopathology laboratory. J Oral
Maxillofac Pathol: 18(1): S49–S53.

Silalahi PFS. 2014. Efek Penambahan Kitosan Molekul Tinggi Nanopartikel


pada Abu Sekam Padi Nanopartikel Terhadap Viabilitas Sel Pulpa (In Vitro). Tesis.
Medan FKG USU:

Siregar M. 2009. Pengaruh berat molekul Kitosan Nanopartikel untuk


Menurunkan Kadar Logam Besi (Fe) dan Zat Warna pada Industri Tekstil Jeans.
Tesis. Medan: Pasca Sarjana USU; 5-9.

Siregar MZ, Agusnar H, Alfian Z, Marpaung H. 2015. Preparation and


Characterization Carbon Nanotubes-Chitosan nanocomposite by Using Oil Palm
Shell and Horseshoe Crab Shell. IJARC: 2(1); 6-7.

Universitas Sumatera Utara


95

Sugita P, Wukisari T, Sjahriza A, Wahyono A, 2009. Kitosan Sumber


Biomaterial Masa Depan. Bogor: IPB Press; 27, 82-108, 125.

Sun-Ok Fernandez-Kim, 2004. Physicochemical and Fungtional Properties of


Crawfish Chitosan as Affected by Different Processing Protocols. Thesis. Seoul:
B.S,Seoul National Univesity; 1-15.

Thermo Spectronic, 2013. Basic UV-Vis Theory, Concepts and Applications.


Availabel at http://www.thermoscientific.com diakses tanggal 28 Febuari 2015.

Tiyaboonchai M. 2003. Chitosan Nanoparticles: a promising system for drug


delivery . Nerasuan University Journal; 11(3): 51-15.

Trimurni A, Harry A, Wandania F. 2007. Efek Dentinogenesis Kitosan dan


Derivatnya Terhadap Inflamasi Jaringan Pulpa Gigi Reversibel. Laporan Akhir
Penelitian Riset Pembinaan IPTEK Kedokteran. Medan: FKG USU: 16-8,27-3.

Trimurni A. 2007. Inovasi Peraawatan Konservasi Gigi Melalui Teknologi


Tissue Engineering. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang
Ilmu Konservasi Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi. Medan: 2.

Trong-Ming D, Shih-Chang H, Wen-Yen C. 2001. Structures and Thermal


Properties of Chitosan-Modified Poly(methyl methacrylate). J of Polymer Science:
39; 1646-9.

Vojvodic D, Komar D, Schauper Z, Celebic A, Mehulic K, Zabarovic D. 2009.


Influence of different glass fiber reinforcements on denture base polymer strength
(fiber reinforcements of dental polymer) Medicinski Glasnik: 6(2): 227-33.

Wen-Chuan H, Chih-Ponng C, Shang-Ming L, 2007. Morphology and


Characterization of 3D Micro-porous Structured Chitosan Scaffolds for Tissue
Enginerering. Elsevier: Colloids and Surfaces B: Biointerfaces; 57: 250-5.

Wieckiewicz M, Opitz V, Richter G, Boening KW, 2014. Physical Properties of


Polyamide-12 versus PMMA Denture Base Material. J BioMed Research
International; 1-7.

Yuliani D, 2013. pembuatan Emulsi Kitosan Cangkang Blankas Melalui Metode


Gelasi Ionik Terhadap Kitosan Nano Dengan Menggunakan Freezer-Dryer. Tesis.
Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara; 9-12.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai