I. Pengarah
1. Hamid Muhammad, Ph.D
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2. Dr. Thamrin Kasman
Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
II. Penulis
1. Dr. Chairul Muriman S, SE., SH., MP
2. Drs. Supandi, M.Pd
3. Dr. Hj. Arnie F, M.Pd
III. Produksi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kegiatan Pembinaan Pendidikan Kewarganegaraan
Tahun Anggaran 2017
Edisi Revisi
Cetakan ke-2, 2017
ISBN 978-602-1389-13-3
i
KATA PENGANTAR
Pendidikan merupakan salah satu strategi yang efektif untuk menanamkan dan
membina nilai-nilai karakter antikorupsi bagi peserta didik, dalam hal ini peserta didik pada
jenjang pendidikan menengah. Mereka merupakan generasi yang akan mengganti generasi
sekarang yang menduduki berbagai jabatan, baik di pemerintahan maupun swasta. Melalui
pendidikan, proses perubahan sikap mental akan terjadi pada diri seseorang. Dengan perubahan
tersebut, diharapkan generasi muda secara sadar mampu menerapkan dan
mengimplementasikan sikap dan perilaku antikorupsi.
Penanaman nilai-nilai antikorupsi menjadi lebih efektif apabila dilakukan sejak dini, baik
melalui pendidikan formal (persekolahan), informal (keluarga), dan nonformal (masyarakat).
Penanaman nilai-nilai Antikorusi di persekolahan dilakukan melalui pengintegrasian pendidikan
antikorupsi (PAk) kedalam proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Pendidikan antikorupsi yang diintegrasikan pada pembelajaran PPKn dilaksanakan di
satuan pendidikan tingkat SMA/MA dan SMK/MAK secara berkelanjutan, ditekankan pada
pembentukan sikap dan perilaku tanpa meninggalkan pengetahuan dan keterampilan, serta
pengembangan keteladanan antikorupsi. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan, pelaksanaan,
serta penilaian proses dan hasil pembelajaran yang disusun berdasarkan peraturan yang
berlaku.
Buku Model Pengintegrasian Pendidikan Antikorupsi ini disusun sebagai bahan dan
panduan bagi guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan Dinas Pendidikan dalam
mengimplementasikan penanaman niliai-nilai antikorupsi pada pembelajaran PPKn berdasarkan
kurikulum 2013 edisi revisi 2016, sehingga pendidikan antikorupsi di SMA/MA dan SMK/MAK
dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Dengan demikian, peserta didik lebih memahami
makna tindakan koruptif, dan berani bersikap serta berperilaku antikorupsi.
Jakarta, 2017
Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah,
ii
DAFTAR ISI
Halaman
PENYUSUN................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................
1
A.Latar Belakang......................................................................................
1
B.Dasar Hukum........................................................................................
3
C.Tujuan dan Sasaran..............................................................................
4
D.Manfaat ................................................................................................
5
E.Ruang Lingkup......................................................................................
5
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL.....................................................................
6
A.Pendidikan Antikorupsi sebagai Pendidikan Karakter............................
6
B.Dimensi dan Nilai-nilai Pembentuk Karakter Antikorupsi.......................
6
1. Dimensi Politik ............................................................................
8
2. Dimensi Sosiologi .......................................................................
8
3. Dimensi Ekonomi .......................................................................
9
4. Dimensi Hukum ..........................................................................
10
C.Internalisasi Nilai-Nilai Antikorupsi melalui Pendidikan .........................
11
BAB III TELAAH KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn)
KELAS X TERHADAP NILAI-NILAI ANTIKORUPSI..................................
15
BAB IV MODEL PENGINTEGRASIAN NILAI-NILAI ANTIKORUPSI KE DALAM
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN (PPKn) KELAS X…………………………............
23
iii
A. Model Pengintegrasian Pendidikan Antikorupsi dalam
Pengembangan Materi Pembelajaran ...............................................
57
B. Model Pengintegrasian Pendidikan Antikorupsi dalam
Pengembangan Silabus.....................................................................
72
C. Model Pengintegrasian Pendidikan Antikorupsi dalam
Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)............
82
BAB V PENUTUP ...............................................................................................
83
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
88
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (3)
mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-undang. Atas dasar
amanat tersebut, pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas).
UU Sisdiknas Pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selanjutnya Pasal 3
menegaskan bahwa, ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, diperlukan profil kualifikasi
kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi lulusan. Penjelasan Pasal 35
UU Sisdiknas menyebutkan bahwa, ”Standar kompetensi lulusan merupakan kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang
harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah.” Lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 20
Tahun 2016 tentangStandar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah, dinyatakan
bahwa, “ Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik
yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah”.
Kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik untuk lulusan SMA/SMK pada aspek sikap
(attitude) adalah memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia,
berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia. Sedangkan aspek (knowledge) adalah memiliki pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
serta dampak fenomena dan kejadian, serta aspek keterampilan (skill) adalah memiliki
kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai
pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.
1
Sementara itu, dalam kehidupan masyarakat saat ini dihadapkan pada kasus-kasus
korupsi yang selalu muncul di depan mata. Hal ini dapat merusak generasi muda dan sendi-
sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu pemerintah dengan dukungan
masyarakat harus segera menata kurikulum pendidikan yang mampu menumbuhkan semangat
antikorupsi dan pada akhirnya berani berkata, bersikap, dan bertindak Antikorupsi. Berkaitan
dengan hal tersebut, UU Sisdiknas menyatakan bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Berdasarkan pengertian tersebut, kurikulum harus mampu menumbuhkan semangat dan berani
berkata, bersikap, dan bertindak Antikorupsi. Hal ini sejalan dengan kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah, yaitu dengan diterbitkannya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2004
tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Inpres Nomor 17 tahun 2011 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi tahun 2012, Inpres Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Aksi
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, Inpres Nomor 2 tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi tahun 2014, Inpres No 7 Tahun 2015 tentangAksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Tahun 2015 , dan yang terakhir adalah Inpres No. 10 tahun 2016
tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2016 dan Tahun 2017.
Sebagai tindak lanjut dari Inpres no. 5 tahun 2004, maka Kementerian Pendidikan
Nasional melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah pada tahun 2009
membentuk Tim Teknis guna menyiapkan dan mengembangkan model pendidikan antikorupsi di
sekolah. Hasil dari tim tersebut adalah buku Model Pengintegrasian Pendidikan Antikorupsi pada
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA.
Model pengintegrasian tersebut sudah disosialisasikan dan di diseminasikan ke sekolah-sekolah
rintisan.
Sejalan dengan perubahan kurikulum Tahun 2013 edisi revisi 2016 dan beberapa
peraturan pendukung yang berlaku, serta perubahan organisasi Kemdikbud yang dituangkan
dalam Peraturan Presiden No. 14 Tahun 2015 dan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, maka terjadi perubahan dari Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar menjadi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Berkaitan dengan hal tersebut Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
menyusun kembali Model Pengintegrasian Pendidikan Antikorupsi melalui Kegiatan Pembinaan
Pendidikan Kewarganegaraan Tahun 2017 untuk satuan pendidikan tingkat SD/MI, SMP/MTs,
dan SMA/MA/SMK/MAK. Hasil penyempurnaan buku Model Pengintegrasian Pendidikan
Antikorupsi pada Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) akan
dipergunakan dalam kegiatan workshop dan diseminasi, yang dijadikan sebagai dasar
pembelajaran di sekolah.
Secara konseptual, dapat dikemukakan bahwa PPKn adalah pengorganisasian dari
disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora dengan penekanan pada pengetahuan dan kemampuan
dasar tentang hubungan antar warganegara dan warganegara dengan negara yang dilandasi
2
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, nilai luhur dan moral budaya bangsa,
memiliki rasa kebangsaan (nasionalisme) yang kuat dengan memperhatikan keragaman agama,
sosiokultural, bahasa, dan suku bangsa, dan memiliki jiwa demokratis yang diharapkan dapat
diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Dengan kata lain bahwa materi/konten PPKn di Indonesia
terdiri dari beberapa disiplin ilmu yang memerlukan pengorganisasian materi secara sistematis
dan pedagogik, seperti ilmu hukum, politik, tatanegara, humaniora, moral Pancasila, psikologi,
nilai-nilai budi pekerti dan disiplin ilmu lainnya (Fajar, Arnie: Tesis 2003). Dengan demikian secara
substansi mata pelajaran PPKn terbuka terhadap perubahan dan dinamika yang berkembang
dalam kehidupan masyarakat dan negara termasuk mewadahi berbagai masalah faktual
khususnya penanaman nilai-nilai antikorupsi.
PPKn merupakan salah satu muatan wajib dalam kurikulum pendidikan dasar dan
menengah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 37 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu, PPKn sebagai salah satu
mata pelajaran yang mampu memberikan kontribusi dalam solusi atas berbagai krisis yang
melanda Indonesia, terutama krisis multidimensional. PPKn memiliki peran mengembangkan
nilai-nilai Pancasila yang diharapkan mampu membudayakan dan memberdayakan peserta didik
agar menjadi warganegara yang cerdas dan baik serta menjadi pemimpin bangsa dan negara
Indonesia di masa depan yang amanah, jujur, cerdas, dan bertanggungjawab. Adapun fungsi
PPKn adalah sebagai mata pelajaran yang memiliki misi pengokohan kebangsaan dan
penggerak pendidikan karakter; dalam hal ini adalah karakter antikorupsi.
Korupsi dalam konteks pendidikan adalah tindakan untuk mengendalikan atau
mengurangi serta mencegah sebelum ada niat (pre-emtif) dan sudah ada niat (preventif) untuk
tidak melakukan korupsi. Karena itu pendidikan antikorupsi dimaksud merupakan keseluruhan
upaya untuk mendorong generasi-generasi mendatang mengembangkan sikap menolak secara
tegas setiap bentuk tindakan korupsi. Pendidikan Antikorupsi sangat penting dilakukan melalui
jalur pendidikan, karena pendidikan adalah usaha sadar untuk merubah perilaku seseorang,
termasuk peserta didik calon pemimpin masa depan (students are today, leaders are tomorrow)
dengan harapan agar generasi muda secara sadar mampu membangun sistem nilai antikorupsi
yang melekat pada jiwa dan karakter antikorupsi pada dirinya.
B. Dasar Hukum.
1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan TindakPidana Korupsi.
3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
4 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
5 Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah
Tahun 2012-2014 (Stranas PPK) .
6 Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.
3
7 Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2016 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi Tahun 2016 dan Tahun 2017 untuk pemerintah pusat
Kementerian/Lembaga/Instansi/Pemerintah Daerah.
8 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Buku
Yang Digunakan Oleh Satuan Pendidikan.
9 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
10 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 21 Tahun 2016 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
11 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
12 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 23 Tahun 2016 tentang
Standar Penilaian Pendidikan.
13 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada
Pendidikan dasar dan Menengah.
C. Tujuan dan Sasaran
Buku Model Pengintegrasian Pendidikan Antikorupsi pada mata pelajaran PPKn ini
sebagai panduan bagi:
1. Guru SMA/SMK dalam :
a. menelaah kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran PPKn yang dapat
diintegrasikan nilai-nilai antikorupsi;
b. mengintegrasikan nilai-nilai antikorupsi ke dalam materi pembelajaran PPKn;
c. mengintegrasikan nilai-nilai antikorupsi ke dalam silabus mata pelajaran PPKn;
d. mengintegrasikan nilai-nilai antikorupsi ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) mata pelajaran PPKn, dan;
e. mengimplementasikan pendidikan antikorupsi dalam mata pelajaran PPKn.
2. Kepala SMA/SMK :
a. sebagai acuan untuk melakukan supervisi klinis terhadap guru PPKn dalam
mengimplementasikan pembelajaran PPKn SMA/SMK yang terintegrasi nilai-nilai
antikorupsi;
b. sebagai acuan untuk perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran PPKn
SMA/SMK yang terintegrasi nilai-nilai antikorupsi dan;
c. sebagai acuan dalam rangka sosialiasi pendidikan antikorupsi terhadap guru dan komite
sekolah di lingkungan sekolahnya;
3. Pengawas sekolah SMA/SMK .
a. sebagai acuan penyusunan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan monitoring
implementasi pembelajaran PPKn SMA/SMK yang terintegrasi nilai-nilai antikorupsi.
b. acuan supervisi akademik pembelajaran PPKn SMA/SMK yang terintegrasi nilai-nilai
antikorupsi.
4
c. acuan evaluasi dan monitoring keterlaksanaan pembelajaran PPKn SMA/SMK . yang
terintegrasi nilai-nilai antikorupsi.
4. Bagi Dinas Pendidikan:
a. sebagai acuan penyusunan perencanaan, pelaksanan, evaluasi, dan monitoring
program diseminasi model pengintegrasian pendidikan antikorupsi melalui mata
pelajaran PPKn SMA/SMK di daerah kabupaten/kota;
b. sebagai acuan dalam menyusun program anggaran daerah kabupaten/kota dalam
mengimplementasikan Pendidikan Antikorupsi.
D. Manfaat
Setelah menggunakan model ini, guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan dinas
pendidikan dapat melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
1. Membangun kehidupan sekolah sebagai lingkungan bebas dari korupsi dengan
mengembangkan kebiasaan (habit) antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Membina warga sekolah agar memiliki kompetensi seluruh dimensi kewarganegaraan, yakni:
(a) sikap kewarganegaraan termasuk keteguhan, komitmen dan tanggung jawab
kewarganegaraan (civic confidence, civic committment, and civic responsibility); (b)
pengetahuan kewarganegaraan; (c) keterampilan kewarganegaraan termasuk kecakapan
dan partisipasi kewarganegaraan (civic competence and civic responsibility).
3. Meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan di sekolah melalui pendidikan antikorupsi
yang diintegrasikan secara sistematis dan sistemik dalam mata pelajaran PPKn.
E. Ruang lingkup
Ruang lingkup model ini berpijak pada pemahaman korupsi yang ditinjau dari dimensi
politik, sosiologi, ekonomi, dan hukum yang dikemas secara pedagogis. Pengembangan model
pengintegrasian Pendidikan Antikorupsi pada mata pelajaran PPKn mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1. Telaah kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran PPKn yang dapat
diintegrasikan nilai-nilai antikorupsi.
2. Pengintegrasian aspek dan nilai-nilai antikorupsi ke dalam materi pembelajaran PPKn.
3. Pengintegrasian nilai-nilai antikorupsi ke dalam silabus mata pelajaran PPKn.
4. Pengintegrasian nilai-nilai antikorupsi ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
mata pelajaran PPKn.
5. Implementasi pendidikan antikorupsi dalam mata pelajaran PPKn.
5
BAB II
6
jawab, jujur, konsekuen, komitmen, mengutamakan kebenaran, adil, disiplin, mandiri,
kebersamaan, dan bijaksana.
Pendidikan antikorupsi merupakan bagian atau irisan dari pendidikan karakter, yang
lebih fokus untuk mengembangkan nilai-nilai antikorupsi. Nilai-nilai antikorupsi berfungsi untuk
mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan
standar perilaku yang baik. Menurut KBBI online 2017, “nilai diartikan sebagai pribadi yang
utuh, misalnya kejujuran; nilai yang berhubungan dengan akhlak; nilai yang berkaitan dengan
benar dan salah yang dianut oleh golongan atau masyarakat”. Oleh karena itu pembinaan
pengembangan nilai-nilai antikorupsi melalui pendidikan merupakan wahana untuk
mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai antikorupsi dalam diri seseorang agar
menjadi sikap dan perilaku antikorupsi. Antikorupsi dilihat dalam konteks pendidikan adalah
tindakan untuk mengendalikan atau mengurangi korupsi, merupakan keseluruhan upaya
untuk mendorong generasi-generasi mendatang mengembangkan sikap menolak secara
tegas setiap bentuk tindak korupsi (Buchori, Muchtar, 2007).
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam memberantas korupsi dengan
penetapan berbagai peraturan perundang-undangan, namun belum menampakkan hasil yang
optimal. Oleh karena itu diperlukan terobosan dengan cara pencegahan, yaitu dengan
membangun filosofi berupa penyemaian nalar dan nilai-nilai yang bebas dari korupsi melalui
jalur pendidikan. Jalur pendidikan memiliki posisi sangat vital dalam upaya membangun sikap
dan perilaku antikorupsi, khususnya sektor pendidikan formal diharapkan dapat berperan
dalam memenuhi kebutuhan pencegahan korupsi sebagai preventive strategi. Dalam hal ini
peserta didik dijadikan sebagai target sekaligus diberdayakan sebagai penekan lingkungan
agar tidak permissive to corruption dan bersama-sama bangkit melawan korupsi.
Agar sikap dan perilaku antikorupsi dapat menjadi karakter peserta didik, maka
pendidikan antikorupsi melalui pendidikan formal di sekolah harus diorientasikan pada tataran
moral action, agar peserta didik tidak hanya berhenti pada kompetensi (competence) saja,
tetapi sampai memiliki kemauan (will), dan kebiasaan (habit) dalam mewujudkan nilai-nilai
dalam kehidupan sehari-hari. Lickona (1991), menyatakan bahwa untuk mendidik moral anak
sampai pada tataran moral action diperlukan tiga proses pembinaan yang berkelanjutan mulai
dari proses moral knowing, moral feeling, hingga sampai pada moral action. Ketiganya harus
dikembangkan secara terpadu dan seimbang. Dengan demikian diharapkan potensi peserta
didik dapat berkembang secara optimal, baik pada aspek kecerdasan intelektual, yaitu
memiliki kecerdasan, kemampuan membedakan yang baik dan buruk, benar dan salah, serta
menentukan mana yang bermanfaat. Kecerdasan emosional, berupa kemampuan
mengendalikan emosi, menghargai dan mengerti perasaan orang lain, dan mampu bekerja
dengan orang lain. Kecerdasan sosial, yaitu memiliki kemampuan berkomunikasi, senang
menolong, berteman, senang bekerja sama, senang berbuat untuk menyenangkan orang lain.
Kecerdasan spritual, yaitu memiliki kemampuan iman yang anggun, merasa selalu diawasi
7
oleh Allah, gemar berbuat baik karena lillahi ta’alah, disiplin beribadah, sabar, ikhtiar, jujur,
pandai bersyukur dan berterima kasih. Sedangkan kecerdasan kinestetik, adalah
menciptakan keperdulian terhadap dirinya dengan menjaga kesehatan jasmani, tumbuh dari
rizki yang hahal, dan sebagainya. Maka sosok manusia yang mengembangkan berbagai
kecerdasan tersebut, diharapkan siap menghadapi dan memberantas perbuatan korupsi atau
bersikap antikorupsi.
8
politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar, namun merugikan
perusahaan-perusahaan kecil. Politikus-politikus "pro-bisnis" ini hanya mengembalikan
pertolongan kepada perusahaan besar yang memberikan sumbangan besar kepada
kampanye pemilu mereka. Korupsi politis semacam ini terjadi dibanyak negara dan
memberikan ancaman besar bagi warga negaranya. Secara umum, korupsi mengkikis
kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber
daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang
bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti
kepercayaan dan toleransi.
2. Dimensi Sosiologi
Pada prinsipnya sosiologi merupakan cabang Ilmu Sosial yang mempelajari masyarakat
dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, meliputi sifat, perlaku, dan perkembangan
masyarakat dalam arti pembangunan. Allan Jhonson (Wikipedia, ensiklopedia bebas-
Sosiologi 23/02/2008), mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan
bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat
didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
Manusia sebagai mahluk sosial, dalam kehidupan bermasyarakat sangat membutuhkan
keberadaan orang lain dengan mengadakan hubungan sosial. Hubungan sosial tersebut
dapat terjadi karena adanya kontak dan interaksi dari berbagai perilaku manusia, inilah yang
disebut sebagai interaksi sosial. Berkaitan dengan hal tersebut, perbuatan korupsi merupakan
salah satu konsekuensi dari interkasi antar individu baik dalam bentuk individu maupun
kelompok yang merupakan wujud dari penyimpangan sosial. Ketika salah satu pihak
melakukan suatu tindakan penyimpangan dan tindakan menyimpang tersebut merugikan
pihak lain, maka tindakan individu atau kelompok tersebut dapat dikatakan sebagai suatu
tindakan korupsi.
Penyimpangan sosial dapat dilakukan secara individu (individual deviation), yaitu tindak
kejahatan atau kerusuhan dengan tidak peduli terhadap peraturan atau norma yang berlaku
secara umum dalam lingkungan masyarakat sehingga menimbulkan kerugian, keresahan,
ketidakamanan, ketidaknyamanan atau bahkan menyakiti. Sedangkan penyimpangan yang
berbentuk kelompok atau kolektif (group deviation) merupakan suatu perilaku menyimpang
yang dilakukan oleh kelompok orang secara bersama-sama dengan melanggar norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat. Akibat yang ditimbulkannya sama dengan penyimpangan
yang dilakukan secara individu. Bentuk penyimpangan sosial secara kelompok dapat terjadi
dengan adanya pergaulan atau pertemanan sekelompok orang yang menimbulkan solidaritas
antar anggotanya sehingga mau tidak mau terkadang harus ikut dalam tindak kejahatan
kelompok. Hal ini biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi maupun terbuka, seperti
9
merampok, menjajah, melakukan korupsi, sindikat curanmor dan lain-lain.
Dengan adanya penyimpangan sosial tersebut perlu adanya pengendalian sosial, yaitu
suatu upaya yang ditempuh sekelompok orang atau masyarakat melalui mekanisme tertentu
untuk mencegah dan meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku
menyimpang/membangkang serta mengajak dan mengarahkannya untuk berperilaku dan
bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Pengendalian sosial tersebut dapat
dilaksanakan melalui jalur hukum (yang harus kita lakukan), norma-norma (yang biasanya kita
lakukan), dan petunjuk moral (yang seharusnya kita lakukan).
Soerjono Soekanto (www.dikmenum.go.id I. 08/07/2008), menyatakan bahwa
pengendalian sosial adalah suatu proses baik yang direncanakan atau tidak direncanakan,
yang bertujuan untuk mengajak, membimbing atau bahkan memaksa warga masyarakat agar
mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku. Dengan demikian, pengendalian sosial
meliputi proses sosial yang direncanakan maupun tidak direncanakan (spontan) untuk
mengarahkan seseorang atau kelompok orang. Selain itu pengendalian sosial pada dasarnya
merupakan sistem dan proses yang mendidik, mengajak dan bahkan memaksa warga
masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma sosial.
Berkaitan dengan korupsi yang merupakan salah satu bentuk penyimpangan sosial,
maka dalam hal ini perlu dilakukan pengendalian sosial melalui system mendidik dan
mengarahkan melalui mekanisme tertentu. Mendidik dimaksudkan agar dalam diri seseorang
terdapat perubahan sikap dan tingkah laku untuk bertindak sesuai dengan norma-norma yang
berlaku yaitu bersikap anti-korupsi. Mengajak bertujuan mengarahkan agar perbuatan
seseorang didasarkan pada norma-norma yang berlaku dan tidak menurut kemauan individu-
individu atau kelompok yang melakukan korupsi.
3. Dimensi Ekonomi
Korupsi mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan
pemerintahan antara lain dengan membuat distorsi (kekacauan) dan ketidak efisienan yang
tinggi. Sebagai contoh dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena
kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup.
Walaupun terdapat pendapat yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga)
dengan mempermudah birokrasi. Sedangkan di sektor publik korupsi menimbulkan distorsi
dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat dimana suap dan upah
tersedia lebih banyak. Baik di sector privat maupun publik, dimungkinkan pejabat membuat
aturan-aturan baru dan hambatan baru sebagai tambahan kompleksitas proyek masyarakat
untuk menyembunyikan praktek korupsi. Hal ini mengakibatkan lebih banyak kekacauan.
Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan hidup,
atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan
infrastruktur; serta menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.
10
Korupsi di bidang ekonomi juga menyebabkan persaingan yang tidak kompetitif antar
pelaku ekonomi (pengusaha) karena semua proses harus melalui uang pelicin dan
memerlukan waktu yang relative lama. Hal ini mengakibatkan munculnya kekacauan
"lapangan perniagaan". Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan
sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien. Sedangkan
bagi masyarakat bawah, korupsi menimbulkan biaya hidup yang lebih tinggi dan harga-harga
menjadi lebih mahal sebagai dampak adanya “ongkos manajemen” seperti dipaparkan di
atas. Akibatnya muncul banyak pengemis, penganguran, pemerasan, hingga pembunuhan
yang sumber utamanya adalah uang untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan
hidup. Inilah yang menyebabkan korupsi dikualifikasikan sebagai pelanggaran Hak Ekonomi.
4. Dimensi Hukum
Keberhasilan pemerintah dan kekuasaan suatu Negara seperti Indonesia adalah
bagaimana kebijakan negara mencegah dan memberantas korupsi secara optimal, masalah
korupsi pada dasarnya tidak bersaandar pada legitimasi hukum saja, tetapi terkait dengan
aspek ekonomi, sosial dan politik. Seno Adji (2009) berpendapat bahwa korupsi di Indonesia
sudah tersistem (systemic corruption) yang melibatkan kelembagaan yang dikategorikan
sebagai penyakit yang sulit pembuktiannya bahkan lekat sekali dengan kekuasaan. Sistem
harus ditelaah sebagai kesatuan yang meliputi tindakan re-evaluasi, reposisi, dan
pembaharuan struktur, substansi hukum khususnya budaya hukum sebagai cermin etika dan
integritas penegakan hukum. Budaya hukum merupakan aspek penting yang melihat
bagaimana masyarakat menganggap ketentuan sebagai civic-minded, sehingga masyarakat
selalu taat dan menyadari betapa pentingnya hukum sebagai regulasi.
Praktek korupsi di Indonesia lebih transparan setelah berbagai kasus yang menimpa
para politikus secara beruntun terkuak, meskipun dalam penyelesaiannya masih terdapat
kendala karena kompleksitas dan keluasan aspek serta konspirasnyai. Menurut Laila (2009)
paling tidak ada tiga relasi konspirasi yang melakukan intervensi saling menguntungkan
terhadap proyek-proyek atau berbagai kegiatan. Pertama, antar pejabat dalam suatu instansi
pemerintah maupun antar instansi, termasuk di dalamnya melibatkan pejabat di bidang
keamanan (militer dan kepolisian). Kedua, antara pejabat dengan pengusaha, dimana para
pengusaha karena sudah memiliki jaringan di dalam dan benar-benar mengetahui apa yang
dimaui para pejabat itu, selalu saja survive kendati terjadi pergantian pejabat dalam
lingkungan birokrasi. Ketiga, antara pengusaha dengan pengusaha. Relasi terakhir biasanya
terjadi dalam proses tender proyek, dimana diantara mereka sudah saling mengerti untuk
sama “memperoleh jatah” dengan saling membantu atau tidak saling mengganjal. Wujudnya
antara lain “pendamping” dalam proses tender tertentu, dimana sang pendamping itu juga
sekaligus memperoleh “bagian atau prosentase” dari sang pemenang, sehingga pelaksanaan
tender sebenarnya hanya formalitas dan akal-akalan saja.
11
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-
unsur sebagai berikut:
1. Perbuatan melawanhukum;
2. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
3. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, diantaranya:
1. Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);
2. Penggelapan dalam jabatan;
3. Pemerasan dalam jabatan;
4. Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara);
5. Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).
PENDIDIKAN ANTIKORUPSI
12
PENDIDIKAN ANTIKORUPSI
13
sportif, tanggung jawab, disiplin, jujur, sederhana, kerja keras, mandiri, adil, berani, dan
peduli. Secara lengkap disajikan dalam kolom yang terdapat pada halaman duapuluh satu
(21) di atas.
Adapun proses internalisasi nilai-nilai antikorupsi terhadap peserta didik, dilaksanakan
di sekolah melalui proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Pembinaannya
dilakukan secara berkelanjutan, dimulai dari proses moral knowing, moral feeling, hingga
sampai pada moral action. Karena pembinaannya sampai kepada moral action, maka
implementasinya perlu ditindaklanjuti dengan membangun ”kantin kejujuran” di sekolah
sebagai praktik moral action yang harus dirancang sesuai dengan muatan sifat edukasi.
Kantin Kejujuran, tak ubahnya seperti kebanyakan kantin lainnya. Perbedaannya terdapat
pada pengelolaan dan pola pembayaran yang menitikberatkan pada kesadaran pembeli.
Kantin ini dimaksudkan sebagai ajang pembelajaran bagi generasi muda tentang pentingnya
kejujuran terhadap diri sendiri dan lingkungannya, sehingga mereka akan menjadi penerus
bangsa yang jujur untuk memajukan bangsa dan negara.
Kantin Kejujuran merupakan laboratorium perilaku yang dapat merefleksikan
perilaku/tabiat peserta didik yang ada di suatu sekolah. Jika kantin tidak bertahan lama karena
bangkrut, maka hampir dipastikan peserta didik di sekolah itu tidak berperilaku jujur.
Sebaliknya, kantin akan semakin maju ketika peserta didik memegang tinggi asas kejujuran
dalam kesehariannya. Oleh karena itu, kantin kejujuran perlu diterapkan di satuan pendidikan
sebagai upaya prepentif bagi generasi muda agar tidak permissive to corruption. Sebab
prevention is better than cure, pencegahan lebih baik dari pada mengobati.
Hasil yang diharapkan dari intervensi di jalur pendidikan adalah: Kaum muda
khususnya pelajar dapat lebih memahami tindak pidana korupsi, dan mulai berani berkata,
bersikap, dan bertindak Antikorupsi, yang pada gilirannya dapat mewarnai, mendorong
masyarakat dan lingkungan sekitarnya untuk bersama-sama bangkit melawan korupsi.
Dengan kondisi demikian diharapkan dapat membawa negeri ini keluar dari perangkap
korupsi serta mengembalikan kewibawaan serta harga diri bangsa.
Berdasarkan uraian tentang pendidikan antikorupsi tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa diimplementasikannya pendidikan antikorupsi pada jalur pendidikan formal sangat
mendukung fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang dinyatakan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 yang menyatakan
secara eksplisit bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.” Dengan demikian, pembinaan pendidikan antikorupsi pada jalur
pendidikan di seluruh satuan pendidikan (sekolah) merupakan wahana untuk mendukung dan
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
14
BAB III
TELAAH KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) SMA/MA DANSMK/MAK
KELAS XI TERHADAP NILAI-NILAI ANTIKORUPSI
Kurikulum 2013 memuat Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang diatur dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016, dijabarkan menjadi 4
(empat) Kompetensi Inti (KI) yaitu: sikap spriritual (KI-1), sikap sosial (KI-2), pengetahuan (KI-3), dan keterampilan (KI-4). Masing-masing KI dijabarkan ke
dalam sejumlah Kompetensi Dasar (KD sesuai Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi.) sebagaimana termuat dalam Permendikbud
Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang menjadi dasar dan landasan dalam pengembangan proses pembelajaran.
Kompetensi dasar pada mata pelajaran PPKn di kelas X yang terkait dengan aspek pengetahuan terdapat 6 (ENAM) KD, yaitu KD 3.1 s.d. 3.7.
Berdasarkan telaah terhadap KD tersebut, maka yang dinilai relevan dan dapat diintegrasikan nilai-nilai antikorupsi ke dalamnya adalah seluruh KD.
Kompetensi Inti:
2. Menunjukkan perilakujujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotongroyong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsifdan pro-aktif sebagai
Sikap Sosial bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
Pengetahuan
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyajikan dalam ranah konkret dan ranah abstansi terkait dengan pengembangan dan yang dipelajari di sekolah
Ketrampilan
secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
Telaah KI dan KD mata pelajaran PPKn terhadap nilai-nilai antikorupsi dilakukan melalui beberapa langkah sebagai berikut.
1. Menampilkan seluruh KD yang dikembangkan dari kompetensi inti ke dalam kolom sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
82
dengan Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kurikulum SMA/MA.
Kompetensi Dasar Spiritual Kompetensi Dasar Sosial Kompetensi Pengetahuan Kompetensi Ketramapilan
1.1 Mensyukurinilai-nilai Pancasila dalam 2.1. Menunjukkan sikap gotong royong 3.1. Menganalisis nilai-nilai Pancasila 4.1. Menyaji hasil analisis nilai-nilai
praktik penyelenggaraan sebagai bentuk penerapan nilai-nilai dalam kerangka praktik Pancasila dalam kerangka praktik
pemerintahan Negara sebagai salah Pancasila dalam kehidupan penyelenggaraan pemerintahan penyelenggaraan pemerintahan
satu bentuk pengabdian berbangsa dan bernegara Negara Negara Negara
kepadaTuhan Yang MahaEsa
1.2 Menerima ketentuan Undang-Undang 2.2. Bersikap peduli terhadap penerapan 3.2. Menelaah ketentuan Undang- 4.2. Menyaji hasil telaah tentang
Dasar Negara Republik Indonesia ketentuan Undang-Undang Dasar Undang Dasar Negara Republik ketentuan Undang-Undang Dasar
Tahun 1945 yang mengatur tentang Negara Republik Indonesia Tahun Indonesia Tahun 1945 yang Negara Republik Indonesia Tahun
wilayah negara, warga negara dan 1945 yang mengatur tentang wilayah mengatur tentang wilayah negara, 1945 yang mengatur wilayah negara,
penduduk, agama dan kepercayaan, negara, warga negara danpenduduk, warga negara dan penduduk, warganegara dan penduduk, agama
pertahanan dan keamanan sebagai agama dan kepercayaan, pertahanan agama dan kepercayaan, serta dan kepercayaan, serta pertahanan
wujud rasa syukurpadaTuhan Yang dan keamanan. pertahanan dan keamanan dan keamanan.
MahaEsa
1.3 Menghargai nilai-nilai terkait fungsi 2.3 Bersikap peduli terhadap lembaga- 3.3. Menganalisis fungsi dan 4.3. Mendemonstrasikan hasil analisis
dan kewenangan lembaga-lembaga lembaga di sekolah sebagai cerminan kewenangan lembaga-lembaga tentang fungsi dan kewenangan
negara menurut Undang-Undang dar ilembaga-lembaga negara. Negara menurut Undang-Undang lembaga-lembaga Negara menurut
Dasar Negara Republik Indonesia Dasar Negara Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara
Tahun 1945 sebagai bentuk sikap Tahun 1945 Republik Indonesia Tahun 1945
beriman dan bertaqwa
1.4 Menghormati hubungan pemerintah 2.4 Bersikap peduli terhadap hubungan 3.4. Merumuskan hubungan pemerintah 4.4. Merancang dan melakukan
pusat dan daerah menurut Undang- pemerintah pusat dan daerah yang pusat dan daerah menurut penelitian sederhana tentang
Undang Dasar Negara Republik harmonis di daerah setempat. Undang-Undang Dasar Negara hubungan pemerintah pusat dan
Indonesia Tahun 1945 sebagai Republik Indonesia Tahun 1945. pemerintah daerah setempat
anugerahTuhan Yang Maha Esa menurut Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
1.5 Mensyukurinilai-nilai yang membentuk 2.5 Menunjukkan sikap kerjasama dalam 3.5. Mengidentifikasi faktor-faktor 4.5. Mendemonstrasikan faktor-faktor
komitmen integrasi nasional dalam rangka mewujudkan komitmen pembentuk integrasi nasional pembentuk integrasi nasional dalam
bingkai Bhinneka Tunggal Ika sebagai integrasi nasional dalam bingkai dalam bingkai Bhinneka Tunggal bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
wujud syukur kepadaTuhan yang Bhinneka Tunggal Ika. Ika.
Maha Esa.
1.6 Bersyukur kepadaTuhan Yang Maha 2.6 Bersikap responsif dan proaktif atas 3.6. Menganalisis ancaman terhadap 4.6. Menyaji
Esa atas nilai-nilai yang membentuk ancaman terhadap negara dan upaya negara dan upaya hasilanalisistentangancamanterhada
kesadaran atasan caman terhadap penyelesaiannya dibidang Ideologi, penyelesaiannya di bidang ideologi, pnegaradanupayapenyelesaiannya
negara dan upaya penyelesaiannya politik, ekonomi, sosial, budaya, politik, ekonomi, sosial, budaya, di bidangIdeologi, politik, ekonomi,
82
Kompetensi Dasar Spiritual Kompetensi Dasar Sosial Kompetensi Pengetahuan Kompetensi Ketramapilan
dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika pertahanan, dan keamanan dalam pertahanan, dan keamanan dalam sosial, budaya, pertahanan,
bingkai Bhinneka Tunggal Ika bingkai Bhinneka Tunggal Ika. dankeamanan
1.7 Menghargai wawasan nusantara 2.7 Bertanggungjawab mengembangkan 3.7. Menginterpretasi 4.7. Mempresentasikan
dalam konteks Negara kesadaran akan pentingnya wawasan pentingnyaWawasan Nusantara hasilinterpretasiterkaitpentingnyaWa
KesatuanRepublik Indonesia sebagai nusantara dalam konteks Negara dalamkonteks Negara wasan Nusantara dalamkonteks
anugerah Tuhan Yang Maha Esa Kesatuan Republik Indonesia KesatuanRepublik Indonesia Negara KesatuanRepublik Indonesia
2. Mengidentifikasi Kompetensi Dasar (KD) dari Kompetensi Inti (KI) aspek pengetahuan yang dinilai relevan dengan dimensi, indikator, dan nilai-nilai
Antikorupsi, kemudian diikuti KD yang dikembangkan dari KI aspek keterampilan, KI sikap spiritual, dan KI sikap sosial.
3. Berdasarkan telaah terhadap KD sebagaimana dituangkan dalam langkah 2, maka KD yang dapat diintegrasikan dimensi, indikator dan nilai-nilai
Antikorupsi adalah sebagai berikut:
Dimensi, Indikator dan Nilai-nilai
No Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
Antikorupsi
1 1.1 Mensyukuri nilai nilai Pancasia dalam 1. Menunjukan rasa syukur atas nilai-nilai Pancasila yang dijadikan 1. Politik:
praktik penyelenggaraan praktik penyelenggaraan pemerintahan Negara sebagai salah satu a. Membuat kebijakan didasarkan pada
pemerintahan Negara sebagai salah bentuk pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. kepentingan umum/bersama (adil)
satu bentuk pengabdian kepada 2. Menampilkan sikap gotong royong sebagai bentuk penerapan nilai- b. Melaksanakan kebijakan didasari
Tuhan Yang Maha Esa nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. sikap menjunjung tinggi kebenaran
2.1. Menunjukkan sikap gotong royong 3. Menjelaskan arti nilai (jujur, berani).
sebagai bentuk penerapan nilai-nilai 4. Menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila c. Melaksanakan pengawasan kebijakan
Pancasila dalam kehidupan 5. Menjelaskan perbedaan pemerintah dan pemerintahan.negara. secara tidak tebang pilih (adil, berani).
82
Dimensi, Indikator dan Nilai-nilai
No Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
Antikorupsi
berbangsa dan bernegara 8. Menunjukan nilai praksis dalam sila-nilai Pancasila d. Melaksanakan musyawarah dalam
3.1. Menganalisis nilai-nilai Pancasila 9. Memberikan contoh perilaku antikorupsi sebagai perwujudan nilai menyelesaikan masalah
dalam kerangka praktik Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. (kebersamaan)
penyelenggaraan pemerintahan 10 Menampilkan sikap perilaku berani mengambil resiko terhadap 2. Sosiologi:
Negara keputusan yang diambil sebagai penyelenggaran pemerintahan a. Menepati janji (tanggung jawab)
4.1. Menyaji hasil analisis nilai-nilai negara (nilai tanggung jawab, keberanian) b. Tidak diskriminatif dalam memberikan
Pancasila dalam kerangka praktik 11 Menampilkan perilaku selalu hadir tepat waktu dalam melaksanakan layanan (adil).
penyelenggaraan pemerintahan tugas (nilai disiplin) c. Tidak nepotisme (adil, mandiri).
Negara. 12 Mempresentasikan hasil analisis nilai-nilai Pancasila dalam kerangka d. Tidak kolusi (jujur, mandiri).
praktik penyelenggaraan pemerintahan negara. e. Melaksanakan kerjasama tanpa
2 1.2 Menerima ketentuan Undang-Undang 1. Menerima dengan penuh kesadaran ketentuan Undang-Undang melihat perbedaan agama, sosial, dan
Dasar Negara Republik Indonesia Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur ekonomi (kesetaraan).
Tahun 1945 yang mengatur tentang wilayah negara, warga negara, agama dan kepercayaan dan f. Membunyikan radio, TV, tape dengan
wilayah negara, warga negara dan pertahanan keamanan sebagai wujud rasa syukur terhadap Tuhan sewajarnya (bijaksana).
penduduk, agama dan kepercayaan, Yang Maha Esa g. Berpartisipasi menjaga keamanan
pertahanan dan keamanan sebagai 2. Menunjukan sikap peduli terhadap penerapan ketentuan UUD lingkungan (peduli).
wujud rasa syukur padaTuhan Yang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur wilayah h. Melakukan donor darah (Ikhlas).
Maha Esa negara, warga negara, penduduk, agama dan kepercayaan serta 3. Ekonomi:
2.2 Bersikap peduli terhadap penerapan pertahanan dan keamanan. a. Melakukan persaingan secara sehat
ketentuan Undang-Undang Dasar 3. menganalisis pasal-pasal yang mengatur tentang wiayah negara, (tanggung jawab, jujur, kerja keras).
Negara Republik Indonesia Tahun warganegara, penduduk, agama dan kepercayaan serta pertahanan b. Tidak menyuap (jujur, disiplin).
1945 yang mengatur tentang wilayah dan keamanan. c. Tidak boros dalam menggunakan
negara, warga negara dan penduduk, 4. Menjelaskan pengertian wialayh negara sumber daya /energi, dan dana
agama dan kepercayaan, pertahanan 5. Membedakan penduduk dan bukan penduduk. (sederhana, tanggung jawab)
dan keamanan 6. Menemukan pasal dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun d. Tidak melakukan penyimpangan
3.2 Menelaah ketentuan Undang-Undang 1945 yang mengatur tentang kebebasan memeluk agama dan alokasi dan distribusi (jujur, peduli dan
Dasar Negara Republik Indonesia kepercayaan di Indoensia. tanggung jawab).
Tahun 1945 yang mengatur tentang 7. Menganalisis pasal yang mengatur tentang pertahanan dan 4. Hukum:
wilayah negara, warganegara dan keamanan nasional. a. Tidak melakukan penggelapan dana,
penduduk, agama dan kepercayaan, 8. Menunjukan sikap perilaku tidak memaksanakan kehendak untuk pajak, barang, dan sebagainya (jujur,
serta pertahanan dan keamanan memeluk agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tanggung jawab).
4.2 Menyaji hasil telaah tentang ketentuan (nilai keadilan) b. Tidak melakukan pemalsuan
Undang-Undang Dasar Negara 9. Menampilkan perilaku selalu mentaati aturan yang berlaku sebagai dokumen, surat, tanda tangan, dan
Republik Indonesia Tahun 1945 yang wujud implemetnasi kewajiban warga negara yang baik (nilai sebagainya (jujur, tanggung jawab).
mengatur wilayah negara, warga tanggung jawab) c. Tidak melakukan pencurian dana,
negara dan penduduk, agama dan 10. Menampilkan sikap perilaku menciptakan keamanan lingkungan barang, waktu, ukuran yang
82
Dimensi, Indikator dan Nilai-nilai
No Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
Antikorupsi
kepercayaan, serta pertahanan dan sekitar ( nilai tanggung jawab) merugikan pihak lain, dan sebagainya
keamanan 11. Mempresentasikan hasil telaah tentang ketentuan Undang-Undang (jujur, tanggung jawab, disiplin).
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur d. Tidak melakukan penipuan terhadap
wilayah negara, warga negara dan penduduk, agama dan pihak lain (jujur, tanggung jawab).
kepercayaan, serta pertahanan dan keamanan e. Tidak melakukan persekongkolan
3 1.3 Menghargai nilai-nilai terkait fungsi 1. Menerima dengan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas dalam membuat putusan (tanggung
dan kewenangan lembaga-lembaga peran lembaga negara yang menjalankan tugas dan fungsi demi jawab).
negara menurut Undang-Undang kepentingan rakyat. f. Tidak melakukan perusakan barang /
Dasar Negara Republik Indonesia 2. Menunjukan sikap mau menerima keberadaan lembaga negara yang fasilitas milik negara (tanggung jawab,
Tahun 1945 sebagai bentuk sikap menjalankan fungsi dan tugas untuk melayani kepentingan rakyat peduli).
beriman dan bertaqwa banyak. g. Tidak memberikan atau menerima
2.3 Bersikap peduli terhadap lembaga- 3. Menjelaskan ajaran teori Trias Politika gratifikasi (sederhana, jujur).
lembaga di sekolah sebagai cerminan 4. Menggolongan lembaga negara Indonesia berdasarkan ajaran Trias h. Tidak menyalahi/melanggar aturan
dari lembaga-lembaga negara. Politika. (disiplin, tanggung jawab).
3.3 Menganalisis fungsi dan kewenangan 5. Membuat table penggolongan fungsi dan weweang lembaga negara i. Melaksanakan keputusan dengan
lembaga-lembaga Negara menurut di Indonesia. penuh tanggung jawab (komitmen).
Undang-UndangDasar Negara 6. Menganalisis keterkaitan hubungan antar lembaga negara.
Republik Indonesia Tahun 1945. 7. Menunjukan contoh penyimpangan kewenangan lembaga negara INDIKATOR NILAI-NILAI ANTIKORUPSI
4.3. Mendemonstrasikan hasil analis sehingga menimbulkan tindakan koruptif. KESETARAAN: kesejajaran, sama
tentang fungsi dan kewenangan 8 Menunjukkan contoh sikap perilaku yang harus ditunjukkan sebagai tingkatan/kedudukan, sebanding
lembaga-lembaga Negara menurut wujud komitmen antikorupsi. sepadan, seimbang.
Undang-Undang Dasar Negara 9. Menampilkan diri perilaku para aparatur sipil negara untuk KEBERSAMAAN: hal bersama, seperti rasa
Republik Indonesia Tahun 1945. menghindari tindakan korupsi. persaudaraan/ kekeluargaan, senasib
10 Menyajikan hasil analisis hasil kajian keterkaitan antar fungsi sepenanggungan, dan merasa
lembaha negara menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun menjadi satu kesatuan (integritas),
1945. KOMITMEN: Perjanjian, keterikatan untuk
4 1.4 Menghormati hubungan pemerintah 1. Mensyukuri hubungan struktural dan fungsional antara pemerintah melakukan sesuatu (yang telah
pusat dan daerah menurut Undang- pusat dan pemerintah daerah berdasarkan UUD 1945 disepakati), kontrak.
Undang Dasar Negara Republik 2. Menghargai hubungan struktural dan fungsional antara pemerintah KONSEKUEN: Sesuai dengan apa yang
Indonesia Tahun 1945 sebagai pusat dan pemerintah daerah berdasarkan UUD 1945 dikatakan/diperbuat, berwatak teguh,
anugerahTuhan Yang Maha Esa 3. Menjelaskan otonomi daerah dalam konteks negara Kesatuan tidak menyimpang dari apa yang
2.4 Bersikap peduli terhadap hubungan Republik Indonesia; sudah diputuskan
pemerintah pusat dan daerah yang 4. Menjelaskan kedudukan dan peran pemerintah daerah KEPEMILIKAN: perihal kepemilikan
harmonis di daerah setempat 5. Menganalisis hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat HEMAT: berhati-hati dalam membelanjakan
3.4 Merumuskan hubungan pemerintah dan pemerintah daerah; uang, tidak boros, cermat.
pusat dan daerah menurut Undang- 6. Menyaji hasil telaah hubungan struktural dan fungsional BIJAKSANA: selalu menggunakan akal
82
Dimensi, Indikator dan Nilai-nilai
No Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
Antikorupsi
Undang Dasar Negara Republik pemerintahan pusat dan daerah menurut Undang-Undang Dasar budinya (pengalaman dan
Indonesia Tahun 1945 Negara Republik Indonesia Tahun 1945. pengetahuannya), arif, tajam pikiran,
4.4 Merancang dan melakukan penelitian 7. Menuliskan kebijakan kebijakan pemerintah untuk kepentingan pandai dan hati-hati (cermat, teliti,
sederhana tentang hubungan masyarakat yang dilaksanakan secara ADIL dan BERTANGGUNG dsb.)
pemerintah pusat dan pemerintah JAWAB, IKHLAS: bersih hati, tulus hati.
daerah setempat menurut Undang- 8. Menganalisis kasus-kasus korupsi yang melibatkan aparat atau BERBAGI: membagi sesuatu bersama,
Undang Dasar Negara Republik pejabat pemerintah pusat dan atau daerah. membagi diri, saling memberi
Indonesia Tahun 1945 9. Menunjukkan sikap dan perilaku HIDUP SEDERHANA dalam pengalaman.
kehidupan sehari-hari. RAJIN: suka bekerja (belajar dsb.), tekun,
10.Menyajikan hasil telaah hubungan struktural dan fungsional sungguh-sungguh bekerja, selalu
pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara ADIL dan BERANI. berusaha giat, terus menerus.
SPORTIF: bersifat kesatria, jujur, tegak
5 1.5 Mensyukuri nilai-nilai yang 1. Menunjukan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa (tetap pendirian, tetap memegang
membentuk komitmen integrasi terhadapintegritas nasional dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika keadilan).
nasional dalam bingkai Bhinneka sebagai Anugerah-NYA. TANGGUNG JAWAB: keadaan wajib
Tunggal Ika sebagai wujud syukur 2. Menunjukkan sikap dan perilaku kerjasama dalam memecahkan menanggung segala sesuatunya
kepadaTuhan yang Maha Esa. persoalan demi terwujudnya integritas nasional dalam bingkai (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
2.5 Menunjukkan sikap kerjasama dalam Bhinneka Tunggal Ikal dipersalahkan, diperkarakan, dsb.
rangka mewujudkan komitmen 3. Menjelaskan pengetian integritas nasional Misalnya berani dan siap menerima
integrasi nasional dalam bingkai 4. Menjelaskan macam-macam integritas nasional resiko, amanah, tidak mengelak, dan
Bhinneka Tunggal Ika. 5. Menganalisis factor-faktor pembentuk integritas nasional dalam berbuat yang terbaik), hak fungsi
3.5 Mengidentifikasi faktor-faktor bingkai Bhinneka Tunggal Ika. menerima pembebanan sebagai
pembentuk integrasi nasional dalam 6. Memberikan contoh perilaku yang menghambat terwujudnya akibat sikap pihak sendiri atau pihak
bingkai Bhinneka Tunggal Ika. integritas nasional sebagai tindakan koruptif. lain, melaksanakan dan
4.5 Mendemonstrasikan faktor-faktor 7. Menampilkan perilaku yang mampu menumbuhkan terwujudkan menyelesaikan tugas dengan
pembentuk integrasi nasional dalam integritas nasional sebagai tindakan antikoruptif. sungguh-sungguh.
bingkai Bhinneka Tunggal Ika. 8. Mendemonstrasikan faktor-faktor pembentuk integrasi nasional DISIPLIN: tata tertib, ketaatan (kepatuhan)
dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. pada peraturan, tepat waktu, tertib,
6 1.6 Bersyukur kepadaTuhan Yang Maha 1. Menunjukan sikap dan perilaku syukur terhadap Tuhan Yang Maha dan konsisten.
Esa atas nilai-nilai yang membentuk Esa atas terbentuknya kesadaran masyrakat terhadap ancaman JUJUR: lurus hati, tidak curang, tulus, dapat
kesadaran atas ancaman terhadap terhadap keutuhan NKRI. dipercaya, berkata dan bertindak
negara dan upaya penyelesaiannya 2, Menunjukkan sikap perilaku tanggap terhadap setiap ancaman benar, mengungkapkan sesuatu
dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika keutuhan NKRI sesuai dengan kenyataan (tidak
2.6 Bersikap responsif dan proaktif atas 1.. Mendeskripsikan pengertian ancaman terhadao NKRI berbohong), dan punya niat yang
ancaman terhadap negara dan upaya 2. Menggolongkan bentuk-bentuk ancaman terhadap keutuhan NKRI. lurus terhadap setiap tindakan.
penyelesaiannya dibidang Ideologi, 3. Memberikan contoh bentuk ancaman militer terhadap keutuhan NKRI SEDERHANA: bersahaja, sikap dan perilaku
82
Dimensi, Indikator dan Nilai-nilai
No Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
Antikorupsi
politik, ekonomi, sosial, budaya, 4. Memberikan contoh bentuk ancaman non militer terhadap keutuhan yang tidak berlebihan, tidak banyak
pertahanan, dan keamanan dalam NKRI seluk-beluknya, tidak banyak pernik,
bingkai Bhinneka Tunggal Ika 5. Memberi contoh ancaman di era global abad ke 21 lugas, apa adanya, hemat, sesuai
3.6 Menganalisis ancaman terhadap 6. Menunjukkan contoh perilaku yang menimbulkan tindakan kebutuhan, dan rendah hati.
negara dan upaya penyelesaiannya di koruptif/merusak/merugikan kepentingan umum. KERJA KERAS: kegiatan melakukan
bidang ideologi, politik, ekonomi, 7. menunjukkan contoh perilaku yang menimbulkan kerusakan sesuatu dengan sungguh-sungguh,
sosial, budaya, pertahanan, lingkungan sebagai bentuk tindakan koruptif. pantang menyerah/ulet dan semangat
dankeamanandalambingkaiBhinneka 8. Mendeskripsikan upaya menanggulangi ancaman di bidang ideology, dalam berusaha.
Tunggal Ika politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan dan keamanan. MANDIRI: dalam keadaan dapat berdiri
4.6 Menyaji hasil analisis tentang 9. Menunjukan perilaku hemat dalam penggunaan barang sebagai sendiri, tidak bergantung dengan
ancaman terhadap negara dan upaya wujud tindakan antikoruptif. orang lain, percaya pada kemampuan
penyelesaiannya di bidang Ideologi, 8. Melaporkan hasil kajian tentang ancaman terhadap negara kesatuan diri sendiri, mampu mengatur dirinya
politik, ekonomi, sosial, budaya, Republik Indonesia sendiri, dan mengambil inisiatif.
pertahanan, dan keamanan 9. Melaporkan hasil kajian tentang dan upaya penyelesaiannya di ADIL: sama berat, tidak berat sebelah, tidak
bidang Ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan memihak /tidak pilih kasih,
keamanan. berpihak/berpegang kepada
7 1.7 Menghargai wawasan nusantara 1. Menerima dengan penuh kesadaran sebagai wujud rasa syukur kebenaran, sepatutnya, tidak
dalam konteks Negara Kesatuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tentang konsep wawasan nusantara sewenang-wenang, seimbang, netral,
Republik Indonesia sebagai anugerah dalam konteks Negara Kesatuan. objektif dan proporsional.
Tuhan Yang Maha Esa 2. Menunjukan sikap tanggung jawab terhadap konsep wawasan BERANI: mempunyai hati yang mantap dan
2.7 Bertanggungja-wab mengembangkan nusantara dalam konteks negara kesatuan Republik Indonesia. rasa percaya diri yang besar dalam
kesadaran akan pentingnya wawasan 3. Menjelaskan pengertian wawasan nusantara menghadapi bahaya, kesulitan, dsb.
nusantara dalam konteks Negara 4. Menggolongkan cakupan isi wawasan nusantara menurut bidangnya. (Tidak takut, gentar, kecut) dan
KesatuanRepublik Indonesia 5. Menunjukan aktualisasi wawasan nusantara pantang mundur.
3.7 Menginterpretasi pentingnya 6. Menjelaskan hambatan aktualisasi wawasan nusantara. PEDULI: mengindahkan, memperhatikan
Wawasan Nusantara dalam konteks 7. Memberikan contoh perilaku peduli terhadap lingkungan sekitar (empati), menghiraukan, menolong,
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai wujud implementasi wawasan nusantara (nilai peduli) toleran, setia kawan, membela,
4.8.Mempresentasikan hasil interpre-tasi 8. Menampilkan perilaku tanggung jawab dalam menjaga keutuhan memahami, menghargai, dan
terkait pentingnya Wawasan wilayah NKRI (Nilai tanggung jawab) memperlakukan orang lain sebaik-
Nusantara dalam konteks Negara 9. Mempresentasikan hasil interpre-tasi terkait pentingnya Wawasan baiknya.
KesatuanRepublik Indonesia. Nusantara dalam konteks Negara KesatuanRepublik Indonesia.
82
BAB IV
MODEL PENGINTEGRASIAN
NILAI-NILAI ANTIKORUPSI KE DALAM MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn)
KELAS X
5. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang
kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan. Mahkamah Agung adalah pengadilan tertinggi di
negara kita. Perlu diketahui bahwa peradilan di Indonesia dapat
dibedakan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan
peradilan tata usaha negara (PTUN). Kewajiban dan wewenang
Mahkamah Agung, antara lain sebagai berikut:
1. berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
82
Dimensi,
Indikator
Materi Indikator, dan Pengintegrasian
No Kompetensi Dasar Pencapaian
Pembelajaran Nilai-Nilai Nilai-Nilai Antikorupsi dalam Materi PPKn
Kompetensi
Antikorupsi
perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
undang-undang;
2. mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi;
3. memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi
dan rehabilitasi.
MA dalam menjalankan kewajiban dan kewenangan harus benar-
benar memberikan rasa keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia (nilai
adil, tanggung jawab, komitmen). Putusan keadilan yang diambil
didasarkan pada hati nurani para hakim agung, dan dapat
dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa dan
seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu putusan keadilan yang
diambil tidak boleh berdasarkan kepentingan pribadi, golongan, atau
kelompok , karena hal ini termasuk tindakan korupsi yang
bertentangan nilai keadilan, nilai tanggung jawab, komitmen, dan
kejujuran)
6. Mahkamah Konstitusi
Keberadaan Mahkamah Konstitusi diatur dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 24 ta-hun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final. Mahkamah
Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga melanggar UUD NRI Tahun
1945. Tidak jauh dengan MA, setiap putusan MK, harus benar-benar
memberikan rasa keadilan yang seadil-adilnya. Barangkali masih
ingat kasus Hakim MK yang terkena kasus suap seperti Aqil Muhtar,
Patrialis Akbar, perilaku seperti itu benar-benar tidakan korupsi yang
merusak dan menciderai keadilan di Indonesia, karena bertentangan
dengan nilai keadilan, nilai komitmen, nilai kejujuran dan nilai
tanggung jawab.
7. Komisi Yudisial
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang
82
Dimensi,
Indikator
Materi Indikator, dan Pengintegrasian
No Kompetensi Dasar Pencapaian
Pembelajaran Nilai-Nilai Nilai-Nilai Antikorupsi dalam Materi PPKn
Kompetensi
Antikorupsi
berikut ini: (1) mengusulkan pengangkatan hakim agung; (2) menjaga
dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim. Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan
pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak tercela. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan
diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan DPR. Anggota
Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua merangkap anggota,
seorang wakil ketua merangkap anggota, dan tujuh orang anggota.
Masa jabatan anggota Komisi Yudisial lima tahun. Komisi Yudisial
dalam menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku
hakim yang tidak jujur, tidak amanah, tidak komitmen terhadap
integritasnya, harus benar-benar memberikan penilaian obyektif,
transparan, dan dipertanggung jawabkan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan seluruh rakyat Indonsia. (nilai adil, komitmen, tanggung
jawab dan kejujuran). Kasus Patrialis Akbar yang kena operasi
tangkap tangan (OTT) yang diduga menerima suap
Hubungan Fungsional
Hubungan fungsional adalah hubungan yang didasarkan pada fungsi
masing-masing pemerintahan yang saling mempengaruhi dan saling
bergantung antara satu dengan yang lain. Pada dasarnya pemerintah
pusat dan daerah memiliki hubungan kewenangan yang saling
melengkapi satu sama lain. Hubungan tersebut terletak pada visi,
misi, tujuan, dan fungsinya masing-masing. Visi dan misi kedua
lembaga ini, baik di tingkat lokal maupun nasional adalah melindungi
serta memberi ruang kebebasan kepada daerah untuk mengolah dan
mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan kondisi dan
kemampuan daerahnya.
Adapun tujuannya adalah untuk melayani masyarakat secara adil dan
merata dalam berbagai aspek kehidupan. Sementara fungsi
pemerintah pusat dan daerah adalah sebagai pelayan, pengatur, dan
pemberdaya masyarakat. Hubungan wewenang antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau
antara provinsi dan kabupaten dan kota diatur dengan undang-
undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.
Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya
alam, dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras
berdasarkan undang-undang. Pemberian hak dan kewenangan oleh
pemerintah pusat kepada daerah untuk mengelola sumber daya alam,
82
Dimensi,
Indikator
Materi Indikator, dan Pengintegrasian
No Kompetensi Dasar Pencapaian
Pembelajaran Nilai-Nilai Nilai-Nilai Antikorupsi dalam Materi PPKn
Kompetensi
Antikorupsi
sering dimanfaatkan untuk mengeruk kepentingan pribadi khusunya
seperti tambang, sumber mineral lainnya, bahkan untuk kepentingan
kelompoknya. Hal ini bertentangan dengan nilai keadilan, kejujuran,
kebersamaan dan komitmen moral untuk mensejahterakan rakyat.
2 1.2 Menerima 1. Menerima dengan 1. Pasal-pasal yang Model Pembel PBL Sikap: 6 JP Fajar,
ketentuan penuh kesadaran mengatur tentang Fase 1 Orientasi masalah Observasi Arnie, 2014,
Undang- ketentuan Undang- wiayah negara, 1. Peserta didik dihadapkan pada perilaku dan Model
Undang Dasar Undang Dasar warganegara, masalah wilayah negara, warga sikap peserta Pengintegra
Negara Negara Republik penduduk, agama negara, agama dan didik dalam sian
Republik Indonesia Tahun dan kepercayaan kepercayaan serta pertahanan proses Pendidikan
Indonesia 1945 yang mengatur serta pertahanan dan keamanan. pembelajaran Antikorupsi
Tahun 1945 wilayah negara, dan keamanan. 2. Peserta didik diputarkan video Pengetahuan: pada Mata
yang mengatur warga negara, 2. Menjelaskan perilaku berlalu lintas dan Tes digunakan Pelajaran
tentang wilayah agama dan pengertian wialayh dilanjutkan membaca bahan ajar untuk menilai Pendidikan
negara, warga kepercayaan dan negara yang sudah disiapkan guru hasil belajar Pancasila
negara dan pertahanan 3. Penduduk dan (terlampir di RPP). secara individu dan
penduduk, keamanan sebagai bukan penduduk. 3. Tugas peserta: mengamati tentang pokok- Kewargane
agama dan wujud rasa syukur 4. Pasal dalam UUD membaca buku siswa dan pokok pikiran garaan
keperca-yaan, terhadap Tuhan Negara Republik materi ajar terintegrasi yang (PPKn)
pertahanan dan Yang Maha Esa Indonesia Tahun pendidikan antikorupsi terlampir terkandung Berdasarka
keamanan 2. Menunjukan sikap 1945 yang mengatur di RPP. dalam n Kurikulum
sebagai wujud peduli terhadap tentang kebebasan 4. Peserta didik diminta untuk pembukaan 2013
rasa syukur penerapan memeluk agama mencatat hasil-hal/ kejadian UUD Negara SMA//MA/
padaTuhan ketentuan UUD dan kepercayaan di penting setelah melihat Republik SMK/MAK.
Yang Maha Esa Negara Republik Indoensia. tayangan video dan membaca Indonesia Kelas X
2.2.Bersikap peduli Indonesia Tahun 5. Pasal yang bahan yang disiapkan pendidik. Tahun 1945 Kemdikbud
terhadap 1945 yang mengatur mengatur tentang (MENG-AMATI) Keterampilan: Pendidikan
penerapan wilayah negara, pertahanan dan Portofolio Pancasila
ketentuan warga negara, keamanan nasional Fase 2 Mengorganisa-sis Peserta
82
Indikator Pencapaian Alokasi Sumber
No Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Kompetensi Waktu Belajar
Undang- penduduk, agama 6. Perilaku kewajiban didik. menilai hasil dan
Undang Dasar dan kepercayaan warga negara yang 1. Peserta didik dikelompokkan pekerjaan baik Kewargane-
Negara serta pertahanan di atur dalam UUD secara heterogen, masing- individu garaan
Republik dan keamanan. Negara Repulbik masing kelompok dengan maupun SMA/MA/
Indonesia 3. Menganalisis pasal- Indonesia Tahun anggota 6 orang.. kelompok SMK/MAK.
Tahun 1945 pasal yang 1945 (nilai tanggung 2. Dengan bimbingan guru masing- tentang pokok- Kelas X
yang mengatur mengatur tentang jawab) masing kelompok ditugasi untuk pokok pikiran Referensi
tentang wilayah wiayah negara, 7. Perilaku tanggung merumuskan pertanyaan- yang atau
negara, warga warganegara, jawab moral dalam pertanyaan yang terkait dengan terkandung Internet
negara dan penduduk, agama mewujdukan video tersebut (MENANYA) dalam sesuai
penduduk, dan kepercayaan kesadran bela Fase 3 Membimbing penyelidikan pembukaan materi
agama dan serta pertahanan negara (nilai individu dan kelompok UUD Negara pokok
kepercayaan, dan keamanan. tanggung jawab,) 1. Guru membimbing peserta didik Republik Tim
pertahanan dan 4. Menjelaskan 8. Usaha menjaga untuk melakukan penyelidikan Indonesia Penyusun,
keamanan pengertian wialayh keamanan dlm arti mengumpulkan Tahun 1945. Pendidikan
1.3. Menelaah negara lingkungan sebagai informasi guna menjawab Kesadaran
ketentuan 5. Membedakan wujud bela negara. pertanyaan tsb, dari berbagai Berkonstitu
Undang- penduduk dan (nlai tangung jawab) sumber, seperti buku, internet, si untuk
Undang Dasar bukan penduduk. 9. Kajiban warga media massa dan sumber- SMA dan
Negara 6. Menemukan pasal negara dalam sumber lain. MA.
Republik dalam UUD Negara penyelenggaraan (MENGUMPULKAN Jakarta:
Indonesia Republik Indonesia kerukuan antar dan DATA/INFOR) Sekjen dan
Tahun 1945 Tahun 1945 yang intern umat 2. Guru meminta peserta didik Kepanitera-
yang mengatur mengatur tentang beragama. (nilai untuk berdiskusi an
tentang wilayah kebebasan kerjasana, memecahkan/menemukan Mahkamah
negara, memeluk agama kebersamaan,) jawaban dari pertanyaan yang Konstitusi
warganegara dan kepercayaan di 10.Sajian hasil kajian diajukan, guru memberikan RI, 2009.
dan penduduk, Indoensia. tentang ketentuan bimbingan bila ditemukan
agama dan 7. Menganalisis pasal dalam UUD Negara kesulitan. (MENGASOSIASI)
kepercayaan, yang mengatur Republik Indonesia Fase 4 Mengembang-kan dan
serta tentang pertahanan Tahun 1945 terkait menyajikan hasil karya
pertahanan dan dan keamanan dengan wiayah 1. Peserta didik secara kelompok
keamanan nasional negara, warga diberi tugas untuk melaporkan
4.2.Menyaji hasil 8. Menunjukan negara, penduuk, hasil perumusan pertanyaan
telaah tentang perilaku kewajiban agama dan dan pemecahan masalah.
ketentuan warga negara yang kepercayaan serta 2. Setiap kelompok diminta untuk
82
Indikator Pencapaian Alokasi Sumber
No Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Kompetensi Waktu Belajar
Undang- di atur dalam UUD pertahanan dan mempresentasikan di depan
Undang Dasar Negara Repulbik keamanan. kelas hasil diskusi di depan
Negara Indonesia Tahun kelas (bisa dipajang,
Republik 1945 (nilai tanggung dipresentasikan atau dilaporkan
Indonesia jawab) secara tertulis dan
Tahun 1945 9. Memberikan contoh 3. kelompok lain boleh
yang mengatur perilaku tanggung memberikan masukan,
wilayah negara, jawab moral dalam sanggahan ataupun pertanyaan
warga negara mewujdukan terhadap hasil kelompok
dan penduduk, kesadran bela presentasi.
agama dan negara (nilai (MENGOMUNIKASIKAN)
kepercayaan, tanggung jawab,) Fase 5 Menganalisis dan
serta 10.Mempraktikan mengevaluasi proses
pertahanan dan usaha menjaga pemecahan masalah
keamanan keamanan 1. Guru membimbing peserta didik
lingkungan sebagai mengajak atau mencoba
wujud bela negara. mengkaji ulang hasil
(nlai tangung jawab) pemecahan masalahan yang
11.Berpartisipasi aktif sudah dirumuskan untuk
kewajiban warga disimpulkan bersama.
negara dalam (MENYIMPULKAN HASIL
penyelenggaraan BELAJAR)
kerukuan antar dan 2. Guru melakukan refleksi
intern umat pembelajaran dengan cara
beragama. (nilai meminta peserta didik untuk
kerjasana, menanyakan bagaimana belajar
kebersamaan,) hari ini.
12.Menyajikan hasil
kajian tentang
ketentuan dalam
UUD Negara
Republik Indonesia
Tahun 1945 terkait
dengan wiayah
negara, warga
negara, penduuk,
82
Indikator Pencapaian Alokasi Sumber
No Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Kompetensi Waktu Belajar
agama dan
kepercayaan serta
pertahanan dan
keamanan.
3 1.3 Menghargai 1. Menerima dengan 1. Ajaran teori Trias Model Pembelajaran Discovery Sikap: 12 JP 1. Fajar,
nilai-nilai terkait rasa syukur Politika Learning. Perilaku dan Arnie,
fungsi dan terhadap Tuhan 2. Lembaga negara Tahap 1. Staimulation sikap peserta 2014,
kewenangan Yang Maha Esa Indonesia a.Siswa dikelompokkan menjadi 8 didik dalam Model
lembaga- atas peran lembaga berdasarkan ajaran kelompok @ 4 orang proses Pengintegr
lembaga negara yang Trias Politika. b.Tiap kelompok membaca Materi pembelajaran. asian
negara menurut menjalankan tugas 3. Penggolongan ajar yg terintegrasi pendidikan Jurnal dan Pendidika
Undang- dan fungsi demi fungsi dan weweang antikorupsi dan mengamati penilaian n
Undang Dasar kepentingan rakyat. lembaga negara di gambar-gambar dan artikel ttg teman sejawat, Antikorups
Negara 2. Menunjukan sikap Indonesia. permasalahan wilayah negara, untuk menilai i pada
Republik mau menerima 4. Keterkaitan warga negara, agama dan sikap positif Mata
Indonesia keberadaan hubungan antar hankam di Indonesia (PS- terhadap Pelajaran
Tahun 1945 lembaga negara lembaga negara. MENGAMATI) hubungan Pendidika
sebagai bentuk yang menjalankan 5. Penyimpangan Tahap 2 Problem Statement yang harmonis n
sikap beriman fungsi dan tugas kewenangan c.Selanjtunya setiap kelompok antara Pancasila
dan bertaqwa untuk melayani lembaga negara mengidentifikasi permasalah an pemerintah dan
2.3 Bersikap peduli kepentingan rakyat sehingga dari apa yang dibaca dan diamati pusat dengan Kewargan
terhadap banyak. menimbulkan pada gambar tersebut (PS- pemerintah egaraan
lembaga- 3. Menjelaskan ajaran tindakan koruptif. MENANYA) daerah. (PPKn)
lembaga di teori Trias Politika 6. Sikap perilaku yang Tahap 3. Data Collection Pengetahuan: Berdasark
sekolah 4. Menggolongan harus ditunjukkan d.Berdasarkan permasalahan yang Tes digunakan an
sebagai lembaga negara sebagai wujud dimunculkan oleh kelompok, untuk menilai Kurikulum
cerminan dari Indonesia komitmen selanjutnya melalui bimbingan hasil belajar 2013
lembaga- berdasarkan ajaran antikorupsi. guru untuk mengumpulkan secara individu SMA//MA/
lembaga Trias Politika. 7. Perilaku para informasi, mengumpulkan data tentang SMK/MAK
negara 5. Membuat table aparatur sipil negara melalui mencari sumber belajar, hubungan . Kelas X
3.3.Menganalisis penggolongan untuk menghindari membaca buku sumber atau struktural dan 2. Kemdikbu
fungsi dan fungsi dan weweang tindakan korupsi. sumber lain dan menggali di fungsional d
kewenangan lembaga negara di 8. Sajian hasil analisis internet yang mampu pemerintahan Pendidika
lembaga- Indonesia. hasil kajian memberikan jawaban tehadap pusat dan n
lembaga 6. Menganalisis keterkaitan antar permasalahan yang diajukan daerah Pancasila
Negara menurut keterkaitan fungsi lembaha kelompok siswa (PS- Keterampilan: dan
82
Indikator Pencapaian Alokasi Sumber
No Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Kompetensi Waktu Belajar
Undang- hubungan antar negara menurut PENGUMPULAN Portofolio Kewargan
UndangDasar lembaga negara. UUD Negara DATA/INFORMASI) untuk menilai e-garaan
Negara 7. Menunjukan contoh Republik Indonesia Tahap 4 Data Processing hasil pekerjaan SMA//MA/
Republik penyimpangan Tahun 1945. e.Berdasarkan data dan informasi baik individu SMK/MAK
Indonesia kewenangan yang terkumpul setiap kelompok maupun . Kelas X
Tahun 1945 lembaga negara berdiskusi, sharring/berbagi kelompok 3. Referensi
4.3.Mendemon- sehingga pendapat untuk merumuskan tentang atau
strasikan hasil menimbulkan jawaban terhadap permasalahan hubungan Internet
analis tentang tindakan koruptif. yang dimajukan kelompok. (PS- struktural dan sesuai
fungsi dan 8 Menunjukkan MENGASOSIASI) fungsional materi
kewenangan contoh sikap Tahap 5 Verification pemerintahan pokok
lembaga- perilaku yang harus f. Setelah terumuskan jawaban pusat dan 4. Tim
lembaga ditunjukkan sebagai terhadap permasalahan yang ada daerah Penyusun,
Negara menurut wujud komitmen selanjutnya setiap kelompok Pendidika
Undang- antikorupsi. melakukan telaah ulang terhadap n
Undang Dasar 9. Menampilkan diri hasil kerja kelompok sehingga Kesadara
Negara perilaku para diperoleh jawaban yang tepat dan n
Republik aparatur sipil negara benar Berkonstit
Indonesia untuk menghindari g.Setelah jawaban diverifikasi dan usi untuk
Tahun 1945 tindakan korupsi. ditelaah ulang untuk disimpulkan SMA dan
10 Menyajikan hasil kemudian dipresentasikan (PS- MA.
analisis hasil kajian MENGKOMU-NIKASIKAN) Jakarta:
keterkaitan antar Tahap 6 Generali-zation Sekjen
fungsi lembaha h.Guru mencermati hasil tayangan dan
negara menurut dan bersama siswa guru Kepaniter
UUD Negara menyimpulkanan,. a-an
Republik Indonesia (PS-MENYIMPUOKAN) Mahkama
Tahun 1945. h
Konstitusi
RI, 2009.
4 1.4Menghormati 1. Mensyukuri 1. Otonomi daerah Model Pembel NHT : Sikap: 12 JP Fajar, Arnie,
hubungan hubungan struktural dalam konteks 1) Siswa dibagi dalam kelompok, Penilaian 2014,
pemerintah dan fungsional negara Kesatuan setiap siswa dalam setiap teman sejawat Model
pusat dan antara pemerintah Republik Indonesia; kelompok mendapat nomor dan Penilaian Pengintegra
daerah menurut pusat dan 2. Kedudukan dan kepala diri, untuk sian
Undang- pemerintah daerah peran pemerintah 2) Guru memberikan tugas, menilai Pendidikan
82
Indikator Pencapaian Alokasi Sumber
No Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Kompetensi Waktu Belajar
Undang Dasar berdasarkan UUD daerah diupayakan setiap kelompok ketaatan pada Antikorupsi
Negara 1945 3. Hubungan struktural mendapat tugas yang berbeda, aturan & tata pada Mata
Republik 2. Menghargai dan fungsional dan masing-masing kelompok tertib. Jurnal, Pelajaran
Indonesia hubungan struktural pemerintah pusat mengerjakannya. Tugas yang untuk mencatat Pendidikan
Tahun 1945 dan fungsional dan pemerintah diberikan dan menilai Pancasila
sebagai antara pemerintah daerah;. (a) mengamati tayangan pembiasaan dan
anugerahTuhan pusat dan 4. Kebijakan kebijakan video/gambar/film tentang taat pada Kewargane
Yang Maha Esa pemerintah daerah pemerintah untuk perkelaian antar kelompok, hukum. garaan
2.4Bersikap peduli berdasarkan UUD kepentingan kemiskinan, kasus Tolikara, Pengamatan, (PPKn)
terhadap 1945 masyarakat yang kasus perkelaian antar penilaian ini Berdasarka
hubungan 3. Menjelaskan dilaksanakan secara kelompk, membaca bahan merupakan n Kurikulum
pemerintah otonomi daerah ADIL dan ajar, buku siswa penilaian 2013
pusat dan dalam konteks BERTANGGUNG (MENGAMATI) proses menilai SMA//MA/
daerah yang negara Kesatuan JAWAB, (b) merumuskan perilaku dan SMK/MAK.
harmonis di Republik Indonesia; 5. Kasus-kasus permasalahan/pertanyaan sikap peserta Kelas X
daerah 4. Menjelaskan korupsi yang dari hasil pengematan, didik dalam Kemdikbud
setempat kedudukan dan melibatkan aparat bacaan, kerjadian nyataan. proses Pendidikan
3.4.Merumuskan peran pemerintah atau pejabat (MENANYA) dan sebaiknya pembelajaran, Pancasila
hubungan daerah pemerintah pusat semua rumusan pertanyaan serta simulasi dan
pemerintah 5. Menganalisis dan atau daerah. dari siswa disepakati kelas Keterampilan: Kewargane-
pusat dan hubungan struktural 6. Sikap dan perilaku untuk dijadikan bahan Portofolio garaan
daerah menurut dan fungsional HIDUP pembahasan untuk menilai SMA//MA/
Undang- pemerintah pusat SEDERHANA (c) peserta didik diminta untuk hasil pekerjaan SMK/MAK.
Undang Dasar dan pemerintah dalam kehidupan mencari sumber, informasi, baik individu Kelas X
Negara daerah; sehari-hari data yang dapat digunakan maupun Referensi
Republik 6. Menyaji hasil telaah 7. Sajian hasil telaah untuk kelompok atau
Indonesia hubungan struktural hubungan struktural memecahkan/menjawab tentang Internet
Tahun 1945 dan fungsional dan fungsional pertanyaan yang diajukan contoh, ciri-ciri, sesuai
4.4.Merancang dan pemerintahan pusat pemerintah pusat peserta didik dan perbedaan materi
melakukan dan daerah menurut dan pemerintah (MENGUMPULKAN bertutur kata, pokok
penelitian Undang-Undang daerah secara ADIL INFORMASI/DATA) berperilaku Tim
sederhana Dasar Negara dan BERANI. 3) Kelompok mendiskusikan dan bersikap Penyusun,
tentang Republik Indonesia 8. Sajian hasil telaah jawaban, tiap anggota kelompok yang baik dan Pendidikan
hubungan Tahun 1945. hubungan struktural mencatat hasil diskusi. buruk dalam Kesadaran
pemerintah 7. Menuliskan dan fungsional (MENGASOSIASI) kehidupan Berkonstitu
pusat dan kebijakan kebijakan pemerintahan pusat 4) Setiap anggota kelompok bermasyara- si untuk
82
Indikator Pencapaian Alokasi Sumber
No Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Kompetensi Waktu Belajar
pemerintah pemerintah untuk dan daerah menurut memiliki tanggung jawab dan kat, berbangsa SMA dan
daerah kepentingan Undang-Undang kesempatan yang sama untuk dan bernegara MA.
setempat masyarakat yang Dasar Negara melaporkan hasil diskusinya. Jakarta:
menurut dilaksanakan secara Republik Indonesia (MENGKOMUNIKASIKAN) Sekjen dan
Undang- ADIL dan Tahun 1945 5) Guru memanggil salah satu Kepanitera-
Undang Dasar BERTANGGUNG nomor siswa dalam kelompok an
Negara JAWAB, untuk melaporkan hasil Mahkamah
Republik 8. Menganalisis kasus- diskusinya di depan kelas. Konstitusi
Indonesia kasus korupsi yang (MENGKOMUNIKASIKAN) RI, 2009.
Tahun 1945 melibatkan aparat 6) Kemudian kelompok lain dapat
atau pejabat memberikan
pemerintah pusat masuikan/meresponsi dari hasil
dan atau daerah. diskusinya (menyempurnakan)
9. Menunjukkan sikap (MEMBUAT JEJARING);.
dan perilaku HIDUP 7) Guru selanjutnya dapat
SEDERHANA mengulangi beberapa kali dari
dalam kehidupan kelompok yang berbeda.
sehari-hari 8) Guru mengklarifikasi apabila
10.Menyajikan hasil timbul permasalahan dan
telaah hubungan menarik kesimpulan.
struktural dan (MENYIMPUL-KAN)
fungsional
pemerintah pusat
dan pemerintah
daerah secara ADIL
dan BERANI.
5 1.5 Mensyukuri 1. Menunjukan rasa 1. Pengetian integritas Mengamati Sikap: 12 JP Fajar, Arnie,
nilai-nilai yang syukur terhadap nasional Membaca berita/artikel tentang Observasi 2014,
membentuk Tuhan Yang Maha 2. Macam-macam factor-faktor pembentuk integritas Penilaian Model
komitmen Esa integritas nasional nasional dalam bingkai NKRI proses menilai Pengintegra
integrasi terhadapintegritas 3. Factor-faktor Menyimak dari berbagai sumber perilaku dan sian
nasional dalam nasional dalam pembentuk tentang factor-faktor pembentuk sikap peserta Pendidikan
bingkai bingkai Bhinneka integritas nasional integritas nasional dalam bingkai didik dalam Antikorupsi
Bhinneka Tunggal Ika sebagai dalam bingkai nKRI Menanya proses pada Mata
Tunggal Ika Anugerah-NYA. Bhinneka Tunggal Mengidentifikasi pertanyaan pembelajaran Pelajaran
82
Indikator Pencapaian Alokasi Sumber
No Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Kompetensi Waktu Belajar
sebagai wujud 2. Menunjukkan sikap Ika. tentang factor-faktor pembentuk Pengetahuan: Pendidikan
syukur dan perilaku 4. Contoh perilaku integritas nasional dalam bingkai Portofolio Pancasila
kepadaTuhan kerjasama dalam yang menghambat nKRI Mengajukan pertanyaan untuk menilai dan
yang Maha Esa memecahkan terwujudnya tentang factor-faktor pembentuk hasil pekerjaan Kewargane
2.5 Menunjukkan persoalan demi integritas nasional integritas nasional dalam bingkai baik individu garaan
sikap terwujudnya sebagai tindakan nKRI perkembangan jaman. maupun (PPKn)
kerjasama integritas nasional koruptif. Mengidentifikasi pertanyaan kelompok Berdasarka
dalam rangka dalam bingkai 5. Perilaku yang tentang factor-faktor pembentuk tentang n Kurikulum
mewujudkan Bhinneka Tunggal mampu integritas nasional dalam bingkai masalah- 2013
komitmen Ikal menumbuhkan nKRI masalah yang SMA/MA/
integrasi 3. Menjelaskan terwujudkan Mengumpulkan pertanyaan tentang muncul dalam SMK/MAK.
nasional dalam pengetian integritas integritas nasional factor-faktor pembentuk integritas pelanggaran Kelas X
bingkai nasional sebagai tindakan nasional dalam bingkai NKRI hak dan Kemdikbud
Bhinneka 4. Menjelaskan antikoruptif. Mengumpulkan Informasi pengingkaran Pendidikan
Tunggal Ika macam-macam 6. Faktor-faktor Mencari informasi dari berbagai kewajiban Pancasila
3.5.Mengidentifikasi integritas nasional pembentuk integrasi sumber tentang factor-faktor sebagai warga dan
faktor-faktor 5. Menganalisis factor- nasional dalam pembentuk integritas nasional negara dan Kewargane-
pembentuk faktor pembentuk bingkai Bhinneka dalam bingkai nKRI cara garaan
integrasi integritas nasional Tunggal Ika pemecahanny SMA/MA/
Mengumpulkan sumber data
nasional dalam dalam bingkai a. Projek untuk SMK/MAK.
berkaitan dengan arti penting
bingkai Bhinneka Tunggal menilai projek Kelas X
integritas nasional dalam bingkai
Bhinneka Ika. belajar Referensi
NKRI
Tunggal Ika 6. Memberikan contoh kewarganegar atau
4.5.Mendemon- perilaku yang Mengumpulkan data tentang aan. Internet
strasikan faktor- menghambat perilaku yang mendorong sesuai
faktor terwujudnya terwujudnya integritas nasional materi
pembentuk integritas nasional dalam kerangka NKRI pokok
integrasi sebagai tindakan Mengumpulkan data tentang Tim
nasional dalam koruptif. perilaku antikorupsi sebagai Penyusun,
bingkai 7. Menampilkan perwujudan integritas nasional Pendidikan
Bhinneka perilaku yang yang bebas korupsi. Kesadaran
Tunggal Ika mampu Menalar/ Mengasosiasi Berkonstitu
menumbuhkan Menyimpulkan arti penting si untuk
terwujudkan mempertahankan Pancasila SMA dan
integritas nasional sebagai dasar negara dan MA.
sebagai tindakan pandangan hidup bangsa Jakarta:
82
Indikator Pencapaian Alokasi Sumber
No Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Kompetensi Waktu Belajar
antikoruptif. Menentukan hubungan antara Sekjen dan
8. Mendemonstrasikan mewujudkan nilai-nilai Pancasila Kepanitera-
faktor-faktor dengan perkembangan jaman an
pembentuk integrasi saat ini dan dimasa yang akan Mahkamah
nasional dalam datang Konstitusi
bingkai Bhinneka Menyimpulkan arti penting RI, 2009.
Tunggal Ika perwujudan nilai-nilai Pancasila
berkaitan dengan nilai antikorupsi
sesuai perkembangan jaman
Mengomunikasikan
Menyusun dan menyajikan hasil
telaah tentang pengertian
integritas, meacam-macam idan
factor pembentuk integritas
nasional dalam kerangka NKRI
Menyusun laporan dan
mempresenta-sikan perwujudan
nilai-nilai Pancasila sesuai
perkembangan jaman
Menyusun laporan dan
mempresentasikan perwujudan
nilai-nilai Pancasila berkaitan
dengan nilai antikorupsi sesuai
perkembangan jaman
Membuat dan membacakan
ikrar/komitmen untuk
mempertahankan dan
melaksanakan Pancasila sebagai
dasar negara sesuai dinamika
praktik penyelenggaraan negara..
6 1.6 Bersyukur 1. Menunjukan sikap 1. Pengertian Model Pembelajaran: Good News Keterampilan: 12 JP Fajar, Arnie,
kepadaTuhan dan perilaku syukur ancaman terhadao Classmeting. Portofolio, 2014,
Yang Maha Esa terhadap Tuhan NKRI 1) Memilih berita baru yang aktual penilaian ini Model
atas nilai-nilai Yang Maha Esa 2. Bentuk-bentuk dan menarik untuk di bahas digunakan Pengintegra
82
Indikator Pencapaian Alokasi Sumber
No Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Kompetensi Waktu Belajar
yang atas terbentuknya ancaman terhadap berupa Artikel, Kliping berasal untuk menilai sian
membentuk kesadaran keutuhan NKRI. dari media massa, seperti surat hasil pekerjaan Pendidikan
kesadaran atas masyrakat terhadap 3. Contoh bentuk kabar, berita di televisi, radio baik individu Antikorupsi
ancaman ancaman terhadap ancaman militer dsb. Misal kasus Penggeseran maupun pada Mata
terhadap keutuhan NKRI. terhadap keutuhan Patok Batas Wilayah Negara di kelompok Pelajaran
negara dan 2, Menunjukkan sikap NKRI Sambas Kalimantan Barat, dsb. tentang Pendidikan
upaya perilaku tanggap 4. Bentuk ancaman (MENGAMATI) analisis Pancasila
penyelesaianny terhadap setiap non militer terhadap 2) Siswa dikelompokkan, dan indikator dan
a dalam bingkai ancaman keutuhan keutuhan NKRI masing-masing kelompok bebas ancaman Kewargane
Bhinneka NKRI 5. Ancaman di era membahas dari sudut pandang terhadap garaan
Tunggal Ika 3. Mendeskripsikan global abad ke 21 masing-masing, misalnya: “ negara dalam (PPKn)
2.6 Bersikap pengertian ancaman 6. Perilaku yang Kerusakan lingkungan “ bisa membangun Berdasarka
responsif dan terhadao NKRI menimbulkan dari sudut pandang (menanya) integrasi n Kurikulum
proaktif atas 4. Menggolongkan tindakan mengidentifikasi kerusakan nasional 2013
ancaman bentuk-bentuk koruptif/merusak/me lingkungan, faktor penyebab, dengan bingkai SMA//MA/
terhadap ancaman terhadap rugikan kepentingan dampak kerusakan terhadap BhinnekaTung SMK/MAK.
negara dan keutuhan NKRI. umum. masyarakat, upaya gal Ika Kelas X
upaya 5. Memberikan contoh 7. Perilaku yang penanggulangan, respon Pengetahuan Kemdikbud
penyelesaianny bentuk ancaman menimbulkan masyarakat dalam upaya Tes digunakan Pendidikan
a dibidang militer terhadap kerusakan penanggulangan, dsb..(menalar untuk menilai Pancasila
Ideologi, politik, keutuhan NKRI lingkungan sebagai melalui kerja kelompok) hasil belajar dan
ekonomi, sosial, 6. Memberikan contoh bentuk tindakan 3) Tiap kelompok secara individu Kewargane-
budaya, bentuk ancaman koruptif. mempresentasekan hasil tentang garaan
pertahanan, non militer terhadap 8. Upaya melalui wakil kelompoknya, analisis SMA/MA/
dan keamanan keutuhan NKRI menanggulangi (menyajikan) sedangkan indikator SMK/MAK.
dalam bingkai 7. Memberi contoh ancaman di bidang kelompok lain memperhatikan ancaman Kelas X
Bhinneka ancaman di era ideology, politik, dan meresponsi bila diperlukan terhadap Referensi
Tunggal Ika global abad ke 21 ekonomi, sosial, (membuat jejaring).. negara dalam atau
3.6.Menganalisis 8. Menunjukkan budaya dan 4) Guru mengamati dan membangun Internet
ancaman contoh perilaku pertahanan dan mengklarifikasi bila terjadi integrasi sesuai
terhadap yang menimbulkan keamanan. kesalahan (penilaian aotentik). nasional materi
negara dan tindakan 9. Menunjukan 5) Membuat kesempakatan dengan bingkai pokok
upaya koruptif/merusak/me perilaku hemat rangkuman hasil pembahasan BhinnekaTung Tim
penyelesaianny rugikan kepentingan dalam penggunaan kelas (menyimpulkan). gal Ika. Penyusun,
a di bidang umum. barang sebagai 6) Buatlah projek untuk Sikap Pendidikan
ideologi, politik, 9. menunjukkan wujud tindakan melestarikan lingkungan sekolah Pengamatan, Kesadaran
82
Indikator Pencapaian Alokasi Sumber
No Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Kompetensi Waktu Belajar
ekonomi, sosial, contoh perilaku antikoruptif. misalnya membawa tanaman penilaian ini Berkonstitu
budaya, yang menimbulkan 10.Sajian hasil kajian untuk penghijauan, keindahan di merupakan si untuk
pertahanan, kerusakan tentang dan upaya sekolah (mencipta) penilaian SMA dan
dankeamanand lingkungan sebagai penyelesaiannya di Penutup proses menilai MA.
alambingkaiBhi bentuk tindakan bidang Ideologi, perilaku dan Jakarta:
nneka Tunggal koruptif. politik, ekonomi, sikap peserta Sekjen dan
Ika 10.Mendeskripsikan sosial, budaya, didik dalam Kepanitera-
4.6.Menyaji hasil upaya pertahanan, dan proses an
analisis tentang menanggulangi keamanan pembelajaran. Mahkamah
ancaman ancaman di bidang Projek untuk Konstitusi
terhadap ideology, politik, menilai RI, 2009.
negara dan ekonomi, sosial, partisipasi
upaya budaya dan kewarganega-
penyelesaianny pertahanan dan raan.
a di bidang keamanan.
Ideologi, politik, 11.Menunjukan
ekonomi, sosial, perilaku hemat
budaya, dalam penggunaan
pertahanan, barang sebagai
dan keamanan wujud tindakan
antikoruptif.
12 Melaporkan hasil
kajian tentang
ancaman terhadap
negara kesatuan
Republik Indonesia
13.Melaporkan hasil
kajian tentang dan
upaya
penyelesaiannya di
bidang Ideologi,
politik, ekonomi,
sosial, budaya,
pertahanan, dan
keamanan
1.7 Menghargai 1. Menerima dengan 1. Pengertian
82
Indikator Pencapaian Alokasi Sumber
No Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Kompetensi Waktu Belajar
wawasan penuh kesadaran wawasan nusantara
nusantara sebagai wujud rasa 2. Cakupan isi
dalam konteks syukur terhadap wawasan nusantara
Negara Tuhan Yang Maha menurut bidangnya.
Kesatuan Esa tentang konsep 3. Aktualisasi
Republik wawasan nusantara wawasan nusantara
Indonesia dalam konteks 4. Hambatan
sebagai Negara Kesatuan. aktualisasi wawasan
anugerah 2. Menunjukan sikap nusantara.
Tuhan Yang tanggung jawab 5. Contoh perilaku
Maha Esa terhadap konsep peduli terhadap
2.7 Bertanggungja- wawasan nusantara lingkungan sekitar
wab dalam konteks sebagai wujud
mengembangka negara kesatuan implementasi
n kesadaran Republik Indonesia. wawasan nusantara
akan 3. Menjelaskan (nilai peduli)
pentingnya pengertian wawasan 6. Perilaku tanggung
wawasan nusantara jawab dalam
nusantara 4. Menggolongkan menjaga keutuhan
dalam konteks cakupan isi wilayah NKRI (Nilai
Negara wawasan nusantara tanggung jawab)
KesatuanRepub menurut bidangnya. 7. Presentasi hasil
lik Indonesia 5. Menunjukan interpre-tasi terkait
3.7.Menginter- aktualisasi wawasan pentingnya
pretasi nusantara Wawasan
pentingnya 6. Menjelaskan Nusantara dalam
Wawasan hambatan konteks Negara
Nusantara aktualisasi wawasan KesatuanRepublik
dalam konteks nusantara. Indonesia
Negara 7. Memberikan contoh
Kesatuan perilaku peduli
Republik terhadap lingkungan
Indonesia sekitar sebagai
4.10. Memprese wujud implementasi
ntasikan hasil wawasan nusantara
interpre-tasi (nilai peduli)
82
Indikator Pencapaian Alokasi Sumber
No Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Kompetensi Waktu Belajar
terkait 8. Menampilkan
pentingnya perilaku tanggung
Wawasan jawab dalam
Nusantara menjaga keutuhan
dalam konteks wilayah NKRI (Nilai
Negara tanggung jawab)
KesatuanRepu 9. Mempresentasikan
blik Indonesia hasil interpre-tasi
terkait pentingnya
Wawasan
Nusantara dalam
konteks Negara
KesatuanRepublik
Indonesia
82
C. Model Pengintegrasian dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sekolah :. SMA/MA/SMK
Mata pelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
Kelas/semester : X/Ganjil
Materi pokok Hubungan pemerintah pusat dan daerah menurut Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Alokasi Waktu : 2 X Pertemuan (4 Jam Pelajaran) @ 45 menit
C. Tujuan pembelajaran
Pertemuan 1
1. Peserta didik mampu mensyukuri hubungan struktural dan fungsional antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah berdasarkan UUD 1945
2. Peserta didik mamp menghargai hubungan struktural dan fungsional antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah berdasarkan UUD 1945
3. Peserta didik mamp menjelaskan otonomi daerah dalam konteks negara Kesatuan
Republik Indonesia;
4. Peserta didik mamp menjelaskan kedudukan dan peran pemerintah daerah.
5. Peserta didik mamp menunjukan peran pemerintah daerah dalam upaya
pemberantasan korupsi di daerahnya.
Pertemuan 2
1. Peserta didik mampu menunjukkan upaya pemerintah pusat dan daerah untuk
memberantas korupsi
2. Peserta didik mamp memberi contoh perilaku oknum di daerah yang terlibat tindakan
korupsi.
3. Peserta didik mamp menunjukkan contoh sikap perilaku tindakan antikorupsi oleh
aparatur pemerintahan daerah.
4. Peserta didik mamp menganalisis hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat
dan pemerintah daerah;
5. Peserta didik mampu menuliskan kebijakan kebijakan pemerintah untuk kepentingan
masyarakat yang dilaksanakan secara ADIL dan BERTANGGUNG JAWAB,
6. Peserta didik mamp menganalisis kasus-kasus korupsi yang melibatkan aparat atau
pejabat pemerintah pusat dan atau daerah.
7. Peserta didik mamp menunjukkan sikap dan perilaku HIDUP SEDERHANA dalam
kehidupan sehari-hari
82
8. Peserta didik mamp menyajikan hasil telaah hubungan struktural dan fungsional
pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara ADIL dan BERANI.
9. Peserta didik mamp menyaji hasil telaah hubungan struktural dan fungsional
pemerintahan pusat dan daerah menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Pertemuan 1
1. Bersyukuri hubungan struktural dan fungsional antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah berdasarkan UUD 1945
2. Menghargai hubungan struktural dan fungsional antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah berdasarkan UUD 1945
3. Otonomi daerah dalam konteks negara Kesatuan Republik Indonesia;
4. Kedudukan dan peran pemerintah daerah.
5. Peran pemerintah daerah dalam upaya pemberantasan korupsi di daerahnya.
Pertemuan 2
1. Upaya pemerintah pusat dan daerah untuk memberantas korupsi
2. Contoh perilaku oknum di daerah yang terlibat tindakan korupsi.
3. Contoh sikap perilaku tindakan antikorupsi oleh aparatur pemerintahan daerah.
4. Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan pemerintah daerah;
5. Kebijakan kebijakan pemerintah untuk kepentingan masyarakat yang dilaksanakan
secara ADIL dan BERTANGGUNG JAWAB,
6. Kasus-kasus korupsi yang melibatkan aparat atau pejabat pemerintah pusat dan atau
daerah.
7. Sikap dan perilaku HIDUP SEDERHANA dalam kehidupan sehari-hari
8. Sajian hasil telaah hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan
pemerintah daerah yang tidak disalahgunakan oleh onknum.
9. Sajianhasil telaah hubungan struktural dan fungsional pemerintahan pusat dan daerah
menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Otonomi Daerah.
Otonomi daerh merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mngurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan paeraturan perundangan yang berlaku. Ketika kewenangan diberikan oleh
pemerintah pusat tidak jarang disalahgunakan kepala daerah untuk keuntungan pribadi,
82
melakukan pemerintahan tidak amanah, serakah, dan ini bertentangan dengan nilai keadilan,
kebersamaan, komitmen.
Dalam perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengatur hubungan wewenang pemerintah pusat dan pemerintahan daerah dalam satu pasal,
yaitu Pasal 18A ayat (1) dan ayat (2) bahwa hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan
kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah
Hubungan Struktural.
Hubungan struktural adalah hubungan yang didasarkan pada tingkat dan jenjang dalam
pemerintahan. Pemerintah pusat merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di tingkat
nasional. pemerintah daerah merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di daerah masing
masing bersama DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, dalam sistem dan prinsip
NKRI. Secara struktural presiden merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
82
penyelenggara urusan pemerintahan di tingkat nasional. kepala daerah merupakan
penyelenggara urusan pemerintahan di daerah masing masing sesuai dengan prinsip otonomi
seluas luasnya. Secara realita prinsip otonomi seluas=luasnya menganggap bahwa kebijakan
yang diambil kepala daerah sudah benar, pada bila di analisis bertentangan dengan peraturan
perundangan yang berlaku (nilai keadilan). Oleh kaena itu tidak sedkit pemerintahan Joko
Widodo membatalkan PERDA yang dianggap bertentangan dengan peraturan perundangan di
atas. (nilai keadilan, nilai kebersamaan, tanggung jawab)
Secara struktural hubungan pemerintah pusat dan daerah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000. Berdasarkan ketentuan tersebut daerah diberi kesempatan
untuk membentuk lembaga-lembaga yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Untuk lebih
jelasnya, hubungan struktural tersebut dapat kalian lihat pada bagan berikut.
Hubungan Fungsional
Hubungan fungsional adalah hubungan yang didasarkan pada fungsi masing-masing
pemerintahan yang saling mempengaruhi dan saling bergantung antara satu dengan yang lain.
Pada dasarnya pemerintah pusat dan daerah memiliki hubungan kewenangan yang saling
melengkapi satu sama lain. Hubungan tersebut terletak pada visi, misi, tujuan, dan fungsinya
masing-masing. Visi dan misi kedua lembaga ini, baik di tingkat lokal maupun nasional adalah
melindungi serta memberi ruang kebebasan kepada daerah untuk mengolah dan mengurus
rumah tangganya sendiri berdasarkan kondisi dan kemampuan daerahnya.
Adapun tujuannya adalah untuk melayani masyarakat secara adil dan merata dalam
berbagai aspek kehidupan. Apabila masih ada kepala daerah tidak memberikan layanan secara
adil , masih membeda-bedakan pemberian layanan termasuk tindakan korupsi. Kasus yang
terjadi di daerah masih warga yang tidak memperoleh layanan pendidikan, kesehatan,
kesejahteraan.. Sementara fungsi pemerintah pusat dan daerah adalah sebagai pelayan,
pengatur, dan pemberdaya masyarakat. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota
diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.
Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya alam, dan sumber daya
82
lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil
dan selaras berdasarkan undang-undang. Pemberian hak dan kewenangan oleh pemerintah
pusat kepada daerah untuk mengelola sumber daya alam, sering dimanfaatkan untuk mengeruk
kepentingan pribadi khusunya seperti tambang, sumber mineral lainnya, bahkan untuk
kepentingan kelompoknya. Hal ini bertentangan dengan nilai keadilan, kejujuran, kebersamaan
dan komitmen moral untuk mensejahterakan rakyat.
Dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia terdapat dua cara yang dapat
menghubungkan antara pemerintah pusat dan pemeritah daerah yaitu sentralisasi dan
desentralisasi.
1. Sentralisasi adalah pengaturan kewenangan dari pemerintah daerah kepada pemerintah
pusat untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi
dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Desentralisasi
sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan
sebagai pengaturan kewenangan. Di Indonesia sistem sentralisasi pernah diterapkan pada
zaman kemerdekaan hingga orde baru.
2. Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi
dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Dengan adanya
desentralisasi maka muncullan otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi
sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan
sebagai penyerahan kewenangan
Desentralisasi apabila kurang pengawasan, akan menimbulkan penyalahgunaan
wewenang oleh daerah untuk pentingan diri sendiri seperti kasus Gubernur Sumatra Utara,
kasus dugaan penyalahgunaan oleh kepala daerah lainnya. Ini jelas-jelas melanggar dengan
asas atau nilai keadilan, tanggung jawab, kemitmen dan kebersamaan.
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran menggunakan Scientific
2. Model pembelajarannya adalah Problem Based Learning
3. Metode pembelajarannya adalah penugasan
H. Penilaian.
1. Penilaian Proses
2. Penilaian hasil.
1. Penilaian Sikap
Penilaian sikap terhadap peserta didik dapat dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung. Penilaian dapat dilakukan dengan observasi. Dalam observasi ini misalnya
dilihat sejak kegiagtan pendahuluan, aktivitas dan tingkat perhatian peserta didik pada saat
pembelajaran berlangsung.dengan menggunakan lembar Observasi sebagai berikut,
2. Penilaian Pengetahuan
Sebagai uji kompetensi (penilaian pengetahuan) dilakukan dalam bentuk penugasan,
peserta didik ditugasi untuk membuat 5 pertanyaan terkait dengan wacana tentang
permasalahan sumber daya.
Tabel 1
Hubungan pemerintah Pusat dan Daerah
No Pertanyaan Jawaban
Tabel 2
Makna Otonomi Daerah di Indonesia
No Pertanyaan Jawaban
Nilai =
3. Penilaian Keterampilan
Presentasi hasik kerja kelompok
Pertemuan 2
No Deskripsi Kegiatan skor
1 Isi presetnasi
2 Sistematikan sajian
3 Keindahan sajian
4 Jawaban logis dari pertanyaan
5 Kolaborasi dalam kelompok
Nilai
Pemberian skor:
Sangat baik diberi skor 4
Baik diberi skor 3
Kurang baik diberi skor 2
Tdak baik diberi skor 1
Skor maksimum (5 X 4) = 20
Nilai =
Mengetahui,
..............., ..........................
.......................................... ..........................................
NIP NIP
82
B. Pengintegrasian Nilai-nilai Antikorupsi dalam Kegiatan Pengembangan Diri
1. Pengintegrasian Nilai-nilai Antikorupsi dalam Kegiatan Kokurikuler
a. Pembelajaran Berbasis Portofolio.
Pembelajaran berbasis portofolio merupakan upaya agar peserta didik dapat
memperoleh pengalaman fisik terhadap obyek dalam pembelajaran, yaitu
melibatkan atau mempertemukan peserta didik dengan obyek pembelajaran secara
nyata.Selain itu, peserta didik juga memperoleh pengalaman atau terlibat secara
mental, yakni mengkaitkan informasi awal yang telah diperoleh, selanjutnya memiliki
kebebasan untuk menyusun kembali (merekonstruksi) informasi yang diperolehnya.
Pembelajaran Berbasis Portofolio memberi keragaman sumber belajar dan
keleluasaan kepada peserta didik memilih sumber belajar yang sesuai untuk
dijadikan landasan dalam menyusun fenomena masyarakat/negara/dunia.Artinya
sebagai upaya memandirikan peserta didik untuk belajar, berkolaborasi, membantu
teman, bekerjasama, mengadakan pengamatan, dan penilaian diri untuk suatu
refleksi yang akan mendorong mereka membangun pengetahuannya sendiri.
Pembelajaran berbasis portofolio membina peserta didik untuk :
1) Berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan guru atau
dari buku/artikel/berita dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari;
2) Peserta didik diberi kesempatan untuk mencari informasi di luar kelas baik
informasi yang sifatnya benda/bacaan, penglihatan atau obyek langsung
(TV/radio/internet) maupun orang/pakar/tokoh;
3) Membuat alternatif untuk mengatasi topik/obyek yang dibahas;
4) Membuat suatu keputusan (sesuai kemampuannya) berkaitan dengan konsep
yang telah dipelajarinya, dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang ada di
masyarakat;
5) Merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah dan
mencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
b. Penilaian Berbasis Portofolio
Portofolio penilaian (Assessement) merupakan kumpulan fakta/bukti berupa
dokumen yang berisi tugas-tugas yang terorganisir secara sistematis dari peserta
didik secara individual.Secara terperinci berupa kumpulan catatan pribadi/individu
yang berisi refleksi pengalaman belajar, seperti kegiatan peserta didik di dalam dan
di luar kelas, kegiatan peserta didik sehari-hari yang berkaitan dengan pelajaran,
membaca, menulis (segala sesuatu yang berkaitan dengan pelajaran), uneg-uneg
peserta didik yang berkaitan dengan pelajaran, peristiwa yang dialami peserta didik
berkaitan dengan pelajaran, prestasi peserta didik berkaitan dengan pelajaran,
tanggapan guru dan sebagainya.Selain itu juga diartikan sebagai koleksi sistematis
dari peserta didik dan guru untuk menguji proses dan prestasi belajar.
Portofolio sebagai penilaian merupakan perantara penilaian oleh siswa dan
guru yang menggambarkan aktifitas dan proses yaitu mendorong siswa untuk
berdialog, merencanakan tujuan, bekerja sama, memilih, membandingkan, berbagi
pengetahuan, memper-timbangkan/merenungi, dan membuat keputusan.Dengan
demikian portofolio penilaian merupakan pembelajaran praktek (melakukan) yang
mendorong adanya interaksi antar siswa, antara siswa dan guru, dan antara siswa
dengan masyarakat dan alam sekitarnya.
Adapun contoh format portofolio penilaian untuk siswa dan guru adalah
82
82 sebagai berikut.
FORMAT PORTOFOLIO PENILAIAN
NAMA : ...................................................
KELAS : ...........
NOMOR : ........... NILAI AKHIR :
ALAMAT : ...................................................
3 dst
Catatan : Format yang dibuat hanya sebagai contoh, guru bersama siswa dapat membuat sesuai dengan situasi, kondisi, dan kemampuan serta
lingkungan belajarnya.
82
2. Pengintegrasian Nilai-nilai Antikorupsi dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Pengintegrasian nilai-nilai antikorupsi pada kegiatan ekstrakurikuler disesuaikan
dan mendukung visi dan misi sekolah serta membantu memperkuat branding sekolah
dan evaluasi terhadap peraturan sekolah.Selain itu kegiatan ekstrakurikuler juga harus
mendukung kompetensi abad 21 yakni Kritis dalam berpikir, Kreatif, Komunikatif, dan
Kolaboratif.Jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler disesuaikan dengan minat dan bakat
peserta didik yang dilakukan di bawah bimbingan guru atau pelatih dengan melibatkan
orang tua dan masyarakat.Contoh kegiatan ekstrakurikuler adalah Kegiatan Keagamaan,
Kegiatan Praktik Kantin Kejujuran, Pramuka, OSIS, Palang Merah Remaja (PMR),
Paskibra, Kesenian, Bahasa dan Sastra, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Jurnalistik,
Olahraga, dsb.
Pelaksanaan kegiatan seperti tersebut di atas, mulai dari rencana, program kerja,
anggaran, keputusan rapat, pelaksanaan kegiatan, dan hasil kegiatannya ditulis dalam
jurnal kegiatan individual pengurus atau panitia yang sewaktu-waktu dapat dicek oleh
siapapun dan diumumkan secara tertulis dan terbuka di Papan Informasi
Kegiatan.Tujuannya agar dapat dibaca oleh seluruh warga sekolah.Untuk itulah perlu
ditumbuhkan rasa dedikasi, kejujuran, keikhlasan, rasa pengabdian, demokratis, dan
objektif dalam setiap pribadi anggota serta pengurus organisasi kesiswaan.
86
Pramuka dan Paskibra dapat membelajarkan dan
Mengimplementasikan Nilai-nilai Antikorupsi
(Sumber: Kemdikbud, 2016:10)
87
BAB V
PENUTUP
88
DAFTAR PUSTAKA
Bahri Tamrin, 2008. Modul Pendidikan Antikorupsi untuk kelas 3 SMP/MTs, Jakarta: Penerbit:
KPK 2008;
Fajar, Arnie, 2003, Pengembangan Sikap Nasionalisme Melalui Pendekatan Sain Teknologi
Masyarakat pada SMA Negeri 8 di Kota Bandung- Jawa Barat (Tesis);
Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006, Memahami untuk Membasmi: Buku Saku untuk
Memahami Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi;
Laila, Najmu, 2009, Pemikir Penggerak, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia;
Lickona, Thomas, 1991, Educating for Character How Our Schools Can Teach Respect and
Responsibility, New York: Bantam Books.
Lukman Surya Saputra dan Wahyu Nugroho (konstributor naskah) Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. SMP/MTs Kelas IX --
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan , 2013.Hak Cipta © 2013 pada
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia tahun 1945 setelah di
amandemen;
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan;
Republik Indonesia, PERPU Nomor 1 Tahun 1999 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia;
Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan
Jangka Menengah Tahun 2012-2014 (Stranas PPK);
Republik Indonesia, Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2013 tentang Aksi Percepatan
Pemberantasan Korupsi;
89
Republik Indonesia, Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Tahun 2014;
Republik Indonesia, Permendikbud Nomor 71 Tahun 2013 Tentang Buku Teks Pelajaran dan
Buku Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan Menengah;
Republik indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, beserta
salinannya;
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014
tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah;
Situmorang, Frederick (29 January 2013). "‘Wawasan nusantara’ vs UNCLOS". Jakarta Post
(Jakarta). Diakses tanggal 30 September 2015.
Von Aleman, Ulrich, 2004. The unknown depths of political theory: the case for a
multideimensional concept of corruption. Crime, Law & Social Change (42). 25-34.
http://asagenerasiku.blogspot.co.id/ 2012/04/lem-baga-lembaga-negara-fungsi-dan.html)
http://info-83.blogspot.com/2011/11/integrasi-nasional.html
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20101111180256AAabvMy
www.korem161.mil.id
https://delviadelvi.wordpress.com/2010/04/14/pentingnya-pengaktualisasian-wawasan-
nusantara-dalam-membangun-ketahanan-nasional/)
90