Anda di halaman 1dari 49

AVSEC

REGULATION

DIREKTORAT KEAMANAN PENERBANGAN


DITJEN PERHUBUNGAN UDARA
AVIATION SECURITY

ADALAH GABUNGAN SUMBER


DAYA MANUSIA,FASILITAS DAN
MATERIL SERTA PROSEDUR
UNTUK MELINDUNGI
PENERBANGAN SIPIL DARI
TINDAKAN GANGGUAN MELAWAN
HUKUM.
AVIATION SECURITY
• ABAD 20
• PEMBAJAKAN TH 1931 – PERU
• ICAO – 4 DSEMBER TH 1944 – CHICAGO
CONVENTION
• 52 NEGARA ANGGOTA ,MENYETUJUI KONVENSI
MUKADIMAH: PENERBANGAN SIPIL INT’L DPT
MENOLONG & MEMELIHARA PERDAMAIAN
DUNIA SALING PENGERTIAN ANTARA BANGSA-
BANGSA SERTA DAPAT MENCEGAH ANCAMAN
KEAMANAN DUNIA
-NAVIGASI UDARA ,ANGKUTAN UDARA &
KETENTUAN TEKNIS OPERASIONAL MAUPUN
MASALAH PERTIKAAIAN ANTARA ANGGOTA
ICAO.
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional
(Internasional Civil Aviation Organisasi ICAO)
• Dibentuk berdasarkan kovensi • Hingga saat ini sudah ada 18
penerbangan sipil internasional annex yg dikeluarkan ICAO
yang ditandatangani di chicago
pada tanggal 4 desember
1944. • Pengamanan penerbangan
• Dibentuk oleh 52 negara sipil tertuang dalam annex 17
peserta koperensi chicago. dengan judul SECURITY –
safeguarding International Civil
• Indonesia menjadi anggota Aviation againts acts of
ICAO pada bulan juni 1950. unlawful interference dan pada
• Sejak 20 juni 2002 jumlah Doc 8973 yang merupakan
anggota ICAO 188 anggota petunjuk teknis (security
• Pusat ICAO di manual).
montreal,canada
• Kantor cabang di bangkok
,paris,dakar,lima,cairo,nairobi,
mexico.
TUJUAN PENGAMANAN
PENERBANGAN SIPIL
• Menjamin keamanan dan keselamatan
penerbangan ,keteraturan & efesiensi
penerbangan sipil dari tindakan melawan hukum
.
• Memberikan perlindungan terhadap awak
pesawat udara , pesawat udara ,penumpang
,para petugas di darat , masyarakat , & instalasi
di bandar udara dari tindakan melawan hukum.
• Memberikan pelindungan kepada perusahaan
angkutan udara dari tindakan melawan hukum.
• Memenuhi standar dan rekomendasi
internasional.
ANNEX 17 SECURITY
MENGATUR TENTANG :
• Tujuan utama aviation security adalah keselamatan
penumpang, awak pesawat , petugas dan masyarakat umum
terhadap tindakan melawan hukum dengan mencegah
terangkutnya barang-barang yang dapat membahayakan
penerbangan.
• Penerapan pemeriksaan terhadap:
a.pemeriksaan penumpang
b.pemeriksaan awak pesawat
c.pemeriksaan bagasi
• Penerapan pengawasan terhadap :
a.pengawasan kargo,pos dll
b.pengawasan acces controol ke sisi udara
• Civil Aviation security programme sebagai panduan dalam
penerapan aviation security.
PERATURAN
INTERNASIONAL
• Annex 17 ICAO:
SECURITY • Annex 18 ICAO:The
(Safeguarding Safe Transport of
International Civil Dangerous Goods by
Aviation Against Acts Air
of Unlawful • Document 9284-
Interference) AN/905: Technical
• Document 8973: Instruction
Security Manual
PERATURAN NASIONAL
• UU 2 Thn 1976 tentang Ratifikasi Konvensi
ICAO (Tokyo 63’, The Hague 70’, Montreal 71’)
• UU 4 Thn 1976 tentang Penambahan Pasal-
pasal Kejahatan Penerbangan pada KUHP
• UU 1 Thn 2009 tentang Penerbangan (revisi UU
15 tahun 1992 )
• PP 3 Thn 2001 tentang Keamanan dan
Keselamatan Penerbangan
• KM 9 tahun 2010 tentang Program Nasional
Pengamanan Penerbangan Sipil ( revisi KM 54
thn 2004 )
PERATURAN NASIONAL
• KM 9 thn 2010 tentang Penertiban Penumpang, Barang
dan Kargo Yang Diangkut Pesawat Udara Sipil
• SKEP/40/II/1995 tentang Juklak KM 14 tahun 1989
• SKEP/160/VIII/2008 tentang Sertifikat Kecakapan
Personil Pengamanan Penerbangan;
• SKEP/161/VIII/2008 tentang Perubahan atas SKEP/
252/XII/2005 Program Nasional Pendidikan dan
Pelatihan Personil Pengamanan Penerbangan;
• SKEP/100/VII/2003 tentang Juknis Penanganan
Penumpang Pesawat Udara Sipil Yang Membawa
Senjata Api Beserta Peluru dan Tata Cara Pengamanan
Pengawalan Tahanan Dalam Penerbangan Sipil
PERATURAN NASIONAL
• SKEP/252/XII/2005 tentang Program Nasional
Pendidikan dan Pelatihan Pengamanan
Penerbangan Sipil
• SKEP/253/XII/2005 tentang Evaluasi Efektivitas
Program Nasional Pengamanan Penerbangan Sipil
(Quality Control);
• SKEP/43/III/2007 tentang Penanganan Barang
Bawaan Berbentuk Cairan, Gas dan Jeli yg Dibawa
Penumpang Kedalam Kabin Pesawat pada
Penerbangan Internasional.
PERATURAN NASIONAL

• SKEP/95/IV/2008 : JUKNIS Penanganan Petugas


Pengamanan Dalam Penerbangan (In-Flight
Security Officer/Air-Marshal) Pesawat Udara
Niaga Berjadwal Asing
• SKEP/275/XII/1998 tentang Pengangkutan
Bahan dan/ atau Barang Berbahaya Dengan
Pesawat Udara
• SKEP/293/XI/1999 tentang Sertifikat Kecakapan
Petugas Penanganan Pengangkutan Bahan dan/
atau Barang Berbahaya Dengan Pesawat Udara
UNDANG-UNDANG NO 2 TAHUN 1976
TENTANG
PENGESAHAN KONVENSI TOKYO 1963,
KONVENSI THE HAQUE 1970, KONVENSI MONTREAL 1971

TOKYO CONVENTION 1963


OFFENCES AND CERTAIN OTHER ACTS COMMITTED ON
BOARD AIRCRAFT
Berkaitan dengan :
Tindakan yg membahayakan keselamatan pesawat udara,
seseorang, harta benda atau yg membahayakan ketertiban & disiplin
dalam pesawat udara, kewenangan PIC

THE HAQUE CONVENTION 1970


THE SUPPRESSION OF UNLAWFUL SEIZURE OF AIRCRAFT
Berkaitan dengan :
Tindakan melawan hukum dengan paksaan atau ancaman atau
dengan bentuk lain berupa intimidasi, merampas atau melakukan
kendali atas pesawat udara
MONTREAL CONVENTION 1971
THE SUPPRESSION OF UNLAWFUL ACTS AGAINST THE
SAFETY OF CIVIL AVIATION
Berkaitan dengan :
Tindakan melawan hukum yg terkait dengan pesawat udara yg
sedang dalam penerbangan/dinas dan juga pengrusakan fasilitas
navigasi udara ataupun penyampaian informasi palsu.
BELUM DIRATIFIKASI

MONTREAL PROTOCOL 1988 (SUPLEMEN KONVENSI MONTREAL 1971)


THE SUPPRESSION OF UNLAWFUL ACTS OF VIOLENCE AT AIRPORT
SERVING INTERNATIONAL AVIATION
Berkaitan dengan :
Tindakan kekerasan melawan hukum di bandar Udara Internasional
terhadap orang, fasilitas, pesawat udara atau gangguan pelayanan.

MONTREAL CONVENTION 1991


THE MARKING OF PLASTIC EXPLOSIVES FOR THE PURPOSE OF
DETECTION
Berkaitan dengan :
Pemberian tanda/sifat pada peledak plastik untuk memudahkan
pendeteksian
UU 1/2009
Pasal 334
(1) Orang perseorangan, kendaraan, kargo dan
pos yang akan memasuki daerah
keamanan terbatas wajib memiliki izin
msk daerah terbatas atau tiket pswt udara
bagi penumpang pesawat udara, dan
dilakukan pemeriksaan keamanan.
(2) Pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh petugas yang
berkompeten dibidang keamanan penerbangan.
UU 1/2009
Pasal 335
(1) Terhadap penumpang, personel pswt
udara, bagasi kargo, dan pos yang
akan diangkut hrs dilakukan
pemeriksaan dan memenuhi
persyaratan keamanan penerbangan.
(2) Penumpang dan kargo tertentu dapat
diberikan perlakuan khusus dalam
pemeriksaan keamanan.
UU 1/2009

Pasal 336
Kantong diplomatik tidak boleh
diperiksa, kecuali atas permintaan
dari instansi yg berwenang di bidang
hubungan luar negeri dan
pertahanan negara.
UU 1/2009
Pasal 337
(1) Penumpang pswt udara yg membawa senjata
wajib melaporkan dan menyerahkannya
kepada badan usaha angkutan udara yg akan
mengangkut penumpang tsb.
(2) Badan usaha angkutan udara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertanggung jwb
atas keamanan senjata yg diterima sampai dgn
diserahkan kembali kpd pemiliknya di bandara
tujuan.
UU 1/2009
Pasal 344
Setiap orang dilarang melakukan tindakan melawan hukum
(acts of unlawful interference) yg membahayakan kespen dan
angud berupa:
a. Menguasai secara tdk sah pswt udara yg sedang atau yg
sedang didarat;
b. Menyandera orang di dalam pswt udara, atau di bandara;
c. Masuk ke dalam pswt udara, daerah keamanan terbatas
bandara, atau wilayah fasilitas aeronautika secara tdk sah;
d. Membawa senjata, barang dan paralatan berbahaya, atau
bom kedalam pswt udara atau bandara tanpa ijin;
e. Menyampaikan informasi palsu yg membahayakan
kespen;
PP 3/2001
• Setiap orang, barang, kendaraan yang memasuki
sisi udara, wajib melalui pemeriksan keamanan
(ps.52)

• Personil pesawat udara, penumpang, bagasi,


kargo dan pos yang diangkut dengan pesawat
udara wajib melalui pemeriksaan keamanan (ps
53 ayat 1)
PP 3/2001
• Terhadap bagasi dari penumpang yang batal
berangkat dan/ atau bagasi yang tidak
bersama pemiliknya, wajib dilakukan
pemeriksaan keamanan ulang untuk dapat
diangkut dengan pesawat udara (ps. 55)
• Kantong diplomatik yang bersegel diplomatik,
tidak boleh dibuka (ps. 57 (1))
• Bahan dan/atau barang berbahaya yang akan
diangkut dengan pesawat udara wajib
memenuhi ketentuan pengangkutan bahan
dan/ atau barang berbahaya (ps.58 (1))
PP 3/2001
• Penumpang pesawat udara yang membawa
senjata wajib melaporkan dan menyerahkan
kepada perusahaan angkutan udara (ps.60 (1))
• Senjata disimpan pada tempat tertentu di
pesawat udara yang tidak dapat dijangkau oleh
penumpang pesawat udara (ps.60 (2))
• Pemilik senjata diberi tanda terima sebagai
tanda bukti penerimaan senjata oleh
perusahaan angkutan udara (ps.60 (3))
KM 14/1989
• Penumpang, awak pesawat udara dan bagasi
harus diperiksa sebelum memasuki daerah steril
dan sisi udara
• Perusahaan angkutan udara dapat menolak
mengangkut penumpang yang dapat
membahayakan keselamatan penerbangan
• Penumpang transit & transfer wajib diperiksa ulang
• Senjata api, senjata tajam & benda lain yang dapat
dipakai untuk mengancam dilarang
dimasukkan/ditempatkan di dalam kabin pesawat
KM 14/1989
• Bagasi harus diperiksa sebelum diserahkan di
tempat check –in
• Bagasi harus dilengkapi identitas pemilik
• Kargo dan kiriman pos harus diperiksa
sebelum dimasukkan ke gudang atau pesawat
udara
• Pemeriksaan pengangkutan barang-barang
berbahaya harus memperhatikan ketentuan
yang berlaku
SKEP/40/II/95
• Penumpang dan bagasi harus diperiksa oleh petugas
sekuriti yang berwenang
• Pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas lain harus
mendapat persetujuan Adbandara/Kacab/
Kabandara
• Penumpang yang mempunyai tiket dan petugas dengan
pas bandara yang diijinkan masuk daerah check-in
• Pemeriksaan dilakukan dengan alat bantu, manual dan
random (random check 10 %)
SKEP/40/II/95
• Awak pesawat wajib diperiksa
• Penumpang transfer dan transit harus diperiksa
ulang
• Pengangkut harus menyediakan petugas sekuriti
dan bekerjasama dengan petugas sekuriti bandara
untuk memeriksa penumpang, bagasi dan kargo
• Pengangkut harus menempatkan petugas untuk
memeriksa boarding pass di ruang tunggu
• Barang/bahan berbahaya dapat diangkut
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
SKEP/40/II/95
• Bagasi yang telah diperiksa:
- diberi label sekuriti
- di-strapping (rekomendasi)
• Petugas sekuriti bandara berhak menolak
keberangkatan calon penumpang yang tidak mau
diperiksa, atas koordinasi dengan pengangkut
• Pengangkut wajib menolak bagasi:
- yang tidak diperiksa,
- tanpa label sekuriti,
- label koyak/rusak.
SKEP/40/II/95
• Bagasi milik penumpang yang batal
berangkat atau tidak diangkut bersama
pemiliknya dilarang diangkut, kecuali telah
diperiksa dan beridentitas jelas
• Orang gila, tahanan, deportee harus
dikawal
• Penumpang mabuk, buronan, orang yang
dicurigai dapat ditolak untuk berangkat
SKEP/40/II/95
• Pengangkut atau agennya wajib mencatat nama
dan alamat calon penumpang pesawat udara
sesuai dengan bukti kenal diri
• Pada waktu lapor diri semua tiket calon
penumpang dicocokan dengan bukti kenal diri.
• Check-in counter dibuka selambat-lambatnya 2
jam dan ditutup 30 menit sebelum jadual
penerbangan/keberangkatan pesawat udara.
SKEP/40/II/95
• Daerah check-in adalah daerah Publik Terbatas
• Akses penghubung antara ruang keberangkatan
dan kedatangan harus dikunci/dijaga
• Semua akses menuju daerah sisi udara harus
dilengkapi pintu dan dikunci/dijaga
• Orang dan kendaraan yang akan masuk daerah
sisi udara harus melalui pemeriksaan
• Institusi dan Konsesioner di bandara ikut
bertanggungjawab terhadap aspek keamanan di
lingkungan kerjanya
SKEP/40/II/95
• Petugas konsesioner, barang dagangan dan
peralatannya harus diperiksa
• Barang dagangan tidak berupa senjata, benda
tajam atau bahan berbahaya
• Pengangkut mengawasi penumpang, bagasi
dan akses ke sisi udara, bekerjasama dengan
petugas sekuriti bandara
• Pengawasan ruang VIP oleh sekuriti bandara
dan instansi yang berwenang
SKEP/160/VIII/2008
• Petugas pemeriksa penumpang dan atau
operator peralatan sekuriti wajib memiliki
STKP
• Jenis peralatan: X-ray, WTMD, HHMD,
Explosive detector
• Persyaratan memperoleh STKP: pendidikan
minimal SLTA/sederajat, sehat jasmani &
rohani, mengikuti diklat dan lulus ujian
SKEP/160/VIII/2008

• Dirjen Hubud mempunyai kewenangan


mendidik & menguji petugas
• Kewenangan dapat dilimpahkan kepada
Kapusdiklat Hubud
• Masa berlaku STKP 2 tahun & dapat
diperpanjang setelah mengikuti ujian kembali
dan dinyatakan lulus
• STKP harus selalu dibawa pada saat bertugas
SKEP/100/VII/2003
• Penumpang dilarang membawa senjata api &
peluru ke kabin pesawat
• Penumpang wajib menitipkan senjata api &
peluru kepada pengangkut pada waktu check-in
• Sebelum diserahkan, peluru dikeluarkan dari
senjata dan dilakukan sendiri oleh pemiliknya
• Senjata api & peluru diperlakukan sebagai
security item & dangerous goods dan disimpan
terpisah di cargo compartement selama
penerbangan
SKEP/100/VII/2003
• Batasan peluru yang dapat diangkut:
- maksimal kaliber 9 mm, 12 butir/orang
- maksimal 100 butir/penerbangan
• Pengangkut mengeluarkan tanda terima
penyerahan senjata dan
bertanggungjawab atas keamanan
senjata dan pelurunya
• Senjata dan peluru diserahkan kembali di
pintu keluar kedatangan bandara tujuan
SKEP/100/VII/2003
* Dalam satu penerbangan hanya dapat
mengangkut 1 tahanan berbahaya dengan
minimal 2 pengawal dan lebih dari 1 tahanan
tidak berbahaya dengan masing-masing 1
pengawal
• Masuk pesawat lebih awal dan keluar pesawat
paling akhir dari penumpang lain
• Posisi duduk di kursi paling belakang
• Petugas pengawal dilarang membawa senjata
SKEP/43/III/2007
1) Penumpang dapat membawa LAG ke dalam kabin
pesawat udara sebagai barang bawaan untuk
keperluan sendiri
2) LAG dapat Dibawa sendiri oleh calon penumpang
3) Diperoleh atau dibeli di airport duty free shop.
a. minuman;
b. perlengkapan kosrmetik;
c. obat-obatan;
d. keperluan sehari-hari, dll.
SKEP/43/III/2007
Syarat-syarat membawa LAG antara lain :
a) Kapasitas wadah atau tempat LAG max 100 ml
atau ukuran sejenis;
b) Wadah berisi LAG tersebut dimasukkan ke dlm 1
(satu) kantong plastik transparan ukuran 30 cm x
40 cm dengan kapasitas LAG maksimum 1000 ml
atau 1 (satu) liter atau ukuran sejenis dan dapat
disegel ulang;
c) Setiap calon penumpang hanya diijinkan
membawa maksimum 1 (satu) kantong plastik
transparan
SKEP/43/III/2007
Persyaratan LAG TIDAK BERLAKU untuk :
a) obat-obatan medis;
b) makanan/minuman/susu bayi; dan
c) makanan/minuman penumpang untuk program diet
khusus.

Setiap penyelenggara bandara harus


menyediakan kantong plastik transparan, untuk
digunakan penumpang membawa LAG dan
ditempatkan pada tempat pemeriksaan calon
penumpang sebelum masuk pintu bandara.
SKEP/43/III/2007
Prosedur pemeriksaan LAG calon penumpang, sbb:
a) Setiap personil Avsec yg bertugas pada X-Ray harus
menanyakan ada tidaknya LAG dalam barang bawaan calon
penumpang
b) Dalam hal calon penumpang menyatakan membawa LAG,
maka personil Avsec harus :
1. Memerintahkan untuk memisahkan LAG dengan
barang bawaan lainnya;
2. Memberikan kantong plastik transparan kepada
calon penumpang untuk menempatkan LAG yg dibawa
3. Barang bawaan beserta kantong plastik transparan berisi
LAG dimasukkan ke X-Ray secara terpisah, untuk
dilakukan pemeriksaan
SKEP/43/III/2007
Dalam hal penumpang menyatakan tidak
membawa LAG, sedangkan dlm pemeriksaan
X-Ray sebelum masuk daerah terbatas terbukti
membawa, maka petugas Avsec berwenang
melakukan melakukan tindakan sebagaimana
ketentuan yg berlaku;

Dalam hal penumpang menyatakan tidak


membawa LAG, sedangkan dlm pemeriksaan
X-Ray sebelum masuk steril area terbukti
membawa, maka petugas Avsec berwenang
mengambil LAG tersebut untuk disita.
SKEP/95/IV/2008
In-Flight Security Officer/Air Marshal :
1. Pada pesawat udara yang melakukan proses kegiatan
turun naik penumpang kurang dari 1 (satu) jam tidak
boleh turun dari pesawat

2. Bila membawa senjata ke atau dari ruang khusus bila


dibawah pengawasan dan pengawalan petugas Bea
dan Cukai
SKEP/95/IV/2008
In-Flight Security Officer/Air Marshal :
Menyerahkan senjata kepada petugas Bea dan Cukai dengan
ketentuan sbb :
a. Senjata diserahkan kepada petugas bea dan cukai pada
ruang khusus yang disediakan dengan kondisi senjata
terpisah dengan peluru;
b. Senjata yang diterima disimpan pada kotak khusus;
c. Senjata yang diterima dilengkapi dengan Berita Acara.

Ruangan Khusus dan Kotak Khusus disediakan oleh


Penyelenggara Bandar Udara
SKEP/95/IV/2008
In-Flight Security Officer/Air Marshal :
Dapat mengambil kembali senjata di tempat khusus penyerahan
senjata dengan membuat Berita Acara dan harus langsung naik
ke pesawat dibawah pengawalan dan pengawasan Bea dan Cukai.

Direktur Keselamatan Penerbangan melaksanakan


pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan ini.
PERLINDUNGAN BANDAR UDARA, PESAWAT UDARA, FASILITAS
NAVIGASI PENERBANGAN

1. Penetapan “Daerah Terbatas”;

2. Perlindungan “Daerah Terbatas”;

3. Persyaratan Umum dan Pengawasan


Jalan Masuk ke “Daerah Terbatas”;

4. Pengawasan Izin Masuk Orang;

5. Pengawasan Izin Masuk Kendaraan ;

6. Perlindungan Pesawat Udara;

7. Fasilitas Navigasi dan Fasilitas Penting lainnya


PENGENDALIAN PENGAMANAN TERHADAP ORANG DAN BARANG
YANG DITEMPATKAN DI PESAWAT UDARA

1. Pemeriksaan Penumpang dan Bagasi Kabin (cabin baggage);

2. Penumpang Transit dan Transfer;

3. Awak Pesawat Udara dan Orang


Yang Bekerja di Bandar Udara;

4. Prosedur Pemeriksaan Khusus;

5. Penanganan Senjata (senjata api,


senjata tajam);

6. Penumpang dalam Status Tahanan


atau Dalam Pengawasan;
7. Penanganan Penumpang Yang Melanggar Ketentuan Keimigrasian;

8. Penanganan Penumpang Mengalami Gangguan Kejiwaan;

9. Bagasi Tercatat (Hold Baggage);

10. Kargo, Kiriman melalui jasa Kurir dan Kiriman Ekspres atau Pos;

11. Jasa Boga (Catering) dan Barang Persediaan/Perbekalan;

PEMERIKSAAN PENUMPANG,
BAGASI KABIN &
BAGASI TERCATAT

PEMERIKSAAN CARGO
PERALATAN SEKURITI

Direktur Jenderal Perhubungan Udara menetapkan ketentuan:


1. pengadaan;

2. kalibrasi;

3. pengoperasian dan perawatan.

PERSONIL SEKURITI

1. Kriteria;
2. Pendidikan dan Latihan;
A. Petugas Sekuriti
1. Basic Avsec
2. Junior Avsec
3. Senior Avsec
B. Pegawai
Security Awareness
C. Sertifikat Kecakapan Petugas Sekuriti
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai