Kti Tika Herlia
Kti Tika Herlia
OLEH:
TIKA HERLIA
NIM. P07220117077
SAMARINDA
2020
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
TIKA HERLIA
NIM : P07220117077
SAMARINDA
2020
ii
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan
bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari karya tulis ilmiah lain untuk memperoleh
gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun baik sebagian
maupun keseluruhan. Jika terbukti bersalah, saya bersedia menerima sanksi sesuai
Yang menyatakan
TIKA HERLIA
NIM. P07220117077
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
UNTUK DIUJIKAN
Oleh
Pembimbing
NIDN. 4020027901
Pembimbing Pendamping
Mengetahui,
NIP. 196803291994022001
iv
Karya Tulis Ilmiah Pasien Dengan Efusi Pleura yang dirawat di rumah sakit
Tahun 2020
Telah Diuji
PANITIA PENGUJI
Ketua Penguji
NIDN. 4006027101
Penguji Anggota
1. Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd ...........................................
NIDN. 4020027901
NIDN. 4024016801
Mengetahui,
Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M.Kes Ns. Andi Lis AG, M. Kep
NIP. 196508251985032001 NIP. 196803291994022001
v
A. Data Diri
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswa
B. Riwayat Pendidikan
sampai sekarang
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas
berkat dan rahmatnya yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dalam rangka memenuhi persyaratan
kesulitan dan hambatan, akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat bantuan dari
berbagai pihak. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis telah mendapatkan
bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak baik materil maupun moril.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat :
2. Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
3. Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan
dengan baik.
bimbingannya sehingga Karya tulis imiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Bapak Ade Herman dan Ibu Juliati selaku orang tua saya terimakasih banyak yang
8. Adik saya Galih Citra Putri, terimakasih sudah mendukung untuk menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu masukan,
saran, serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Tika Herlia
viii
ABSTRAK
ABSTRACT
Respiratory system disorders are the main cause of the large size and number
of individuals affected by disease in the respiratory organs, one of which is pleural
effusion. Pleural effusion is usually caused by infectious and non-infectious
diseases. The high incidence of pleural effusion is one of them caused by the delay
of patients to check their health early. This study aims to obtain an overview of
nursing care in patients with pleural effusion in Dr. Hospital. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan and RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung.
This study uses a case study method with the literature review by
implementing care as a unit of analysis. The unit of analysis is adult patients with
pleural effusion. The data collection method is by interview, observation, physical
examination, documentation study and. The instrument of data collection uses the
format of Nursing Care according to the provisions in force in the campus nursing
study program at the East Kalimantan Polytechnic.
It can be concluded that each patient with pleural effusion has a different
response to the problem. This is influenced by the condition or health status and
ability of the patient to deal with a problem. So that nurses must carry out
comprehensive nursing care to handle nursing problems in each patient and improve
skills in implementing nursing care, especially in patients with pleural effusion.
DAFTAR ISI
1. Tujuan Umum........................................................................................... 5
1. Bagi Peneliti................................................................................................. 6
1. Pengertian ................................................................................................. 7
2. Etiologi ..................................................................................................... 8
4. Klasifikasi ............................................................................................... 13
5. Manifestasi Klinis................................................................................... 13
6. Patofisiologi............................................................................................ 14
9. Komplikasi ............................................................................................. 18
1. Pengkajian .............................................................................................. 33
E. Prosedur Penelitian..................................................................................... 52
A. Hasil ........................................................................................................... 55
LAMPIRAN - LAMPIRAN
xiii
GAFTAR GAMBAR
DAFTAR BAGAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik Pada Pasien ......................... 60
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
mempunyai beberapa kebutuhan dasar yang harus terpenuhi jika ingin dalam
keadaan sehat dan seimbang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur unsur
atmosfer yang kita hirup dari hidung dan berakhir prosesnya di paru-paru untuk
ukuran dan jumlah individu yang terkena penyakit di bagian organ pernapasan.
Salah satu penyakit gangguan sistem pernapasan pada manusia yaitu efusi
gangguan hati, hingga keganasan di paru-paru (Mc Gart & Anderson, 2011).
2
Amerika Serikat ditemukan sekitar 1,5 juta kasus per tahunnya dengan
keganasan, dan emboli paru (Rubins, 2013). Hasil penelitian di salah satu rumah
penyakit infeksi saluran napas lainnya dan Kelompok umur terbanyak terkena
efusi pleura antara 40-59 tahun, umur termuda 17 tahun dan umur tertua 80
beragam mulai dari efusi pleura tanpa gejala hingga efusi pleura masif yang
efusi pleura tanpa gejala, biasanya efusi pleura terlihat dari gambaran X-Ray
Karakteristik tanda dan gejala dari efusi pleura yang sering terjadi seperti
sesak nafas, batuk kering, dan nyeri dada pleuritik. Pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan bunyi redup saat dilakukan perkusi, berkurangnya taktil vokal
fremitus saat dilakukan palpasi, dan penurunan bunyi napas pada auskultasi
Masalah keperawatan yang umum terjadi pada pasien dengan efusi pleura
salah satunya adalah pola napas tidak efektif dan gangguan pertukaran gas
muncul gejala hipoksia seperti sianosis. Sementara itu, efusi pleura juga
Oleh karena itu, peran perawat dan tenaga kesehatan sangatlah diperlukan
peneumothoraks, gagal nafas dan kolaps paru sampai dengan kematian. Peran
(Muttaqin, 2008).
pertukaran gas yang adekuat, ventilasi yang adekuat, dan perfusi jaringan yang
dan pertukaran gas yang adekuat. Evakuasi cairain dilakukan melalui tindakan
masalah pernapasan pada pasien efusi pleura adalah pengkajian berupa monitor
status mental, dispnea, sianosis, dan saturasi oksigen (Wilkinson & Ahern,
2005). Selain itu, tindakan keperawatan yang penting adalah “Positioning” yang
(Dean, 2014).
tahun 2018 hingga sekarang ini kasus efusi pleura yang dirawat di RSUD
ini penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
nyata.
B. Rumusan Masalah
masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil peneliti ini diharapkan agar selalu menambah dan memperdalam imu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
peningkatan cairan yang luar biasa di antara ruang pleura. Pleura adalah
selaput tipis yang melapisi permukaan paru-paru dan bagian dalam dinding
lapisan pleura. Biasanya, jumlah cairan yang tidak terdeteksi hadir dalam
2. Etiologi
keduanya, ini disebabkan oleh satu dari lima mekanisme berikut (Morton 2012)
a) Infeksi
(1) Tuberkulosis
(2) Pneumonitis
b) Non infeksi
(8) Hipotiroidisme
(9) Kilotoraks
c. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru
dan tuberculosis.
3. Anatomi Fisiologi
a. Trakea
b. Bronkus
Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-
trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Trakea bercabang menjadi
bronkus utama (primer) kiri dan kanan. Bronkus kanan lebih pendek
lebih lebar dan lebih vertikal dari pada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari
bawah arteri disebut lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
dan bawah.
c. Bronkioli
Sampai titik ini, jalan udara konduksi mengandung sekitar 150 ml udara
11
pertukaran gas.
tidak menimbulkan sakit bila antara dinding rongga dada dan paru-paru
e. Lobus
Lobus merupakan jalur dari paru-paru yang terdiri dari beberapa bagian
yaitu paru kiri terdiri dari dua lobus (lobus superior dan lobus inferior)
dan paru kanan terdiri dari tiga lobus yaitu (lobus superior, lobus medius
permukaan pulmo.
thoraks.
pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut dengan cairan pleura.
Dimana di dalam cairan pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yang
berfungsi agar tidak terjadi gesekan antara pleura ketika proses pernapasan.
Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru kanan yang terdiri tiga
lobus terdiri dari bagian atas, tengah dan bawah sedangkan paru-paru kiri
terdiri dari 2 lobus yaitu lobus atas dan bawah. Bagian atas puncak paru
disebut apeks yang menjorok ke atas arah leher pada bagian bawah disebut
mudah bergerak dari satu rongga ke rongga yang lainnya. Dalam keadaan
normal seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua pleura, karena
biasanya sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa yang
selalu bergerak secara teratur. Cairan ini berfungsi untuk pelumas antara
kedua pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain.
Setiap saat, jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih
dari cukup untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi, maka kelebihan
tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik dari rongga pleura ke
oleh pleura parietalis dan absorbs oleh cairan viseralis. Oleh karena itu,
rongga pleura disebut sebagai ruang potensial, karena ruang ini normalnya
13
begitu sempit, sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas (Muttaqin,
2011).
4. Klasifikasi
kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat (Morton, 2012)
5. Manifestasi Klinis
pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan berkurang
14
e. Didapati segi tiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
6. Patofisiologi
bergerak teratur. Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua
pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui
ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic
15
primer. Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening
akibat dari tuberkulosa paru melalui focus subpleura yang robek atau
melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robekkan kearah
saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau columna
vetebralis.
merupakan eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura
tersebut karena kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya
bukanlah karena adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya efusi
asimetris, dada yang lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi redup.
Selain hal - hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh efusi pleura
7. Penatalaksanaan Medis
a. Tirah baring
b. Thoraksentesis
nyeri,dispneu, dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1 - 1,5 liter perlu
c. Antibiotic
d. Pleurodesis
17
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat melalui
8. Pemeriksaan Penunjang
jumlah kecil.
maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil
untuk dianalisa.
9. Komplikasi
a. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase
yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan
pleura tersebut.
b. Atalektasis
c. Fibrosis paru
ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara
d. Kolaps Paru
e. Empiema
dalam rongga pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas
bir atau lebih, yang menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas
1. Diagnosis Keperawatan
a. Definisi
b. Jenis
2017).
1) Positif
a) Promosi Kesehatan
optimal.
2) Negatif
kesakitan.
a) Aktual
21
kesehatan.
b) Resiko
masalah kesehatan.
c. Komponen
(PPNI, 2017).
1) Masalah (Problem)
2) Indikator Diagnostik
diagnosis.
optimal.
23
2. Pathway
24
3. Masalah keperawatan
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi penderita efusi
pleura sebelum dilakukan tindakan invasif menurut (Nurarif et al, 2015) dan
(PPNI, 2017):
1) Definisi Masalah
adekuat.
2) Penyebab
pernafasan )
a) Data Mayor
(1) Subjektif
(a) Dipsnea
(2) Objektif
b) Data Minor
(1) Subjektif
(a) Ortopnea
25
(2) Objektif
a) Trauma thoraks
1) Definisi
2) Penyebab
a) Data Mayor
(1) Subjektif
Mengeluh nyeri
26
(2) Objektif
(c) Gelisah
b) Data Minor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
(g) Diaforesis
Infeksi
1) Definisi
2) Penyebab
27
a) Data Mayor
(1) Subjektif
Mengeluh lelah
(2) Objektif
istirahat
b) Data Minor
(1) Subjektif
(2) Objektif
istirahat
aktivitas
(d) Sianosis
a) PPOK
1) Definisi
2) Penyebab
a) Data mayor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
b) Data minor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
(b) Kejang
(c) Takikardi
(d) takipnea
4) kondisi terkait
proses infeksi
29
1) Definisi
metabolisme.
2) Penyebab
a) Data Mayor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
b) Data Minor
(1) Subjektif
(2) Objektif
(e) Sariawan
30
(h) Diare
Infeksi
1) Definisi
topic tertentu.
2) Penyebab
a) Data mayor
(1) Subjektif
(2) Objektif
b) Data minor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
bermusuhan, agatasi,hysteria)
Penyakit kronis
1) Definisi
2) Penyebab
a) Data Mayor
(1) Subjektif
Mengeluh nyeri
(2) Objektif
(c) Gelisah
b) Data Minor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
(g) Diaforesis
Kondisi pembedahan
1) Definisi
2) Faktor Risiko
Tindakan invasive
33
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
b. Keluhan Utama
sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura
yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda
-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada,
f. Riwayat Psikososial
kesehatan.
timbulnya penyakit.
abdomen.
h. Pola eliminasi
defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang
1) Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan
k. Pemeriksaan Fisik
pasien.
2) Sistem Respirasi
kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis.
cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan
batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke
medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-
jelas di punggung.
duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi
3) Sistem Cardiovasculer
37
berada pada ICS-5 pada linea medio klavikula kiri selebar 1 cm.
pembesaran jantung.
4) Sistem Pencernaan
vesikaurinarta, tumor).
e) Sistem Neurologis
dan pengecapan.
f) Sistem Muskuloskeletal
g) Sistem Integumen
tidaknya lesi pada kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan
seseorang,
2. Diagnosa Keperawatan
keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
(D.0077)
(PPNI, 2017)
3. Intervensi Keperawatan
(D.0005)
nafas membaik.
2) Kriteria hasil
a) Dyspnea menurun
d) Otopnea menurun
3) Intervensi
Observasi
ronchi kering)
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
perlu.
menurun
2) Kriteria hasil :
c) Meringis menurun
3) Intervensi
42
Observasi
intensitas nyeri.
Terapeutik
meredakan nyeri
Edukasi
Kolaborasi
pasien meingkat
43
2) Kriteria hasil
3) Intervensi
Observasi
Terapeutik
suara, kunjungan)
Edukasi
kembali membaik
44
2) Kriteria hasil :
a) Mengigil menurun
c) Takikardia menurun
d) Takipnea menurun
3) Intervensi
Observasi
Terapeuik
Edukasi
membaik
2) Kriteria hasil
45
3) Intervensi
Observasi
Terapeutik
Kolaborasi
makanan
(D.0111)
pengetahuan meningkat
46
2) Kriteria hasil
mengingkat
3) Intervensi
Observasi
terapeutik
operasi) (D.0077)
menurun
b. Kriteria hasil :
3) gelisah menurun
c. Intervensi
Observasi
intensitas nyeri
Terapeutik
meredakan nyeri
Edukasi
nyeri
Kolaborasi
b. Kriteria hasil :
1) Demam menurun
3) Bengkak menurun
4) Kemerahan menurun
c. Intervensi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
4. Implementasi Keperawatan
keperawatan yaitu :
5. Evaluasi Keperawatan
kualitas data, teratasi atau tidaknya maslah pasien, serta pencapaian tujuan
yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditentukan terebih
dahulu.
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan/Desain Penelitian
B. Subyek Penelitian
1. Efusi Pleura
berdasarkan diagnose medis yang tercatat di dalam rekam medik pasien dan
E. Prosedur Penelitian
media internet.
telah di peroleh.
2 pasien.
53
Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang
G. Keabsahan Data
Keabsahan data pada penelitian ini di tentukan oleh integritas peneliti (karena
secara komprehensif pada pasien dengan efusi pleura, keabsahan data dilakukan
tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu pasien
dengan efusi pelura, perawat dan orang tua/keluarga pasien yang berkaitan
H. Analisis Data
dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.
dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang
digsunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang
BAB IV
Pada bab ini saya akan mereview hasil dan pembahas dari tika herlia dan
latifa ayni, selanjutnya akan di uraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
hasl pengamatan tentang data umum pasien dan tentang gambaran lokasi umum
dan ruang melati RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung. Pengmbilan data
dilakukan padaa tanggal 11 Maret – 13 Maret 2020 dan 25 Maret – 27 Maret 2019
dengan jumlah subyek sebanyak dua pasien. Adapun hasil penelitiannya diuraikan
sebagai berikut :
A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Penelitian
dr. Kanujoso Djatiwibowo atau dahulu dikenal dengan Rumah Sakit Umum
tersedia antara lain: intalasi rawat jalan, instalasi farmasi, ruang rawat inap,
Lampung, ruang melati adalah adalah salah satu bagian dalam ruang
Moeloek provinsi Lampung yang terdiri dari 2 unit yaitu unit pertama ruang
56
terdiri dari kelas khusus dengan 6 tempat tidur (TB MDR), kelas 1 dengan
5 tempat tidur, kelas II dengan 10 tempat tidur, kelas III dengan 21 tempat
tidur, exra bed dengan 15 tempat tidur, selanjutnya ruang isolasi flu burung
tidur yang terdiri dari kelas suspect dengan 4 tempat tidur, kelas comfirm
ruangan.
pasien dengan kasus bedah dan non bedah untuk pemempuan. Ruang
Balikpapan.
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Pada Pasien 1 dan 2 Dengan Efusi Pleura
di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr.H
Abdul Moeloek provinsi Lampung
Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2
Nama Ny. N Ny. N
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Umur 47 Tahun 53 tahun
Status Perkawinan Menikah Menikah
Pekerjaan Wiraswasta IRT
Agama Islam Islam
Pendidikan Terakhir SLTA Sma
Alamat Jalan Perum Karangjoang sutiyoso gg.
Panderwangi lk I kota
baru, kec.Tanjung
Karang Timur
Diagnosa Medis Efusi Pleura Efusi Pleura
Nomor Register 75.39.XX 00.54.19.21
MRS/ Tgl Pengkajian Rabu, 11 Maret 2020/ 24 Maret 2019 / 25
Rabu, 11 Maret 2020 Maret 2019
Keluhan utama Pasien mengatakan sesak Pasien mengatakan
napas Sesak napas
Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit Pasien datang ke Rs.
sekarang pasien yaitu Abdoel Moeloek pada
pasien pada hari Rabu tanggal 24 maret 2019
tanggal 11 maret 2020 melalui UGD pukul
pasien mengatakan 21.23 WIB. Klien
Sesak napas, batuk dan mengatakan sesak
nyeri pinggang. Pasien napas. Pasien menga
tiba di IRD pada pukul takan sesak dan yang
16.00 Wita. Pasien dirasakan hilang timbul,
mengatakan awalnya sesak berat dirasakan
hanya batuk pilek, saat beraktivitas dan
kemudian dirujuk ke sesak terasa ringan saat
Rumah Sakit Restu Ibu dalam keadaan rileks
dengan diagnose TBC, dan memoposisikan
pasien dianjurkan setengah duduk dan
melakukan pengobatan miring sebelah kanan,
tbc di puskesmas. Setelah Pasien mengatakan dada
berjalan 2 bulan sebelah kanan atas
pengobatan ternyata terasa berat, frekuensi
dokter salah sesak tidak menentu,
mendiagnosa. Selama 2 sesak mengakibatkan
bulan pengobatan TBC, pasien mual dan tidak
sering timbul alergi pada nafsu makan. sesak
makanan. Pasien sudah dirasakan sejak 3
mengatakan pada rontgen hari yang lalu, TD
1 sudah ada cairan di 120/90, RR 28 x/menit,
paru-paru, lalu pada S: 36,0 0C, N 92
rongen ke 2 cairan x/menit, SaO2: 98%.
semakin membanyak.
Pasien mengatan jika
58
banyak beraktivitas
pasien mudah lelah dan
sesak nafas. Pasien
mengatakan pada
tanggang 9 Maret 2020
dilakukan penarikan
cairan di Ruang
Flamboyan A sebanyak
1,1 Liter.
Riwayat penyakit dahulu Pasien mengatakan ada Pasien mengatakan tidak
riwayat asma. Pasien pernah masuk rumah
mengatakan pernah sakitsebelumnya, Pasien
dilakukan operasi katarak tidak pernah mengalami
pada tahun 2018 di RSUD operasi sebelumnya.
kanujoso djatiwibowo
balikpapan. Pasien
mengatakan alergi
makanan yaitu : udang,
ayam, kepiting, ikan,
bayam, susu.
Riwayat penyakit keluarga Pasien mengatakan Pasien mengatakan
keluarganya tidak ada keluarga Pasien tidak
yang memiliki riwayat ada yang memiliki
penyakit keturunan, riwayat penyakit TBC,
penyakit kronik ataupun jantung, diabetes
penyakit menular. militus, dan hipertensi
Pasien mengatakan
Pasien tidak memiliki
riwayat alergi baik
alergi obat maupun
makanan
Psikososial Pasien dapat
berkomunikasi dengan
perawat maupun orang
lain sangat baik dan lancar
serta menjawab
pertanyaan yang diajukan
oleh perawat. Pasien
mengatakan penyakit
yang ia alami ini adalah
cobaan dari tuhan dan
pasien ikhlas
menjalaninya. Orang yang
paling dekat dengan
pasien adalah suaminya.
Ekspresi pasien terhadap
penyakitnya tidak ada
gangguan. Pasien
mengatakan interaksi
dengan orang lain baik
dan tidak ada masalah.
Reaksi dan interaksi
pasien tampak kooperatif
dan tidak ada gangguan
konsep diri.
59
Pleura
pasien 1 dan pasien 2 ditemukan ada persamaan yaitu sesak napas. Pada
pinggang.
menular. Pada pasien 1 dan 2 tidak ada riwayat penyakit kronik. Pada
dan menular.
berinteraksi dengan kooperatif dan tidak ada gangguan pada konsep diri.
Tabel 4.2 Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik Pada Pasien Dengan
Efusi Pleura pasien 1 dan 2 di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan dan RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung
Pemeriksaan fisik Pasien 1 Pasien 2
1. Keadaan umum a. Pasien dengan posisi a. Pasien terpasang
semi fowler. ifus Rl 500cc
b. Pasien terpasang infus b. Pasien dengan
di sebelah tangan kiri posisi semi
dengan cairan infuse RL fowler.
500cc.
c. Pasien tidak terdapat
tanda klinis yang
mencolok seperti
adanya sianosis dan
perdarahan.
2. Kesadaran (GCS) E4M6V5 Composmentis
3. Tanda-tanda vital TD : 114/80 mmHg TD : 120/90 mmHg
HR : 103 x/menit - N : 92x/menit
T : 36,20C - RR : 28 x/menit
RR : 24 x/menit - S : 36,0C
SPO2 : 97% SPO2 : 98 %
5 5
Berdasarkan
Tab
tusuk, nyeri skala 4, nyeri dirasakan hilang timbul lebih kurang 3 menit,
yaitu pasien sesak, batuk tidak produktif, irama pernapasan tidak teratur,
bernapas, vocal premitus tidak sama kuat antara kiri dan kanan, perkusi
redup, suara napas wheezing, sedangkan pada pasien 2 sesak napas hilang
timbul. Dari kedua pasien tersebut ditemukan kesamaan data yaitu tidak
badan ideal, tidak ada penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir, nafsu
makan baik. Saat di rumah sakit pasien makan dengan jumlah 1 porsi
kadang tidak habis dengan frekuensi makan 3 kali sehari dengan jumlah
minum lebih kurang 700 cc/hari, pasien memiliki pantangan atau alergi,
tidak memiliki kesulitan dalam mengunyah atau menelan, tidak ada mual
konsistensi lunak. Pada pasien 2 nafsu makan kurang, pasien tidak ada
BAK sebanyak 3-4 kali sehari dengan konsistensi kuning jernih, bau
normal.
terdapat bayangan pada vena, tidak terdapat benjolan dan masa, tidak
terdapat luka operasi, tidak terdapat drain, peristaltik usus 12 x/menit, tidak
terdapat nyeri tekan pada titik Mc. Burney, tidak ada pembesaran dan nyeri
pada hepar, tidak terdapat undulasi, sfiting dullness tidak terdapat cairan,
tidak terdapat nyeri ketuk pada ginjal. Pada pasien 2 tidak ada lesi dan
bising usus 10 x/m terdapat nyeri tekan pada ulu hati klien, klien
mengatakan nyeri seperti terlilit dan hilang timbul, nyeri akan hilang jika
klien berbaring setengah duduk dan menarik napas dalam, dan akan timbul
kanan atas.
bantu kateter, bau urine normal, tidak ada pembesaran kandung kemih.
sendi pasien bebas, pada pemeriksaan tangan kanan, tangan kiri kaki kiri,
terdapat fraktur, tidak terpasang traksi, spalk, atau gips, tidak terdapat
kompartemen syndrome, turgor kulit baik < 3 detik. Pada pasien 2 sama
seperti pasien 1 hanya saja pada pasien 2 tidak terdapat edema pada bagian
ekstremitas.
Instalasi Patologi
Anatomi: Makroskopis
74
Pasien 2
Pasien 1
a. Dexametasone (iv) 3x1 a. IVFD RL 10 tts/mnt
b. Ketorolac (iv) 3x30 mg b. Inj. metil predinosolon 5mg/12jam
c. Ringer Laktat (iv) 16 Tpm c. Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
(500cc/24 jam) d. Katerolac 30 mg/hari
e. Inj. Levofloxacin 5 mg/24 jam
b. Diagnosa Keperawatan
No Pasien 1 Pasien 2
Urut Hari/Tanggal Diagnosa Hari/Tanggal Diagnosa
ditemukan Keperawatan Ditemukan Keperawatan
(kode SDKI) (Kode SDKI)
1. Rabu, 11 Pola napas tidak Senin, 25 Pola napas tidak
Maret 2020 efektif Maret 2019 efektif
berhubungan berhubungan
75
b. Pasien
mengatakan
lemas
Objektif:
a. Tidak
tersedia(D.00
56)
Table 4.5 telah melakukan pengkajian dan menganalisis data pada pasien
diagnosa pada tanggal 24 Maret 2019 dengan diagnosa Pola Napas Tidak
c. Perencanaan
Pasien 2
Masalah Rencana keperawatan
keperawatan Tujuan Rencana tindakan
79
d. Pelaksanaan
b. Pasien tampak
19.15 menggunakan otot
bantu pernapasan
c. Tampak terdengar
bunyi napas
wheezing
d. RR : 26x/mnt
e. Spo2 : 97%
Do:
a. Pasien tampak
menggunakan
otot bantu
pernapasan
b. Pasien tampak
menggunakan
cuping hidung
83
c. Tampak usaha
20. 00 napas semi fowler
d. Terpasang nasal
kanul 3 lpm
e. Pasien tampak
tenang
Do:
a. Pada pemeriksaan
auskultasi suara
napas wheezing
b. Tampak tidak ada
secret
c. Pasien tampak
paham
Ds :
2.1 Melakukan identifikasi a. Pasien mengatakan
skala nyeri nyeri di daerang
pinggang
b. Pasien mengatkan
20.10 Nyeri seperti
tertusuk tusuk
c. Pasien mengatkan
Nyeri hilang
timbul
Do :
a. Skala nyeri 4
b. Pasien tampak
meringis
c. Tampak frekuensi
nadi meingkat
d. TD : 114/80
mmHg
N : 103x/mnt
RR: 26 X/ menit
S : 36,2⁰C
Spo2 : 98%
Ds :
2.2 Melakukan identifikasi
lokasi, karakteristik,
84
Ds:
a. Pasien mengatan
jika beraktivitas
pasien mudah lelah
dan sesak nafas.
Do :
a. Pasien tampak
lelah.
20.40 b. Dalam beraktifitas
pasien tampak
3.2. Menganjurkan tirah dibantu oleh suami
baring. c. Pasien tampak sulit
beraktivitas karena
sesak
Ds :
a. Pasien mengatakan
bersedia
dianjurkan untuk
tirah baring
Do :
a. Pasien tampak
paham
20.45 b. Pasien tampak
3.3. Menganjurkan rileks
melakukan ativias secara c. Pasien sulit
bertahap berkativitas karena
sesak napas
Ds :
a. Pasien mengatakan
bersedia
melakukan
aktifitas secara
bertahan
Do :
a. Pasien tampak
paham yang di
21.00 anjurkan perawat
Melakukan visite keperawatan b. Pasien saat
beaktivitas masih
dibantu oleh suami
S:
a. Pasien mengatakan
masih terasa sesak
b. Pasien mengatakan
masih batuk-batuk
86
c. Pasien mengatakan
jika beraktivitas
akan sesak napas
dan lelah.
d. Pasien mengatakan
sudah tidak nyeri
di daerah pinggang
O:
a. Pasien tampak
tidak meringis
menahan nyeri lagi
b. Skala nyeri 1
c. Pasien tampak
lemah
d. Pasien tampak
gelisah
e. Pasien tampak
sesak
TTV:
TD: 118/80 mmHg
N: 80X/menit
T: 36,0⁰C
RR: 24X/Menit
Spo2:98%
A:Masalah belum
teratasi
P:Lanjutkan
Intervensi
Hari 2
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Waktu Pelaksanaan
Kamis, 12 Maret 2020
14.00 Visite keperawatan S:
a. Pasien mengatakan
sesak dan batuk
mulai berkurang
b. Pasien mengatakan
nyeri sudah hilang
c. Pasien mengatakan
jika beraktivitas
masih sesak
O:
a. Pasien tampak masih
sesak
b. Pasien tampak masih
menggunakan otot
c. pernapasan
d. Pasien masih
menggunakan
pernapasan cuping
hidung
e. Pasien tampak lemah
87
TTV:
TD: 120/70 mmHg
N: 84X/menit
RR: 22X/menit
T: 36,0⁰C
SPO2: 98%
a. Pasien tampak
terpasang nasal kanul 3
lpm
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
14.15
Menginstruksikan pada Ds:
pengunjung dan pada pasien a. Pasien dan
untuk mencuci tangan saat pengunjung
berkunjung dan setelah mengatakan
berkunjung meninggalkan mengerti cara
pasien mencuci tangan
yang benar
Do:
a. Pasien dan salah satu
pengunjung tampak
melakukan cara cuci
tangan yang baik
14.25
1.1 Melakukan monitor pola Ds:
napas (frekuensi, a. pasien mengatakan
kedalaman, usaha napas) sesak berkurang
b. pasien mangatakan
batuk sudah
berkurang
Do:
a. pasien tampak
menggunakan nasal
kanul saat sesak
saja
b. pasien tampak
sesak sudah
berkurang
c. pasien tampak
14.30 posisi semi fowler
1.2 Melakukan monitor d. RR : 22x/mnt
bunyi napas tambahan
(mis. Gurgling, mengi, Ds:
wheezing, ronci kering) a. Pasien mengatakan
bersedia dilakukan
pemeriksaan
Do:
a. Pasien sedikit lebih
tenang
b. Wheezing pada
pasien berkurang
c. Pasien tampak
menggunakan otot
88
bantu pernapasan
berkurang
d. Pasien tampak
menggunakan
cuping hidung
berkurang
14.50
1.3 memberika posisikan Ds:
semi fowler / fowler a. Pasien mengatakan
sesak napas
berkurang.
b. Pasien mengatakan
batuk sudah
berkurang
Do:
a. Pasien tampak
menggunakan otot
bantu pernapasan
berkurang.
b. Pasien tampak
menggunakan
pernapasan cuping
hidung berkurang
c. Pasien tampak
tenang
15.10
1.4 memberikan oksigen jika Ds:
perlu. a. Pasien mengatakan
sesak napas
berkurang
Do:
a. Pasien tampak
menggunakan otot
bantu pernapasan
b. RR : 22x/mnt
c. Terpasang nasal
kanul jika sesak
saja
d. Spo2 : 98 %
15.20
1.5 mengajarkan pasien Ds:
teknik batuk efektif a. Pasien mengatakan
batuk berkurang
b. Pasien mengatakan
sesak berkurang
Do:
a. Pada pemeriksaan
auskultasi suara
napas Wheezing
berkurang
b. Tampak tidak ada
secret
PASIEN 2
2. 26 Maret 2019
1. Memeriksa tanda-tanda vital (tekanan
08.20 WIB darah, nadi, pernapasandan suhu)/8
jam
2. Mengauskultasi dada sebelah kiri
pasien.
3. Memposisikan klien semi fowler,
miringkan ke arah sisi yang sakit yang
94
d. Evaluasi
e. TTV:
TD: 114/80 mmHg
HR: 103X/menit
T: 36,2⁰C
RR: 24X/Menit
Spo2 : 97%
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1.1 Melakukan monitor pola
napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
1.2 Melakukan monitor bunyi
napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, wheezing,
ronci kering)
1.3 memberikan posisikan semi
fowler / fowler
1.4 berikan oksigen jika perlu.
1.5 Ajarkan pasien teknik batuk
efektif
Hari 2
Hari Ke- Diagnosa Kep Evaluasi SOAP
Kamis , 12 Maret Pola napas tidak efektif S:
2020 berhubungan dengan hambatan a. Pasien mengatakan sesak
upaya napas ( kelemahan otot napas berkurang
pernapasan) O:
a. Pasien tampak masih
sesak
b. Pasien tampak
menggunakan pernapasan
cuping hidung sudah
berkurang
c. Pasien tampak
menggunakan otot bantu
saat bernapas sudah
bekurang.
d. TTV:
TD: 120/80 mmHg
N: 84X/menit
T: 36,2⁰C
RR: 22X/Menit
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1.1 Melakukan monitor pola
napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
1.2 Melakukan monitor bunyi
napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi,
wheezing, ronci kering)
1.3 memberikan posisikan
semi fowler / fowler
1.4 berikan oksigen jika perlu.
1.5 Ajarkan pasien teknik
batuk efektif
Intoleransi Aktivitas berhubungan S:
dengan kelemahan . a. Pasien mengatakan saat
beraktivitas sesak napas
dan mudah lelah sudah
berkurang
O:
a. pasien tampak gelisah sudah
berkurang
b. pasien tampak posisi semi
fowler
c. pasien tampak lemah
berkurang
98
Hari 3
Hari Ke- Diagnosa Kep Evaluasi SOAP
Jumat , 13 Maret Pola napas tidak efektif S:
2020 berhubungan dengan hambatan a. Pasien mengatakan sudah
upaya napas ( kelemahan otot tidak sesak napas
pernapasan) b. Psien mengatakan sudah
tidak batuk
O:
a. Pasien tampak tidak sesak
b. Tampak irama pernapasan
pasien sudah teratur
c. Pasien tampak sudah tidak
menggunakan pernapasan
cuping hidung
d. Pasien tampak sudah tidak
menggunakan otot bantu
saat bernapas
e. Pasien sudah tidak
menggunakan nasal kanul
f. TTV:
TD: 114/80 mmHg
N: 80X/menit
T: 36,2⁰C
RR: 20X/Menit
A: Masalah sudah teratasi
P : Intervensi di hentikan
PASIEN 2
Waktu dan Tanggal Evaluasi
25 Maret 2019 Subjektive
08.15 WIB 1. Pasien mengatakan sesak
2. Pasien mengatakan sesak bertambah saat beraktivitas
Objektive
1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 l/menit
2. Posisi pasien semifowler
3. TTV:
TD:120/90 mmHg
Nadi: 92x/menit,
RR: 28 x/menit,
Suhu: 36,0 0C
4. Bunyi nafas ronchi
5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
Assesment
Pola Napas Tidak Efektif Belum Teratasi
Planning
Lanjutkan Intervensi Observasi :
1. Monitor kualitas,
frekuensi, dan kedalaman pernapasan, serta melaporkan
setiap perubahan yang terjadi /8jam
2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi
tambahan /8 jam
Mandiri :
3. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan
kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler
atau arah yang sakit
4. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan
5. Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat
Subjective:
26 Maret 2019 1. Pasien mengatakan sesak berkurang
08.15 WIB 2. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak saat
beraktivitas ringan seperti duduk dan makan sendiri
di tempat tidur
Objective:
1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 lpm
2. Posisi pasien semifowler
3. TTV:
TD : 120/90 mmHg
Nadi: 92x/menit, RR: 26 x/menit Suhu: 36,0⁰C
4. Bunyi nafas ronchi
5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
100
Assesment:
Pola Napas Tidak
Efektif belum teratasi
Planning:
Lanjutkan intervensi Observasi :
1. Monitor kualitas, frekuensi, dan kedalaman
pernapasan, serta melaporkan setiap perubahan yang
terjadi /8 jam
2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi tambahan
/8 jam
Mandiri :
3. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan
kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler
atau arah yang sakit
4. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
27 Maret Subjective:
2019 1. Pasien mengatakan sesak berkurang
09.30 WIB 2. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak saat
beraktivitas ringan
Objective:
1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 lpm
2. Posisi pasien semifowler
3. TTV:
TD : 120/90 mmHg
Nadi: 92x/menit, RR: 24 x/menit, Suhu: 36,00C
4. Bunyi nafas ronchi
5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
Assesment:
Pola Napas Tidak Efektif Belum Teratasi
Planning:
Lanjutkan intervensi Observasi :
1. Monitor kualitas,
frekuensi,dan kedalaman pernapasan,serta melaporkan
setiap
perubahan yang
terjadi //8 jam
2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi
tambahan /8 jam
Mandiri :
3. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan
kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler
atau arah yang sakit
4. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat
Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi
Lampung, ayni, tahun 2019
101
pada pasien 1, dibuat evaluasi tindakan selama 24 jam. Pada pasien 1 saat
keperawatan yang teratasi 2 dan sebagian teratasi 1 yaitu pola napas tidak
keperawatan yang teratasi 2 dan sebagian teratasi 1, pola napas tidak efektif
B. Pembahasan
pada 2 pasien dengan Efusi pleura sesuai dengan konsep-konsep teori yang ada.
– 13 Maret 2020 di ruang Flamboyan A dan 3 hari pada pasien 2 mulai dari
evaluasi.
102
1. Pengkajian
a. Pasien 1
sesak napas.
1 merupakan tanda dan gejala dari efusi pleura yang terjadi karena
Sesak napas, batuk dan nyeri pinggang. Pasien tiba di IRD pada pukul
lelah dan sesak nafas. Pasien mengatakan pada tanggang 9 Maret 2020
dan kiri tidak sama kuat. Hasil pemeriksaan rontgen thoraks 1 posisi
disebelah kanan.
pleura yaitu adanya penyakit infeksi dan non infeksi. Untuk penyakit
kapiler yang rusak dan masuk ke dalam paru yang dilapisi pleura
b. Pasien 2
Usia subyek asuhan pada pengumpulan data ini adalah usia lebih
Abdoel Moeloek pada tanggal 24 maret 2019 melalui UGD pukul 21.23
yang dirasakan hilang timbul, sesak berat dirasakan saat beraktivitas dan
sebelah kanan atas terasa berat, frekuensi sesak tidak menentu, sesak
dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Pemeriksaan vital TD: 110/80 mmHg,
0
N: 87x/menit, RR: 28x/menit, Suhu: 36,7 C, Kesadaran :
(pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit), terdapat suara redup
karena terdapat cairan di lapang paru sebalah kanan terdapat suara redup
depan, tidak terdapat nyeri tekan pada seluruh lapang paru. Hasil
pada ulu hati Pasien, Pasien mengatakan nyeri seperti terlilit dan hilang
timbul, nyeri akan hilang jika pasien berbaring setengah duduk dan
menarik napas dalam, dan akan timbul jika pasien melakukan aktivitas,
2. Diagnosa Keperawatan
keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
Menurut (Nurarif, Amin Huda & Kusuma, 2015) dan (PPNI, 2017)
ada 4 diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien efusi pleura
Diagnosa yang sama antara teori dengan kedua pasien yaitu pola napas
otot pernapasan). Diagnosa ini muncul pada pasien 1 dan 2 karena pada
pasien mengatakan sesak napas dan data objektif dari pasien 1 dan 2
dari data subyektif meliputi dispnea dan untuk data objektif yaitu adanya
napas abnormal. Kriteria minor yang didapatkan dari data subjektif yaitu
(PPNI, 2017).
fisiologis
tampak gelisah .
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
tersedia data subjektif dan untuk data objektif tekanan darah meningkat,
pasien.
d. Intoleransi aktivitas
tampak sesak.
110
subjektif yaitu mengeluh lelah dan data objektif yaitu frekuensi jantung
berubah > 20% dari kondisi istirahat. Kriteria minor didapatkan data
setelah beraktivitas, merasa lemah dan untuk data objektif tekanan darah
3. Perencanaan
2017).
111
keperawatan.
dalam waktu yang telah ditentukan diharapkan pola napas pasien kembali
Intervensi tindakan pola napas tidak efektif yang telah di buat pada
posisikan semi fowler., berikan oksigen jika perlu, Ajarkan pasien teknik
batuk efektif
nafsu makan yang telah di buat pada pasien 2 meliputi: Lakukan pengkajian
lengkap rasa mual termasuk frekuensi, durasi, tingkat mual, dan faktor yang
aktivitas sehari-hari, dan pola tidur pasien, Anjurkan makan sedikit tapi
pemberian obat
membaik.
secara bertahap
4. Pelaksanaan
keperawatan yaitu pola napas tidak efektif tindakan yang dilakukan yaitu
relaksasi napas dalam pada pasien yang terpasang water seal drain yaitu agar
5. Evaluasi Keperawatan
masalah keperawatan yang muncul hanya dua masalah yang teratasi yaitu
pola napas tidak efektif dan nyeri akut. Pada pola napas tidak efektif
ditandai dengan menunjukan pola napas pasien normal, bebas sianosis dan
tanda gejala hipoksia. Pada nyeri akut ditandai dengan keluhan nyeri
terasa sesak dan mudah lelah. Evaluasi objektif didapat pasien masih
tampak lelah, pasien tampak posisi semi fowler, jika beraktivitas pasien di
bantu oleh suami. Pada tanggal 12 maret 2020 didapatkan evaluasi subjektif
pasien mengatkan saat beraktivitas sesak napas dan lelah mulai berkurang,
suami. Pada tanggal 13 maret 2020 didapatkan data evaluasi subjektif pasien
mengatkan saat beraktivitas sudah tidak sesak dan lelah berkurng, evaluasi
masalah keperawatan yang muncul hanya dua masalah yang teratasi yaitu
resiko defisit nutrisi dan intoleransi aktivitas. Pada pola napas tidak efektif
subjektif klien mengatakan sesak napas dan batuk masih dirasakan tetapi
oksigen nasal kanul 2 lpm dan suara napas masih terdengar ronchi. pada
tanggal 27 Maret 2019 didapat data subjektif masih terasa sesak tetapi
masalah pola napas tidak efektif pada pasien 2 belum dapat teratasi
116
BAB V
A. Kesimpulan
Kalimantan Timur sedangkan Pada pasien 2 Ruang Melati RSUD Dr. H. Abdoel
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan
yang dilakukan oleh peneliti yaitu intervensi yang dilakukan secara mandiri
maupun kolaborasi.
4. Pelaksanaan tindakan
5. Evaluasi Keperawatan
pasien 1 dan 2 selama 3 hari perawatan oleh peneliti dan dibuat dalam
B. Saran
1. Bagi Peneliti
menyeluruh.
Hasil peneliti ini diharapkan agar selalu menambah dan memperdalam imu
terbaru.
120
DATAR PUSTAKA
Arif Muttaqin. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Haugen, N & Galura, S.J. (2012).Ulrich & Canale's Nursing Care Planning Guides
(7th Ed). Diakses pada 19 februari 2020 pada
http://www1.us.elsevierhealth.com/SIMON/Ulrich/Constructor/diagnos
es.cfm?did=320
Juall Lynda, 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Buku kedokteran
EGC
Martha & Smith Kelly, 2010. Nanda Diagnosa Keperawatan. Yogyakarta: Digna
pustaka
121
Nair, M., & Peate, I. (2015). Dasar-dasar Patofisiologi Terapan Edisi 2. Jakarta:
Bumi Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). NANDA NIC-NOC edisi refisi jilid 1 2015.
Jakarta: Media Action Publishing.
Sherwood, L. (2010). Human physiologi: From cell to system. USA: Brooks and
Cole
The British Thoracic Society. (2010). Pleural Disease Guideline 2010 A Quick
Reference Guide. British Thoracic Society Reports, Vol 2, No 3, 2010.
Diakses pada tanggal 19 februari 2020 pada http://www.brit-
thoracic.org.uk/clinical-information/pleural-disease.aspx
A. PEMERIKSAAN FISIK
Item Klien 2
pengkajian
Data Nama : Ny. N
umum Umur : 53 tahun Status perkawinan : menikah
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : sma
Jenis kelamin : perempuan Alamat : sutiyoso gg.
Panderwangi lk I kota baru, kec.Tanjung
Karang Timur
Sumber biaya :jamkesmas BPJS
Dx. Medis : efusi pleura No. rekam medic : 00.54.19.21
Tanggal pengkajian : 25 Maret 2019
Pola Klien mengatakan sesak saat melakukan aktivitas dan cepat lelah,
pengkajian klien tidak batuk. Pada saat pengkajian diperoleh data:
oksigenasi Inspeksi: frekuensi napas 28x/m, kedalaman pernapasan dangkal
dan cepat, pernapasan tidak menggunakan cuping hidung, irama
napas tidak teratur, tampak ekspansi dada asimetris
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, vocal fremitus menurun,
ekspansi dada tidak maksimal ada ketertinggalan gerak pada dada
sebelah kanan, tidak teraba getaran antara IC 6-8 pada dada
sebelah kanan depan
Perkusi: terdapat suara redup antara IC 6-8 pada thorax dextra
Auskultasi : terdengar suara vesikuler pada thorax sinistra dan
terdengar suara ronkhi pada thorax dexyta antara IC 6-8 depan.
Pola Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien makan 3 kali
pengkajian dalam seharidan selalu menghabiskan 1 piring setiap makan,.
metabolis semenjak masuk rumah sakit nafsu makan klien berkurang dan
medan hanya menghabiskan sedikit atau ½ porsi makanan yang diberikan
nutrisi rumah sakit. Klien mengatakan minum dalam sehari sekitar 8-9
gelas. Selama 24 jam terakhir klien makan 3 kali dalam sehari.
Klien mengatakan selama di rumah sakit tidak menghabiskan
makanan yang disediakan. Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
nya
dan klien merasa mual dan tidak nafsu makan. Klien tampak
lemas.
Pola Sebelum sakit klien baraktivitas dan bekerja seperti biasa, setelah
Aktivitas sakit klien hanya terbaring di tempat tidur dan aktivitas nya
dibantu oleh keluarga
Pola Klien bekerja sebagai ibu rumah tangga, situasi keluarga klien
Konsepsi baik, dengan ia sebagai kepala keluarga memiliki seorang istri dan
Diri 2 orang anak. Klien termasuk aktif dalam keanggotaan kelompok
sosial, yaitu pengajian ibu-ibu dan arisan di sekitar rumahnya.
Klien mengatakan bahwa tiadak ada keadaan fisiknya yang tidak
ia sukai.
Pola Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit tidur nya 6-8
pengkajian jam/hari dan setelah bangun merasa segar.
istirahat Klien mengatakan tidur 5-6 jam/hari klien mengatakan tidak
tidur dapat tidur dengan nyenyak dan sering terbangun saat tidur karena
nyeri padaulu hati.
159
MCV 85 79-99
MCH 28 27-31
MCHC 34 30-35
Hitung jenis:
- Basofil 0 0-1
- Eoshinofil 0 2-4
- Batang 0 3-5
- Segmen 86 50-70
- Limfosit 8 25-40
- Monosit 6 2-8
Instalasi
Patologi
Anatomi:
Makroskopis
Diterima cairan fleura
volume 200 ml warna
merah
B. ANALISIS DATA
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama klien Diagnosa keperawatan
Ny. N 1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan
Hambatan Upaya Napas
2. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan
Faktor Psikologis (Keengganan Untuk Makan)
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan
Kelemahan Fisik Umum Dan Keletihan
Sekunder Akibat Adanya Sesak Napas.
161
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
menimbulkan mual.
7. Berikan istirahat dan tidur yang
adekuat untuk mengurangi
mual
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian obat
tambahan /8 jam
Mandiri :
1. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan
kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler
atau arah yang sakit
2. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat
26 Maret 2019
08.15 WIB Subjective:
1. Pasien mengatakan sesak berkurang
2. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak saat
beraktivitas ringan seperti duduk dan makan sendiri
di tempat tidur
Objective:
1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 lpm
2. Posisi pasien semifowler
3. TTV:
TD : 120/90 mmHg
Nadi: 92x/menit, RR: 26 x/menit Suhu:
36,0⁰C
4. Bunyi nafas ronchi
5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
6. Pola nafas dispneu.
Assesment:
Pola Napas Tidak
Efektif belum teratasi
Planning:
Lanjutkan intervensi Observasi :
1. Monitor kualitas, frekuensi, dan kedalaman
pernapasan, serta melaporkan setiap perubahan yang
terjadi /8 jam
2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi
tambahan /8 jam
Mandiri :
1. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan
kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler
atau arah yang sakit
2. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan
Kolaborasi
27 Maret 1. Kolaborasi pemberian obat
2019
09.30 WIB
Subjective:
1. Pasien mengatakan sesak berkurang
2. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak saat
beraktivitas ringan
Objective:
1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 lpm
2. Posisi pasien semifowler
3. TTV:
4. TD : 120/90 mmHg
5. Nadi: 92x/menit, RR: 24 x/menit, Suhu: 36,00C
6. Bunyi nafas ronchi
164
NIM : P07220117077
efusi pleura
g. Kata
pengantar,
daftar isi,daftar
pustaka belum
saatnya
dicantumkan
a. Perhatikan
2 4 februari 2020 BAB I spasi yang
digunakan
Latar belakang
b. Masalah yang
masalah
muncul pada
efusi pleura
belum
dicantumkan
c. Komplikasi
efusi pleura
d. Data efusi
pleura harus
dicantumkan
a. Penelitian
3 10 februari 2020 BAB I-II sebelumnya
harus
Latar belakag
dimasukan
maslah –
b. Pengetikan
metode
disesuaikan
penelitian
c. Penomoran
harus rapih
d. Tambahkan
gangguan
pernapasan
e. Sumber belum
dimasukan
f. Definisi
operasional
diperbaiki
g. Umur pasien
diperbaiki
h. Pint ke 5 di
bab 3
167
penulisan di
perbaiki
a. Penomoran
4. 21 februari 2020 BAB I - III diubah menjadi
abjad
b. Perbaiki bagan
pathway
c. Intervensi
sesuaikan
dengan
siki,sdki,slki
d. Tambahkan
kata pada
asuhan
keperawatan
e. Bahasa
operasional
f. Tambahkan
tanggal di
jadwl
penelitian
168
NIM : P07220117077
efusi pleura
NIM : P07220117077
efusi pleura
NIM : P07220117077
efusi pleura