Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI TEORI ORGANISASI

“Kapitas Selekta Organisasi Dan Teori Organisasi”

Di Susun oleh :

Kelompok 1

Ketua kelompok : Arif Arya Lutfi Sanaky


Sekretaris : Sari Lestari Negdiho
Bendahara : Wa Ode Wahyuni
Anggota : Hasna Sudak
: Yan Rudi

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRSI (STIA)

ASY-SYAFI’IYAH FAKFAK

PAPUA BARAT
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, lantunan ucapan syukur Selalu di panjatkan atas kehadirat


Allah SWT tuhan yang maha Esa atas segala bentuk limpahan rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“kapitas selekta organisasi dan teori organisasi” tepat pada waktunya.

Terimakasih kami ucapkan kepada Dosen Pengajar mata kuliah Teori-teori


Organisasi Bapak Drs. Radjab Hayer, MM yang telah memberikan tugas ini
sehingga kami bisa mendapatkan pengetahuan baru tentang kapitas selekta
organisasi dan teori organisasi selama mengerjakan tugas ini

Kami sadari hasil makalah ini masuh jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kami berharap masukan dan saran dari para pembaca demi menyempurnahkan
makalah ini.

Fakfak, Minggu 7 November

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..............................................................................
C. Tujan ...................................................................................................

BAB II PEMBAHSAN

A. Perusahaan yang Menciptakan Pengetahuan ......................................


(The Knowledge Creating Company) ................................................
B. Persoalan “Hiperkompetisi” ...............................................................
C. Manajemen Generasi Keempat ...........................................................
(Fourth Generation Management) ......................................................
D. Segitiga Joiner (The Joiner Triangle) .................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................
B. Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
A.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH
a. Perusahaan yang Menciptakan Pengetahuan (The Knowledge Creating
Company)?
b. Persoalan “Hiperkompetisi”?
c. Manajemen Generasi Keempat (Fourth Generation Management)?
d. Segitiga Joiner (The Joiner Triangle)?

C. TUJUAN
Makalah ini di susun yaitu untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah teori-teori pembangunan. selain itu juga, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan kita tentang kapitas selekta organisasi dan teori
organisasi
1.

1
BAB II
PEMBAHASAN
KAPITAS SELEKTA ORGANISASI
DAN TEORI ORGANISASI

A. Perusahaan yang Menciptakan Pengetahuan (The Knowledge


Creating Company)
Perusahaan-perusahaan Jepang sangat berhasil dalam usaha mereka sekitar
tahun 1970 dan tahun 1980. Nonaka, (dalam pengantar katanya) menggunakan
contoh permainan bola rugbi guna melukiskan kecepatan secara keluwesan
perusahaan-perusahaan Jepang mengembangkan produk-produk baru mereka,
seperti halnya pada permainan bola rugbi, di mana bola bergulir di antara
anggota tim, sewaktu tim tersebut secara aktif turut serta dalam permainan
tersebut.

Menurut Nonaka:
bola rugbi tersebut mencakup sebuah pemahaman bersama tentang apa yang
mencerminkan perusahaan yang bersangkutan, ke arah mana ia sedang
menuju, dunia apa yang diinginkannya, Teori Organisasi dan
Pengorganisasian dan bagaimana cara membuat dunia tersebut menjadi realita.
Maka bola tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut:
 ideal-ideal,
 nilai-nilai, dan
 emosi-emosi.

Bermain bola rugbi memerlukan interaksi secara intensif dan cermat antara
para anggota tim yang bersangkutan
Adapun proses interaktif tersebut, analog dengan bagaimana cara
pengetahuan diciptakan secara keorganisasian di dalam perusahaan-
perusahaan Jepang.

2
Yang dimaksud oleh penulis dengan "penciptaan pengetahuan keorganisasian"
(organizational knowledge creation), yaitu kemampuan sesuatu perusahaan
secara keseluruhan untuk menciptakan:

 pengetahuan baru;
 menyebarkannya melalui seluruh sistem yang ada;
 "memasukkannya" ke dalam produk-produk, servis, dan sistem-sistem

Maka Nonaka menyatakan:


"komponen yang paling mendasar serta universal organisasi adalah
pengetahuan manusia (human knowledge)."
Dalam karyanya yang dikemukakan, pengetahuan dianggap sebagai
kesatuan dasar analisis guna menerangkan perilaku perusahaan

Pengetahuan manusia dibagi dalam dua macam jenis.


Yang pertama adalah apa yang dinyatakan sebagai pengetahuan eksplisit
(explicit knowledge). Pengetahuan ini dapat diartikulasi dalam wujud bahasa
formal, termasuk di dalamnya pernyataanpernyataan gramatikal, pernyataan-
pernyataan matematikal, spesifikasi-spesifikasi, buku-buku petunjuk, dan
sebagainya.
Adapun jenis pengetahuan demikian dapat ditransmisi melalui individu-
individu secara formal serta mudah. Inilah mode pengetahuan dominan yang
dominan dalam tradisi falsafah dunia Barat. Akan tetapi, masih ada apa yang
dinamakan pengetahuan pribadi (tacit knowledge) yang sulit diartikulasi
dengan bahasa formal, la mencakup pengetahuan pribadi, yang berakar pada
pengalaman individual dan ia meliputi faktor-faktor tidak berwujud seperti
misalnya keyakinan pribadi, perspektif, dan sistem nilai. Pengetahuan tersebut
telah diabaikan sebagai sebuah komponen kritikal dari perilaku manusia
kolektif. Pengetahuan pribadi tersebut merupakan sebuah sumber daya penting
kemampuan berkompetisi perusahaan perusahaan Jepang.

3
Dalam karyanya Nonaka, memusatkan perhatiannya macam pengetahuan
sebagai batu landasan dasar dalam sebuah hubungan komplementer. Adapun
interaksi antara kedua macam pengetahuan tersebut merupakan penciptaan inti
dinamika pengetahuan pada organisasi bisnis.

Pada falsafah Barat dominan, sang individu merupakan agen utama yang
memiliki serta memproses pengetahuan. Akan tetapi, dalam studi ini
ditunjukkan bahwa sang individu berinteraksi di dalam organisasi yang ada
melalui pengetahuan. tingkatan

Penciptaan pengetahuan berlangsung pada tiga macam yakni tingkat :


 individual,
 kelompok, dan
 keorganisasian

Dengan demikian, pembahasan tentang penciptaan pengetahuan


keorganisasian terdiri dari dua komponen pokok:

 bentuk-bentuk interaksi pengetahuan dan


 tingkat-tingkat penciptaan pengetahuan.

Kedua macam bentuk interaksi yakni interaksi antara pengetahuan


pribadi (tacit knowledge) dan pengetahuan eksplisit (explicit knowledge)
dan interaksi antara individu dan organisasi akan menyebabkan timbulnya
empat macam proses pokok konversi pengetahuan, keseluruhannya
merupakan penciptaan pengetahuan:
1. dari pengetahuan pribadi ke pengetahuan eksplisit:
2. dari pengetahuan eksplisit ke pengetahuan eksplisit;
3. dari pengetahuan eksplisit ke pengetahuan pribadi;
4. dari pengetahuan pribadi ke pengetahuan pribadi.

4
Inovasi yang berkelanjutan merupakan ciri khas perusahaan
perusahaan Jepang yang berhasil dalam berbagai industri.
Bagaimanakah kiranya perusahaan-perusahaan Jepang bisa
menimbulkan inovasi yang berkelanjutan demikian?
Salah satu cara adalah melihat ke "luar" dan melihat ke masa yang
akan datang dan mengantisipasi perubahan-perubahan pada pasar,
teknologi, persaingan atau produk
Perusahaan-perusahaan Jepang secara konstan dipaksa untuk
membuat keunggulan-keunggulan yang mereka miliki menjadi usang.

Perhatikan ungkapan berikut:

"...in fact, this trait--the willingness to abandon what has long been
succesful—is found in all succesful companies, not only those in
Japan."
Bagi perusahaan-perusahaan demikian, perubahan merupakan
kejadian setiap hari dan hal tersebut dianggap sebagai kekuatan positif.
Inovasi yang berkelanjutan menyebabkan timbulnya keunggulan
kompetitif seperti ditunjukkan pada Gambar 8.1.

PENCIPTAAN PENGETAHUAN

INOVASI YANG BERKELANJUTAN

KEUNGGULAN KOMPETITIF

Gambar 8.1 Dari Penciptaan Pengetahuan Hingga Keunggulan Kompetitif

5
Terdapat empat macam cara konversi pengetahuan. Asumsi bahwa
pengetahuan diciptakan melalui interaksi antara pengetahuan “tacit” dan
pengetahuan “eksplisit” memungkinkan kita untuk mempostulasi empat
macam cara konversi pengetahuan.

Pengetahuan Pengetahuan
ke
“tacit” “Eksplisit”
Pengetahuan sosialisasi
“tacit”
Eksternalisasi

dari
Pengetahuan internalisasi
“Eksplisit” kombinasi

B. Persoalan “Hiperkompetisi”
Paragraf ini berlandaskan pandangan Richard D'Aveni dan Robert
Gunther dalam karya mereka yang berjudul Hypercompetition (D'Aveni,
1994). Beliau mengungkapkan pandangan baru tentang posisi kompetitif
perusahaan yang agak berbeda dibandingkan dengan pandangan
pandangan lama yang mengatakan bahwa posisi kompetitif suatu
perusahaan perlu dipertahankan selama mungkin.

Dalam paragraf yang berjudul "... cara-cara baru untuk berpikir


tentang keunggulan kompetitif" D'Aveni berpendapat bahwa:

"Setiap keunggulan akan mengalami erosi."

Dalam kenyataan, upaya untuk meraih keunggulan yang bertahan


sejak lama merupakan fokus perhatian strategi. Akan tetapi, perlu diingat
bahwa keunggulan hanya bertahan sampai saatnya tiba, pihak pesaing
akhirnya menirunya atau menciptakan hal yang lebih unggul. Sekali

6
keunggulan ditiru atau diungguli lagi maka ia tidak lagi merupakan sebuah
keunggulan
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seorang inovator hanya
mampu menarik manfaat dari keunggulan yang diciptakannya untuk
jangka waktu singkat, sebelum pihak pesaing mulai melaksanakan
serangan balik terhadapnya. Dengan munculnya serangan balik tersebut,
keunggulan original tersebut mulai memudar dan diperlukan suatu inisiatif
baru.
Kerangka kerja McKinsey menyatakan bahwa keunggulan
kompetitif muncul dari penciptaan keserasian tepat antara ciri-ciri
keorganisasian pokok dan kemudian memusatkan karakeristik tersebut
pada sebuah tujuan atau misi tertentu. Hal tersebut memerlukan
keselerasan antara strategi organisasi yang bersangkutan dan lingkungan,
maupun keselarasan tepat antara tujuh macam faktor-faktor intern.

Adapun faktor-faktor tersebut adalah:


1. Structure (struktur).
2. Strategy (strategi)
3. Systems (sistem-sistem)
4. Style (gaya)
5. Skills (keterampilan)
6. Staff (staf)
7. Superordinate Goals (tujuan superordinat)
Ketujuh macam tersebut dianggap sebagai cara implementasi dan
menciptakan keempat macam keunggulan Know-How, "Kubu pertahanan"
(strongholds), dan Sumber daya yang kompetitif tradisional (biaya-
kualitas): penetapan waktu (timing), Sumber daya berlimpah (deep
pockets).

7
C. Manajemen Generasi Keempat (Fourth Generation Management)
1. Generasi Pertama (Management By Doing- Manajemen Melalui
Pelaksanaan Kegiatan) Hal ini merupakan pendekatan yang paling
sederhana dan yang paling primitive. Laksanakanlah tugas-tugas
sendiri (just do it yourself). Kita tetap masih memanfaatkan
pendekatan demikian hingga kini.Ia merupakan cara efektif untuk
melaksanakan tugas-tugas, tetapi kepastiannya terbatas.
2. Generasi Kedua (Management By Directing- Manajemen dengan Jalan
Memberikan Pengarahan) Orang-orang mengetahui berdasarkan
pengalaman bahwa mereka dapat mengekspansi kapasitas mereka
dengan jalan menyatakan kepada pihak lainsecara eksak apa yang
harus mereka lakukan dan bagaimana cara melakukannya. Seorang
tenaga ahli memberikan pengarahan rinci kepada sejumlah pekerja
yang sedang magang.
3. Generasi Ketiga (Management By Results- Manajemen Berdasarkan
Hasil) Manusia bosan dan jenuh apabila mereka terus-menerus
diperintahkan bagaimana cara mereka secara rinci harus melaksanakan
tugas-tugas ini. Mereka cenderung mengatakan “…katakanlah apa
yang Bapak inginkan dan serahkan hal itu kepada saya untuk
melaksanakan tugas-tugas tersebut”. Maka, phak menajemen akan
mengatakan “Baiklah bila demikian halnya. Kurangi persediaan
dengan jumlah 20% tahun ini. Saudara akan diberikan penghargaan
atau hukuman sehubungan dengan kinerja saudara. Silahkan bekerja”.
4. Manajemen Generasi Keempat (4-Th. Generation Management).
Manajemen generasi keempat memahami problem-problem dasar yang
berkaitan dengan manajemen generasi-generasi pertama, kedua dan
ketiga, dan ia memasukkan metode-metode guna mengatasi problem-
problem tersebut.

8
D. Segitiga Joiner (The Joiner Triangle)

Dalam rangka upaya merangkumkan manajemen generasi keempat, Brian


L. Joiner menciptakan model berikut.

Kualitas

Kesemuanya
Pendekatan
merupakan satu tim
Ilmiah

Keterangan:

1. Kualitas. Memahami pemikiran bahwa kualitas dirumuskan oleh para


pelanggan, mengembangkan obsesi untuk menyenangkan para pelanggan,
tidak sekedar puas dengan jalan meniadakan hal-hal yang tidak disenangi
mereka, tetapi upaya untuk memahami secara mendalam kebutuhan
mereka sekarang dan yang akan datang.
2. Pendekatan Ilmiah. Belajar memanaje organisasi yang ada sebagai sebuah
sistem, mengembangkan pemikiran proses mendasarkan keputusan
keputusan pada data dan memahami variasi.
3. Kesemuanya merupakan sebuah Tim.Mempercayai manusia dan selalu
memperlakukan setiap orang didalam organisasi dengan segala hormat,
kepercayaan, dan respek.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

10
DAFTAR PUSTAKA

https://doku.pub/download/teori-organisasi-dan-pengorganisasian-oleh-j-
winardi-29202ps-408rd3xogxlx

https://www.google.com/search?
q=teori+tentang+penciptaan+pengetahuan+keorganisasian&rlz=1C1YTUH_
idID970ID970&oq=teori+tentang+penciptaan+pengetahuan+keorganisasian
&aqs=chrome..69i57j33i160.13681j0j15&sourceid=chrome&ie=UTF-8

11

Anda mungkin juga menyukai