Anda di halaman 1dari 37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

1. Bursa Efek Indonesia (BEI)

Bursa saham atau biasa disebut bursa efek merupakan sebuah pasar yang

berkaitan dengan penjualan dan pembelian efek dari perusahaan yang telah

terdaftar

pada bursa tersebut. Seringkali terdapat suatu lokasi yang menjadi pusat,

setidaknya

untuk catatan, namun kini perdagangan semakin sedikit apabila dikaitkan dengan

tempat seperti itu, karena bursa saham modern kini berkembang ke arah jaringan

elektronik yang akan memberikan keuntungan dari segi kecepatan dan biaya

transaksi. Bursa efek ini, bersama-sama dengan pasar uang merupakan sumber

utama permodalan eksternal, baik bagi perusahaan maupun pemerintah. Karena

bagi pihak-pihak yang bertransaksi tidak perlu saling tahu lawan transaksinya,

perdagangan pada bursa hanya dapat dilakukan oleh seorang anggota, yaitu sang

pialang saham.

Secara historis, pasar modal sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka.

Pasar modal disaat itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda guna

kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal di Indonesia

telah ada sejak ditahun 1912, namun pertumbuhan dan perkembangan pasar modal

tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan
pasar modal sempat mengalami kevakuman. Hal tersebut diebabkan oleh beberapa

faktor seperti

perpindahan kekuasaan dari pemerintah colonial Belanda kepada pemerintah

Republik Indonesia, perang dunia ke I dan II, dan berbagai kondisi yang

menyebabkan jalannya operasi dari bursa efek Indonesia tidak dapat berjalan

sebagaimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada

tahun 1977, dan seiring berjalannya waktu kemudian pasar modal mengalami

pertumbuhan dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan. Tahun 2007

menjadi titik penting dalam sejarah perkembangan Pasar Modal Indonesia, dengan

persetujuan dari para pemegang saham kedua bursa, Bursa Efek Surabaya (BES)

digabungkan ke dalam Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang kemudian dijadikan Bursa

Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX) yang bertujuan untuk

meningkatkan peran pasar modal dalam perekonomian Indonesia. Proses transaksi

permintaan dan penawaran yang terjadi dalam pasar-pasar saham didukung oleh

beberapa faktor yang sama halnya yang terjadi dalam setiap pasar bebas, di mana

juga memberi pengaruh terhadap harga saham.

Bursa Efek Indonesia berperan penting sebagai sarana untuk masyarakat

dalam berinvestasi, yang merupakan salah satu alternantif dalam penanaman

modal. Bagi perusahaan, BEI membantu perusahaan dalam memperoleh tambahan

modal melalui go public, yakni kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang

dilakukan oleh para emiten (perusahaan yang go public) kepada masyarakat


berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan

Pelaksanannya (Basir dan Fakhruddin, 2005 : 28).

Berikut ini merupakan visi dan misi dari Bursa Efek Indonesia yang

menjadi landasan operasionalnya, yakni:

a. Visi

“Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia”.

b. Misi

1) Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui

pemberdayaan anggota bursa dan partisipan, penciptaan nilai tambah,

efisiensi biaya serta penerapan good governance

2) Core Values = Teamwork, Integrity, Profesionalism, Service Excellence

3) Core Competencies = Building Trust, Integrity, Strive for Excellence,

Customer Focus

Bursa Efek Indonesia (BEI) atau disebut pasar modal merupakan tempat

diperdagangkannya instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun).

Adapun intrumen yang dapat diperdagangkan oleh pelaku pasar modal di Bursa

Efek adalah surat berharga yang disebut dengan nama efek. Surat berharga yang

diperdagangkan masing-masing memiliki karakter yuridis tersendiri yang diatur

oleh peraturan dan ketentuan berbeda-beda. Dilihat dari bentuknya, efek terbagi

menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut:

a. Saham

Saham merupakan tanda bukti kepemilikan suatu perusahaan di mana

pemiliknya dapat disebut sebagai pemegang saham (shareholder atau


stockholder). Suatu pihak dapat dikatakan sebagai pemegang saham ditandai

dengan bukti bahwa

pihak tersebut sudah tercatat sebagai pemegang saham dalam daftar pemegang

saham. Saham dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:

1) Saham preferen, merupakan jenis saham yang di mana terlebih dahulu

memiliki hal untuk memperoleh laba dan memiliki laba kumulatif. Hak

kumulatif merupakan hak untuk memperoleh laba yang tidak dibagikan

pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun

ketika mengalami keuntungan.

2) Saham biasa, merupakan jenis saham yang di mana akan menerima laba

setelah laba bagian saham preferen telah dibagikan. Menurut Ang (1997),

saham biasa (common stock) atau yang sering disebut sebagai saham

adalah surat berharga yang menjadi bukti penyertaan atau bukti pemilikan

individu maupun perusahaan atau suatu institusi yang sering diperjual-

belikan di bursa efek.

b. Obligasi

Obligasi merupakan surat utang jangka menengah–panjang yang dapat

dipindahtangankan. Isi dari obligasi berupa surat janji dari pihak yang telah

menerbitkan guna untuk mengharapkan imbalan dalam bentuk bunga pada periode

tertentu dan pelunasan pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada

pihak

pembeli obligasi tersebut.

c. Bukti right
Bukti right merupakan hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam

jangka waktu tertentu. Harga disini berarti harganya telah ditetapkan di muka dan

dapat pula disebut harga pelaksanaan atau harga tebusan (strike price atau exercise

price). Sementara jangka waktu tertentu diartikan sebagai masa kurun waktu

kurang dari enam bulan sejak penerbitan saham tersebut.

d. Bukti waran

Bukti waran merupakan hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam

jangka waktu tertentu. Waran dan right memiliki perbedaan, yakni jangka waktu

waran lebih lama ketimbang right. Jangka waktu umumnya dapat ditetapkan

setelah 6 bulan atau setelah 3 bulan 5 tahun atau 10 tahun.

Agar seseorang atau perusahaan dapat melakukan perdagangan efek, terlebih

dahulu yang harus dilakukan adalah melakukan pendaftaran untuk menjadi

member atau anggota bursa. Keanggotaan tersebut terdiri atas 3 kategori utama,

yaitu :

a. Melakukan transaksi untuk klien

1) Pialang komisi (commision broker): memiliki kontribusi 52%,

pekerjaannya dalam melangsungkan transaksi pembelian dan penjualan

saham serta obligasi sesuai permohonan klien.

2) Pialang obligasi (bond broker): memiliki kontribusi 2%, pekerjaannya

sebagai pialang komisi yang hanya melaksanakan transaksi obligasi untuk

para kliennya.

b. Melakukan transaksi untuk anggota lain.


1) Pialang independen (independent broker), yaitu memiliki kontribusi 10%,

pekerjaannya mengerjakan pesanan untuk pialang lain yang tidak bisa

mengerjakan akibat aktivitas pasar yang sangat tinggi.

2) Spesialis (specialist), yaitu memiliki kontribusi 29%, pekerjaannya

mencarikan jalan kehidupan pasar agar dapat terus menerus dan

melakukan transaksi odd-lot

c. Melakukan transaksi untuk diri sendiri.

Pedagang terdaftar (registered trader), yaitu memiliki kontribusi 4%,

pekerjaannya dalam menjual dan membeli efek untuk diri sendiri serta harus

menaati peraturan demi melindungi publik. Seluruh bentuk transaksi dilaksanakan

pada lantai bursa, yang dilakukan melalui proses lelang (auction process).

Tujuannya yaitu untuk memadati seluruh pesanan pembelian pada harga yang

paling murah dan juga memadati seluruh pesanan penjualan pada harga yang

paling mahal, sehingga pembeli ataupun penjual bisa memperoleh hasil yang

optimal. Pemberian informasi yang lebih lengkap tentang perkembangan bursa

kepada publik, Bursa Efek Indonesia menyebar pergerakan harga saham yang

dilakukan melalui media cetak dan media elektronik. Suatu indikator pergerakan

harga saham tersebut adalah indeks harga saham. Bursa Efek Indonesia

mempunyai beberapa jenis indeks, ditambah dengan 10 jenis indeks sektoral.

Indeks-indeks tersebut yaitu :

a. IHSG : menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen kalkulasi

Indeks.
b. Indeks Individual : merupakan indeks untuk masing-masing saham yang

didasarkan harga dasar.

c. Indeks LQ45 : menggunakan 45 saham terpilih setelah melalui beberapa

tahapan seleksi.

d. Indeks IDX30 : menggunakan 30 saham terpilih setelah melalui beberapa

tahapan seleksi.

e. Indeks Kompas100 : menggunakan 100 saham pilihan harian Kompas.

f. Indeks Sektoral : menggunakan semua saham yang masuk dalam sektor

yang sama.

g. Jakarta Islamic Index : menggunakan 30 saham terpilih yang termasuk

dalam Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK (Kini

OJK).

h. Indeks Bursa Syariah Indonesia (Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) :

menggunakan semua saham yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah

yang diterbitkan oleh Bapepam-LK (kini OJK).

i. Indeks Bisnis-27 : menggunakan 27 saham terpilih bekerja sama dengan

Harian Bisnis Indonesia.

j. Indeks Pefindo25 : menggunakan 25 saham terpilih bekerja sama dengan

Pefindo.

k. Indeks SRI-KEHATI : menggunakan 25 saham terpilih yang menerapkan

prinsip tata kelola yang baik dan kepedulian terhadap lingkungan,

bekerjasama dengan Yayasan KEHATI.


l. Indeks SMinfra18 : menggunakan 18 saham terpilih yang bergerak dalam

bidang infrastruktur dan penunjangnya, bekerja sama dengan PT Sarana

Multi Infrastruktur (Persero).

m. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan : indeks yang didasarkan

pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu kelompok Papan Utama

dan Papan Pengembangan.

2. Perusahaan Pertambangan

Pertambangan adalah kegiatan yang dimulai dari mencari, menemukan,

menambang, mengolah, hingga memasarkan bahan galian (mineral, batubara, dan

migas) yang bernilai ekonomis. Industri pertambangan dikenal luas sebagai

industri yang memiliki resiko yang tinggi sebagai usaha yang berkenaan dengan

sumberdaya alam yang tidak terbaharukan dan sebagai usaha yang

keekonomiannya lebih banyak ditentukan oleh pasar yang sifatnya sangat

musiman.

Indonesia adalah salah satu negara dengan potensi mineral dan bahan tambang

yang tinggi karena terletak di wilayah fenomena geologi “ring of fire”, yang

menjadi indikator bagi terdapatnya endapan-endapan mineral, khususnya

endapan-endapan hidrotermal. Potensi mineral Indonesia yang dinilai amat

menjanjikan,

dilihat dari panjangnya bentangan sistem busur magmatik negara indonesia, yang

dua kali lebih panjang dibandingkan dengan bentangan yang dimiliki oleh benua

Amerika Selatan sebagai salah satu wilayah penghasil bahan-bahan tambang

terbesar di dunia saat ini (15,000 km dibanding 6,250 km).


Dengan kondisi seperti itu indonesia telah menjadi produsen timah kedua terbesar

di dunia, eksportir batubara thermal ketiga terbesar di dunia, penghasil tembaga

ketiga terbesar di dunia dan berada pada urutan kelima dan ketujuh untuk masing

masing produksi nikel dan emas. Indonesia menjadi tuan rumah bagi

pertambangan kelas dunia, termasuk tambang tembaga dan emas Grasberg di Irian

Jaya, tambang tembaga Batu Hijau di Sumbawa, tambang Nikel di Inco Soroako,

Kaltim Prima Coal di KalTim dan penambangan Timah dari PT Timah di Bangka.

Sejak diundangkannya UU Pertambangan no. 11 tahun 1967 serta UU PMA no. 1

tahun 1967 selama kurun waktu lebih kurang tiga dasawarsa, sektor pertambangan

kita telah mengalami transformasi yang mengesankan. Industri pertambangan

Indonesia telah mengalami lompatan kemajuan yang meyakinkan.

Status negara Indonesia telah berubah dari suatu negara yang tidak berarti

menjadi salah satu negara penghasil barang tambang yang penting di dunia.

Produk yang dihasilkan dari industri pertambangan sangatlah beragam. Produk

tersebut dapat berupa: minyak bumi, gas bumi, batubara, timah, nikel, bauksit,

pasir besi, emas, perak, tembaga, batu granit, bahan galian golongan C (seperti:

kaolin, mangan, aspal, yodium, belerang, fosfat, asbes, pasir kwarsa, marmer, batu

gamping, feldspar, bentonit).

Perusahaan pertambangan merupakan salah satu sektor industri yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan industri pertambangan begitu pesat

saat ini dan akan semakin besar di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan

oleh potensi geologi indonesia yang sangat kaya akan bahan tambang.
Diawal tahun 1938, industri pertambangan mulai bermunculan dan mulai

tahun 80-an, industri pertambangan sudah mulai terdaftar di BEI.

a. Aktivitas Perusahaan Pertambangan

Kegiatan usaha pertambangan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

1) Prospeksi (Penyelidikan Umum)

Merupakan langkah pertama dalam usaha pertambangan. pada tahapan ini

kegiatan ditujukan untuk mencari dan menemukan endapan bahan galian

dan mempelajari keadaan geologi secara umum untuk daerah yang

bersangkutan berdasarkan data permukaan. Cara yang digunakan dalam

penyelidikan umum ini adalah mengikuti data atau petunjuk tentang

adanya suatu endapan bahan galian di suatu daerah, antara lain dengan

cara tracing float, geofisika, geokimia, bor tangan dan lain-lain.

2) Eksplorasi

Merupakan kegiatan lanjutan dari penyelidikan umum yang bertujuan

untuk

mendapatkan kepastian tentang endapan bahan galian tersebut, yaitu

mengenai:

a. Bentuk, ukuran serta letak atau kedudukan bahan galian.

b. Penentuan besar dan mutu (kadar) bahan galian.60

c. Sifat fisik dan kimia bahan galian.

d. Sifat fisik dan kimia batuan sekelilingnya,dan lain-lain.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam eksplorasi ini meliputi:


a. Penyelidikan geologi secara lebih teliti baik ke arah horizontal maupun

vertikal.

b. Melakukan pengambilan contoh secara sistematis dan lebih terinci (detail),

dengan cara melakukan pemboran inti (core drilling), membuat

terowongan buntu (adit) dan sumur uji (test pit).

3) Studi kelayakan

Tahap ini merupakan puncak dari serentetan penyelidikan awal sebelum usaha

pertambangan dimulai. studi kelayakan merupakan evauasi dan

perhitunganperhitungan untuk menentukan dapat tidaknya suatu endapan bahan

galian ditambang dengan menguntungkan berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan teknis dan ekonomis dengan mengingat keselamatan kerja serta

kelestarian lingkungan hidup.

Untuk tujuan tersebut perlu dilakukan pengamatan serta proyeksi-proyeksi

harga dan pemasaran untuk dapat memperkirakan harga pokok dan hasil

penjualan dikemudian hari. laporan yang telah dihasilkan harus dapat memberika

gambaran yang jelas tentang prospek endapan bahan galian tersebut bila

ditambang, untuk dapat mengambil keputusan serta mengambil langkah-langkah

selanjutnya.

4) Persiapan penambangan (Development)

Sebelum kegiatan penambagan dimulai harus dilakukan persiapan-persiapan

seperti membuat jalan, membangun kantor, gudang, bengkel, menyiapkan

peralatan penambangan, pembersihan lahan (land clearing), sampai pengupasan

tanah penutup (over burden), tetapi harus diusahakan agar tanah pucuk (top soil)
dapat diselamatkan agar dapat dipakai pada saat reklamasi lahan bekas tambang

dikemudian hari.

5) Penambangan (eksploitasi)

Penambangan ialah kegiatan yang ditujukan untuk membebaskan dan

mengambil bahan galian dari dalam kulit bumi, kemudian membawanya

kepermukaan bumi untuk dapat dimanfaatkan. Penentuan cara penambangan

sangat tergantung pada banyak faktor atau pertimbangan, yaitu:

a. keadaan endapan bahan galian (ukuran, bentuk, kemiringan, kedalaman,

penyebaran kadar endapan dan lain-lain.

b. sifat fisik dan kimia endapan bahan galian.

c. keadaan dan sifat fisik batuan sekeliling endapan (country rock).

d. keadaan topografi dan morfologinya.

e. keadaan geologi daerah.

f. kemungkinan proses pengolahannya.

g. kemungkinan perluasan dan mekanisasi.

h. cara reklamasi daerah bekas penambangan.

Dalam prakteknya pelaksanaan sistem penambangan dibatasi oleh faktor-

faktor kendala, antara lain :

a. faktor teknis-ekonomis yang diwujudkan dalam usaha mendapatkan

perolehan (recovery) tambang semaksimal mungkin dengan biaya yang

sekecil mungkin.
b. faktor keamanan dan keselamatan kerja, yang diwujudkan dalam usaha

memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam melaksanakan

kegiatan penambangan.

c. faktor kelestarian lingkungan hidup yang diwujudkan dalam usaha

mencegah terjadinya pengrusakan lahan dan tanah, serta pencemaran

lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan.

6) Pengolahan Bahan Galian

Adalah kegiatan yang bertujuan untuk menaikkan kadar atau mempertinggi

mutu bahan galian yang dihasilkan dari tambang sampai memenuhi persyaratan

untuk diperdagangkan atau dipakai sebagai bahan baku untuk industri lain. Bahan

galian yang dihasilkan dari tambang biasanya selain mengandung mineral

berharga yang diinginkan juga mengandung mineral pengotor (gangue minerals)

sehingga hasil tambang tidak bisa lansung dimanfaatkanatau diperdagangakan.

Untuk menghilangkan mineral pengotor tersebut sehingga hasil tambang bisa

dimanfaatkan atau diperdagangkan, maka dilakukan pengolahan bahan galian

(ore/ mineral dressing). Proses pemisahan antara mineral berharga dengan mineral

mineral pengotor didasarkan pada perbedaan baik sifat fisik maupun sifat kimia

antara mineral berharga dengan mineral pengotornya. Keuntungan lain dari

pengolahan bahan galian selain meningkatkan kadar atau mutunya, ialah juga

untuk mengurangi jumlah volume dan beratnya sehingga dapat mengurangi

ongkos pengangkutannya.

7) Pengangkutan
Adalah segala usaha untuk memindahkan bahan galian hasil tambang atau

pengolahan dan pemurnian, dari daerah penambangan atau tempat pengolahan dan

pemurnian ke tempat pemasaran atau pemanfaatan selanjutnya dari bahan galian

tersebut.

8) Pemasaran

Yaitu kegiatan untuk memperdagangkan atau menjual hasil-hasil

penambangan dan pengolahan bahan galian.

Penggunaan sampel dalam penelitian ini dipilih melalui metode purposive

sampling dengan penentuan kriteria sebagai persyaratan yang harus dipenuhi

untuk

dijadikan sampel penelitian. Proses penyeleksian sampel berdasarkan penentuan

kriteria yang telah ditetapkan disajikan pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1

Prosedur Pemilihan Sampel

No Kriteria Jumlah
Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
1 54
Indonesia selama periode 2018-2020
2 Perusahaan yang delisting selama tahun 2018-2020 5
3 Perusahaan yang listing di atas tahun 2018-2020 4
Perusahaan yang mengalami pertumbuhan penjualan
4
maksimal 1 tahun selama periode 2018-2020 3
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan tahunan
5 dan mengungkapkan aktivitas CSRnya dalam laporan
tahunan selama periode penelitian. 2
Perusahaan yang memiliki laba sebelum pajak yang
6
rugi atau negatif selama periode 2018-2020.
23
Jumlah Sampel Awal 13
Tahun Pengamatan 3
  Jumlah Sampel Akhir 39

Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2021)

Berdasarkan pemaparan pada tabel di atas, jumlah laporan keuangan yang

digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini berjumlah 85 laporan keuangan

yang berasal dari 17 perusahaan sampel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) selama kurun waktu 3 tahun yakni tahun 2018 sampai dengan 2019.

Berikut ini disajikan pada Tabel 4.2 daftar perusahaan yang menjadi

sampel pada penelitian ini, antara lain sebagai berikut :

Tabel 4.2

Daftar Nama Perusahaan Sampel

No Kode Dan Nama Perusahaan


1 ADRO (PT Adaro Energy Tbk.)
2 BIPI (PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk.)
3 BSSR (PT Baramulti Suksessarana Tbk.)
4 CTTH (PT Citatah Tbk.)
5 DEWA (PT Darma Henwa Tbk.)
6 ELSA (PT Elnusa Tbk.)
7 ESSA (Surya Esa Perkasa Tbk.)
8 GEMS (PT Golden Energy Mines Tbk.)
9 ITMG (PT Indo Tambangraya Megah Tbk.)
10 KKGI (PT Resources Alam Indonesia Tbk.)
11 MBAP (PT Mitrabara Adiperdana Tbk.)
12 MYOH (PT Samindo Resources Tbk.)
13 PSAB (PT J Resources Asia Pasifik Tbk.)
14 PTBA (PT Bukit Asam Tbk.)
15 RUIS (PT Radiant Utama Interinsco Tbk.)
16 TOBA (PT Toba Bara Sejahtera Tbk.)
17 TINS (PT Timah Tbk.)
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2021)
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Subsektor

Pertambangan Yang terdaftar di BEI Periode 2018-2020

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan

dari aktivitas bisnisnya. Profitabilitas adalah alat ukur kinerja manajemen dalam

mengelola kekayaan perusahaan yang dilihat dari laba perusahaan. Semakin tinggi

profitabilitas seharusnya semakin tinggi juga ETR sebuah perusahaan.

Profitabilitas diukur menggunakan rasio profitabilitas, yaitu ROA. Dengan rumus

perhitungan sebagai berikut:

Laba Sebelum Pajak


ROA =
Total Aset
Berikut grafik dan tabel statistic deskriptif profitabilitas (ROA) perusahan

manufaktur sub sector pertambangan periode tahun 2018-2019 :

Grafik 4.1
Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Subsektor Pertambangan
Yang Terdaftar di BEI Periode 2018-2019
1.2
1.13

0.8 0.8
0.74

0.6 0.62
0.58
0.52
0.48 0.46 0.44
0.42
0.4 0.38 0.42
0.37 0.39
0.36
0.32 0.30.32
0.31
0.28
0.28 0.28
0.28 0.29
0.26
0.26 0.24 0.26 0.26
0.25 0.26 0.25 0.25 0.25
0.23 0.23
0.21
0.2

0 0.01
0.01

Sumber : Data diolah, 2021

Table. 4.3
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Profitabilitas 39 -,09 ,39 ,1067 ,11400


Valid N (listwise) 39

Sumber : Data diolah, 2021

Berdasarkan grafik dan tabel terlihat bahwa Profitabilitas Perusahaan

Manufaktur Subsektor Pertambangan Yang terdaftar di BEI Periode 2018-2020

tertinggi dimiliki oleh MBAP (PT Mitrabara Adiperdana Tbk.) sebesar 0,39 dan

terendah dimiliki oleh KKGI (PT Resources Alam Indonesia Tbk.) sebesar -0.09.

Rata-rata nilai profitabilitas (ROA) perusahaan-perusahaan tersebut adalah

sebesar 0,1067 dengan standar deviasi sebesar 0,11400.


Pada grafik tersebut terlihat bahwa profitabilitas perusahaan-perusahaan

manufaktur subsector pertambangan yang terdaftar di BEI periode tahun 2018-

2020 ada yang positif dan ada yang negative. Ini artinya bahwa tingkat

pengembalian asset untuk menilai persentase dari laba yang diperoleh oleh

perusahaan-perusahaan tersebut ada yang positif maupun negative sehingga dapat

dilihat bahwa perkembangan profitabilitas ROA yang terjjadi di perusahaan-

perusahaan manufaktur subsector pertambangan periode tahun 2018-2020

mengalami fluktuatif atau naik turun dari tahun ke tahunnya.

2. CSR Perusahaan Manufaktur Subsektor Pertambangan Yang

terdaftar di BEI Periode 2018-2020

CSR dalam penelitian ini diproksikan menggunakan rasio pengungkapan

CSR. Penelitian ini menggunakan tabel checklist dengan indikator pengungkapan

CSR yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI). Global Reporting

Initiative (GRI) merupakan sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah

mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka

laporan berkelanjutan dan berkomitmen untuk terusmenerus melakukan perbaikan

dan penerapan di seluruh Indonesia.

Indikator pengungkapan GRI memiliki tiga focus pengungkapan GRI,

yaitu indikator kinerja ekonomi, indicator kinerja lingkungan dan indikator kinerja

sosial. indikator kinerja lingkungan yaitu lingkungan. Indikator kinerja sosial

memiliki empat indikator yang terdiri dari tenaga kerja, hak asasi manusia, sosial/

masyarakat, tanggung jawab produk. Penelitian ini hanya menggunakan 5


dimensi. Dalam penelitian ini indikator kinerja ekonomi tidak dipakai

dikarena dalam penelitian ini berfokus pada pengungkapan sosial dan lingkungan,

yang mengarah seperti hubungan pekerja atau masyarakat dan juga dampak

terhadap lingkungan sekitar. Terdapat sejumlah indikator pengungkapan GRI

masing-masing yang total keseluruhannya terdapat sejumlah 70 indikator. Berikut

ini indikator GRI yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

Tabel 4.4 Indikator Index GRI Yang Digunakan Dalam Penelitian

Indikator Jumlah Item

Lingkungan 30

Tenaga Kerja 14

Hak Asasi Manusia 9

Sosial / Masyarakat 8

Tanggung Jawab Produk 9

Total Items 70

Pengukuran pengungkapan CSR ini menggunakan variabel dummy. Hal ini

dilakukan dengan mencocokan pengungkapan yang dilakukan perusahaan

dengan tabel checklist. Apabila item dalam tabel checklist diungkapkan oleh

perusahaan maka diberi nilai 1, apabila tidak diungkapakan diberi nilai 0.

Kemudian dijumlahkan semua item yang bernilai 1 dari perusahaan,

kemudian dibandingkan dengan jumlah seluruh item pada tabel checklist.

Rumus pengukuran rasio pengungkapan CSR adalah sebagai berikut:

ΣXi
CSRDi =
n
Dimana:
CSRDi = Pengungkapan CSR perusahaan i.
Σxi = Jumlah item bernilai 1 pada perusahaan i.
N = Jumlah seluruh item indikator pengungkapan CSR (n=70).
Berikut pengungkapan informasi CSR berdasarkan indeks GRI G4 pada

seluruh kategori :

Grafik 4.2

CSR Perusahaan Manufaktur Subsektor Pertambangan Yang


terdaftar di BEI Periode 2018-2020
1.2
1.13

0.8 0.8
0.74

0.6 0.62
0.58
0.52
0.48 0.46 0.44
0.42
0.4 0.38 0.42
0.37 0.39
0.36
0.32 0.30.32
0.31
0.28
0.28 0.28
0.28 0.29
0.26
0.26 0.24 0.26 0.26
0.25 0.26 0.25 0.25 0.25
0.23 0.23
0.21
0.2

0 0.01
0.01

Sumber : Data diolah, 2021

Tabel 4.5
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CSR 39 ,20 ,48 ,3423 ,07220


Valid N (listwise) 39

Sumber : Data diolah, 2021

Berdasarkan grafik dan tabel terlihat bahwa CSR Perusahaan Manufaktur

Subsektor Pertambangan Yang terdaftar di BEI Periode 2018-2020 tertinggi

dimiliki oleh RUIS (PT Radiant Utama Interinsco Tbk.) sebesar 0,48 dan

terendah dimiliki oleh ESSA (Surya Esa Perkasa Tbk.) sebesar 0,20. Rata-rata

nilai indeks pengungkapan CSR perusahaan-perusahaan tersebut adalah sebesar


0,3432 dengan standar deviasi sebesar 0,07220. Hal tersebut menunjukkan bahwa

RUIS (PT. Radiant Utama Interinsco Tbk) melakukan pengungkapan CSR

sebanyak 39 indikator dari 82 indikator pengungkapan CSR sedangkan ESSA

(Surya Esa Perkasa Tbk melakukan pengungkapan CSR sebanyak 16 indikator

dari 82 indikator pengungkapan CSR.

Pada grafik tersebut terlihat bahwa pengungkapan CSR mengalami

penurunan sepanjang tahun 2018-2020. Ini artinya bahwa perusahaan-perusahaan

manufaktur subsector pertambangan periode tahun 2018-2020 mulai menurunkan

tanggung jawab social perusahaan berdsarakan indeks GRI G4 kecuali RUIS (PT.

Radiant Utama Interinsco Tbk). Penurunan indeks pengungkapan CSR ini terjadi

karena perusahaan semakin kurang meyadari akan pentingnya pengungkapan

tanggung jawab social perusahaan.

3. Penghindaran Pajak Perusahaan Manufaktur Subsektor

Pertambangan Yang terdaftar di BEI Periode 2018-2020

Penghindaran pajak dalam penelitian ini diproksikan menggunakan rasio

effective tax rates (ETR). ETR dalam penelitian ini hanya menggunakan model

utama yang digunakan Lanis dan Richardson (2017), yaitu beban pajak

penghasilan dibagi dengan pendapatan sebelum pajak perusahaan. Rasio ETR

diukur dengan perhitungan sebagai berikut:

Total Beban Pajak Penghasilan


ETR =
Laba Sebelum Pajak
ETR menjelaskan persentase atau rasio antara beban pajak penghasilan

perusahaan yang harus dibayarkan kepada pemerintah dari total pendapatan


perusahaan sebelum pajak. Berikut grafik dan tabel Tax Avoidance perusahaan-

perusahaan manufaktur sub sector pertambangan periode tahun 2018-2020 :

Grafik 4.3

Penghindaran Pajak Perusahaan Manufaktur Subsektor


Pertambangan Yang terdaftar di BEI Periode 2018-2020
1.2
1.13
1

0.8 0.8
0.74
0.6 0.62
0.58
0.52
0.48 0.46 0.44
0.42
0.4 0.38 0.42 0.39
0.37 0.36
0.32 0.30.32
0.31 0.29
0.26
0.26 0.28
0.28
0.26 0.26
0.25 0.28
0.26 0.28
0.25 0.25 0.25
0.23 0.24
0.23
0.21
0.2

0 0.01
0.01

Sumber : Data diolah, 2021

Tabel 4.6
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Tax_Avoidance 39 ,01 1,13 ,3590 ,20299


Valid N (listwise) 39

Sumber : Data diolah, 2021

Berdasarkan grafik dan tabel terlihat bahwa Tax Avoidance Perusahaan

Manufaktur Subsektor Pertambangan Yang terdaftar di BEI Periode 2018-2020

tertinggi dimiliki oleh ESSA (Surya Esa Perkasa Tbk.) pada tahun 2020 sebesar

1,13 dan terendah dimiliki oleh PTBA (PT Bukit Asam Tbk.) sebesar 0.01. Rata-

rata nilai Tax Avoidance perusahaan-perusahaan tersebut adalah sebesar 0,3590

dengan standar deviasi sebesar 0,20299. Hal tersebut menunjukkan bahwa ESSA
(Surya Esa Perkasa Tbk.) melakukan penghindaran pajak sebesar 1,13 sedangkan

ESSA (Surya Esa Perkasa Tbk melakukan penghindaran pajak sebesar 0,01.

Pada grafik tersebut terlihat bahwa penghindaran pajak mengalami

penurunan sepanjang tahun 2018-2020. Ini artinya bahwa perusahaan-perusahaan

manufaktur subsector pertambangan periode tahun 2018-2020 mulai memahami

akan tanggung jawab perusahaannya dalam mebayar pajak kecuali ESSA (Surya

Esa Perkasa Tbk). Penurunan angka penghindaran pajak ini terjadi karena

perusahaan semakin meyadari akan pentingnya pajak sebagai tanggung jawab

perusahaan kepada negara.

4 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi

pada analisis regresi data panel yang berbasis Ordinary Least Square

(OLS). Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang

yang ada agar dapat menentukan model analisis yang paling tepat

digunakan.

Untuk mendapatkan model regresi yang efisien dan tidak bias,

maka dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi klasik dengan menggunakan

bantuan program IBM SPSS 23.0 dengan tingkat signifikan sebesar 0,05.

Ada tempat uji asumsi klasik pada penelitian ini yaitu uji normalitas, uji

multikoleniaritas, uji heteroskedastisistas dan uji auto korelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-

masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas


dilakukan karena untuk melakukan pengujian-pengujian variabel

lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti

distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik

menjadi tidak valid dan statistik parametrik tidak dapat digunakan.”

Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan program

SPSS 23.0 dengan uji statistik Kolmogrov Smirnov. Menurut

Ghozali (2016:161) dasar pengambilan keputusan yang digunakan

dalam uji kolmogrov smirnov adalah sebagai berikut :

“a.Jika nilai Probabilitas nilai signifikansi > 0,05 berarti data

residual berdistribusi normal.

b.Jika nilai Probabilitas nilai signifikansi < 0,05 berarti data

residual tidak berdistribusi normal.”

Tabel 4.7

Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Profitabilitas CSR Tax_Avoidance

N 39 39 39
Normal Parametersa,b Mean ,1067 ,3423 ,3590
Std. Deviation ,11400 ,07220 ,20299
Most Extreme Differences Absolute ,139 ,085 ,192
Positive ,139 ,072 ,192
Negative -,059 -,085 -,186
Kolmogorov-Smirnov Z ,868 ,532 1,196
Asymp. Sig. (2-tailed) ,439 ,939 ,114

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2021


Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa probabilitas variabel Profitabilitas,

CSR dan Tax Avoidance sebesar 0,439, 0,939 dan 0,114 yang lebih besar dari

0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan telah memenuhi

asumsi normalitas dan selanjutnya dapat digunakan untuk analisis regresi data

panel yang memenuhi uji normalitas.

Gambar 4.1

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2021

Jika residual berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai sebaran data akan

terletak di sekitar garis lurus. Dari plot di atas terlihat bahwa titik-titik tersebar

mengikuti garis linier sehingga dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas

terpenuhi.

b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat tolerance

value dan VIF. Multikolinearitas terjadi bila nilai tolerance value

dibawah 0,10 atau nilai VIF diatas 5. Hasil uji multikolinearitas

disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.8

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) ,329 ,135 2,441 ,020

Profitabilitas -1,083 ,255 -,608 -4,247 ,000 ,900 1,111

CSR ,426 ,403 ,152 1,058 ,297 ,900 1,111

a. Dependent Variable: Tax_Avoidance

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2021

Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai tolerance value-nya diatas 0,1 dan nilai

VIF dibawah 5. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas

diantara variabel-variabel bebas.

c. Uji Autokorelasi

Dengan melakukan uji Durbin Watson, dapat diketahui

apakah terdapat autokorelasi antarsesama urutan pengamatan dari

waktu ke waktu. Secara umum, kriteria yang digunakan adalah:

Jika d < 4dL, berarti ada autokorelasi positif

Jika d > 4dL, berarti ada autokorelasi negatif


Jika dU < d < 4 – dU, berarti tidak ada autokorelasi positif atau

negatif

Jika dL ≤ d ≤ dU atau 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL, pengujian tidak

meyakinkan.

Tabel 4.9

Uji Autokorelasi dengan Durbin Watson

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 ,579 ,335 ,298 ,17008 1,383

a. Predictors: (Constant), CSR, Profitabilitas


b. Dependent Variable: Tax_Avoidance

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2021

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang menilai apakah ada

ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi

linear. Uji ini merupakan salah satu dari uji asumsi klasik yang harus dilakukan

pada regresi linear. Apabila asumsi heteroskedastisitas tidak terpenuhi,

maka model regresi dinyatakan tidak valid sebagai alat peramalan.

Tabel 4.10

Uji Heteroskedstisitas dengan Uji Glejser


Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 3,166 1,892 1,673 ,101

Profitabilitas -,023 ,042 -,110 -,531 ,598

CSR -,025 ,031 -,233 -,782 ,438

a. Dependent Variable: res2

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2021

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa probabilitas variabel bebas

pelatihan, kompetensi dan kompensasi lebih besar dari 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa data yang digunakan tidak ada gejala heteroskedastisitas

selanjutnya dapat digunakan untuk analisis regresi yang memenuhi uji

heteroskedastisitas.

5. Analisis Regresi Data Panel

Berikut ini merupakan teknik yang ditawarkan untuk mengestimasi

parameter model dengan data panel, yaitu Metode Common-Constant (Pooled

Ordinary Least Square/PLS)

Ŷit = β0 + β1 X1it + β2 X2it + uit

Dimana:

Ŷ: Tax avoidance untuk pertambangan ke-i dan waktu ke-t

β0 : Konstanta

X1 : CSR

X2 : Profitabilitas

u : Faktor gangguan atau tidak dapat diamati


i : Menunjukkan perusahaan pertambangan

t : Menunjukkan deret waktu 2018-2020

0,1,2,34 : Koefisien intersep dan slope

Metode yang ditawarkan oleh regresi data panel dapat dipilih dengan

beberapa uji untuk menentukan manakah antara model PLS, FEM, atau REM

yang paling tepat. Uji yang digunakan antara lain:

1. Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk menentukan model yang paling baik

antara Common atau Pooled dan Fixed Effect yang akan digunakan

dalam mengestimasi data panel. Uji Chow memiliki hipotesis dalam

pengujiannya yaitu:

H0 : model mengikuti Common atau Pooled

Ha : model mengikuti Fixed Effect

Penentuan model yang baik mengikuti Chi-Square atau F-test dengan

melihat apakah probabilitasnya (p-value) lebih besar atau lebih kecil dari alpha

(α). Jika p-value> α (0,05), maka H0 diterima sehingga model mengikuti

Common atau Pooled. Apabila nilai p-value< α (0,05), maka H0 ditolehingga

model mengikuti Fixed Effect.

2. Uji Hausman

Uji Hausman merupakan uji statistik yang digunakan untuk memilih

apakah model Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat

digunakan. Adapun hipotesis dari pengujian uji Hausman adalah

sebagai berikut:
H0 : model mengikuti Random Effect

Ha : model mengikuti Fixed Effect

Penentuan model yang baik mengikuti Chi-Square statistik atau Cross

Section Random dengan melihat apakah probabilitasnya (p-value) lebih besar atau

lebih kecil dari alpha (α) 0,05 atau 5%. Jika p-value> α (0,05), maka H0 diterima

sehingga model mengikuti Random Effect. Apabila nilai p-value< α (0,05), maka

H0 ditolak sehingga model mengikuti Fixed Effect.

3. Uji Langrage Multiplie (LM)

Apabila dari uji Chow dan uji Hausman menunjukkan bahwa model

PLS & REM yang terpilih, maka perlu dilakukan uji Langrage

Multiple (LM) untuk mengetahui apakah model random effect atau

common effect yang terpilih.

Adapun hipotesis dari pengujian uji LM adalah sebagai berikut:

H0 : model mengikuti Random Effect

Ha : model mengikuti Common Effect

Penentuan model yang baik mengikuti Probabilitas Breush-Pagan dengan

melihat apakah probabilitasnya (p-value) lebih besar atau lebih kecil dari alpha

(α). Jika p-value> α (0,05), maka H0 diterima sehingga model mengikuti Random

Effect. Apabila nilai p-value< α (0,05), maka H0 ditolak sehingga model

mengikuti Common Effect.

a. Perhitungan Koefisien Regresi

Untuk mendapatkan koefisien regresi (nilai a, b 1 dan b2), yaitu dengan

menggunakan hasil output SPSS didapatkan:


Tabel 4.11

Koefisien Regresi

Coefficient

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) ,329 ,135 2,441 ,020

Profitabilitas -1,083 ,255 -,608 -4,247 ,000

CSR ,426 ,403 ,152 1,058 ,297

a. Dependent Variable: Tax_Avoidance

Sumber: Hasil Pengolahan Data (SPSS), 2021

Berdasarkan hasil output SPSS di atas, maka persamaan regresi yang

terbentuk adalah:

Y = 0,329 + (-1,083)X1 + 0,426X2

Penjelasan:

Dari model diatas dapat diketahui bahwa nilai dari a adalah 0,329, nilai ini

menunjukkan bahwa pada saat profitabilitas (X1) dan CSR (X2) bernilai nol, maka

Tax Avoidance (Y) sebesar 0,329. Sedangkan nilai dari b1 adalah -1,083, artinya

bahwa ketika terjadi peningkatan profitabilitas sebesar 1 (satu) satuan dan

kompetensi (X2) konstan/tetap, maka Tax Avoidance akan menurun sebesar

-1,083 satuan dan nilai dari b2 adalah sebesar 0,426, artinya bahwa ketika terjadi

peningkatan CSR sebesar 1 (satu) satuan dan profitabilitas (X 1) konstan/tetap,

maka Tax Avoidance akan meningkat sebesar 0,426 satuan.

b. Pengujian Hipotesis

1. Uji Hipotesis Secara Parsial


a. Uji Hipotesis Pengaruh Profitabilitas Terhadap Tax Avoidance

Untuk mengetahui variabel mana saja yang sesungguhnya mempunyai

pengaruh terhadap variabel Y (Tax Avoidance) maka perlu kita menguji koefisien

regresi masing-masing variabel profitabilitas, dalam hal ini kita menggunakan

statistik uji t.

Hipotesis penelitian:

H0 : Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Tax Avoidance

H1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

 Pengambilan keputusan:

Jika Statitik t Hitung < Statistik t Tabel, maka Ho diterima

Jika Statitik t Hitung > Statistik t Tabel, maka Ho ditolak.

 Berdasarkan probabilitas:

Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima

Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak

Berdasarkan tabel 4.11, yang memperlihatkan nilai uji t hitung untuk masing-

masing variabel bebas. Untuk memenuhi kriteria penerimaan atau penolakkan

masing-masing hipotesis tersebut, maka dibandingkan antara thitung dengan ttabelnya.

Dimana ttabel (0,05;50) adalah 2,026 Secara jelasnya, hal ini digambarkan pada tabel

berikut:

Tabel 4.12

Uji Individu Koefisien Regresi


Coefficient

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) ,329 ,135 2,441 ,020

Profitabilitas -1,083 ,255 -,608 -4,247 ,000

CSR ,426 ,403 ,152 1,058 ,297

a. Dependent Variable: Tax_Avoidance

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2021

Dari uji individu diatas dengan dapat dilihat bahwa t hitung untuk variabel

profitabilitas nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (probabilitas < 0,05), sehingga

keputusannya adalah menolak H0. Maka dari hasil pengujian ini dapat dikatakan

bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap Tax Avoidance.

b. Uji Hipotesis Pengaruh CSR Terhadap Tax Avoidance

Untuk mengetahui variabel mana saja yang sesungguhnya mempunyai

pengaruh terhadap variabel Y (Tax Avoidance) maka perlu kita menguji koefisien

regresi masing-masing variabel CSR, dalam hal ini kita menggunakan statistik uji

t.

Hipotesis penelitian:

H0 : CSR tidak berpengaruh terhadap Tax Avoidance

H1 : CSR berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

 Pengambilan keputusan:

Jika Statitik t Hitung < Statistik t Tabel, maka Ho diterima

Jika Statitik t Hitung > Statistik t Tabel, maka Ho ditolak.

 Berdasarkan probabilitas:
Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima

Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak

Berdasarkan tabel 4.12, yang memperlihatkan nilai uji t hitung untuk masing-

masing variabel bebas. Untuk memenuhi kriteria penerimaan atau penolakkan

masing-masing hipotesis tersebut, maka dibandingkan antara thitung dengan ttabelnya.

Dimana ttabel (0,05;50) adalah 2,026 Secara jelasnya, hal ini digambarkan pada tabel

berikut:

Tabel 4.13

Uji Individu Koefisien Regresi

Coefficient

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) ,329 ,135 2,441 ,020

Profitabilitas -1,083 ,255 -,608 -4,247 ,000

CSR ,426 ,403 ,152 1,058 ,297

a. Dependent Variable: Tax_Avoidance

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2021

Dari uji individu diatas dengan dapat dilihat bahwa t hitung untuk variabel CSR

nilai probabilitasnya lebih dari 0,05 (probabilitas > 0,05), sehingga keputusannya

adalah menerima H0. Maka dari hasil pengujian ini dapat dikatakan bahwa CSR

tidak mempunyai pengaruh terhadap Tax Avoidance .

c. Uji Overall (Uji Keseluruhan)

Untuk mengetahui apakah profitabilitas (X1) dan CSR (X2) mempengaruhi Y

(Tax Avoidance), maka kita akan mengujinya dengan analisis varians dengan

penggunaan statistik uji F.


Hipotesis penelitian sebelum diuji secara statistik terlebih dahulu ditetapkan

Hipotesis Nol (H0) dan Hipotesis Kinerjanya (H1), yang rancangannya sebagai

berikut:

Ho: β1, β2= 0 Profitabilitas dan CSR tidak berpengaruh terhadap Tax

Avoidance.

H1: β1, β2 ≠ 0 Profitabilitas dan CSR berpengaruh terhadap Tax

Avoidance.

 Pengambilan keputusan:

Jika Statistik F Hitung < Statistik F Tabel, maka Ho diterima

Jika Statistik F Hitung > Statistik F Tabel, maka Ho ditolak.

 Berdasarkan probabilitas:

Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima.

Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak.

Hasil Output SPSS sebagai berikut:

Tabel 4.14

Nilai F hitung

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression ,524 2 ,262 9,064 ,001a

Residual 1,041 36 ,029

Total 1,566 38

a. Predictors: (Constant), CSR, Profitabilitas


b. Dependent Variable: Tax_Avoidance

Sumber: Hasil Pengolahan Data (SPSS), 2021


Pada tabel di atas, nilai F hitung pada tabel di atas adalah 9,064. Berdasarkan

kriteria pengujian, nilai Fhitung tersebut lebih besar dari nilai Ftabel nya (9,,064 >

3,259), sehingga hasilnya tolak H0 dan juga angka probabilitas (P) menunjukkan

nilai yang signifikan (0,000 < 0,05) sehingga hasilnya pun sama yaitu menolak

H0, dan tentunya H1 harus diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

Profitabilitas dan CSR mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Tax

Avoidance. Atau dengan kata lain profitabilitas dan CSR langsung berpengaruh

secara bersama-sama terhadap Tax Avoidance.

d. Uji Koefisien Determinasi

Dari hasil pengujian, dimana variabel profitabilitas dan CSR secara

bersama berpengaruh terhadap variabel Tax Avoidance, maka dapat ditentukan

besarnya pengaruh yang diberikan variabel Profitabilitas dan CSR terhadap

perubahan-perubahan variabel Tax Avoidance yaitu dengan menggunakan

Koefisien Determinasi. Dari hasil output SPSS didapatkan:

Tabel 4.15

Nilai Koefisien Determinasi (R Square)

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 ,579a ,335 ,298 ,17008 1,383

a. Predictors: (Constant), CSR, Profitabilitas


b. Dependent Variable: Tax_Avoidance
Dari hasil tersebut didapatkan nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar

0,335 atau 33,50 %. Nilai tersebut didapatkan melalui rumus:

Koefisien Determinasi (KD) = r2 x 100 %

Dimana pada output SPSS didapatkan nilai R = r = 0,579 maka KD dapat kita

hitung, sebagai berikut:

KD = (0,579)2 x 100%

= 33,50 %

Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel Profitabilitas dan CSR memberikan

kontribusi atas perubahan-perubahan variabel Tax Avoidance sebesar 33,50%.

Sedangkan Tax Avoidance dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti

dalam penelitian adalah sebesar 66,50%.

Anda mungkin juga menyukai