Askep Gerontik Siti Rahmawati 22020121210081
Askep Gerontik Siti Rahmawati 22020121210081
S DENGAN MASALAH
POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF DI RUANG GERIATRI DASAR RSUP DR.
KARIADI SEMARANG
Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Gerontik
Pembimbing Akademik :
Nur Setiawati Dewi, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom, Ph.D
Pembimbing Klinik :
Ns. Ricka Sulistyowati, S.Kep
Disusun Oleh :
Siti Rahmawati 22020121210081
Siti Rahmawati
NIM. 22020121210028
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses penuaan merupakan proses normal yang dialami manusia, dan
secara alamiah berlangsung secara terus menerus, dimulai sejak manusia lahir
bahkan sebelumnya. Penuaan akan menimbulkan penurunan tubuh baik secara
fisik maupun fungsional, yang ditandai dengan menurunnya fungsi sistem tubuh
yang dapat menimbulkan berbagai gangguan penyakit seperti terjadinya penyakit
kanker pada lansia. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada
umur klien dan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi
yang dialami sehingga dapat berpengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan
psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada activity of daily living
(Fatmah, 2010)
Kanker atau karsinoma merupakan istilah untuk pertumbuhan sel
abnormal dengan kecepatan pertumbuhan melebihi normal dan tidak terkontrol.
Sel abnormal ini dapat menyebar ke daerah tubuh lainnya dan bila penyebaran sel
abnormal ini tidak terkontrol akan menyebabkan kematian. Kanker termasuk
penyebab utama morbiditas dan mortilitas di dunia. Menurut World Cancer
Report 2014, terdapat 8,2 juta kanker yang mengakibatkan mortalitas pada tahun
2012. Enam macam kanker yang paling sering menimbulkan mortalitas, yaitu
kanker paru (1,59 juta), kanker hepar (745.000), kanker lambung (723.000),
kanker kolorektal (694.000), kanker payudara (521.000), dan kanker esofagus
(400.000) (World Health Organization, 2014).
Kanker dapat disebabkan banyak faktor, baik dari dalam tubuh, contohnya
mutasi genetik yang diturunkan, hormon, dan kondisi sistem imun; maupun luar
tubuh, contohnya tembakau, organisme infeksius / patogen, dan diet yang tidak
sehat. Faktor – faktor ini dapat menyebabkan kanker secara bersamaan atau
secara berurutan. (American Cancer Society, 2015) Esofagus yang merupakan
organ pencernaan terletak di leher dapat terganggu fungsinya akibat kanker
nasofaring yang telah mengalami metastasis membentuk benjolan dileher yang
semakin membesar dan menekan esofagus serta dapat mengakibatkan kesulitan
menelan (disfagia), sehingga mempengaruhi asupan makan secara oral menjadi
defisit secara tidak langsung dapat mempengaruhi status gizi. Belum
mendapatkan penanganan yang tepat dan dibiarkan secara berkelanjutan hal
tersebut dapat mengakibatkan kematian. Penyakit kanker dapat menyebabkan
dampak bagi status gizi tidak hanya sel kanker yang mengambil zat gizi dari
tubuh pasien, tapi pengobatan dan akibat fisiologis dari kanker dimana dapat
mengganggu dalam mempertahankan status gizi. Sekitar 70% dari individu
dengan kanker mengalami tidak suka terhadap makanan tertentu karena
perubahan pengecapan terhadap beberapa komponen bau dan rasa akibat dampak
dari terapi pengobatan kanker.
Satu diantara 10 kanker tersering dan kanker ke-6 yang menyebabkan
kematian pada skala seluruh dunia adalah kanker esofagus. Kanker ini merupakan
keganasan ke-3 pada gastrointestinal setelah kanker gaster- kolorektal dan kanker
hepatoseluler. Kanker esophagus menunjukkan gambaran epidemiologi yang unik
berbeda dengan keganasan lain. kanker esophagus memiliki variasi angka
kejadian secara geografis berkisar dari 3 per 100.000 penduduk di Negara barat
samapai 140 kejadian per 100.000 penduduk di asia tengah. Kanker esofagus
adalah salah satu tumor dengan tingkat keganasan tinggi, prognosisnya buruk,
walaupun sudah dilakuakn diagnosis dini dan penatalaksanaan. Kanker
esophagus juga merupakan salah satu kanker dengan tingkat kesembuhan
terendah, dengan 5 year survival rata-rata kira-kira 10 %, survival rates ini
terburuk setelah kanker hepatobilier dan kanker pancreas.
Gejala yang khas pada tumor kanker adalah batuk, hemoptisis, dada terasa
penuh dan nyeri, dispnea pernafasan lebih dari 26 kali permenit, demam dan
gejala non spesifik (Somantri, 2008) Bukti-bukti menunjukkan bahwa tumor
cenderung untuk timbul di tempat pada jaringan parut sebelumnya (tuberkolosis,
fibrosi). Kebanyakan pada tumor paru dapat mengakibatkan adanya obstruksi dan
penumpukan cairan pada stadium lanjut.
Maka hal ini dapat mempengaruhi proses pernafasan terapi oksigen
maupun terapi nebulizer yang diberikan kepada pasien yang mengalami
gangguan pada ventilasi di seluruh lapang paru, pasien dengan gangguan
pertukaran gas, serta mereka yang mengalami gagal jantung dan membutuhkan
oksigen untuk menghindari terjadinya hipoksia. Gangguan fungsi pernafasan
salah satunya adalah gangguan pola nafas yang mengacu pada frekuensi, volume,
irama dan usaha pernafasan. Perubahan pola nafas yang umum terjadi adalah
takipnea, hiperventilasi, dispnea, orthopnea, apnea. (Mubarak, 2008) Kondisi
yang ditemukan dilapangan menunjukkan bahwa pasien mengalami dispnea,
penggunaan otot bantu pernafasan dan hiperventilasi yang harus diberi
pertolongan segera.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan secara holistik sesuai dengan masalah
yang dihadapi lansia Ny. S di ruang geriatri dasar RSUP Dr. Kariadi
Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memaparkan hasil pengkajian pada lansia dengan masalah
keperawatan utama pola napas tidak efektif.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan hasil
pengkajian.
c. Mampu menentukan prioritas masalah bersama dengan klien.
d. Mampu menyusun rencana intervensi sesuai dengan hasil diagnosa yang
telah dirumuskan.
e. Mampu melakukan implementasi sesuai dengan rencana intervensi.
f. Mampu mengevaluasi intervensi yang telah dilakukan secara formatif dan
sumatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Definisi
Menurut World Health Organisation (WHO) kelompok usia
dikategorikan menjadi empat kelompok, antara lain : usia 45-59 merupakan
kelompok usia pertengahan (middle/young elderly), usia 60-70 merupakan
kelompok lanjut usia (elderly), usia 75-90 merupakan kelompok usia tua, dan
usia di atas 90 tahun merupakan kelompok usia sangat tua. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Sedangkan menurut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2020), lansia atau lanjut usia
adalah penduduk yang berusia 60 tahun atau lebih, baik itu pria maupun
wanita.
2. Perubahan Anatomi-Fisiologi pada Lansia
Seiring terjadinya proses penuaan, fungsi-fungsi anatomi-fisiologi
pada lansia turut mengalami perubahan. Berikut beberapa perubahan yang
terjadi pada lansia.
a. Sistem Integumen
Lansia sangat rentan terjadi gangguan pigmentasi kulit akibat dari
perubahan distribusi melani sehingga kulit pada lanjut usia cenderung
mengalami kehilangan elastisitasnya yang mengakibatkan lansia
mempunyai lipatan kulit atau keriput. Penurunan hormon androgen juga
menyebabkan menurunnya fungsi kelenjar keringat yang mengakibatkan
kulit menjadi kering.
b. Sistem Muskuloskeletal
Semakin bertambahnya usia maka semakin terjadi penurunan massa
tulang yang disebabkan oleh kurangnya aktivitas pada osteoblas.
Pengurangan ini dapat terlihat jelas pada wanita pasca menopause. Pada
sinofial sendi terjadi perubahan permukaan sendi dan erosi tulang rawan
hialin sehingga perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya
penurunan elastisitas sendi sehingga sendi menjadi kaku.
c. Sistem Kardiovaskuler
Pertambahan usia akan mengakibatkan penambahan masa jantung
sehingga dapat memungkin terjadinya hipertropi, selain itu pertambahan
usia maupun proses penuaan juga dapat menyebabkan terjadinya
penurunan elastisitas pada dinding aorta.
d. Sistem Pencernaan
Atrofi pada lambung menyebabkan daya tampung lambung berkurang.
Sekresi lambung juga ikut berkurang sehingga lansia cenderung tidak
sering mengalami sensasi lapar. Penurunan ukuran usus menyebabkan
proses absorbsi menjadi lebih lambat.
e. Sistem Perkemihan
Semakin bertambahnya usia semakin menurun pula kadar renin
sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Penurunan massa dan fungsi
ginjal menyebabkan penurunan pembuangan sisa metabolisme. Kontraksi
otot kandung kemih yang sudah tidak teratur menyebabkan terjadinya
inkontinensia.
3. Karakteristik Masalah Kesehatan pada Lansia
Beberapa karakteristik penyakit yang sering muncul pada lansia, antara lain
Kurang bergerak, mudah jatuh, beser BAB/BAK, gangguan intelektual/
demensia, infeksi, gangguan pendengaran, penglihatan dan penciuman, isolasi,
depresi, malnutrisi, kemiskinan, menderita penyakit pengaruh obat-obatan,
sulit tidur, penurunan sistem kekebalan tubuh, gangguan seksual, sulit buang
air besar. Selain itu dapat juga multipatologis, yaitu penyakit yang dialami
lansia saling berhubungan satu sama lain, degenerative, gejala seringkali
samar, masalah psikis dan sosial ikut mempengaruhi masalah fisik, dan
iatrogenik.
B. CA Esofagus
1. Definisi
Kanker oesofagus merupakan keganasan yang terjadi pada esofagus.
Keganasan yang paling sering menyerang adalah jenis karsinoma epidermoid.
Sedangkan jenis lainnya leomiosarkoma, fibrosarkoma, atau melanoma
malignum tapi sangat tapi sangat jarang terjadi.
2. Etiologi
Timbulnya karsinoma esopagus dihubungkan dengan faktor diit,
minum alkohol, dan merokok serta diduga berhubungan dengan penyakit
sebelumnya. Esofagitis menahun karena rangsangan bahan kimia dan akalasia
yang merupakan faktor risiko tertinggi.
3. Klasifikasi
Kanker esofagus dibagi berdasarkan jenis sel yang terlibat. Mengetahui
jenis kanker esofagus yang dimiliki membantu menentukan pilihan perawatan
yang harus dijalani. Jenis kanker esofagus antara lain:
a) Adenocarcinoma dimulai dari sel kelenjar penghasil lendir di dalam
esofagus. Adenocarcinoma terjadi paling sering pada bagian bawah
esofagus.
b) Squamous cell carcinoma. Kanker ini rata dan tipis di permukaan
esofagus. Squamous cell carcinoma sering terjadi di bagian tengah
esofagus. Squamous cell carcinoma adalah kanker esofagus yang umum
di seluruh dunia. Jenis langka lainnya. Kanker esofagus langka antaralain
choriocarcinoma, lymphoma, melanoma, sarcoma dan kanker sel kecil.
4. Anatomi Fisiologi
Esofagus merupakan salah satu organ silindris berongga dengan
panjang sekitar 25 cm dan berdiameter 2 cm, terbentang dari hipofaring
sampai cardia lambung, kira-kira 2-3 cm di bawah diafragma. Esofagus
terletak posterior terhadap jantung dan trakea, anterior terhadap terhadap
vertebra dan berjalan melalui lubang diafragma tepat anterior terhadap aorta.
Pada kedua ujung esofagus, terdapat otot-otot spingter, diantaranya :
1) Krikifaringeal Membentuk sfingter esofagus bagian atas dan terdiri atas
serabut-serabut otot rangka. Dalam keadaan normal berada dalam keadaan
tonik, atau kontraksi kecuali waktu au kontraksi kecuali waktu menelan.
2) Sfingter Esofagus bagian bawah Bertindak sebagai sfingter dan berperan
sebagai sawar terhadap refluks isi lambung ke dalam esofagus. Dalam
keadaan normal, sfingter ini dalam esofagus. Dalam keadaan normal,
sfingter ini menutup kecuali bila makanan menutup kecuali bila makanan
masuk ke dalam lambung atau waktu bertahak atau muntah. masuk ke
dalam lambung atau waktu bertahak atau muntah. Dinding esofagus terdiri
dari 4 lapisan, Dinding esofagus terdiri dari 4 lapisan, yaitu :
a) Mukosa Terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang
berlanjut ke faring bagian atas, dalam keadaan normal bersifat alkali
dan tidak tahan terhadap isi lambung yang sangat asam.
b) Sub Mukosa Mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mukus
yang dapat mempermudah jalannya makanan sewaktu menelan dan
melindungi mukosa dari mempermudah jalannya makanan sewaktu
menelan dan melindungi mukosa dari cedera akibat zat kimia.
c) Muskularis Otot bagian esofagus, merupakan otot rangka. Sedangkan
otot pada separuh kan otot pada separuh bagian bawah merupakan
otot polos, bagian yang diantaranya terdiri dari campuran antara otot
rangka dan otot polos.
d) Lapisan bagian luar (Serosa)) Terdiri dari jaringan ikat yang jarang
menghubungkan esofagus dengan struktur- struktur yang berdekatan,
tidak adanya serosa mengakibatkan penyebaran sel-sel tumor lebih
cepat (bila ada kanker esofagus)) dan kemungkinan bocor setelah
operasi lebih besar.
5. Faktor Resiko
Tidak jelas apa yang menyebabkan kanker esofagus. Kanker esofagus
terjadi ketika sel di dalam esofagus terjadi kesalahan pada DNA nya.
Kesalahan ini membuat kanker tumbuh dan berkembang tidak terkendalikan.
Akumulasi sel yang tidak normal ini membentuk tumor didalam esofagus
yang dapat tumbuh untuk menyerang jaringan terdekat dan menyebar ke
bagian tubuh lainnya. Iritasi kronis dianggap berkontribusi pada perubahan
DNA yang menyebabkan kanker esofagus. Faktor yang menyebabkan iritasi
pada sel di dalam esofagus dan meningkatkan risiko kanker esofagus antara
lain:
Alkohol.
Cairan empedu yang naik.
Mengunyah tembakau.
Sulit menelan yang disebabkan achlasia.
Minum cairan yang terlau panas.
Kurang makanan buah dan sayuran.
Makan makanan awetan.
Gastroesophageal reflux disease (GERD)
Obesitas
Perubahan sel pra kanker pada esofagus (Barret’s esophagus)
Pengobatan radiasi pada dada atau perut bagian atas.
Merokok.
6. Manifestasi Klinis
Tanda gejala kanker esofagus antara lain :
a) Sulit menelan
b) Hilang berat badan secara tiba tiba
c) Nyeri pada dada
d) Lelah
e) Ulsertiva esofagus tahap lanjut
f) Disfagia, awalnya dengan makanan padat dan akhirnya dengan cairan
g) Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan
h) Nyeri atau begah substernal, regurgitasi makanan yang tak tercerna
dengan bau napas dan akhirnya cegukan
i) Mungkin terjadi hemoragi dan kehilangan berat badan dan kekuatan
secara progresif akibat kelaparan. Pada tahap awal, kanker ini sering
tanpa tanda atau gejala.
7. Patofisiologi dan manifestasi klinik
Biasanya pasien mengalami lesi ulserasi esofagus yang luas sebelum
gejala timbul. Malignasi, biasanya sel squamosa tipe epidermoid, menyebar
dibawah mukosa esofagus, atau dapat menyebar langsung kedalamnya,
melalui dan diatas lapisan otot ke limfatik. Pada tahap lanjut, obstruksi
esofagus terlihat, dengan kemungkinan peforasi mediastinum dan erosi
pembuluh darah besar.
Bila gejala terjadi yang berhubungan dengan kanker esofagus penyakit
ini secara umum meluas. Gejala termasuk disfagia, pada awalnya dengan
makanan padat dan akhirnya dengan akhirnya dengan cairan; perasaan ada
massa di tenggorokan; nyeri saat menelan; nyeri substernal atau rasa penuh;
dan kemudian regurgutasi makanan yang tidak dicerna disertai bau nafas
busuk dan cegukan. Pasien pada awalnya hanya makanan padat yang
menyebabkan distres, tetapi dengan berkembangnya penyakit dan obsrtuksi
cairan tidak dapat masuk ke lambung. Regurgitasi makanan dan saliva terjadi
hemoragi dapat terjadi dan penurunan progresif berat badan dan makanan dan
saliva terjadi hemoragi dapt terjadi dan penurunan progresif berat badan dan
kekuatan terjadi sebagai akibat kelaparan. Gejala selanjutnya mencakup nyeri
substernal, cegukan dan kesulitan bernafas.
8. Pemeriksaan penunjang
Diagnostik dipastikan dengan esofagogastroduodenosopi (EGD)
dengan biopsi. Bronkoskopi biasanya dilakukan pada tumor dengan sepertiga
tengah dan atas esopagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan
untuk membantu dalam menentukan apakah lesi dapat diangkat.
Mediastenoskopi digunakan untuk menentukan apakah kanker telah
menyebar ke nodus dan struktur mediastinal lain. Kanker esopagus ujung
bawah mungkin berhubungan dengan adenokarsinoma lambung yang meluas
ke atas esofagus.
9. Penanganan
Bila kanker tersebut ditemukan pada tahap awal, sasaran pengobaan
dapat diarahkan pada pengobatan, namun kanker sering ditemukan pada tahap
akhir, yang membuat paliasi merupakan satu-satunya tujuan yang harus
diterima. Pengobatan dapat mencakup pembedahan.
Standar penatalaksanaan bedah mencakup reseksi total esofagus
dengan pengangkatan tumor dan margin luas bebas tumor dan esofagus dan
nodus limfa area. Tumor esofagus torakal bawah lebih mungkin dilakukan
pembedahan daripada dilkalisasikan lebih tinggi pada esofagus dan integritas
saluran GI dipertahankandengan menanam esofagus bawah ke dalam
lambung.
Reseksi bedah esofagus mempinyai angka mortalitas relatif tingiakibat
infeksi, komplikasi paru, dan kebocoran melalui anastomisis. Pada pasca
operasi pasien akan dipasang selang nasogastrik yang tidak boleh
dimanipulasi. Pasien dipertahankan puasa sampai pemeriksan sinar X
memastikan bahwa anastomisis aman dan tidak bocor.
Penggunaan terapi radiasi baik sendiri maupun ada hubunganya
dengan bedah praoperasi dan pasca operasi, mungkin merupakan pilihan
pengobatan. Pengunaan kemoterapi dikombinasi dengan radiasi atau
pembedahan juga sedang diteliti. Pengobatan paliatif mungkin perlu
mempertahankan esofagus tetap terbuka dan untuk membantu memberi
nutrisi dan mengontrol saliva. Paliasi dapat diselesaikan dengan dilatasi
esofagus, terapi laser, penempatan endoprotesis, radiasi dan kemoterapi.
Karena metode ideal pengobatan kanker esofagus belum ditemukan, setiap
pasien diobati dengan mengunakan rencana perawatan individual. Tidak
semua kanker esofagus dapat dicegah, tetapi risikonya dapat diturunkan
dengan melakukan hal-hal seperti menghindari penggunaan tembakau dan
alkohol, pola makan sehat dan mempertahankan berat badan yang sehat,
melakukan aktivitas fisik secara rutin, dan mengobati penyakit GERD.
C. Pola Napas Tidak Efektif
1. Definisi
Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi adekuat. Kejadian pola naps tidak efektif dapat dijumpai
pada pasien anak sampai lansia. Keefektifan jalan napas sangat dipengaruhi
oleh keadaan sistem kesehatan paru. Beberapa kelainan sistem pernapasan
seperti obstruksi jalan napas, atau keadaan yang dapat mengakibatkan
obstruksi jalan napas, infeksi jalan napas, serta gangguan gangguan lain yang
dapat menghambat pertukaran gas, empisema dan bronchitis kronis. Hal ini
perlu diantisipasi dan ditangani dengan baik agar tidak terjadi kegawatan.
Pola nafas tidak efektif adalah suatu keadaan ketidakmampuan proses
pernafasan inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi yang
adekuat (PPNI, 2017). Pola nafas tidak efektif adalah keadaan ketika seorang
individu mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang
berhubungan dengan perubahan pola pernafasan (Carpenito, Lynda Juall,
2013).
2. Etiologi
Beberapa macam penyebab yang dapat menimbulkan munculnya
masalah keperawatan pola nafas tidak efektif antara lain (PPNI, 2017): depresi
pusat pernafasan, hambatan upaya nafas (misalnya: nyeri pada saat bernafas,
kelemahan otot pernafasan), deformitas dinding dada, deformitas tulang dada,
gangguan neuromuskular, gangguan neurologis (misalnya: cedera kepala,
elektroensefalogram EEG, gangguan kejang), imaturitas neurologis,
penurunan energi, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru,
sindrom hipoventilasi, kerusakan inervasi diafragma (kerusakan syaraf C5
keatas), cedera pada medula spinalis, efek agen farmakologis, dan kecemasan.
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang tampak pada pola nafas tidak efektif secara
mayor adalah penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekpsirasi yang
memanjang, dan pola napas abnormal. Pola napas abnormal adalah keadaan
dimana terjadinya perubahan frekuensi napas, perubahan dalamnya inspirasi,
perubahan irama nafas, rasio antara durasi inspirasi dan durasi ekspirasi
(Djojodibroto, 2014). Sedangkan yang menjadi data minor pada pola nafas
tidak efektif yaitu pernafasan pursed-lip, pernafasan cuping hidung, diameter
thorak anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital
menurun, tekanan ekspirasi dan pinspirasi menurun dan ekskursi dada
berubah. Adanya suara nafas yang tidak normal juga menjadi salah satu tanda
dan gejala dari pola nafas tidak efektif. Suara nafas normal ditandai dengan:
a) Suara nafas vesikuler memiliki nada yang rendah, terdengar lebih panjang
pada fase inspirasi daripada ekspirasi dan kedua fase bersambung. Suara
nafas vesikuler pada kedua paru normal akan meningkat pada anak, orang
kurus dan pada latihan jasmani, apabila salah satu meningkat berarti ada
kelainan pada salah satu paru. Suara vesikuler melemah kemungkinan
ditemukan adanya cairan, udara, jaringan padat pada rongga pleura dan
kondisi patologi paru.
b) Suara nafas bronkial memiliki nada tinggi dengan fase ekspirasi lebih
lama dari inspirasi dan terputus. Sedangkan kombinasi suara nada tinggi
dengan inspirasi dan ekspirasi yang jelas dan tidak ada silent gap
dinamakan bronkovesikuler
Suara nafas abnormal antara lain:
a) Stridor Suara yang terdengar kontinyu (tidak terputus putus), bernada
tinggi yang terjadi baik pada waktu inspirasi maupun pada waktu
ekspirasi, akan terdengar tanpa menggunakan alat statoskop, biasanya
bunyi ditemukan pada saluran nafas atas (laring) atau trakea, disebabkan
adanya penyempitan pada saluran nafas tersebut. Pada orang dewasa,
kondisi ni mengarahkan pada dugaan adanya oedema laring, tumor laring,
kelumpuhan pita suara, stenosis laring yang umumnya disebabkan oleh
tindakan trakheostomi atau dapat pula akibat endotrakeal.
b) Crackles Bunyi yang berlainan, non kontinyu akibat penundaan
pembukaan kembali jalan nafas yang menutup. Terdengar pada saat
inspirasi.
c) Wheezing (mengi) Bunyi seperti bersiul, kontinyu yang durasinya lebih
lama daripada crackles. Terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, secara
klinis lebih jelas pada saat melakukan ekspirasi. Penyebabnya adalah udara
melewati jalan nafas yang menyempit atau tersumbat sebagian. Bisa
dihilangkan dengan cara batuk. Dengan karakter suara nyaring, suara terus
menerus yang berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang
menyempit (seperti pada asma dan bronkitis kronik). Wheezing dapat
terjadi karena perubahan temperatur, alergi, latihan jasmani dan iritasi
pada bronkus.
d) Ronchi Merupakan bunyi gaduh yang dalam (ngorok). Terdengar sewaktu
ekspirasi. Penyebabnya adanya gerakan udara melewati jalan nafas yang
menyempit akibat terjadi obstruksi nafas akibat sekresi, tumor atau oedem
e) Pleural friction rub Suara yang timbul akibat terjadinya peradangan pada
pleura sehingga permukaan pleura menjadi kasar. Karakter suara kasar,
berciut, disertai keluhan nyeri pleura. Terdengar pada akhir inspirasi dan
permulaan ekspirasi. Tidak dapat dihilangkan dengan dibatukkan.
Terdengar jelas pada permukaan anteriorlateral bawah thoraks. Terdengar
seperti bunyi gesekan jari tangan dengan kuat dekat telinga. Bunyi ini
dapat menghilang pada waktu nafas ditahan. Sering didapatkan pada
pneumonia, infark paru dan tuberkulosis.
f) Gargling Suara seperti berkumur, keadaan ini terjadi akibat obstruksi yang
disebabkan oleh cairan.
4. Patofisiologi
Adanya agen pencetus yang menyebabkan munculnya sekret yang
mengakibatkan obstruksi pada tracheobroncheal, adanya penurunan dan
ekspansi paru serta proses inflamasi maka akan menyebabkan adanya
kesulitan pada saat bernafas yang ditandai dengan perubahan kedalaman dan
atau kecepatan pernafasan, gangguan perkembangan pada rongga dada, bunyi
nafas yang tidak normal dan adanya batuk dengan atau tanpa adanya sputum.
5. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pola nafas tidak efektif
antara lain (Bararah &Jauhar, 2013):
1) Hipoksemia Keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam
darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah normal (normal
PaO2 85-100 mmHg, SaO2 95%). Keadaan ini didebabkan oleh karena
gangguan ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt) atau berada pada tepat
yang kurang oksigen. Pada keadaan hipoksemia, tubuh akan melakukan
kompensasi dengan cara meningkatkan pernafasan, meningkatkan stroke
volume, vasodilatasi pembuluh darah dan peningkatan nadi. Tanda dan
gejala hipoksemia adalah sesak nafas, frekuensi napas dapat mencapai 35
kali permenit, nadi cepat dan dangkal serta sianosis.
2) Hipoksia Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak
adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi
oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada
tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4 sampai 6 menit ventilasi
berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia antara lain: Menurunnya
hemoglobin, Berkurangnya kensentrasi oksigen, Ketidakmampuan
jaringan mengikat oksigen, Menurunnya perfusi jaringan seperti pada
syok, dan Kerusakan atau gangguan ventilasi. Tanda-tanda hipoksia
diantaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi,
nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam, sianosis, sesak nafas serta
jari rabuh (clubbing finger).
3) Gagal napas Keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi
kebutuhan oksigen karena penderita kehilangan kemampuan ventilasi
secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbondioksida
dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh adanya peningkatan
karbondioksida dan penurunan oksigen dalam darah secara signifikan.
Gagal nafas disebabkan oleh gangguan sistem syaraf pusat yang
mengontrol pernafasan, kelemahan neuromuskular, keracunan obat,
gangguan metabolisme, kelemahan otot pernafasan dan obstruksi jalan
napas.
4) Perubahan pola nafas Pada keadaan normal frekuensi pernafasan pada
orang dewasa adalah 16- 20 x/mnt. Pernafasan normal disebut dengan
eupneu, perubahan pola napas dapar berupa antara lain:
a. Dipsneu yaitu kesulitan bernafas
b. Apneu yaitu tidak bernafas atau berhenti bernafas
c. Takipneu yaitu pernafasan yang lebih cepat daripada pernafasan
normal
d. Bradipneu yaitu pernafasan lebih lambat daripada normal
e. Kussmaul yaitu pernafasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi
sama, sehingga pernafasan menjadi lambat dan dalam
f. Cheyne-stokes yaitu pernafasan cepat dan dalam kemudian berangsur
angsur dangkal dan diikuti periode apneu yang berulang secara
teratur.
g. Biot yaitu pernafasan dalam dan dangkal disertai masa apneu dengan
periode yang tidak teratur
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY K
A. Data umum
1. Nama Pasien : Ny. S
2. No RM : C893523
3. TTL/Usia : 31-12-1949
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Tanggal Masuk : 20 Oktober 2021
6. Ruang Rawat : R. Geriatri Dasar 6.4
B. Pemeriksaan Fisik Umum
1. Kesadaran : Composmentis
2. Kondisi Umum : Tampak Lemah
3. TTV
a. Tekanan Darah : 103/71
b. Nadi : 107 x/menit
c. Pernafasan : 28 x/menit
d. Suhu : 36,5 C
C. Dimensi Biofisik
a. Riwayat Penyakit
Ny S berkata “gak bisa makan mbak, kalau makan sakit
tenggorokane dan keluar lagi makanane, sampe kurus gini
soale gak makan” paling dulu sakite yo panas, pilek, watuk,
masuk angin, yo ngunu kui mbak”
f. Riwayat Operasi
Ny S berkata “jane dulu mau dioperasi mbak tapi gak
nduwe alate di rumah sakit daerah dadine besok katane
mau dioperasi disini katane mau dimasukke kamera ben
biso ngerti penyakite mbak ”
4) Kebutuhan Komunikasi
- Berbicara : Kurang lancar karena sesak
- Pembicaraan : Koheren
- Disorientasi : Tidak
- Menarik Diri : Tidak
- Apatis : Tidak
5) Kebutuhan Spiritual
- Ny S berkata “sholat 5 waktu mbak sama dzikir
terus mbak, semoga diberi kesembuhan”
- Ny S berkata “Nek sholat di kasur mbak soale susah
wong ndwe penyakit sama dibantu bapake nak mau
sholat”
6) Kebutuhan Istirahat
- Lama tidur : 5 Jam/hari (Frekuensi : 1-2x/hari)
- Tidak menggunakan obat tidur
7) Riwayat Alergi
Ny S berkata “Ndak punya alergi mbak”
8) Skrining Gizi
No Deskripsi Skor A Skor B Skor C
1 Perubahan Berat Badan, Bila
pasien/keluarga tidak tahu,
tanyakan: Tidak Ada, Ada,
- Perubahan ukuran pakaian ada lambat cepat
- Apakah terlihat lebih kurus
2 Asupan makan dan perubahan cukup menurun NGT
dalam 2 minggu terakhir
3 Gejala gastrointesinal minimal 1 Tidak Ada Ada
gejala:mual/muntah/diare/anoreksi ada Ringan Berat
4 Faktor Pemberat ( Skor B misal:
Infeksi, DM, Penyakit Jantung Tidak Ada Ada
Kongestif, Skor C: Colitis ada Ringan Berat
ulceratif, peritonitis, kanker,
multiple trauma)
5 Penurunan kapasistas fungsional Tidak Ada Ada
(gangguan menelan, menguyah, ada Ringan Berat
dll)
- Kategori status gizi : Malnutrisi Berat
9) Skrinning Nyeri
P : Nyeri terasa saat sehabis melakukan aktivitas berat
dan kurang tidur.
Q : Nyeri terasa
cekot-cekot
R : Bagian kepala
kanan
S : Skala nyeri 8
10) Skrinning Fungsional
KATZ
Aktivitas Mandiri Dibantu
Mandi √
Memakai pakaian √
Toileting √
Mobilitas √
Kontinensia √
Makan √
Dari hasil Indeks KATZ diatas didapatkan hasil bahwa Ny. S
mendapatkan skor G yaitu ketergantungan pada keenam fungsi
tersebut.
LAMPIRAN :
Pengkajian Status
Tidur Lansia PSQI
(Pittburgh Sleep Quality
Index )
No. Pertanyaan
1. Sekitar pukul berapa anda biasanya tidur di malam hari? (Pukul 20.00 WIB)
2. Berapa menit anda membutuhkan waktu untuk dapat tertidur di malam hari?
(10 menit)
3. Sekitar pukul berapa anda biasanya bangun tidur di pagi hari? (pukul 05.00
WIB)
4. Selama satu bulan terakhir, berapa jam anda tidur di malam hari? (9 jam)
5. Seberapa sering anda terjaga Tidak <1 kali 1 atau 2 3 kali
karena... pernah seminggu kali lebih
seminggu Dalam
seminggu
a. Tidak dapat tertidur √
dalam waktu 30 menit
b. Terbangun ditengah √
malam atau pagi-pagi
sekali
c. Terbangun karena √
ingin ke kamar mandi
d. Terganggu pernafasan √
e. Batuk/mendengkur √
terlalu keras
f. Merasa kedinginan √
g. Merasa kepanasan √
h. Mimpi buruk √
i. Merasa kesakitan √
j. Alasan lain : √
6. Seberapa sering anda √
mengkonsumsi obat untuk
membantu agar anda dapat
tertidur (resep/bebas)?
7. Berapa sering anda tidak √
dapat menahan kantuk ketika
bekerja, makan atau aktifitas
lainnya?
8. Berapa sering anda √
mengalami kesukaran
berkonsentrasi ke
pekerjaan?
Baik Baik Buruk Buruk
sekali sekali
9. Bagaimana anda menilai √
kualitas tidur anda sebulan
ini?
SKOR TOTAL 11 (kualitas tidur Kurang)
A. ANALISA DATA
Tanggal Data Fokus Diagnosa Keperawatan TTD
Senin, 25 DS : Pola Napas Tidak Efektif Siti
Oktober 2021 - Ny. S mengatakan “ Masih sesek napasnya” b.d Hambatan Upaya Rahmawati
Napas
DO :
- Ny. S terlihat napasnya tersenggal senggal
- Irama napas irreguler
- Saturasi Oksigen 86
DS : Defisit Nutrisi b.d Siti
- Ny. S mengatakan, “dulu sebelum kesini mau makan susah Ketidakmampuan Menelan Rahmawati
karena sakit tenggorokannya dan gak bisa masuk, makananya Makanan
mbalik lagi”
- Ny. S mengatakan “gak pernah makan badan jadi kurus
mbak”
DO :
- Ny. S terlihat lemas dan kurus
- Terpasang nutrisi parenteral melalui infus
DS : Nyeri Akut b.d Agen Siti
- Ny. S mengatakan “nyeri disini mbak” (sambil menunjuk Pencedera Fisik (prosedur Rahmawati
dada sebelah kanan) operasi)
- Ny. S mengatakan “nyerinya setelah operasi mbak kalau buat
Selasa, 26
napas susah”
Oktober 2021
DO :
- Ny. S terlihat meringis nyeri kesakitan
- Terlihat napasnya tidak teratur
- Saturasi oksigen naik turun
B. PRIORITAS MASALAH
Dx Keperawatan Prioritas Pembenaran TTD
Pola Napas Tidak Efektif High Urgency : Napas adalah kunci utama dalam kehidupan. Ny. S bernapas Siti Rahmawati
b.d Hambatan Upaya dengan cepat dan dangkal.
Napas
(D.0005) Dampak : Apabila tidak ada upaya untuk memperbaiki pola napas
maka dikemudian hari akan berisiko henti napas dan dampak
terburuknya adalah meninggal.
Intervensi : Fokus intervensi yang dilakukan untuk memperbaiki pola
napas dengan bantuan terapi oksigenasi, terapi nebulizer dan napas
dalam untuk membantu Ny. S agar dapat mempertahankan pola napas
dengan harapan Ny. S dapat bernapas kembali dengan normal.
Nyeri Akut b.d Agen Medium Urgency : Ny. S telah dilakukan EGD dan ditemukan adanya Siti Rahmawati
Pencedera Fisik (prosedur penyempitan jalan napas, sudah di lakukan operasi pelebaran oleh
operasi) dokter, setelah dilakukan operasi Ny. S merasakan nyeri ketika
bernapas.
(D.0077)
Dampak : Apabila Nyeri tidak teratasi maka akan berdampak pada
pola napas sehingga kesulitan dalam bernapas, serta akan berdampak
pada kondisi fisiknya.
17.30- Pola Napas Setelah dilakukan Pola Napas - Memberikan terapi S : Ny. S mengatakan kalau Siti
18.00 Tidak tindakan (L.01004) nebulizer, Melakukan bernapas nyerinya bertambah Rahmawati
WIB Efektif b.d keperawatan Frekuensi napas monitoring efek O : Ny. S terlihat sesak napas
Hambatan selama 3 x 7 jam dapat membaik samping obat dan sambil memegang nyeri dada
Upaya diharapkan pola dari skala 2 Mengindentifikasi kanan
Napas napas klien menjadi skala 4 kemungkinan alergi,
(D.0005) membaik Kedalaman interaksi dan
napas dapat kontraindikasi obat
membaik dari - Mengajarkan pasien
skala 2 menjadi dan keluarga tentang S : keluarga Ny. S mengatakan
4 cara pemakaian obat mbak aja yang melakukan terapi
O : keluarga Ny. S terlihat paham
ketika diberikan penjelasan
19.00- Nyeri Akut Setelah Kontrol Nyeri -Melakukan monitoring S : Ny. S mengatakan nyeri Siti
19.10 b.d Agen dilakukan (L.08063) terhadap terapi berkurang Rahmawati
WIB Pencedera tindakan Melaporkan nyeri komplementer yang O : Ny. S terlihat dapat mengatur
Fisik keperawatan terkontrol telah dilakukan napas dalam dengan baik
(prosedur selama 3 x 7 jam Kemampuan
operasi) diharapkan Nyeri mengenali
klien semakin penyebab nyeri
(D.0077) berkurang Kemampuan
menggunakan
teknik non-
farmakologis
Keluhan nyeri
menurun
Dukungan orang
terdekat
Rabu, Defisit Setelah Status Nutrisi - Mengidentifikasi S : Ny.S mengatakan tidak punya Siti
27 Nutrisi b.d dilakukan (L.03030) status nutrisi dan alergi dan tidak makan karena Rahmawati
Oktober Ketidakma tindakan Porsi makanan alergi sakit ketika menelan
2021 mpuan keperawatan yang dihabiskan O: Ny. S terpasang nutrisi
Menelan selama 3 x 7 jam meningkat parenteral
14.15- Makanan diharapkan Berat badan - Melakukan monitor S : Ny. S mengatakan berat badan
14.30 Nutrisi klien membaik berat badan menurun jadi kurus
WIB (D.0019) semakin O : Ny. S terlihat keadaan umum
Indeks massa
meningkat tubuh membaik Ny. S tampak lemah dan kurus
Berat Badan
(L.03018)
Berat badan
membaik
Tebal lipatan
kulit membaik
Indeks massa
tubuh membaik
Status Menelan
(L.06052)
Reflek menelan
meningkat
Penerimaan
makanan
membaik
Frekuensi
tersedak menurun
Usaha menelan
membaik
16.40 – Pola Napas Setelah Pola Napas - Memberikan terapi S : Ny. S mengatakan kalau Siti
17.00 Tidak dilakukan (L.01004) nebulizer , diberikan terapi nebulizer sesak Rahmawati
WIB Efektif b.d tindakan Frekuensi napas Melakukan napas berkurang
Hambatan keperawatan dapat membaik monitoring efek O : Ny. S terlihat dapat mengotrol
Upaya selama 3 x 7 jam dari skala 2 samping obat dan napas
Napas diharapkan pola menjadi skala 4 Mengindentifikasi
(D.0005) napas klien Kedalaman napas kemungkinan alergi,
membaik dapat membaik interaksi dan
dari skala 2 kontraindikasi obat
menjadi 4 - Mengajarkan pasien S : keluarga Ny. S mengatakan
dan keluarga tentang mbak aja yang melakukan terapi
Status neurologis cara pemakaian obat O : keluarga Ny. S terlihat paham
(L.06053) ketika diberikan penjelasan
Tekanan darah
sistolik dapat
membaik dari
skala 3 menjadi
skala 5
Frekuensi nadi
dapat membaik
dari skala 2
menjadi skala 4
Pola napas dapat
membaik dari
skala 2 menjadi
skala 4.
EVALUASI SUMATIF
Diagnosa TTD
Evaluasi Sumatif
Keperawatan
Pola Napas Tidak S: Ny. S mengatakan masih sesak napas Siti
Efektif b.d O: Ny. S terlihat sudah membaik dari sebelumnya Rahmawati
Hambatan Upaya A: Masalah teratasi sebagian
Napas P: lanjutkan intervensi dengan memberikan terapi nebulizer secara terprogram dan melatih
mengontrol napas dengan napas dalam agar oksigen yang telah di hirup dapat sampai
(D.0005) keparu paru dan tidak keluar lagi.
Nyeri Akut b.d Agen S: Ny. S mengatakan masih nyeri dibagian dada sebelah kanan Siti
Pencedera Fisik O: Ny.S terlihat masih merasakan nyeri Rahmawati
(prosedur operasi) A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi dengan melibatkan keluarga dalam melakukan suatu tindakan
(D.0077) seperti memberikan semangat dan tindakan kolaborasi pungsi untuk mengetahui cairan apa
yang ada didalam paru paru sehingga bisa dilakukan tindakan intervensi lebih lanjut
Defisit Nutrisi b.d S: Ny. S mengatakan merasa lebih kenyang karena diberikan susu lewat selang Siti
Ketidakmampuan O: Ny.S terlihat sudah terpasang nutrisi parenteral dan keadaan umum baik Rahmawati
Menelan Makanan A : masalah sudah teratasi
P : lanjutkan intervensi dengan memberikan nutrisi parenteral untuk menjaga keseimbangan
(D.0019) nutrisi dalam tubuh
RENCANA TINDAK LANJUT