Anda di halaman 1dari 10

Asuhan keperawatan kritis dengan cedera kepala post trepanase

DISUSUN OLEH

RATNA KARUNIA SARI

ROSLINA PERAWATI SINAGA

SRI NINGSIH SITORUS

VIKKI ANDOS MAGDALENA

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
TA. 2020/2021
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Cedera Kepala


1. Defenisi
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi secara langsung atau tidak
langsung yang dapat berakibat pada gangguan fungsi neurologi, fungsi fisik, kognitif, psikososial,
yang dapat bersifat temporer atau permanen.
Menurut brain injury association of America, cedera kepala adalah kerusakan pada kepala bukan
bersifat congenital ataupun degenerative tetapi disebabkan serangan benturan fisik dari luar
yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran sehingga menimbulkan kerusakan
kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
2. Etiologi
Beberapa penyebab cedera kepala (Smeltzer, 2001, Long, 1996), antara lain :
a. Trauma tajam
Kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana merobek otak, misalnya tertembak
peluru atau benda tajam.
b. Trauma tumpul
Kerusakan menyebar karena kekuatan benturan.
c. Cedera akselarasi
d. Kontak benturan.
e. Kecelakaan lalu lintas.
f. Jatuh.
g. Kecelakaan industry.
h. Perkelahian.
3. Klasifikasi
Cedera kepala diklasifikasi dalam berbagai aspek. Secara praktis dikenal 3 deskripsi klasifikasi
yaitu berdasarkan mekanisme, beratnya cedera kepala, dan morfologinya.
a. Berdasarkan Mekanisme
Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dibagi atas cedera kepala tumpul, dan cedera
kepala tembus. Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan mobil, motor,
jatuh, pukulan benda tumpul. Sedang cedera kepala tembus disebabkan peluru atau
tusukan. ( Bernath, 2009)
b. Berdasarkan Tingkat Keparahan
Biasanya cedera kepala berdasarkan tingkat keparahannya didasar atas GCS terdiri 3
komponen yaitu :

Reaksi membuka mata (E)


Reaksi membuka mata Nilai

Membuka mata spontan 4

Buka mata dengan rangsangan suara 3

Buka mata dengan rangsangan nyeri 2

Tidak membuka mata dengan rangsangan nyeri 1

Reaksi berbicara

Reaksi Verbal Nilai

Komunikasi verbal baik, jawaban tepat 5

Bingung, disorientasi waktu, tempat dan ruang 4

Dengan rangsangan nyeri keluar kata - kata 3

Keluar suara tetapi tak berbentuk kata - kata 2

Tidak keluar suara dengan rangsangan apapun 1

Reaksi Motorik

Reaksi Motorik Nilai

Mengikuti perintah 6

Melokalisir rangsangan nyeri 5

Menarik tubuhnya bila ada rangsangan nyeri 4

Reaksi fleksi abnormal dengan rangsangan nyeri 3

Reaksi ekstensi abnormal dengan rangsangan nyeri 2

Tidak ada gerakan dengan rangsangan nyeri 1

Dengan Glasgow Coma Scale cedera kepala diklasifikasikan yaitu :

 Cedera kepala ringan : nilai GCS nya 13-15, kehilangan kesadaran antara 30 menit ditandai
dengan nyeri kepala, muntah, vertigo dan tidak ada penyerta seperti fraktur tengkorak,
kontusio / hematoma.
 Cedera kepala sedang : nilai GCSnya 9-12, kehilangan kesadaran antara 30 menit – 24 jam dapat
mengalami fraktur tengkorak dan disorientasi ringan(bingung).
 Cedera kepala berat : nilai GCSnya 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam meliputi : kontusio
serebral, laserasi, hematoma dan edema serebral.

c.Morfologi Cedera

 Fraktur Kranium
Fraktur cranium terjadi pada atap atau dasar tengkorak, dan dapat berbentuk garis atau bintang
dan dapat pula terbuka atau tertutup.
 Lesi Intrakranial
Diklasifikasikan sebagai fokal atau difus termasuk hematoma epidural, hematoma subdural,
kontusi.
 Kontusio dan hematoma Intraserebral
Kontusio serebral terjadi dilobus frontal dan temporal. Hematoma intraserebral adalah
perdarahan terjadi dalam jaringan (parenkim) otak dengan adanya laserasi atau kontusio
jaringan otak menyebabkan pecahnya pembuluh darah didalam jaringan otak.

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis cedera kepala dari berat ringannya cedera kepala :
1. Perubahan kesadaran indikasi yang paling sensitive dilihat dari GCS. Pada cedera kepal berat
nilai GCSnya 3-8.
2. Peningkatan TIK mempunyai trias klasik seperti nyeri kepala, pembengkakkan diskus optikus,
muntah sering kali proyektil.
3. Perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung.
4. Perubahan pola napas.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto polos kepala
Indikasi jejas lebih dari 5 cm, luka tembus, adanya corpus alineum, deformitas kepala, nyeri
kepala menetap, gangguan kesadaran.
b. CT- Scan (Dengan atau tanpa kontras)
Indikasi CT – Scan :
1. Nyeri kepala menetap atau muntah yang tidak menghilang setelah pemberian obat anti
muntah.
2. Adanya kejang.
3. Penurunan GCS.
4. Adanya fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidak sesuai.
5. Luka tembus.
6. Perawatan selama 3 hari tidak ada perubahan yang membaik dari GCS.
7. Bradiakardia.

Fungsi CT – Scan mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventricular,


perubahan jaringan otak.
c. MRI
Digunakan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
d. Cerebral Angiography
Menunjukkan anomaly sirkulasi cerebral.
e. Serial EEG melihat perkembangan gelombang yang patologis.
f. BAER mengoreksi batas fungsi cortex dan otak kecil.
g. PET mendeteksi perubahan aktivitas metabolism otak.
h. CSF, Lumbal Punksi terjadi jika ada perdarahan subarachnoid.
i. Analisa Gas Darah mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan jika terjadi
peningkatan tekanan intracranial.
j. Kadar Elektrolit untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan tekanan
intracranial.

6. Penatalaksanaan
 Observasi 24 jam
 JIka pasien masih muntah dipuasakan sementara.
 Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
 Anak diistirahatkan atau tirah baring.
 Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
 Pemberian obat untuk vaskularisasi.
 Pemberian obat analgetik.
 Pembedahan bila ada indikasi.

7. Komplikasi
1. Coma
2. Seizure
3. Infeksi
4. Kerusakan saraf
5. Hilangnya kemampuan kognitif.

B. Trepanasi
1. Defenisi
Trepanasi atau craniotomy adalah operasi untuk membuka tengkorak untuk mengetahui dan
memperbaiki otak dengan tindakan pembedahan definitif.
2. Indikasi
a. Pengangkatan jaringan abnormal.
b. Mengurangi tekanan intracranial.
c. Mengevaluasi bekuan darah.
d. Mengontrol bekuan darah.
e. Pembenahan organ intracranial.
f. Tumor otak.
g. Perdarahan.
h. Peradangan dalam otak.
i. Trauma pada tengkorak.
3. Tehnik operasi
a. Positioning
b. Washing
c. Markering
d. Desinfeksi
e. Operasi

4. Komplikasi Post Operasi :


Edema cerebral.
Perdarahan subdural, epidural, intracerebral.
Hypovolemik syok.
Hydrocephalus.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Infeksi

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Data subjektif
1. Identitas meliputi : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, alamat, hubungan pasien dengan keluarga.
2. Keluhan utama : bagaimana pasien bisa dating keruang gawat darurat, apakah pasien sadar
atau tidak, datang sendiri atau dikirim orang lain ?
3. Riwayat cedera meliputi waktu cedera (hari, tanggal, jam), lokasi cedera.
4. Mekanisme cedera : bagaimana proses terjadinya sampai pasien cedera.
5. Alergi : apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, obat.
6. Pengobatan : apakah pasien sudah mendapatkan pengobatan pertama setelah cedera,
apakah pasien sedang menjalani proses pengobatan penyakit tertentu?
7. Riwayat penyakit sebelumnya : Apakah pasien menderita penyakit tertentu sebelum
mengalami cedera, apakah penyakit tersebut menjadi penyebab terjadinya cedera?
8. Makan terakhir : Kapan waktu makan terakhir sebelum cedera? Untuk memonitor
muntahan dan mempermudah mempersiapkan dilakukan tindakan operasi.
9. Peristiwa sebelum cedera : apakah pasien mengalami sesuatu hal sebelum cedera,
bagaimana hal itu terjadi?

b. Pengkajian ABCDFGH
1. Airway
Cek jalan napas paten atau tidak.
Ada atau tidaknya obstruksi.
Dengarkan suara napas, apakah terdapat suara napas tambahan seperti snoring,
gurgling, crowing.
2. Breathing
- Kaji pernapasan, napas spontan atau tidak.
- Gerakan dinding dada simetris atau tidak .
- Irama napas cepat, dangkal atau normal.
- Pola napas teratur atau tidak.
- Suara napas vesikuler, wheezing, ronchi.
- Ada sesak napas atau tidak.
- Adanya pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu pernapasan.

3. Circulation
- Nadi teraba atau tidak.
- Tekanan darah.
- Sianosis, CRT.
- Akral hangat atau dingin, suhu.
- Terdapat perdarahan, lokasi, jumlah.
- Turgor kulit.
- Diaphoresis.
- Riwayat kehilangan cairan berlebihan.

4. Disability
- Kesadaran : composmentis, delirium, somnolen, koma.
- GCS : EVM
- Pupil : isokor, unisokor, pinpoint, medriasis.
- Ada tidaknya reflex cahaya.
- Refleks fisiologis dan patologis.
- Kekuatan otot.

5. Exposure
- Ada tidaknya deformitas contusion, abrasi, penetrasi, laserasi, edema.
- Jika terdapat luka, kaji luas luka, warna dasar luka, kedalaman.

6. Five Intervention
- Memonitoring jantung
- Saturasi oksigen.
- Ada tidaknya indikasi pemasangan kateter urine, NGT.
- Pemeriksaan laboratorium.
7. Give comfort
- Ada tidaknya nyeri.
- Kaji nyeri dengan : P (Problem), Q (Qualitaas), R (Regio), S( Skala), T (Time)
8. H 1 Sample
- Keluhan utama
- Mekanisme cedera/ trauma
- Tanda gejala
9. H 2 head to toe
- Fokus pemeriksaan pada daerah trauma
- Kepala dan wajah

1. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Nyeri berhubungan peningkatan TIK.
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan fungsi neurologis.
3. Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan persepsi, transmisi.
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan saraf.
5. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian.

Intra Operasi

1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan.


2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.

Post Operasi

1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik.


2. Resiko cedera berhubungan dengan trauma intracranial.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan post luka operasi.

Anda mungkin juga menyukai