Anak H. Agang Patawari Bin H. Fatahollah dan Patani Binti
Bujir Nomor: lepas Lamp : 1 dokumen Hal. : Nota Keberatan Keluarga
Kepada Yth, 1. Mukhtar Lutfi 2. Muh Husni, S.Sos di - Sumbawa Besar
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh
Pada hari ini, Kamis, 18 November 2021, kami anak Kandung H. Agang Patawari Bin H. Fatahollah dengan Patani Binti Bujir menyatakan Nota Keberatan Keluarga Berdasarakan dokumen “ Hasil Pembagian Warisan Peninggalan Orang Tua Kami H. Agang Patawari Bin H. Fatahollah dan Hj. Tambas Binti H. Aminollah” yang telah ditanda tangani oleh dua orang yaitu saudara Mochtar Lutfi dan Saudara Muh. Husni S.Sos pada tanggal 8 agustus 2020, maka kami selaku anak kandung H. Agang Patawari Bin H. Fatahollah dan Patani Binti Bujir telah membaca dokumen tersebut dengan teliti dan seksama. Maka kami mengambil sikap Keberatan dan Menolak beberapa point dalam dokumen tersebut. Sesuai dengan materi yang telah tertuang dalam dokumen tersebut, kami memandang dan menilai beberapa point yang tertulis tersebut tidak sesuai sejarah, fakta, dan norma – norma yang berlaku yang sebenarnya. Berikut kami sampaikan materi sanggahan dan koreksi terhadap beberapa point tersebut :
1. Dokumen tersebut kami nyatakan tidak sah karena tidak
dihadiri 2/3 dari semua ahli waris 2. Istilah Wasiat Lisan yang tertulis dalam dokumen tersebut tidak bisa dijadikan acuan, karena tidak ada secara tertulis yang di tanda tangani. Kemudian kami ber empat termasuk ahli waris sama dengan saudara yang tercantum Namanya dalam dokumen tersebut, karena kami ada hubungan darah dengan pewaris ( anak kandung H. Agang Patawari). Wasiat tidak berlaku untuk ahli waris. Contohnya Amatollah dkk baru dikatakan wasiat bukan hibah. 3. Bunyi lampiran IV nomor 3a tentang Harta Bawaan : selain sawah dan kebun yang telah dijual, rumah ibu kami Patani Binti Bujir juga dijual. Penjualan itu dilakukan semata mata untuk menghidupkan dan menyekolahkan semua anak – anak H Agang Patawari. Membaca Lampiran IV nomor 3a ini justru mengungkit Kembali kejadian dan kenangan masa lalu kami waktu kecil yang telah terkubur dan tertutup rapat. Cukup hanya menjadi cerita dan kenangan semata. Dengan perkara ini, kami akan lawan dan perangi segala bentuk kezaliman. 4. Lampiran IV nomor 4 a dan b adalah suatu kebohongan dan mengarang – mengarang cerita sehingga tidak sesuai dengan sertifikat tanah asli maupun cerita yang sebenarnya. Sertifikat yang dibuat atas nama H. Agang Patawari Bin H. Fatahollah adalah benar adanya, bukan peralihan dari Hj. Tambas Binti H. Aminullah kepada H. Agang Patawari berdasarkan keterangan dari 3 (tiga) orang adik kandung ayahanda H. Agang Patawari sebagai saksi hidup. Dari beberapa keterangan, dari ketiga sertifikat yang ada ternyata sertifikat an. H. Agang Patawari tidak pernah dijadikan sebagai jaminan di Bank. Tetapi dua sertifikat an. Hj. Tambas Binti H. Aminullah ada catatan Bank bahwa pernah dijadikan jaminan di Bank. 5. Lampiran 4 c.1 kami nyatakan tolak. Karena tidak ada istilah hibah untuk kami berempat sebab ayahanda H. Agang Patawari Bin H. Fatahollah sudah meninggalkan dunia. Kamiberempat adalah anak kandung dari perkawinan H. Agang Patawari Bin H. Fatahollah dengan Fatani binti Bujir, sesuai dengan isi keterangan kepala desa Empang atas ada dalam dokumen tersebut. 6. Terakhir, kami koreksi kekeliruan dalam dokumen tersebut terkait tentang ahli waris, hibah dan wasiat. Dan kami ingatkan kepada saudara – saudara yang membuat maupun yang menyetujui dokumen tersebut agar jangan berani bersumpah atas nama Allah, kemudian menyalahgunakan dan menafsirkan sendiri - sendiri sebelum mengetahui dengan benar dan tepat tentang pandangan hukum islam terkait Ahli waris, hibah dan wasiat. Pertama, wasiat tidak boleh diperuntukkan kepada ahli waris (anak kandung) contohnya pada waktu pewaris masih hidup berwasiat kepada Amatullah dkk dibagikan setelah pewaris meninggal dunia. Kedua, ahli waris disebutkan apabila pewaris telah meninggal dunia maka hartanya dibagikan kepada ahli waris sesuai dengan ketentuan hukum agama islam. Contoh ahli waris : H. Agang Patawari sudah meninggal dunia, maka hartanya dibagikan kepada semua anak kandung sesuai hukum islam ( fara’id). Ketiga, Hibah adalah apabila pewaris masih hidup kemudian diberikan hartanya atau Sebagian hartanya kepada anak kandung atau kepada siapa saja asalkan sama – sama masih hidup maka saat itu juga langsung bisa di realisasikan. Contohnya, semasa hidup ayahanda H. Agang Patawari dihibahkan berupa sawah (uma mpang) kepada kanda Masuji Ratu. Ada di dalam surat keputusan dokumen tersebut. Dan sekarang sudah menjadi hak milik kanda Masuji Ratu. Sehingga kesimpulannya kami berempat adalah Ahli Waris bukan Wasiat dan Hibah.
Dipenghujung Nota Keberatan ini kami ingin sampaikan tiga
buah lawas : Mana tau barang kayu Lami to sanyaman ate Ba nan si sanak parana
Mana si ka sanak parana
Lamin dadi no nyaman ate Nan nya tau barang kayu
Sai sai tau kenang ling mesa
Jarang roa bakalako Lamin no susa ba ila
Mari kita sama – sama saling menghormati dan menghargai .
Demikian Nota Keberatan Keluarga ini kami buat, kami akan terus melawan dan menuntut proses ini sampai keadilan terwujud. Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh Sumbawa Besar, 18 November 2021
Yang Menyatakan : 1. M. Idris, S.Pd
2. Siti Hasanah Agang Patawari
3. Drs. H. Mukhlis
4. Fani Andrian Sanoba
( Anak Kandung Arifin, SH) Tembusan disampaikan kepada : 1. Camat empang di empang 2. Kepala desa empang atas di empang atas 3. Zulzilawati, SP (Putri Masuji Ratu Almarhumah) 4. Kacauni 5. Dstnya 6. Fitriah, Amd Keb