Anda di halaman 1dari 3

Sensemaking

Sensemaking adalah proses dimana orang memberi makna pada pengalaman. Istilah
"sensemaking" terutama menandai tiga bidang penelitian yang berbeda namun terkait sejak
tahun 1970-an: Sensemaking diperkenalkan pada interaksi manusia-komputer oleh peneliti
PARC Russell, Stefik, Pirolli dan Kartu di 1993, untuk ilmu informasi oleh Brenda Dervin, dan
untuk studi organisasi oleh Karl Weick.
Dalam ilmu informasi istilah ini paling sering ditulis sebagai "akal sehat". Dalam kedua
kasus tersebut, konsepnya telah digunakan untuk menyatukan wawasan yang diambil dari
filsafat, sosiologi, dan ilmu kognitif (terutama psikologi sosial). Penelitian sensemaking sering
disajikan sebagai program penelitian interdisipliner.
Dalam studi organisasi, konsep sensemaking adalah pertama kali digunakan untuk
memusatkan perhatian pada sebagian besar aktivitas kognitif untuk membingkai situasi yang
dialami menjadi bermakna.
Menurut Karl Weick, organisasi tidak dibentuk dari struktur dan fungsi jabatan melainkan
dari aktivitas-aktivitas komunikasi, oleh karena itu Weick tidak menyebutnya sebagai organisasi
melainkan proses pengorganisasian (Littlejohn & Foss, 2016).  Proses pengorganisasian
tersebut yang menghasilkan organisasi. Weick menggambarkan organisasi sebagai berikut
(Wayne & Faules , 2000).
Weick mendefinisikan proses pengorganisasian sebagai “The resolving of equivocality in
an enacted environment by means of interlocked behaviors embedded in conditionally related
processes” (Miller, 2012). Proses pengorganisasian merupakan kegiatan pengurangan
ketidakpastian dalam lingkungan yang ditetapkan berdasarkan perilaku bertautan yang melekat
sebagai proses pendukung. Gagasan Weick diawali dengan pemahaman bahwa organisasi
terbentuk melalui proses komunikasi yang berlangsung secara terus-menerus antar
anggotanya. Proses yang berlangsung tersebut merupakan double interact (interaksi ganda)
karena perilaku-perilaku yang bertautan antar individu dalam organisasi. Satu perilaku akan
menimbulkan perilaku respons yang kemudian akan direspons kembali sebagai tindak lanjut.
Weick menyebutnya sebagai proses sense-making, yaitu suatu tindakan akan diikuti oleh reaksi
dan selanjutnya interpretasi atas tindakan tersebut. Sense-making ini terjadi setiap saat dalam
organisasi dan menentukan fungsi struktur organisasi, dengan demikian organisasi mampu
mengurangi ketidakpastian dan memproses informasi yang bermanfaat untuk mencapai tujuan
organisasi.
Sense-making dalam organisasi untuk mengurangi ketidakpastian informasi (equivocality)
merupakan fokus teori Weick selanjutnya. “People organize in order to reduce, manage, or
remove equivocalities” (Littlejohn & Foss, 2016). Equivocality adalah ketidakpastian yang
dihasilkan dari lingkungan informasi suatu organisasi yang mampu menimbulkan interpretasi
berbeda bagi tiap-tiap individu. Segala informasi di lingkungan sekitar kita bersifat tidak pasti
atau ambigu dalam taraf tertentu, maka terjadilah aktivitas pengorganisasian untuk mengurangi
ketidakpastian tersebut (Littlejohn & Foss, 2016). Ketidakpastian dapat disebabkan oleh adanya
perbedaan antara informasi yang tersedia dengan informasi yang diharapkan (Muhammad,
2009). Ketidakpastian akan menghambat organisasi dalam memproses informasi yang
dibutuhkan dalam mencapai tujuan akhir. Interaksi komunikasi dalam organisasi diperlukan
untuk menentukan dengan tepat jumlah informasi yang dibutuhkan dalam upaya mengurangi
ketidakpastian.
Tingkat equivocality yang dialami akan berbeda dalam setiap situasi, tetapi seringkali
cukup besar, dan untuk menguranginya memerlukan implikasi organisasi yang besar. Proses
penghilangan equivocality merupakan proses yang berkembang dengan tiga bagian:
pembuatan (enactment), pemilihan (selection), dan penyimpanan (retention) (Littlejohn & Foss,
2016).

Pembuatan (enactment) adalah definisi tentang situasi, atau menyatakan adanya


informasi yang samar-samar dari luar. Dalam pembuatan, perlu memperhatikan stimuli, dan
mengakui adanya kesamaran.
Proses yang kedua adalah pemilihan (selection), anggota organisasi menerima beberapa
informasi sebagai sesuatu yang relevan dan menolak informasi lain. Pemilihan mempersempit
bidang, menghilangkan lebih banyak kesamaran dari informasi awal.
Proses ketiga adalah penyimpanan (retention), hal-hal tertentu akan disimpan untuk
penggunaan di masa yang akan datang. Informasi yang disimpan digabungkan pada kesatuan
informasi yang sudah ada. Setelah terjadi penyimpanan, anggota organisasi menghadapi
sebuah titik pilihan (choice point). Mereka harus memutuskan untuk melihat lagi lingkungan
sekitar dengan cara baru.
Berdasarkan teori Weick tersebut dapat disimpulkan bahwa mempelajari organisasi
adalah mempelajari perilaku pengorganisasian, sedangkan inti dari perilaku tersebut adalah
komunikasi. Untuk mengetahui apa yang terjadi dalam organisasi, penting untuk memeriksa
interaksi perilaku diantara anggota organisasi tersebut. Dengan kata lain, untuk meneliti
organisasi maka aspek utama yang dilakukan adalah memeriksa interaksi komunikasi yang
terjalin di dalam organisasi.
Pembuatan Sensemaking memiliki tujuh property:
1. Identitas dan identifikasi adalah sentral- setiap orang akan berpikir dalam konteks apa yang
mereka buat dan bagaimana mereka mengartikan peristiwa (Pratt, 2000, Currie & Brown,
2003; Weick, Sutcliffe, & Obstfeld, 2005; Thurlow & Mills, 2009; Watson, 2009).
2. Retrospeksi memberikan kesempatan untuk sensemaking: titik retrospeksi waktu
mempengaruhi apa yang orang perhatikan (Dunford & Jones, 2000).
3. Orang-orang membuat lingkungan yang mereka hadapi dalam dialog dan narasi (Bruner,
1991; Watson, 1998; Currie & Brown, 2003). Saat orang berbicara, dan bangun akun
naratif, ini membantu mereka memahami apa mereka berpikir, mengatur pengalaman dan
kendali mereka dan memprediksi peristiwa (Isabella, 1990; Weick, 1995; Abolafia, 2010)
dan mengurangi kompleksitas dalam konteks manajemen perubahan (Kumar & Singhal,
2012).
4. Sensemaking adalah kegiatan sosial di mana cerita yang masuk akal disimpan,
dipertahankan atau dibagikan (Isabella, 1990; Maitlis, 2005).
5. Sensemaking sedang berlangsung, sehingga Individu secara simultan membentuk dan
bereaksi terhadap lingkungan yang mereka hadapi. Ketika mereka memproyeksikan diri
mereka ke lingkungan ini dan amati konsekuensi yang mereka pelajari tentang konsekuensi
mereka identitas dan keakuratan akun mereka dari dunia (Thurlow & Mills, 2009).
6. Orang-orang mengambil isyarat dari konteks untuk membantu mereka memutuskan
informasi apa yang relevan dan apa penjelasan dapat diterima (Salancick & Pfeffer, 1978;
Brown, Stacey, & Nandhakumar, 2007) Isyarat yang diekstraksi memberikan poin referensi
untuk menghubungkan ide ke jaringan makna yang lebih luas dan ‘struktur sederhana yang
familier yang merupakan sumber dari mana orang mengembangkan pengertian yang lebih
besar tentang apa yang mungkin terjadi. " (Weick 1995: 50).
7. Orang-orang lebih menyukai hal-hal yang masuk akal daripada tingkat akurasi peristiwa
dan konteks (Currie & Brown, 2003; Brown, 2005; Abolafia, 2010): “dalam dunia
postmodern samar-samar, diresapi dengan politik interpretasi dan konflik kepentingan dan
dihuni oleh orang-orang dengan identitas berganda, obsesi terhadap akurasi tampaknya
tidak membuahkan hasil, dan tidak banyak bantuan praktis, baik ”(Weick 1995: 61).

Anda mungkin juga menyukai