Modul Dietetika Selesaipdf PDF Free
Modul Dietetika Selesaipdf PDF Free
MODUL PEMBELAJARAN
DIETETIKA
DOSEN PEMBIMBING
1. AFRIYANA SIREGAR, S.GZ.,M.BIOMED
2. ARIE KRISNASARY, S.GZ.,M.BIOMED
ANGKATAN 18
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kata sempurna, kritik
dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan
dari buku ini. Semoga buku sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya buku yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .........................................................................................................
4 |D i e t e t i k a P e n y a k i t I n f e k s i
G. Definisi dan etiologi Tetanus .............................................................................
5 |D i e t e t i k a P e n y a k i t I n f e k s i
BAB XIII DIIT PADA PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN
(BRONKOPNEUMONIA, ISPA, TBC) .....................................................................
6 |D i e t e t i k a P e n y a k i t I n f e k s i
PENDAHULUAN
PAGT merupakan proses penanganan problem gizi yang sistematis dan akan
memberikan tingkat keberhasilan yang tinggi. Tujuan pemberian asuhan gizi adalah
mengembalikan pada status gizi baik dengan mengintervensi berbagai faktor
penyebab. PAGT dilaksanakan di semua fasilitas pelayanan kesehatan, seperti di
rumah sakit (di rawat inap dan rawat jalan), klinik pelayanan konseling gizi dan
dietetik, Puskesmas, dan di masyarakat. Proses asuhan gizi terstandar (PAGT)
harus dilaksanakan secara berurutan dimulai dari langkah asesmen, diagnosis,
intervensi dan monitoring dan evaluasi gizi (ADIME). Langkah-langkah tersebut
saling berkaitan satu dengan lainnya dan merupakan siklus yang berulang terus
sesuai respon/perkembangan pasien. Apabila tujuan tercapai maka proses ini akan
dihentikan, namun bila tujuan tidak tercapai atau tujuan awal tercapai tetapi
terdapat masalah gizi baru maka proses berulang kembali mulai dari assessment
gizi.
1 |D i e t e t i k a P e n y a k i t I n f e k s i
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat. World
Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa penyakit ini merupakan
penyebab utama kelamahan pada anak. Selain itu penyakit infeksi adalah penyakit
yang disebabkan oleh masuknyak dan berkembangbiak mikroorganisme, suatu
kelompok luas dari organisme mikroskopik yang terdiri dari suatu atau banya sel
seperti bakteri, fungi dan parasit serta virus. Infeksi bakteri dapat terjadi pada anak
dan menyerang berbagai organ pada tubuh anak penyakit infeksi terjadi ketika
interakasi dengan mikroba menyebabkan kerusakan pada tubuh dan menimbulkan
berbagai gejala dan tanda klinis. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan
oleh mikroba patogen, dan bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya
penyakit melibatkan tiga faktor yang saling berinteraksi yaitu : faktor penyebab
penyakit (agen), faktor manusia atau pejamu (host), dan faktor lingkungan. Bakteri
penyebab infeksi yaitu Escherichia Coli dan Bacillus Subsitilis. Beberapa contoh
antibiotik yang diberikan seperti amoksilin untuk infeksi oleh bakteri gram positif,
kloranifenikol. Pada infeksi oleh bakteri gram-positif dan gram negatif, klindamisin
pada infeksi oleh bakteri gram positif (kecuali Entereccus) (Waluyo, 2009
2 |D i e t e t i k a P e n y a k i t I n f e k s i
BAB I
KONSEP (NUTRITION CARE PROCESS) NCP
ASUHAN GIZI
Problem gizi timbul bila terjadi ketidaksesuaian antara asupan dan kebutuhan
tubuh akan zat gizi. PAGT merupakan proses penanganan problem gizi yang sistematis
dan akan memberikan tingkat keberhasilan yang tinggi. PAGT dilaksanakan di semua
fasilitas pelayanan kesehatan, seperti di rumah sakit (di rawat inap dan rawat jalan),
klinik pelayanan konseling gizi dan dietetik, Puskesmas, dan di masyarakat.
Tujuan pemberian asuhan gizi adalah mengembalikan pada status gizi baik dengan
mengintervensi berbagai faktor penyebab. Keberhasilan PAGT ditentukan oleh
efektivitas intervensi gizi melalui edukasi dan konseling gizi yang efektif, pemberian
Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) harus dilaksanakan secara berurutan dimulai
dari langkah asesmen, diagnosis, intervensi dan monitoring dan evaluasi gizi
C. LANGKAH-LANGKAH PAGT
10 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Tentukan etiologi (penyebab problem). Tulis pernyataan diagnosis gizi
dengan format PES (Problem-Etiologi-Signs and Symptoms).
1) Domain Asupan
2) Domain Klinis
3) Domain Perilaku-Lingkungan
Setiap domain menggambarkan karakteristik tersendiri dalam
memberi kontribusi terhadap gangguan kondisi gizi.
1) Domain Asupan
Berbagai problem aktual yang berkaitan dengan asupan energi,
zat gizi, cairan, atau zat bioaktif, melalui diet oral atau dukungan gizi
(gizi enteral dan parenteral). Masalah yang terjadi dapat karena
kekurangan (inadequate), kelebihan (excessive) atau tidak sesuai
(inappropriate). Termasuk ke dalam kelompok domain asupan
adalah:
1. Problem mengenai keseimbangan energi
2. Problem mengenai asupan diet oral atau dukungan gizi
3. Problem mengenai asupan cairan
4. Problem mengenai asupan zat bioaktif
5. Problem mengenai asupan zat gizi, yang mencakup problem
mengenai: Lemak dan Kolesterol,Protein, Vitamin, Mineral,
Multinutrien
2) Domain Klinis
Berbagai problem gizi yang terkait dengan kondisi medis atau fisik.
Termasuk ke dalam kelompok domain klinis adalah:
11 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
a) Problem fungsional, perubahan dalam fungsi fisik atau
mekanik yang mempengaruhi atau mencegah pencapaian gizi
yang diinginkan
b) Problem biokimia, perubahan kemampuan metabolisme zat
gizi akibat medikasi, pembedahan, atau yang ditunjukkan oleh
perubahan nilai laboratorium
c) Problem berat badan, masalah berat badan kronis atau
perubahan berat badan bila dibandingkan dengan berat badan
biasanya
Domain Perilaku-Lingkungan
Berbagai problem gizi yang terkait dengan pengetahuan,
sikap/keyakinan, lingkungan fisik, akses ke makanan, air minum,
atau persediaan makanan, dan keamanan makanan. Problem yang
termasuk ke dalam kelompok domain perilaku-lingkungan adalah:
a) Problem pengetahuan dan keyakinan
b) Problem aktivitas fisik dan kemampuan mengasuh diri sendiri
c) Problem akses dan keamanan makanan
12 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
a. Tujuan Intervensi Gizi
Mengatasi masalah gizi yang teridentifikasi melalui perencanaan dan
penerapannya terkait perilaku, kondisi lingkungan atau status kesehatan
individu, kelompok atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi
klien.
b. Komponen Intervensi Gizi
Intervensi gizi terdiri dari 2 (dua) komponen yang saling berkaitan yaitu
perencanaan dan Implementasi.
1) Perencanaan
Langkah langkah perencanaan sebagai berikut :
13 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
rekomendasi, kebijakan dan prosedur serta kesukaan dan nilai-
nilai yang dianut oleh pasien /klien.
g) Tetapkan waktu dan frekuensi intervensi Identifikasi sumber-
sumber yang dibutuhkan
2) Implementasi
Langkah langkah implementasi meliputi :
14 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
b) Tetapkan prioritas masalah gizi sehingga edukasi yang
disampaikan tidak komplek.
c) Rancang materi edukasi gizi menyesuaikan dengan kebutuhan
individu pasien, melalui pemahaman tingkat pengetahuannya,
keterampilannya, dan gaya/cara belajarnya.
3) Konseling (C)
Konseling gizi merupakan proses pemberian dukungan pada
pasien/klien yang ditandai dengan hubungan kerjasama antara
konselor dengan pasien/klien dalam menentukan prioritas,
tujuan/target, merancang rencana kegiatan yang dipahami, dan
membimbing kemandirian dalam merawat diri sesuai kondisi dan
menjaga kesehatan. Tujuan dari konseling gizi adalah untuk
meningkatkan motivasi pelaksanaan dan penerimaan diet yang
dibutuhkan sesuai dengan kondisi pasien.
4) Koordinasi asuhan gizi
Strategi ini merupakan kegiatan dietisien melakukan konsultasi,
rujukan atau kolaborasi, koordinasi pemberian asuhan gizi dengan
tenaga kesehatan/institusi/ dietisien lain yang dapat membantu
dalam merawat atau mengelola masalah yang berkaitan dengan gizi.
Pada langkah intervensi gizi ini dietisien harus berpikir kritis dalam
hal:
a. Menetapkan prioritas dan target/goals
b. Menentukan preskripsi gizi atau perencanaan dasar
c. Menggalang hubungan interdisipliner
d. Intervensi perilaku awal dan hal terkait gizi lainnnya
e. Memadukan strategi intervensi gizi dengan kebutuhan
pasien, diagnosis gizi, dan nilai nilai pasien
f. Menentukan waktu dan frekuensi asuhan
15 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
4. Langkah 4 : Monitoring dan Evaluasi Gizi
a. Tujuan Monitoring dan Evaluasi Gizi
Tujuan kegiatan ini untuk mengetahui tingkat kemajuan pasien dan apakah
tujuan atau hasil yang diharapkan telah tercapai. Hasil asuhan gizi
seyogyanya menunjukkan adanya perubahan perilaku dan atau status gizi
yang lebih baik.
16 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
b) Evaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil
kesehatan pasien secara menyeluruh.
c. Objek yang dimonitor
Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi dipilih Indikator asuhan gizi.
Indikator yang di monitor sama dengan indikator pada asesmen gizi,
kecuali riwayat personal.
d. Kesimpulan hasil monitoring dan evaluasi Contoh hasil
monitoring antara lain :
1) Aspek gizi : perubahan pengetahuan, perilaku, makanan dan asupan,
zat gizi
2) Aspek status klinis dan kesehatan : perubahan nilai laboratorium,
berat badan, tekanan darah, faktor risiko, tanda dan gejala, status
klinis, infeksi, komplikasi, morbiditas dan mortalitas
3) Aspek pasien : perubahan kapasitas fungsional, kemandirian
merawat diri sendiri
4) Aspek pelayanan kesehatan : lama hari rawat
17 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
plan), sepanjang kesinambung langkah langkah PAGT dapat tercatat
dengan baik.
c. Tata cara
1) Tuliskan tanggal dan waktu
2) Tuliskan data data yang berkaitan pada setiap langkah PAGT
3) Membubuhkan tanda tangan dan nama jelas setiap kali menulis pada
catatan medic
18 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
c. Rujukan standar
Standar yang digunakan dapat berupa rujukan internasional maupun
nasional. Misalnya untuk pembanding data antropometrik (WHO) atau
laboratorium (standar kadar gula darah mengikuti Konsensus Diabates
Mellitus).
DAFTAR PUSTAKA
19 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
BAB II
KONSEP DIET ORANG SAKIT
20 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
BAB II
21 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
meningkatkan volume feses, sehingga memudahkan feses meninggalkan saluran
cerna bawah, sehingga konstipasi dapat dihindari.
Pemberian terapi diet pada orang sakit bukan semata-mata memberikan
makanan yang adekuat saja, melainkan mempertimbangkan faktor lain
seperti bagaimana kemampuan mencerna dan menyerap makanan, kondisi
penyakitnya, dan faktor psikologisnya. Secara umum pemberian terapi diet
sebaiknya bervariasi dan sedikit mungkin mendekati kebiasaan makan pada saat
pasien sehat. Oleh karena faktor makanan kesukaan dan pola makan sehari-hari
sebaiknya dijadikan pertimbangan selain kondisi sosial ekonomi, agama, budaya,
dan lingkungan. Penentuan diet individual pasien dapat mengacu pada pedoman
gizi seimbang dan angka kecukupan gizi yang dianjurkan secara umum, namun
secara spesifik tetap memperhatikan fisiologis untuk kebutuhan metabolisme
basal, faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu yang menganggu
pencernaan atau meningkatkan kebutuhan gizi, faktor sosio-ekonomi seperti
adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan gizinya. Dengan kata
lain pemberian terapi diet tetap memberikan diet yang adekuat tetapi harus
melakukan berbagai modifikasi sehingga diet yang telah disediakan dapat
diterima seusuai dengan kondisi pasien. Kadang-kadang dalam melakukan
modifikasi diet perlu agresif terutama dalam meredam terjadinya malnutrisi agar
tidak terjadi proses katabolisme yang hebat yang dapat memperburuk kondisi
pasien yang dikenal dengan istilah pemberian dukungan gizi. Dalam modul ini,
Anda diajak untuk mempelajari konsep dasar modifikasi diet secara
konsepsional, dan kapan serta bagaimana prinsip penyediaan dukungan gizi .
Dengan harapan sesudah mengkaji materinya Anda akan memahami dengan baik
tentang modifikasi diet termasuk prinsip penyediaan dukungan gizi. Modul ini
terdiri atas 3 kegiatan belajar, yaitu: 1. Prinsip dasar modifikasi diet. 2. Diet atau
makanan Rumah sakit. 3.Prinsip dasar dukungan gizi.\
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat. World
Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa penyakit ini merupakan
penyebab utama kelamahan pada anak. Selain itu penyakit infeksi adalah penyakit
22 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
yang disebabkan oleh masuknyak dan berkembangbiak mikroorganisme, suatu
kelompok luas dari organisme mikroskopik yang terdiri dari suatu atau banya sel
seperti bakteri, fungi dan parasit serta virus. Infeksi bakteri dapat terjadi pada anak
dan menyerang berbagai organ pada tubuh anak penyakit infeksi terjadi ketika
interakasi dengan mikroba menyebabkan kerusakan pada tubuh dan menimbulkan
berbagai gejala dan tanda klinis. Mikrooganisme yang menyebabkan penyakit
pada manusia sebagai mikroorganisme patogen, salah satunya bakteri patogen.
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen, dan
bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan tiga
faktor yang saling berinteraksi yaitu : faktor penyebab penyakit (agen), faktor
manusia atau pejamu (host), dan faktor lingkungan. Bakteri penyebab infeksi yaitu
Escherichia Coli dan Bacillus Subsitilis. Beberapa contoh antibiotik yang
diberikan seperti amoksilin untuk infeksi oleh bakteri gram positif, kloranifenikol.
Pada infeksi oleh bakteri gram-positif dan gram negatif, klindamisin pada infeksi
oleh bakteri gram positif (kecuali Entereccus).
Timbulnya berbagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mendorong
untuk terus dilakukannya penelitian baru yang mampu menghasilkan antibiotik
baru serta memiliki efikasi yang optimal untuk mengobati penyakit infeksi. Salah
satu mikroorganisme penghasil antibiotik adalah Actinomycetes. Actinomycetes
merupakan salah satu bakteri yang mirip jamur dan tergolong dalam bakteri Gram
positif (Waluyo, 2009).
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama di negara maju dan berkembang. World Health Organization (WHO)
mengemukakan bahwa penyakit ini merupakan penyebab utama kematian pada
anak-anak. Data WHO tahun 2012 menyatakan bahwa tingkat Antibiotik
merupakan obat yang digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Untuk
menentukan antibiotik spesifik yang akan digunakan, dilakukan pemeriksaan
secara mikrobiologis, seperti isolasi organisme patogen dari spesimen tubuh yang
steril dan uji sensitifitas antimikroba (Novard, dkk 2019).
23 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Penanganan infeksi kemudian dilakukan setelah didapatkan bakteri yang
menginfeksi. Beberapa contoh antibiotik yang diberikan seperti amoksisilin untuk
infeksi oleh bakteri Gram-positif, kloramfenikol pada infeksi oleh bakteri Gram-
positif dan bakteri Gram-negatif, klindamisin pada infeksi oleh bakeri Gram-
positif (kecuali Enterococcus), eritromisin untuk infeksi oleh bakteri Gram-positif,
Corynebacterium diphtheriae, dan Mycoplasma pneumoniae, gentamisin pada
infeksi bakteri basil Gram-negatif, ciprofloksasin pada infeksi oleh Streptococcus
pyogenes, Shigella, Salmonella, Enterobacter, Pseudomonas aeruginosa, penisilin
pada infeksi oleh Streptococcus grup A, Treponema pallidum,dan Neisseria
meningitidis, sulfadiazin pada infeksi saluran urinarius oleh Escherichia coli,
Klebisella, dan Proteus mirabilis (Novard, dkk 2019).
Masalah yang sering terjadi adalah penanganan infeksi anak dilakukan
berdasarkan diagnosis klinis dengan antibiotik empiris sebelum atau bahkan tanpa
mengidentifikasi mikroorganisme patogen spesifik. Kondisi ini didukung dengan
situasi di Indonesia, seperti keterbatasan sarana diagnostik, keterbatasan cakupan
asuransi kesehatan serta kekhawatiran akan terjadi infeksi bakterial yang berat,
sehingga dokter pada umumnya memilih untuk segera memberikan antibiotik
segera setelah mendapatkan pasien dengan demam (Novard, dkk 2019).
24 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Penularan mikroba pathogen dengan memerlukan adanya “media
perantara” baik berupa barang/ bahan, udara, air, makanan/minuman, maupun
vector dan serangga (Novard, dkk 2019).
B. Etiologi
Penyakit infeksi ialah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan
berkembangnya biaknya mikroorganisme, suatu kelompok luas dari organisme
mikroskopik yang terdiri dari satu atau banyak sel seperti bakteri, fungi, dan
parasit serta virus.2 Penyakit infeksi terjadi ketika interaksi dengan mikroba
menyebabkan kerusakan pada tubuh host dan kerusakan tersebut menimbulkan
berbagai gejala dan tanda klinis. Mikroorganisme yang menyebabkan penyakit
pada manusia disebut sebagai mikroorganisme patogen, salah satunya bakteri
pathogen. Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh 4 organisme yaitu: bakteri,
virus, parasit, dan fungi (jamur)
1. Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Spesies bakteri
dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan dapat hidup di dalam dirinya.
Bakteri dapat masuk melalui udara, tanah, air, cairan dan jaringan tubuh dan
benda mati lainnya.
2. Virus
Virus yang berisi asam nukleat (nukleat acid) karena harus masuk dalam
sel hidup untuk di produksi)
3. Parasit
Organisme yang hidup pada atau di dalam makhluk hidup lain (disebut
inang) dengan menyerap nutrisi, tanpa memberi bantuan atau manfaat lain
padanya. Parasit dapat menyerang manusia dan hewan, serta menurunkan
produktivitas inang yang ditumpanginya.
4. ungi (jamur)
Infeksi yang ditimbulkan karena fungi sebagai individu bersarang atau
menyerang tubuh (mengakibatkan infeksi) atau produk yang dihasilkan oleh
25 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
fungi yang masuk ke dalam tubuh kita (tanpa sengaja) yang bersifat toksik dan
mematikan, sebagai contoh : produk aflatoxin. Beberapa antibiotika yang
dihasilkan oleh fungi sebagai contoh penisilin dan sefalosporin sangat
bermanfaat bagi perkembangan dunia klinis. Produk ini bersifat efektif
melawan bakteri gram positif maupun gram negatif yang bersifat sangat
merugikan (Novard, dkk 2019).
C. Gambaran Klinik
Organisme yang secara potensial pathogen terdapat di dalam tubu (luka)
tanpa menyebabkan tanda-tanda klinis infeksi. Setiap penyakit infeksi memiliki
gambaran/ tanda-tanda klinis yang berbeda. Seperti batuk, gejala yang di
timbulkan adalah flu berat yang sering terjadi pada tahap awal adalah demam,
sakit tenggorokan, mudah lelah, sakit dan ngilu pada otot dan sendi dan sakit
kepala di alami oleh penderita penyakit infeksi lainnya (Novard, dkk 2019).
26 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
harus melewati 3 tahap yaitu tahap : pre-analitik (input), analitik (proses) dan
post- analitik (output) (Novard, dkk 2019).
E. Penatalaksanaan :
1. Problem klinik
2. Memilih tes lab
3. Meminta tes lab
4. Koleksi specimen
5. Preparasi specimen
6. Premerik/analitik
7. Verifikasi hasil lab
8. Pelaporan hasil lab
9. Jawaban problem klinik
10. Tindakan klinik
11. Dampat pada penderita (Novard, dkk 2019).
27 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
3. Menghentikan reproduksi virus menggunakan obat-obatan antivirus,
seperti obat untuk hiv/aids dan cold sore
4. Mencegah infeksi dari awal dengan cara mendapatkan vaksinasi,
seperti untuk flu dan hepatitis
5. Ingat: antibiotik tidak akan berguna untuk infeksi virus (Novard, dkk
2019).
28 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Operasi 1,05 – 1,5
Faktor Stres
29 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
2 Multiple bone fracture 1,1-1,3
3 Kanker 1,1-1,45
5 Sepsis 1,2-1,4
DAFTAR PUSTAKA
Novard, F. A., Suharti, N., & Rasyid, R. (2019). Gambaran Bakteri Penyebab Infeksi
Pada Anak Berdasarkan Jenis Spesimen dan Pola Resistensinya di Laboratorium RSUP
Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014-2016. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(Supplement 2),
27–32.
30 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
BAB III
BENTUK-BENTUK MAKANAN RUMAH
SAKIT DAN CARA PEMBERIANNYA
31 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
BAB III
A. MAKANAN BIASA
a. GAMBARAN UMUM
Makanan biasa adalah makanan yang diolah dan disajikan dengan
meng. Angka kecukupan Gizi (AKG) yang direkomendasikan untuk orang
dewasa sehat. Susunan makanan sehari-hari mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Makanan biasa diberikan kepada pasien yang memerlukan penyakit
tidak memerlukan standar makanan khusus. Makanan biasa diberikan kepada
pasien yang dapat mencerna makanan normal melalui mulut, misalnya pada
pasien dengan kasus kebidanan dan menggunakan aneka ragam bahan
makanan, tekstur, rasa dan aroma, makanan sehari-hari di rumah. penyakit
kandungan, pasien dengan fraktur, pasien yang tidak dapat meningkatkan
suhu tubuh, pasien yang dapat mencerna makanan dengan baik, pasien bedah
yang tidak Memperbaiki saluran cerna, pasien psikiatri yang tidak mengalami
gangguan saluran pencernaan
32 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
1. Energi, protein, lemak sesuai kebutuhan.
2. Cukup mengandung vitamin dan mineral serta cairan dan serat.
3. Bahan makanan yang bervariasi dari makanan sehari-hari
Syarat Makanan Biasa
1. Energi sesuai kebutuhan.
2. Protein 10-15% dari kebutuhan
3. Lemak 10-25% dari kebutuhan
4 Karbohidrat 60–75% dari kebutuhan energi total.
5. Vitamin dan mineral sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi yang
direkomendasikan.
6. Cairan sesuai dengan angka kecukupan gizi yang dibutuhkan 1,5-2 liter
total energi. total energi. per hari.
7. Serat sesuai dengan angka kecukupan gizi yang direkomendasikan.
8. Makanan tidak tersedia saluran cerna.
9. Makanan diberikan dalam porsi 3 kali makanan lengkap dan 2–3 kali
makanan selingan sesuai daya terima pasien. Jika asupan makanan kurang
dapat dikombinasikan dengan makanan cair.
d. BAHAN MAKANAN
Pembagian Bahan Makanan Sehari dan Nilai Gizi
Berdasarkan kebutuhan gizi, energi dan protein, makanam biasanya
dikelompokkan menjadi 1700 Kkal, 1900 Kkal, 2100 Kkal dar 2300 Kkal
(Lihat Tabel 5.1)
1. Bahan makanan dapat ditukar bahan makanan yang sesuai dengan bahan
makanan yang sesuai dengan daerah dan kebiasaan makan Cara menukar dapat
dilihat berdasarkan Bahan Makanan lokal. Penukar.
2. URT = ukuran rumah tangga, lihat tabel ukuran rumah tangga.
3. Sayuran terdiri dari sayuran golongan A, B, C (kacang-kacangan, sayur hijau
atau warna kuning dan sayuran jenis lain).
Catatan:
33 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
1. Makanan selingan diberikan di antara waktu makan.
2. Makanan selingan mengandung 150-200 kkal (10% dari total kaloi) per porsi
Makanan yang tidak dianjurkan pada makanan yang baik Makanan yang dapat
dibeli dengan saluran cerna dan makanan yang enak, seperti makanan yang berlemak
tinggi, terlalu manis, terlalu berbumbu, terlalu pedas, terlalu banyak asam, juga
minuman yang mengandung soda dan alcohol
Daftar Pustaka
Pusat Diabetes & Lipid Jakarta, RSCM / FKUI dan Instalasi Gizi RSCM (2011). Dafiar
Makanan Penukar, edisi tiga.
Instalasi Gizi Perjan RSCM dan Asosiasi Dietisien Indonesia (2006). Penuntun Diet
edisi baru.
Ngatmira Anna, Penetapan Standar Porsi Diet Berbasis Sisa Makanan Pasien Bedah di
RSUPN dr Cipto Mangunkusumo, 2013.
34 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
B. MAKANAN CAIR
a. Gambaran Umum
Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair dengan
komposisi zat gizi yang sederhana hingga lengkap, yang diberikan melalui
rongga mulut ke saluran gastrioinstestinal, melalui slang/tube, atau stoma
(lubang). Makanan ini diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan
mengunyah,menelan, dan pencernaan makanan karena adanya penurunan
kesadaran, suhu tinggi, rasa mual, muntah, pasca pendarahan saluran cerna serta
pra dan pasca bedah . Hal yang perlu di perhatikan dalam pengembangan
makanan cair adalah :
1. Zat gizi : zat gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan
(lemak,protein,karbohidrat,mineral,air). Zat gizi juga merupakan
substansi yang dapat diperoleh dari berbagai jenis makanan serta
digunakan dalam proses pertumbuhan, perbaikan dan pemeliharaan.
Contoh zat gizi untuk pasien gagal ginjal kronik,proteinnya dibatasi
sesuai standar, pada pasien diabetes mellitus dibatasi karbohidrat
terutama yang dalam bentuk sederhana.
2. Osmolaritas : osmolaritas adalah cara untuk mengukur mol. Osmolaritas
merupakan istilah kimia yang menggambaran berapa banyak molekul
yang dilarutkan didalam cairan. Jika makin banyak zat yang dilarutkan
dalam cairan maka semakin tinggi osmolaritas tersebut.
- Viskositas : viskositas adalah sifat dari suatu zat cair atau (fluida) yang
disebabkan adanya gesekan antara molekul zat cair dengan cara kohesi
pada zat cair tersebut. Gesekan ini lah yang menghambat aliran zat cair.
-Total padatan terlarut : ukuran semua senyawa organic dan anorganik
yang terlarut dalam suatu cairan, yang menunjukkan perbandingan
padatan yang berbeda.
Menurut konsistensinya makanan cair dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu makanan cair jerni dan makanan cair lengkap.
35 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
b. Pengkajian gizi
Pengkajian gizi merupakan langkah awal dalam asuhan gizi. Tujuan
dilakukan pengkajian gizi adalah mendapatkan informasi yang cukup dalam
rangka mengidentifikasikan masalah terkait gizi serta membuat keputusan
atau menentukan gambaran dan penyebab masalah terkait gizi yang menjadi
dasar dalam menegakkan diagnose gizi. Pengumpulan data yang diperlukan
dapat dilakukan dengan wawancara (interview) pengukuran dan penncatatan
data rekam medis. Data tersebut kemudian dibandingkan dengan standar
refernsi untuk mendapatkan informasi . jenis data dan hasil pengkajian gizi
yang sering terjadi didapatkan dari pasien yang terindikasi makanan cair.
c. Tujuan diet
Memberikan makanan dalam bentuk cair untuk memenuhi kebutuhan
zat gizi pasien dengan tidak memeberatkan kerja saluran cerna , mudah
diserap, sedikit meninggalkan sisa (residu), dan mencegah dehidrasi.
36 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
a. Gambaran umum
Makanan cair jernih adalah makanan yang disajikan dalam bentuk
cairan jerni pada suhu ruang dengan kandungan sisa (residu) minimal dan
tembuh pandang jika diletakkan dalam tempat bening. Jenis cairan yang
diberikan bergantung pada keadaan penyakit atau jenis oprasi yang diberikan
bergantung pada keadaan penyakit atau jenis operasi yang dijalani.
b. Tujuan diet
Tujuan diet makanan cair jerni adalah sebagai berikut :
1. Memberikan makanan dalam bentuk cair, yang memenuhi kebutuhan
cairan tubuh serta mudah diserap dan hanya sedikit meninggalkan sisa
(residu)
2. Tida memberatkan kerja hati dan lambung
3. Mencegah dehidrasi dan menghilangkan rasa haus
c. Syarat diet
syarat diet makanan cair jernih adalah sebagai berikut.
1. Makanan diberikan dalam bentuk jair jernih yang bening (tembus pandang)
2. Bahan makanan hanya terdiri dari sumber karbohidrat
3. Sangat rendah sisa (residu)
4. Tidak merangsang saluran cerna dan mudah diserap
5. Deberikan hanya selama 1-2 hari
6. Porsi kecil dan diberikan selingan
d. Indikasi pemberian
Makanan cair diberikan kepada pasien sebelum dan sesudah operasi
tertentu, keadaan mual dan muntah, dan sebagian makanan tahap awal pasca
pendarahan saluran cerna. Nilai gizinya kurang (0,8 kkal/1 ml),hal ini
dikarenakan hanya terdiri dari sumber karbohidrat saja.
37 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
e. Bahan makanan
Makanan yang dianjurkan Bahan makanan yang boleh diberikan antara lain teh
manis, sari buah,sirop, air gula, kaldu jerni, serta cairan yang mengandung
maltodekstrim.
38 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
diberikan dalam bentuk cair dengan karbohidrat sederhana agar tidak
meninggalkan sisa dilambung yang dapat menggangu proses operasi.
Kunci utama dalam mencapai peulihan pasca operasi yang cepat adalah
minimaliskan stress selama pembedahan. Semakin tinggi tingkat sters,
perkembangan katabolisme juga meningkat. Hal ini berkaitan dengan resistensi
insulin yang memicu degradasi glukosa otot atau gikogen dan terakhir
mendorong glukoneogenesis melalui penghancuran protein otot, akibatnya
terjadi penurunan kekuatan dan kelemahan otot. Blok idural juga dapat memicu
pelepasan kateolamin dan kortisol yang kemudian akan semakin memperparah
kondisi resistensi insulin. Perkembangan proses ini terjadi sangat cepat
setidaknya dalam 4 minggu setelah proses pembedahan.
b. Tujuan diet
Tujuan diet makanan cair jernih rendah sisa adalah memberikan
makanan dalam bentuk cair, untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang mudah
diserap dan hanya sedikit meninggalkan sisi (residu) sehingga dapat
membatasi volume feses dan tidak merangsang saluran ceran.
c. Syarat diet
Syarat diet makanan cair jernih rendah sisa adalah sebagia berikut :
1. Energy sesuai kebutuhan
2. Protein rendah
3. Lemak sedang
4. kArbohidrat tinggi
5. menghindari bahan makanan berserat tinggi dan sedang sehingga
asupan serat maksimal 8 gram/hari
6. bahan makanan terdiri dari sumber karbohidrat dan lemak sederhana
MCT
7. tidak merangsang saluran cerna dan mudah diserap
8. sangat rendah sisa (residu)
39 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
9. menghindari susu dan produk susu dan daging berserat tinggi
10. menghndari makanan yang terlalu berlemak terlalu manis terlalu asam
dan berbumbu tajam
11. porsi kecil diberikan sering (intens)
12. diberikan sehari sebelum operasi dan 2 jam sebelum operasi
d. indikasi pemberian
Makanan cair jerni rendah sisa diberikan kepada pasien pra operasi yang
membutuhkan waktu lama untuk operasi. Misalnya operasi kanker, operasi
jantung, dan lainnya yang diberikan sehari sebelum dan dua jam sebelum
operasi. Diberikan juga sebagai makanan tahap awal pasca pendarahan saluran
cerna.
e. Bahan makanan
Bahan makanan yang boleh diberikan
Bahan makanan yang boleh diberikan antara lain jeruk, sirup, air, gula, putih
elurm serta caitran yang mengandung maltodekstrin, minyak, yang mengandung
MCT minyak kelapa atau minyak zaitun.untu makanan cair jernih ERAs hanya
menggunakan maltodekstrin, gula pasir, sirup, dan minyak zaitun atau minyak
kelapa
CATATAN
cara memesan diet : makanan cair jernih,makanan cair jernih rendah sisa, makanan cair
jernih ERAS
40 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
D. MAKANAN CAIR LENGKAP
a. GAMBARAN UMUM
Makanan cair lengkap adalah makanan yang mempunyai nilai gizi
lengkap dan seimbang sebagai pengganti makanan utama yang dapat memenuhi
kebutuhan gizi. Berbentuk cair pada suhu ruangan dengan kandungan serat
minimal dan tidak tembus pandang jika diletakkan dalam wadah atau tanpak
bening. Jenis makanan yang diberikan bergantung pada keadaan pasien atau
sebagai perpindahan dari makanan cair jernih ke makanan cair lengkap.
b. Tujuan diet
Tujuan diet makanan cair lengkap adalah sebagai berikut :
1. memberikan makanan dalam bentuk cair yang memenuhi kebutuhan
gizi
2. meningkatkan kerja system saluran pencernaan.
c. Syarat diet
Syarat diet makanan cair lengkap adalah sebagai berikut :
1. tidak merangsang saluran pencernaan pasien
2. kandungabn energy minimal 1 kka/1 ml
3. berdasarkan masalah pasien, dapat diberikan formula rendah atau bebas
laktosa, formula dengan asam lemak rantai sedang (medium chain
triglyceride, MCT), formula dengan protein tinggi yang terhidrolisis,
formula tanpa susu, formula dengan serat, dan sebagainya
4. untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral dapat diberikan
tambahan ferosulfat, vitamin B kompleks dan vitamin C
5. sebaiknya osmolaritas <400 osmol/liter
41 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
d. indikasi pemberian
Makanan cair lengkap diberikan pada pasien yang mempunyai masalah
mengunyah, menelan dan mencernakan makanan padat, misalnya perasi
mulut atau tenggorokan dan pada kesadaran menurun. Makanan ini dapat
diberikan melalui oral atau pipi, secara bolus atau drip.
Ada dua golongan makanan cair lengkap, yaitu formula rumah sakit
(FRS) dan formula komersial (FK). Makanan cair lengkap dapat diberikan
lebih dari 3 hari karena sudah memenuhi syarat gizi untuk memenuhi
kebutuhan energy,Protein, lemak, karbohidrat kecuali vitamin danmineral.
Daftar pustaka
Aiton,M.pengaruh makanan cair terhadap kadar glukosa darah pasien diabetes tipe 2,
tesis, 2011
Almatsier,s. (2003). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : PT gramedia pustaka utama
Supriasa,I Dewa Nyoman dan Dian Handayani (2019). Asuhan gizi klinik. Jakarta :
penerbit buku kedokteran EGC
Instalasi gizi perjan RS Dr. Cipto mangunkusumo dan asosiasi dietisien Indonesia.
(2004). Penuntun diet. Jakarta : PT gramedia pustaka utama
Skipper, A. (2004). Gizi enternal dan parenternal. Edisi ke 3. Jakarta : penerbit buku
kedokteran EGC
42 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
E. MAKANAN CAIR MODIFIKASI / KHUSUS
a. GAMBARAN UMUM
Makanan cair modifikasi/khusus merupakan makanan dengan
konsistensi cair yang dimodifikasi kandungan energy dan zat gizinya untuk
memenuhi kebutuhan gizi pasien dengan kondisi khusus. Pasien yang
mendapatkan makanan cair dengan modifikasis khusus antara lain pasien
dengan indikasi makanan cair yang menderita panyakit ginjal kronik, luka
bakar, sepsis, pasien pasca bedah, strok penyakit saluran cerna, dan gizi buruk.
Makanan cair modifikasi/khusus ini ndapat berupa formula rumah sakit dan
foemula komersial yang diberikan secara oral dan enteral.
b. Tujuan diet
Membeikan makanan dalam bentuk cair untuk memenuhi kebutuhan
gizi pasien dengan tidak membebani kerja saluran cerna
43 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
d. Pemberian makanan cair di rumah sakit
Pemberian makanan cair ini di rumah sakit pada umumnya diberikan 1500 cc
(lebih kurang 1500 kkal ) dengan pembagian sebagai berukut
- 3 kali x 300 cc sebagai makananutama
- 3 kali x 200 cc sebagai makanan selingan/snack
Daftar Pustaka
Annalynn skipper. (2019). Gizi enternal daan parentral. Jakarta : penerbit buku
kedokteraan EGC
Asdi cabang jawa barat. (2005). Panduan pemberian makanan enternal. Jakarta : CV
jaya pratama
Instalasi gizi RSSA malang (2016). Panduan penatalaksanaan formula enternal rumah
sakit daan formula enternal komersial
44 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
BAB IV
DIIT PADA PENYAKIT SALURAN CERNA
BAWAH (DIARE, KOSTIPASI)
45 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
D. Pokok Bahasan
Materi tentang pemberian diet pada kondisi atau penyakit
BAB IV
Saluran cerna bagian bawah dapat dibagi menjadi usus halus dan usus besar.
Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Walaupun
terdiri dari tiga bagian, ketiganya bukan merupakan bagian yang terpisah satu sama
lain tetapi memiliki anatomi, motilitas, sekresi digesti dan absorpsi yang berbeda.
Anatomi usus halus unik dan sangat fungsional. Anatomi didisain untuk
menyediakan
permukaan maksimum untuk digesti dan absorpsi hampir semua makanan. Motilitas
usus halus dikontrol oleh sisten neuro enterik dan dipengaruhi oleh berbagai hormon,
peptida, dan neurotransmiter. Motilitas usu halus dan usus besar penting dipelajari
karena perannya pada beberapa penyakit yang membutuhkan dukungan gizi enteral.
Dengan memahami motilitas dan identifikasi reseptor target untuk kontrol motilitas
dapat membantu dalam penanganan penyakit, seperti penyakit irritable bowel
syndrome, konstipasi kronik dan diare.
Usus halus memproduksi sekresi dan menerima sekskresi dari organ
pencernaan lain yaitu pankreas dan kandung empedu. Sekresi tersebut termasuk
hormon, enzim pencernaan, bikarbonat dan empedu. Cairan pankreas menyediakan
enzim pencernaa utama di usus halus, yaitu tripsinogen, kimotripsinogen,
prokarboksilase dan elastase. Amilase pankreatik merupakan enzim utama untuk
pencernaan zat pati atau karbohidrat. Lipase pankreatik dan kolase untuk pencernaan
lemak. Masing-masing zat gizi memiliki tempat penyerapan di usus halus dan usus
besar. Intervensi Gizi berbagai penyakit pada Usus terutama dirancang untuk
meringankan gejala, dan mengoreksi kekurangan zat gizi.
46 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Diare yang ditandai dengan frekuensi pembuangan udara yang besar (lebih dari
300 mL) diambil dengan menggunakan cairan dan elektrolit khusus natrium dan
kalium. Disebabkan oleh penyakit infeksi, seperti jamur, bakteri, virus, pengobatan,
terlalu banyak konsumsi gula atau zat osmotik lain atau penurunan jamur absorptif
mukosa.
Menurut Simadibrata dan Daldiyono (2014) diare adalah buang air besar
dengan feses berbentuk cair atau setengah padat, dengan kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Atau dapat
didefinisikan dengan buang air besar encer lebih dari lebih dari 3 kali per hari yang
dengan/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut adalah diare yang berlangsung
kurang dari 25 hari. Sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih
dari 15 hari.
Diare terjadi ketika isi intestin mengalami percepatan melewati usus halus,
penurunan pencernaan makanan oleh enzim serta penurunan absorpsi cairan dan zat-
zat gizi. Diare berhubungan dengan penyakit peradangan, infeksi fungal, bakteri,
atau virus, obat-obatan, konsumsi gula atau substansi osmotik lain yang berlebih,
respon alergi terhadap makanan, atau kerusakan area absorpsi dari mukosa.
Patogenesis Diare
- Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingganterjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkanya sehingga timbul
diare.
- Gangguan sekresi
Akibat terangsang tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
47 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
- Ganggua motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengkkpuakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya
timbul diare pula.
Etiologi Diare
Diare terjadi karena adanya Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan parasit) alergi,
malabsorpsi, keracunan, obat dan defisiensi imun adalah kategori besar penyebab diare.
Pada balita, penyebab diare terbanyak adalah infeksi virus terutama Rotavirus
(Permatasari, 2012). Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak
dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin
yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan
akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam
basa.
Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan
mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan malabsorpsi. Dan bila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Secara
klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi
(disebakan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorbsi, alergi, keracunan,
imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2011). Penyebab diare sebagian
besar adalah bakteri dan parasit, disamping sebab lain seperti racun, alergi dan dispepsi
(Djamhuri, 14).
a. Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%). Beberapa jenis virus
penyebab diare akut antara lain Rotavirus sero type 1,2,8, dan 9 pada manusia, Norwalk
Virus, Astrovirus, Adenovirus (tipe 40,41), Small bowel structure virus,
Cytomegalovirus.
b. Bakteri
48 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E.coli (EPEC). Enteroaggregative
E.coli (EaggEC), Enteroinvasive E coli (EIEC), Enterohemorragic E.coli (EHEC),
Shigella spp., Camphylobacterjejuni (Helicobacter jejuni), Vibrio cholera 01, dan V.
Cholera 0139, salmonella (non-thypoid).
c. Parasit
Protozoa, Giardia lambia, Entamoeba histolityca, Balantidium coli, Cryptosporidium,
Microsporidium spp., Isospora belli, Cyclospora cayatanensis. Heliminths
Strongyloides sterocoralis, Schitosoma spp., Capilaria philippinensis, Trichuris
trichuria.
d. Non Infeksi
Malabsorbsi, Keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imonodefisiensi, obat
dll
Gambaran Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau
demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang
berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat
menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan
renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik
yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang,
mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta
suara menjadi serak.
Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan
bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH
darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas
lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk
mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada keadaan
asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah, pCO2
normal dan base excess sangat negatif. Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik
49 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan
darah menurun sampai tidak terukur.
Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang
sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul
anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis
tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut.
Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan
pembagian darah dengan pemusatan yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru.
Observasi ini penting karena dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang
menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.
Pemeriksaan Laboratorium
Evaluasi laboratorium pasien tersangka diare infeksi dimulai dari pemeriksaan
feses adanya leukosit. Kotoran biasanya tidak mengandung leukosit, jika ada itu
dianggap sebagai penanda inflamasi kolon baik infeksi maupun non infeksi. Karena
netrofil akan berubah, sampel harus diperiksa sesegera mungkin. Sensitifitas lekosit
feses terhadap inflamasi patogen (Salmonella, Shigella dan Campylobacter) yang
dideteksi dengan kultur feses bervariasi dari 45% - 95% tergantung dari jenis
patogennya. Penanda yang lebih stabil untuk inflamasi intestinal adalah laktoferin.
Laktoferin adalah glikoprotein bersalut besi yang dilepaskan netrofil, keberadaannya
dalam feses menunjukkan inflamasi kolon.
Positip palsu dapat terjadi pada bayi yang minum ASI. Pada suatu studi,
laktoferin feses, dideteksi dengan menggunakan uji agglutinasi lateks yang tersedia
secara komersial, sensitifitas 83 – 93 % dan spesifisitas 61 – 100 % terhadap pasien
dengan Salmonella,Campilobakter, atau Shigella spp, yang dideteksi dengan biakan
kotoran. Biakan kotoran harus dilakukan setiap pasien tersangka atau menderita diare
inflammasi berdasarkan klinis dan epidemiologis, test lekosit feses atau latoferin
positip, atau keduanya. Pasien dengan diare berdarah yang nyata harus dilakukan kultur
feses untuk EHEC O157 : H7.1 Pasien dengan diare berat, demam, nyeri abdomen,
50 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
atau kehilangan cairan harus diperiksa kimia darah, natrium, kalium, klorida, ureum,
kreatinin, analisa gas darah dan pemeriksaan darah lengkap.Pemeriksaan radiologis
seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya tidak membantu untuk
evaluasi diare akut infeksi.
B. NCP Diare
Penalaksanaan pasien diare akut dimulai dengan terapi simptomatik, seperti
rehidrasi dan penyesuaian diet. Terapi simptomatik dapat diteruskan selama
beberapahari sebelum dilakukan evaluasi lanjutan pada pasien tanpa penyakit yang
berat, terutama bila tidak dijumpai adanya darah samar dan leukosit pada fesesnya
(Medicinus, 2009). Penatalaksanaan diare pada anak berbeda dengan orang dewasa.
Prinsip tatalaksana diare pada balita adalah dengan rehidrasi tetapi bukan satu-
satunya terapi melainkan untuk membantu memperbaiki kondisi usus serta
mempercepat penyembuhan/ menghentikan diare dan mencegah anak dari kekurangan
gizi akibat diare dan menjadi cara untuk mengobati diare. Penanganan diare akut
ditujukan untuk mencegah/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan
elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari
diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati
penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan
efektif harus dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang
:
1. Tepat indikasi
2. Tepat dosis
3. Tepat penderita
4. Tepat obat
5. Waspada terhadap efek samping.
Prinsip tatalaksana diare di Indonesia telah ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan yaitu Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare) yaitu: rehidrasi
menggunakan oralit osmolaritas rendah, pemberian Zinc selama 10 hari berturutturut,
teruskan pemberian ASI dan makanan, antibiotik selektif, nasihat kepada
51 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
orangtua/pengasuh (KEMENKES RI, 2011). Penatalaksanaan diare akut pada orang
dewasa antara lain meliputi:
a. Jenis cairan, pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit, cairan
Ringer Laktat, bila tidak tersedia dapat diberikan NaCl isotonik ditambah
satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml
b. Jumlah cairan, jumlah cairan yang diberikan idealnya sesuai dengan cairan
yang dikeluarkan
c. Jalan masuk, rute pemberian cairan pada oarang dewasa dapat dipilih oral
atau i.v
d. Jadwal pemberian cairan, rehidrasi diharapkan terpenuhi lengakap pada
akhir jam ke-3 setelah awal pemberian. Terapi simptomatik, obat antidiare
bersifat simptomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang
rasional. Beberapa golongan 19 antidiare: Antimotilitas dan sekresi usus,
turunan opiat, Difenoksilat, Loperamid, Kodein HCl, Antiemetik:
Metoklopramid, Domperidon.
A. Tujuan Diet
1. Memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Ganti gizi dan ganti status gizi kurang
3. Mencegah inflamasi dan iritasi lebih lanjut.
4. Mengistirahatkan usus pada masa akut.
5. Mengistirahatkan usus untuk mencegah perforasi.
6. Mencegah akibar laksatif dari makanan berserat tinggi
B. Syarat dan prinsip diet
1. Kebutuhan energi sesuai kebutuhan
2. Protein diberikan sesuai kebutuhan, 10-15% dari kebutuhan atau dapat
diberikan sebesar 1,3-1,5 g/kg BB per hari untuk menciptakan balans
nitrogen positif.
3. Lemak cukup, 10-25% dari kebutuhan, diutamakan sumber MCT
4. Karbohidrat cukup, sisa dari kebutuhan energi.
52 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
5. Menghindari makanan dengan serat tinggi, asupan serat maksimal 8 hari
dengan rendah laktosa (c6 gram) pada kondisi intoleransi laktno Pada
literatur lain discbutkan jumlah serat sebanyak 10-15 gram dapat menjaga
kestabilan mukosa usus.
6. Menghindari produk susu, susu, dan daging berserat kasar, makana yang
berlemak, makanan yang menimbulkan gas.
7. Suplemen folat, B, B, kalsium, dan vitamin D.
8. Konsumsi makanan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering.
9. Pada fase akut dipuasakan dan diberikan nutrisi parenteral. Jika far akut
teratasi, pasien diberikan diet bertahap mulai cair atau cair jernih (kondisi
divertikulitis). Jika gejala hilang dapat diberikan makanan lunak sampai
biasa sesuai kondisi pasien.
10. Hindari makanan yang banyak mengandung biji-biji kecil, sepei romat,
jambu biji, stoberi yang dapat menumpuk pada divertikular.
53 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Protein nabati Tahu ditim dan direbus, susu Kacang-kacangan seperti kacang
kedelai tanah, kacang merah, kacang
tolo, kacang hijau, kacang
kedelai, tempe, dan oncom
Sayuran Sari sayuran Sayuran dalam keadaan utuh
Buah –buahan Sari buah Buah dalam keadaan utuh
Minuman Teh, sirup, kopi encer Teh, kopi kental minuman
beralkohol dan mengandung soda
Bumbu Garam, vetsin, gula Bawang, cabe, jahe, merica,
ketumbar, cuka, dan bumbu lain
yang tajam
Cara memesan diet
Anak Perempuan usia 2 tahun berat badan 10 kg,tinggi badan 72 cm, Karena diberikan
Mp Asi dan ibu harus menghentikan Asi. Saat ini pasien telah diberikan oralit selama
6-12 jam,saat ini pasien dalam fasse realimentasi, diberikan air teh,garam oralit dan
bubur tanpa sayur,Pemeriksaan feses : aksaris positif,anak pertama,ayah dan ibu
seorang pegawai swasta penghasilan Rp. 2.500.000/bulan
Penyelesaian
1. Assesment Gizi
54 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Food History ( FH )
Saat ini pasien telah diberikan oralit selama 6-12 jam,saat ini pasien dalam
fase realimentasi diberikan air the,garam oralit dan bubur tanpa sayur
Biokimia Data ( BD )
Pemeriksaan Feses : Aksaris Positif
Antropometri Data ( AD )
BB = 10 KG
TB = 72 CM
BBI = - BB/U = -1,15 Gizi Baik
- BB/PB= 1,75 Normal
- TB/U = -4,5 Sangat Pendek
Client History ( CH )
Riwayat personal : Anak perempuan usia 20 tahun,anak pertama
Riwayat medis/kesehatan pasien : Mengalami diare kerena diberikan Mp Asi
dan Ibu harus menghentikan Asi
Riwayat Sosial : Ayah dan ibu seorang pengawai swasta penghasilan
Rp.2.500.000/bln
2. Diagnosa Gizi
3. Intervensi Gizi
Nama Diit : Diit Rendah Sisa
Prinsip : Rendah serat Tinggi Energi,Tinggi Protein, Rendah Serat
Tujuan : Untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi, dan
mencegah akibat laksatif dan makanan berserat tinggi.
55 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Syarat :
- Energi diberikan sebanyak 726,7 kkal
- Protein 27,25 gr
- Lemak 20% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat sebanyak 65% (118,08 gram)Jalur pemberian : Oral
4 Perhitungan Energi
TEE = ( 61,0 x BB ) - 51
= ( 61,0 x 10 ) – 51
= 610 - 51 = 599 kkal
TEE = 599 x Aktifitas Fisik
= 599 x 1,3 = 726,7 kkal
65 % X 726,7
KH = = 118,08 gram
4
15 % X 726,7
P = = 27,25 gram
4
20% X 726,7
L = = 16,14 gram
9
56 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Bentuk Makanan : Makanan Lunak ( Bubur )
Jenis Pemberian : Oral
Frekuensi : 6x pemberian dalam 1 hari
Menu 1 hari
N0 Waktu Menu Bahan Makanan BB
1. 07.00 Bubur Hati Berasi 20
Hati ayam 25
Bayam 30
2. 10.00 Kentang Pure Kentang 35
Daging Sapi 15
3. 13.00 Bubur Ayam Beras 20
Ayam 30
Tahu 10
4. 16.00 Bubur Ikan Beras 25
Ikan Mujahir 15
5. 19.00 Bubur Tahu Beras 25
Tahu 20
6. 20.00 Bubur Telur Beras 20
Telur 60
57 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
4. MONEV
58 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Patogenesis Konstipasi
Makanan yang masuk ke dalam tubuh akan dapat tercerna dengan baik jika
asupan air meineral sebagai asupan cairan dalam tubuh mencukupi. Pada saat
kekurangan cairan, kerja usus besar dan usus halus tetap bekerja sebagaimana
mestinya. Cairan yang terkandung dalam feses akan terserap untuk mempertahankan
kondisi tubuh agar tetap dalam keadaan cukup cairan atau hidrasi. Akibat penyerapan
tersebut, cairan yang ada dalam feses berkurang, feses menjadi keras dan sulit untuk
dikeluarkan. (Bps, 2017)
Saluran cerna adalah organ panjang dan berbentuk seperti tabung yang dimulai
dari mulut sampai anus. Tubuh mengolah makanan dengan menggunakan pergerakan
dari otot dise- panjang saluran cerna bersamaan dengan pelepasan hormon dan enzim.
Usus manusia terdiri dari usus halus, usus besar dan anus. Usus besar berfungsi untuk
menyerap air dan sebagian nutrisi yang tersisa yang telah diolah sebagian oleh usus
halus. Usus besar kemudian mengolah sisa makanan dari bentuk cair menjadi bentuk
padat yang dinamakan tinja (Loka. 2014).
Konstipasi terjadi ketika tinja berada dalam waktu yang lama di kolon sehingga
kolon menyerap lebih banyak air yang menyebabkan tinja menjadi keras dan kering.
Frekuensi pembuangan tinja bervariasi tergantung pada usia. Didapati penurunan
jumlah pengeluaran tinja dari 4 kali sehari pada minggu awal usia kehidupan menjadi
1,7 kali sehari pada usia 2 tahun, dan 1,2 kali perhari pada usia 4 tahun yang berkorelasi
dengan peningkatan massa tinja. Pada saat anak berusia 4 tahun pola buang air besar
anak sudah sama seperti pada orang dewasa. Pada anak prapubertas, konstipasi lebih
sering dijumpai pada anak laki- laki dibanding anak perempuan dengan perbandingan
3:1, dan pada masa remaja perbandingan ini menjadi terbalik (Loka. 2014).
Etiologi Konstipasi
Penyebab konstipasi fungsional masih belum jelas, diduga ada beberapa hal
yang menyebabkan terjadinya konstipasi fungsional seperti faktor herediter, faktor
psikologis, gangguan hormon dan gangguan pola bakteri di usus. Faktor herediter
berupa riwayat keluarga dimana hampir dua pertiga pasien mempunyai riwayat
59 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
orangtua dengan kebia- saan buang air besar yang tidak normal, kebiasaan makan yang
sedikit mengandung serat dan karbohidrat. Faktor psikologis berupa rasa trauma akan
rasa sakit pada saat defekasi, toilet training yang tidak tepat (Loka. 2014).
Gambaran Klinis
Gejala konstipasi yang biasa dikeluhkan oleh pasien yaitu tinja yang keras, sulit
buang air besar, kembung, perasaan tidak puas setelah buang air besar, dan rasa tidak
nyaman pada perut. Konstipasi kronis yang berat dapat menyebabkan menurunnya
kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan. Menurunnya motilitas usus adalah
salah satu mekanisme patofisiologi pada konstipasi kronis yang berat (Octaviani,
2014). Beberapa tanda dan gejalah Konstipasi : 1. ≤ 2 kali buang air besar di toilet
dalam 1 minggu 2. Setidaknya 1 kali episode inkontinensia fekal dalam 1 minggu 2.
Adanya riwayat perilaku menahan buang air besar yang berlebihan (retentive
posturing) 3. Adanya riwayat buang air besar yang sakit atau keras 5. Dijumpai massa
fekal yang besar di rectum 6. Riwayat feses yang besar yang menyumbat toilet (Loka.
2014)
B. NCP Konstipasi
60 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Dalam memulai tata laksana konstipasi, perlu digarisbawahi pentingnya
penjelasan kepada orangtua maupun pasien mengenai dasar fisiologis terjadinya
konstipasi dan soiling. Hal ini perlu untuk menjalin kerjasama antara dokter,
orangtua dan pasien serta untuk mengurangi rasa bersalah dan saling menyalah-
kan. Edukasi yang tepat dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap rencana
terapi (Endyarni. 2004).
Tujuan Diit
1. Meningkatkan asupan serat untuk mempermudah kondisi
2. Meningkatkan volume dan konsistensi feses
3. Menurunkan tekanan intraluminal
4. Mencegah infeksi
Syarat dan Prinsip Diit
1. Kebutuhan energi sesuai kebutuhan
2. Protein diberikan sesuai kebutuhan 10-15% dari kebutuhan.
3. Lemak cukup 10-25% dari kebutuhan
4. Karbohidrat cukup yaitu sisa dari kebutuhan energi total
5. Vitamin dan mineral tinggi terutama vitamin B untuk memelihara kekuatan
otot saluran cerna, diberikan pula suplemen kalsium dan vitamin D
6. Mengkonsumsi serat tinggi (Roti, Gandum Utuh, Sereal, Sayur, Kacang-
Kacangan, Buah Dengan Biji) untuk meningkatkan serat mencapai 25 gram
(Wanita) dan 38 gram (Laki-laki)
7. Konsumsi makanan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering
8. Cukup cairan dan elektrolit (minimal 2 L) atau pada literatur lain disebutkan
minimal 35 ml/kg BB/hari
Bentuk Makanan
61 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
1. Pembagian Makanan Sehari
Diet Tinggi Serat Bentuk Biasa :
Pagi
Beras merah 50 g = ¾ gls nasi
Telur ayam 50 g = 1 btr
Sayuran 100 g = 1 gls
Minyak 5 g = ½ sdm
Pukul 10.00
Kacang hijau 25 g = 2 ½ sdm
Gula pasir 15 g = 1 ½ sdm
Siang dan Malam
Beras merah 100 g = 1 ½ gls nasi
Daging 50 g = 1 ptg sdg
Tempe 50 g = 2 ptg sdg
Sayuran 100 g = 1 gls
Apel 85 g = 1 bh
Minyak 10 g = 1 sdm
Pukul 16.00
Semangka 190 g = 1 ptg sdg
Gula pasir 1 sdm = 10 g
Nilai Gizi
Energi (Kkal) 1911,7 Besi (mg) 5,5
Protein (g) 71,3 Vitamin A (µg) 513,6
Lemak (g) 58,2 Tiamin (mg) 0,4
Karbohidrat (g) 271,5 Vitamin C (mg) 155,5
Kalsium (mg) 459 Serat (g) 9,9
62 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Bahan Makanan Yang Dianjurkan
Karbohidrat Beras tumbuk/merah, havermut, roti whole what
Protein Nabati Kacang-kacangan yang dikonsumsi dengan kulitnya seperti
kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan hasil
olahannya seperti tempe
Sayuran Sayuran yang beserat tinggi, seperti daun singkong, daun
kacang panjang, dau pepaya, brokoli, jagung muda, oyong,
pare, kacang panjang, buncis dan ketimun
Buah-buahan Buah-buahan yang beserat tinggi seperti jeruk (dimakan
dengan selaputnya), nanas, mangga, salak, pisang, pepaya,
sirsak serta buah yang dimakan dengan kulitnya seperti apel,
anggur, belimbing, pir dan jambu biji.
Soal Kasus :
Ny. C usia 45 tahun, jenis kelamin perempuan, BB 50kg TB 155cm. Alamat Jl.
Padang Harapan No. 20 No. MR. 0021 dirawat diruang Penyakit Dalam kelas 3 kamar
2 bed, dokter yang merawat Dr. Zainal., Sp. Pd. Diagnosis konstipasi. Ibu rumah tangga
dengan 2 orang putra sudah remaja, sudah 1 bulan mengalami konstipasi, walaupun
akhirnya dapat BAB dengan rasa sakit. Setelah diperiksa oleh dokter ternyata
mengalami konstipasi. Kebiasaan makan selama ini kurang mengkonsumsi sayuran
dan buah. Kebiasaan minum kurang, hasil pemeriksaan didaptkan waktu nyeri BAB
Visura Ani. Diet yang dijalani saat ini tinggi serat, yang pada awal diberikan diet serat
(serat halus), minuman diberikan 1 ½ - 2 liter sehari. HB 12 gr/dl, Tekanan Darah
63 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
120/80 mmHg. Agama islam, pendidikan S1, pekerjaan pengusaha, penghasilan rata-
rata Rp. 2000.00,- . Jumlah keluarga ad 4 orang, mendapatkan pengobatan laksatif.
Penyelesaian :
A. Assesment Gizi
a) Riwayat Gizi (FH)
- Diet yang dijalani saat ini tinggi serat, yang pada awal diberikan diet serat (serat
halus), minuman diberikan 1 ½ - 2 liter sehari
- Kurang mengkonsumsi sayuran dan buah
- Kurang minum
- Mendapatkan pengobatan laksatif.
b). Antropometri
- BB : 50 kg
- TB : 155 cm
- BBI : (TB-100) x 0,9
: (155-100) x 0,9
: 49,5 kg
BB 50 50
- IMT : TB2 = 1,552 = 2,4025 = 20,81 kg/m2 (Normal)
64 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
NO. PEMERIKSAAN HASIL NILAI KETERANGAN
NORMAL
1. Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal
e). Riwayat Pasien
1. Riwayat Personal
- Ny. C usia 45 tahun
- Jenis kelamin perempuan
- Ibu rumah tangga
- Agama islam
2. Riwayat Sosial
- Alamat Jl. Padang Harapan No. 20 No. MR. 0021
- Ibu rumah tangga dengan 2 orang putra sudah remaja
- Suami Pendidikan S1
- Pekerjaan pengusaha P
- enghasilan rata-rata Rp. 2000.00,-
- Jumlah keluarga ada 4 orang
B. Diagnosa Gizi
65 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
C. Intervensi Gizi
a) Nama Diit : Diit TETP
b) Prinsip Diit : Tinggi Energi Tinggi Protein
c) Tujuan Diit :
- Meningkatkan asupan serat untuk mempermudah kondisi
- Meningkatkan volume dan konsistensi feses
- Menurunkan tekanan intraluminal
- Mencegah infeksi
d) Perhitungan Energi
Perhitungan Zat Gizi Makro
- REE : 10 (BBkg) + 6,25 (TBcm) – 5 (Umur) – 161
: 10 (50kg) + 6,25 (155cm) – 5 (45) – 161
: 500 + 968,75 – 225 – 161
: 1.468,75 – 225 – 161
: 1082,75 Kkal
- TEE : 1082,75 x 1,27 x 1,3
: 1787,62 Kkal
Perhitungan Zat Gizi Mikro
- P : BB x 1,5 = 50 x 1,5 = 75 gr
100 x 4 x 75
:%P= = 17,76 %
1689,09
15% x 1689,09
- L : = 28,15 gr
9
67,24 % x 1689,09
- KH : = 283,15 gr
4
e) Syarat Diit :
1) Energi tinggi ,yaitu : 1787 kkal
2) Protein tinggi ,yaitu : 75 gram
3) Lemak cukup, yaitu : 28,15 gram
4) Karbohidrat cukup yaitu : 283,15 gram
66 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
f) Bentuk Makanan : Makanan Biasa
g) Jalur Pemberian : Oral
h) Frekuensi Pemberian : 5 kali makan ( 3 kali makan, 2 kali
selingan
i) Makanan yang dianjurkan
Contoh menu
67 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Wortel 20
Semangka Semangka 70
Pepaya 100
10.00 Sate buah Melon 100
SKM 30
Nasi Beras merah 50
Udang 50
Tumis udang tempe Toge 35
Minyak 10
Wortel 25
13.00 Kacang kapri 25
Sop tahu sayur Buncis 25
Bayam 25
Kembang kol 25
Tahu 100
Apel Apel 100
16.00 Puding buah Mangga 100
Apel 100
Semangka 100
Gula pasir 5
Nasi Beras merah 50
Ikan mujair 50
Ikan bumbu acar Wortel 20
Ketimun 20
19.00 Tempe 50
Tempe mendoan Dan bawang 25
Tepung beras 25
Minyak 5
Pepaya Pepaya 70
MONEV
68 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Daftar Pustaka
69 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
BAB V
DIIT PADA PENYAKIT HEPAR
B. Pokok Bahasan
A. Peserta didik memahami teori tentang diit pada penyakit
hepar
B. Peserta didik mampu mempraktekkan Asuhan gizi pada
penyakit hepar
D. Sub Pokok Bahasan
A. Definisi dan etiologi penyakit hepar
B. NCP penyakit hepar
C. Asesment,diagnosis,intervensi,monitoring,evaluasi
D. Studi kasus penyakit hepar
70 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
BAB V
Hepatitis merupakan infeksi pada hati, baik disebabkan oleh virus atau tidak.
Hepatitis yang disebabkan oleh virus ada tiga tipe, yaitu tipe A, tipe B dan tipe C.
Hepatitis yang tidak disebabkan oleh virus biasanya disebabkan oleh adanya zat-zat
kimia atau obat, seperti karbon tetraklorida, jamur racun dan vinyl klorida
(Abdurahmat, 2010).
a. Virus
Type A Type B Type C Type D Type E
Fekal – Parenteral Parenteral, Fekal –
Metode Parenteral
Oral jarang perintal oral
Seksual,
Memerlukan
Transmi Melalui Seksual, orang ke
koinfeksi
si orang lain perintal orang,
dengan type B
perintal
Peningkatan
Menyebar
Tak ikterik insiden kronis
luas, dapat Sama
Keparah dan Darah, feses,
Parah berkemban dengan
an asimtomati salivadan
g sampai D
k gagal hepar
kronis
akut
Darah,
Darah, saliva, Terutama
Sumber Memalui
feses, semen, melalui
Virus darah
saliva sekkresi, darah
vagina
b. Alkohol
Menyebabkan alcohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alcohol sirosis
(Padila, 2013).
71 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
c. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati,sehingga sering disebut hepatitis toksik
dan hepatitis akut. (Padila, 2013)
72 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
ini baru pulang dari rumah sakit dengan gejala yang sama pasien lebih sering jajan
diluar dari pada makan dirumah, keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
composmatis, nadi 88xmenit, respirasi 28xmenit, suhu 38.2ºC,hemaglobin 10.7 gr%,
hematokrit 34.8, leukosit 5.800/µl. SGOT 488, SGPT 98, Bil total 7.1, Bil direkt
6.9,Bil indek 0.2 . Terapi : Infus DS, curliv plus 3x Suciaf 2 x 750 mg
1. ASESSMENT GIZI
ANTROPOMETRI DATA
Umur = 10 Tahun
BB = 30 kg
TB = 125 cm
10 −16.4 −6.4
IMT/U = 18.5−16.4 = = −3.0 (Kurus)
2.1
BIOKIMIA
Psycal data
KLINIK :
73 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
FISIK : Demam, badan lemah, sakit kepala, mual dan muntah serta nafsu
makan yang berkurang
Food History
SMRS makan 3x1 hari (Nasi, lauk hewani ikan,telur, lalapan)
Client History
Riwayat Personal = Anak laki-laki umur 10 tahun, BB 30 kg, TB 125 cm
Riwayat Medis = Masuk dengan mata kuning sejak 5 hari sebelum
masuk rumah sakit
2. DIAGNOSA GIZI
NI.1.2 Asupan energi tidak adekuat berkaitan dengan penyakit hepatitis A
ditandai dengan hasil recall energi kurang 960 kkal (70.62%)
NC.2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan dengan penyakit
hepatitis A ditandai dengan Hb rendah (10.79 gr%), hematokrit rendah
(34.8%), trombosit rendah (289.000)
3. INTERVENSI GIZI
74 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Nama diit : Diet Hati
SYARAT DIIT
Perhitungan Kebutuhan
75 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Vitamin B1 (1.1 mg), Vitamin C (50 mg),Vitamin K (35 mg),Vitamin
B9 (400mg),Vitamin B12 (1.8 mcg),Zink (14 mg) Fe (13mg)
Rute : Oral
Perencanaan menu
10.00 = susu
76 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
DAFTAR PUSTAKA
77 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Pengidap sirosis hati juga dapat terkena ensefalopati dari penggunaan analgesik
dan sedative
o Gejala utama ensefalopati hepatik, yaitu:
Bingung dan pikun.
Mengantuk.
Suasana hati (mood) yang berubah-ubah.
Lemah, lesu, dan tidak bertenaga.
Sakit kuning juga kemungkinan akan muncul sebagai gejala lain dari
ensefalopati. Sementara itu, orang dengan kondisi ini mungkin juga memiliki
gejala penyakit hati yang meliputi adanya cairan di dalam perut dan kaki
bengkak.
Tn. HM 62 th. 58 kg, 160 cm. pernah bekerja sebagai sopir dan pernah di diagnosa
Hepatitis C. MRS dengan gelisah, marah-marah, tidak bisa di ajak komunikasi,
hematemesis, mengaku tidak pernah sakit berat/liver. Pada pemeriksaan dijumpai
jaudrice, erytema palmans. Hasil Lab menunjukkan Albumin 2,7 mg/dl Na 126
78 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
mEq/L K 3,1 mEq/L SGOT 75 mg/dl SGPT 56 mg/dl. Px didiagnosa sirosis
hepatikdisertai hepatik ensefalopati. Dokter yang merawat pasien, memberikan terapi
farmakologi yang meliputi.
kanamycin 4x500 mg pd
Lactulosa 4x15 ml
Penyelesaian
1. Assesment
a. Food history Riwayat makanan : kanamycin 4x500 mg, lactulosa 4x15
ml, inj vit k 4x1, nutrisi parental berupa laminofusin 500 ml= 1botol/hari
b. Biokimia Data
c. Antropometri data
BB = 58 kg TB= 160 cm
79 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
d. Physical Data
Fisik : gelisah, marah-marah, tidak bisa diajak komunikasi,
juandice, erytema
Medis : albumin → 2,7 g/dl
Na → 126 mmol/L
K → 3,1 mmol/L
SGOT → 75 mg/dl
SGPT → 56 mg/dl
2. Diagnosa Gizi
3. Intervensi
a. Nama diit : DIIT HATI
b. Tujuan diit : Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan
mencegah kerusakan lebih lanjut dan/ meningkatkan fungsi
jaringa hati yang tersisa
80 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Mencegah katabolisme protein
Mencegah penurunan berat badan
Mencegah dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi
Memperbaiki kualitas hidup
c. Prinsip diit :
1. kebutuhan energi diberikan tinggi disesuaikan dengan
tingkat keparahan penyakit hati serta adanya komplikasi,
berkisar antara 25-40 kkal/kg BB/hari.
2. untuk pasien yang disertai komplikasi ensefalopati akut
diberikan pembatasan protein sementara, yaitu 0,6-0,8 g/kg
BB/ hari hingga penyebab dan diagnosis ensefalopati
dihilanhkan maka asupan protein normal dapat digunakan
kembali.
3. lemak diberikan cukup yaitu 20-25% dari kebutuhan energi
total, dalam bentuk yang mudah dicerna ataupun dalam bentuk
emulsi.
karbohidrat diberikan 45-65% dari kebutuhan energi total.
4. Kebutuhan vitamin dan mineral diberikan sesuai
dengantingkat defisiensi.
makan dengan frekuensi sering dengan benuk makan cair
jernih
E : 2088 kkal
P : 21,75 gr
L : 46,4 gr
Kh : 234,9 gr
81 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Vit A: 12321 mg,Vit D : 2 mg,Vit E : 3.7 mg,Vit K : 64,6 mg,
Serat : 20,9 gr
f. Perhitungan Energi
Energi = 25-40 kkal/kg BB
= 30 kkal x 58 kg = 1740 kkal
= BEE x 1,2
= 1740 x 1,2 = 2,088 kkal
Zat gizi makro
Protein = 1,0 – 1,5 gr/kg BB
= 1,5 gr x 58 kg
87
= 4
= 21,75 gram
82 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Lemak Tahu, tempe, kacang bahan tambahan
hijau, tofu makanan sintetis atau
Sayur & buah Minyak, mentega dan berpengawet, serta
mergarin, santan encer, pembatasan terhadap
alpukat bahan makanan yang
mengandung tinggi
Semua sayuran kecuali garam
yang terdapat pada daftar
makanan yang tidak
dianjurkan
Frekuensi makan
Perencanaan Menu
83 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
13.00 = sup kaldu ikan gabus
16.00 = jus anggur
19.00 = Sup kaldu hati ayam
DAFTAR PUSTAKA
rarediseases.org. Diakses pada 2019. Hepatic Encephalopathy
84 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
BAB VI
DIIT PADA PENYAKIT KANDUNG EMPEDU
85 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
BAB VI
Etiologi
Supersaturasi kolesterol Secara umum komposisi komposisi cairan
empedu yang berpengaruh terhadap terbentuknya batu tergantung
keseimbangan kadar garam empedu, kolesterol dan lesitin. Semakin tinggi
kadar kolesterol atau semakin rendah kandungan garam empedu akan membuat
keadaan didalam kandung empedu menjadi jenuh akan kolesterol/supersaturasi
kolesterol (Purwanti dkk, 2016).
Pembentukan inti kolesterol Kolesterol diangkut oleh misel
(agregat/gumpalan yang berisi fosfolipid, garam empedu dan kolesterol).
Apabila saturasi, Kolesterol lebih tinggi maka ia akan diangkut oleh vesikel
yang mana vesikel dapat digambarkan sebagaisebuah lingkarandua lapis.
Apabila konsentrasi kolesterol banyak dan dapat diangkut, vesikel
86 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
memperbanyak lapisan lingkarannya, pada akhirnya dalam kandung empedu,
pengangkut kolesterol, baik misel maupun vesikel bergabung menjadi satu dan
dengan adanya protein musin akan kristal kolesterol, kristal kolesterol
terfragmentasi pada akhirnya akan dilem atau disatukan (Purwanti dkk, 2016).
b. Antropometri
BB = 55 kg
TB = 160cm
𝐵𝐵 55 55 55
IMT : 𝑇𝐵2 = 1602𝑐𝑚 = 1,6 2
= 2,56 = 21,4 kg/m²
d. Klinik/fisik
Klinik :
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Keterangan
Tekanan darah 130/80mmHg 120/80mmHg Tinggi
87 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Suhu 38,5 ˚C 37˚C Tinggi
Nadi 100x/menit 60-100kali/menit Normal
Respirasi 18x/menit 14-20x/menit Normal
Fisik :
Nyeri perut bagian atas dan panas badan tinggi, dan mengeluh nyeri perut
bagian atas dan seperti ditusuk-tusuk.
e. Riwayat gizi
Riwayat Personal : umur 39 tahun, jenis kelamin : wanita
Riwayat medis : diagosa medis colesistitis keluhan utama mengeluh
nyeri pada peru bagian atas.
Diagnosa gizi :
Domain Problem Etiologi Sign/symtoms
NC.2.2 Perubahan nilai Berkaitan dengan Ditandai dengan hasil
laboratorium penyakit yang lab (menurun) Hb
terkait gizi diderita yaitu 12,4g%, SGAT
kolesistitis (meningkat) 155%,
leukosit (meningkat
34000/mm, SGPT
(meningkat) 80µ/l.
Intervensi gizi :
a. Nama diet : Diet kandung empedu (makanan rendah lemak )
b. Prinsip diet : Rendah lemak, rendah serat
c. Tujuan diet :
1. Meningkatkan berat badan hingga mencapai status gizi normal
88 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
2. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah
dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
d. Bentuk makanan : Makanan saring
e. Frekuensi makanan : 7 kali pemberian makan
f. Bentuk makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan :
Bahan makanan yang dianjurkan Bahan makanan yang tidak
dianjurkan
Beras merah, roti gandum, Kue, biskuit, pastri, ubi, daging
makaroni, telur, tahu, tempe, berlemak, udang, bebek, otak, kacang
oncom, semua sayuran, semuah merah, kacang tanah, durian, nangka
buah, bawang merah dan bawang matang, margarin, keju dan mentega
putih.
g. Perhitungan energi :
REE = 10 (55) + 6,25 (160) – 5 (39) - 161
= (550 + 1000 – 195) - 161
= 1194 Kkal
Kenaikan suhu = 1,5˚ x 13 % = 232,8 kkal
= RMR + Kenaikan suhu
= 1194 + 232,83 kkal
TEE = RMR x faktor fal
= 1,3 x 1426,85
= 1854,88 kkal
89 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Lemak = 20% x1854,88 : 9 = 41,2 gr
KH = 66% x 1854,88 : 4 = 306,06 gr
Zat gizi mikro : Vitamin A 600 RS,Vitamin D 15 mcg,Vitamin E 15 mg,
Vitamin K 55 mg
h. Syarat Diet
Energy tinggi = 1854,88kkal
Protein Tinggi = 14%/kg/hari
Lemak = 20% dari kebutuhan
Karbohidrat = 66% dari kebutuhan
Menghindari makanan yang menimbulkan rasa kembung
ketidaknyamanan.
Memberikan vitamin A,D,E, dan K.bila perlu.
90 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Ny N 39 tahun wiraswasta SMU, islam diagosa medis colesistitis keluhan utama
mengeluh nyeri pada peru bagian atas. Dan panas badan tinggi 38,5˚C MRS mengeluh
nyeri perut kanan dan menjalar pada pinggang belakang bagian atas pundak dirasakan
terus menerus dan akan berkurang bila klien istirahat menurut klien sebelumnya ia
tidak pernah merasakan sakit sehingga klien harus di rawat seperti sekarang dan
keterangan klien dan keluarga diantara keluarga klien tidak ada yang memiliki penyakit
kolesistitis keadaan umum lemah. Tingkat kesadaran CM teknan darah 130/m0 mmHg,
BB 55kg, TB 160cm, respirati 18x/menit, nadi 100x.menit, Hb 12,4 gr%, eritrosit
4000µ/mm, leukosit 34000/mm, SGPT 80µ/l, SGOT 105 µ/l.
Daftar pustaka
Purwanti, A., Maliya, A., & Zulaicha, E. (2016). Hubungan Gaya Hidup Dengan
Kejadian Penyakit Cholelitiasis Di Ruang Rawat Inap Rsi Surakarta. Naskah Publikasi,
1–18
91 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
BAB VII
DIIT PADA PENYAKIT SALURAN CERNA
BAWAH (USUS INFLAMMATORIK,
DIVERTIKULOSIS, DIVERTIKULITIS)
92 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
BAB VII
Ada kecenderungan genetik untuk IBD. Pasien dengan IBD lebih rentan
berkembang menjadi keganasan. Crohn disease dapat mempengaruhi bagian manapun
dari saluran pencernaan dari mulut ke anus, melibatkan “skip lesion” dan transmural.
Ulcerative colitis dan Crohn disease memiliki banyak manifestasi ekstraintestinal.
93 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
aktif, yaitu menunjukkan inflamasi yang signifikan, penyakit ini dianggap dalam tahap
aktif (pasien mengalami perluasan IBD).
Etiologi
Patofisiologi
94 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Jalur akhir umum daripada patofisiologi IBD adalah inflamasi pada mukosa
traktus intestinal menyebabkan ulserasi, edema, perdarahan, kemudian hilangnya air
dan elektrolit. Banyak mediator inflamasi yang telah diidentifikasi pada IBD, dimana
mediatormediator ini memiliki peranan penting pada patologi dan karakteristik klinik
penyakit ini. Sitokin yang dikeluarkan oleh makrofag karena respon daripada berbagai
rangsangan antigenik, berikatan dengan reseptor-reseptor yang berbeda, kemudian
menghasilkan efek- efek autokrin, parakrin, dan endokrin. Sitokin juga akan
mendiferensiasikan limfosit menjadi berbagai tipe sel T. Sel T helper tipe 1 (TH-1)
berhubungan dengan CD, sedangkan TH-2 berhubungan dengan UC. Respon imun
inilah yang akan merusak mukosa intestinal dan menyebab proses inflamasi yang
kronis.1
Ulcerative Colitis
Pada UC, inflamasi dimulai dari rektum dan meluas sampai kolon bagian
proksimal, dengan cepat melibatkan hampir seluruh bagian dari usus besar. Rektum
selalu terkena pada UC, dan tidak ada “skip area” (area normal pada usus yang
diselang-selingi oleh area yang terkena penyakit), dimana skip area ini didapatkan pada
CD.
25% dari kasus UC perluasannya hanya sampai rektum saja dan sisanya,
biasanya menyebar ke proksimal dan sekitarnya. Pancolitis terjadi pada 10% dari
kasus-kasus yang ada. Usus halus tidak pernah terlibat kecuali jika bagian akhir distal
daripada ileum mengalami inflamasi superfisial, maka dapat disebut dengan backwash
ileitis. Walaupun keterlibatan total dari kolon lebih sedikit, penyakit ini menyerang
serentak dan berkesinambungan. Jika UC menjadi kronik, maka kolon akan menjadi
kaku (rigid), memiliki sedikit haustral marking, yang menyebabkan gambaran pipa
yang lebam/hitam pada barium enema.
Crohn Disease
95 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
striktur, dan fistula. Penyakit ini melibatkan segmen-segmen oleh karena proses
inflamasi granuloma nonspesifik. Tanda patologi yang paling penting dari CD adalah
transmural, melibatkan seluruh lapisan daripada usus, tidak hanya mukosa dan
submukosa, dimana jika mukosa dan submukosa saja merupakan cirri daripada UC.
Selain itu, CD tidak berkesinambungan, dan memiliki skip area antara satu atau lebih
dari area yang terkena penyakit.
Jika penyakit ini berlanjut, mukosa akan tampak seperti batu bulat
(cobblestone) oleh karena ulserasi yang dalam dan longitudinal pada mukosa yang
normal. Tiga pola mayor dari keterlibatan terhadap CD adalah penyakit pada ileum dan
ceccum (40%), penyakit terbatas pada usus halus (30%) dan terbatas pada kolon (25%).
Rectal sparing khas terjadi pada CD, tetapi tidak selalu terjadi. Namun, komplikasi
anorektal seperti fistula dan abses sering terjadi. Walaupun jarang terjadi, CD dapat
melibatkan bagian saluran pencernaan yang lebih proksimal, seperti mulut, lidah,
esofagus, lambung dan duodenum.
Patogenesis
Manifestasi Klinis
Manifestasi IBD umumnya tergantung pada area mana yang terlibat di saluran
pencernaan. Pasien-pasien dengan IBD dapat pula mengalami Irritable Bowel
Syndrome (IBS), dimana akan terjadi kram perut, kebiasaan buang air besar yang tidak
teratur, dan keluarnya mukus tanpa darah atau pus.
96 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Gejala sistemik yang dapat terjadi adalah demam, berkeringat, merasa lemas,
dan nyeri sendi. Demam ringan merupakan tanda pertama yang harus diwaspadai,
kemudian pasien dapat merasa kelelahan yang berhubungan dengan nyeri, inflamasi,
dan anemia. Rekurensi dapat terjadi oleh karena faktor stres emosional, infeksi atau
berbagai penyakit akut lainnya, kehamilan, penyimpangan pola makan, penggunaan
cathartic atau antibiotik, ataupun penghentian penggunaan obat-obatan antiinflamasi
atau steroid. Pada anak-anak dapat terjadi keterlambatan tumbuh dan maturasi
seksualnya tertunda atau gagal. Pada 10-8 20% kasus terdapat manifestasi
ekstraintestinal seperti arthritis, uveitis, dan penyakit liver.
B. NCP IBD
Tujuan DIET
1. Memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status gizi kurang.
3. Mencegah inflamasi dan iritasi lebih lanjut.
4. Mengistirahatkan usus pada masa akut
Syarat DIET
1. Kebutuhan energy sesuai kebutuhan
2. Protein diberikan sesuai kebutuhan,10-15% dari kebutuhan atau dapat
diberikan sebesar 1,3-1,5 g/kg BB per hari untuk menciptakan balans
nitrogen positif.
3. Lemak cukup 10-25% dari kebutuhan, diutamakan sumber MCT.
4. Karbohidrat cukup, sisa dari kebutuhan energy.
5. Menghindari makanan dengan serat tinggi, asupan serat mksimal 8g/hari
dengan rendah laktosa (<6 gram ) pada kondisi intoleransi laktosa. Pada
literature lain disebutkan jumlh serat banyak 10-15 gram dapat menjaga
kestabilan mukosa usus.
97 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
6. Menghindari produk susu, susu, dan daging beserat kasar, makanan yang
berlemak. Makanan yang menimbulkan gas.
7. Sumplemen folat,B6,B12, kalsium dan Vitamin D.
8. Konsumsi makanan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering.
9. Pada fase akut dipuasakan dan diberikan nutrisi parenteral.
10. Hindari makanan yang banyak mengandung biji-biji kecil, seperti tomat ,
jambu bii,stroberi yang dapat menumpuk pada diverticular.
98 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
campuran dalam
makanan dan
minuman
Tahu ditim dan Kacang – kacangan seperti kacang tanah,
Protein direbus, susu kacang merah, kacang tolo, kacang hijau ,
Nabati kedelai kacang kedelai , tempe, dan oncom
Sayuran Sari sayuran Sayuran dalam keadaan utuh
Buah – Sari buah Buah dala keadaan utuh
buahan
Minuman Teh,sirup,kopi The dan kopi kental, minuman beralkohol
encer dan mengandung soda
Bumbu Garam,vetsin,gul Bawang,cabe,jahe,merica,ketumbar,cuka,da
a n bumbu lain yang tajam
DAFTAR PUSTAKA
99 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
BAB VIII
DIIT PADA PENYAKIT DIFTERI, PERTUSIS,
DAN TETANUS
100 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
BAB VIII
Difteri adalah penyakit saluran nafas atas akut sangat menular yang disebabkan
oleh kuman corynebacterium diphtheriare ( C. Diphtheria ). Kuman ini menghasilkan
toksin yang menyebar sistemik dan menyebabkan kerusakan pada epitel saluran nafas,
jantung, ginjal, saraf, otak dan saraf tepi. Kuman C. Diphtheria sendiri berbiak dan
berkolonisasi di saluran nafas atas, tidak menyebar,, namun dapat menimbulkan
sumbatan jalan nafas atas, hingga kematian.
Gejala klinis difteri bervariasi dari ringan hingga berat, dan tergantung pada
organ yang terkena. Difteri pada rongga mulut (tonsil-faring-laring) merupakan
bentukan paling sering (> 90%). Gejalanya seringkali tidak khas: diawali nyeri telan,
demam ringan, tidur ngorok, pembesaran kelenjar getah bening leher dengan atau tanpa
bullneck, stridor hingga tanda-tanda sumbatan jalan nafas atas. Pemeriksaan fi sik yang
teliti dengan melihat rongga mulut penderita adalah hal mutlak dalam mendiagnosis
difteri, terutama difteri tonsil/faring (Buescher, 2007).
101 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Kelompok risiko tinggi penyakit difteri terutama adalah anak-anak (golongan umur 1-
5 tahun) dan lanjut usia. Dewasa ini di era vaksinasi terjadi perubahan epidemiologi
dimana penyakit difteri juga dapat terjadi pada orang dewasa.
Manifestasi
sakit tenggorokan
disfagia
limfadenitis
demam yang tidak tinggi
malaise (rasa tidak enak badan )
sakit kepala
Membran adheren yang terbentuk pada nasofaring dapat berakibat fatal karena bisa
menyebabkan obstruksi saluran nafas. Efek sistermik berat meliputi miokarditis,
neuritis, dan kerusakan ginjal akibat exotoksin
Difteri lain (non pernafasan) selain difteri pernafasan adalah difteri hidung,
kulit, vulvovaginal dan anal auditori eksternal. Pada difteri hidung gejala awal biasanya
mirip seperti flu biasa, yang kemudian berkembang membentuk membran dijaringan
antara lubang hidung dengan disertai lendir yang dapat bercampur darah. Toksin yang
dihasilkan oleh difteri hidung ini tidak dengan mudah dapat diserap ke dalam tubuh
tapi dapat dengan mudah menyebarkan infeksi kepada orang lain.
Prinsip diet difteri yaitu Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP). TETP adalah diet
yang memiliki kandungan energi dan protein lebih tinggi dibandingkan kebutuhan
normal. Diet ini diberikan untuk mengatasi masalah dan resiko malnutrisi pada pasien
akibat kekurangan energi dan protein karena kebutuhan yang meningkat sebagai
102 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
dampak dari peningkatan stres metabolik, penurunan daya tahan tubuh, faktor penyakit,
inflamasi, gagal tumbuh pada anak, dan sebagainya.
Diet TETP dapat diberikan dalam berbagai bentuk, baik oral maupun enteral. Diet
ini umumnya diberikan dengan penambahan makanan atau suplemen yang
mengandung energi tinggi dan protein tinggi tanpa meningkatkan volume makanan
menjadi terlalu besar, seperti susu. Daging, margarine, makanan enteral, dan
sebagainya. Pemberian diet dapat dilakukan bertahap sesuai dengan daya terima dan
kapasitas fungsi pencernaan pasien
Tujuan diet
Tujuan diet ini adalah untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat
untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh, lalu meningkatkan berat
badan hingga mencapai status gizi normal
Syarat diet
Diet TETP ini memiliki syarat yaitu
Tinggi Energi sebesar 40 – 45 kkal/kg BB
Protein Tinggi sebesar 2,0 – 2,5 g/kg BB
Lemak cukup sebesar 10 – 25 % dari kebutuhan energi total
karbohidrat cukup yaitu sisa dari total energi ( portein dan lemak )
vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan gizi atau angka kecukupan gizi
yang dianjurkan
makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna
untuk kondisi tertentu diet dapat diberikan secara bertahap sesuai kondisi/status
metabolik.
(S.A. budi hartati.2019.penuntun diet dan terapi gizi.jakarta .buku kedokteran EGT)
103 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Bahan makanan yang diajurkan dan tidak dianjurakn
104 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
KASUS DIFTERI
Anak L usia 6 tahun jenis kelamin laki-laki, BB18 kg, TB 113 cm. Sebelum rumah
sakit anak L demam sejak 1 miggu yang lalu dan hanya diberikan obat penrun panas,
anak L kemudian mengalami sesak nafas dan tidak mau makan sehingga anak L dibawa
ke rumah rumah sakit. Dibawa ke rumah sakit karena sesak dan demam. Dari
pemeriksaan fisik, anak L di diagnosa difteri laring dan faring kemudian dari hasil EKG
didapatkan tachicardi. Anak L rewel dan tidak mau makan, sehingga dipasang NGT
dan juga terpasang nasal kanul dengan 3 tpm. Menurut pengakuan ibunya, anak L
sudah pernah mendapat imunisasi DPT tapi hanya 1 kali ketika masih bayi, dan tidak
diulang karena katanya tidak tahu kalau harus diulang. TD 100/60 mmHg., RR 26x /
menit, HR 115x / menit, Suhu tubuh: 38 ° C
PENYELESAIAN :
A. ASSESMENT
a. Food History ( FH )
- Demam sejak 1 minggu yang lalu dan hanya diberikan obat penurun panas
- Tidak mau makan sehingga anak dibawa ke rumah sakit
b. Antropometri Data ( AD )
BB 18 kg
TB 113 cm
IMT 14,06 kg/m² ( Underweight )
c. Physycal Data ( PD )
105 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
4 SUHU 38 ˚C 37 ˚C Tinggi
d. Client History ( CH )
B. DIAGNOSA GIZI
106 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
NC.3.1 Berat badan kurang Berat badan kurang Ditandai dengan
/ underweight pasien yang tidak
berkaitan dengan mau makan
IMT pasien 14,06
kg/m²
C. INTERVENSI GIZI
a. Nama Diet : Diet TETP
b. Prinsip Diet : Energi Tinggi Protein Tinggi
c. Tujuan : Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang
meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan
tubuh
d. Bentuk makanan : Cair penuh
e. Frekuensi makan : porsi kecil tapi sering (PKTS) ( 8kali)
f. Perhitungan zat gizi
BMR = (22,7 x 18) + 495
= 408,6 + 495
= 903,6 kkal
Kenaikan suhu = 903,6 kkal x 13%
= 117,47 kkal
TEE = 903,6 x 1,3 + 117,47
= 1292,15 kkal
g. Kebutuhan Zat Gizi Makro
Protein = 2,0 x BB
100 𝑋 4 𝑋 36
= 2,0 x 18 = 36 = % P = 1292,15
14.400
= 1292,15 = 11,14 %
1292,15
Lemak = 20 % x 9
=28,71 gram
107 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
1292,15
KH = 61,4 % x 4
= 198,34 gram
h. SYARAT DIET
Energi : 1292,15 kkal
Protein 2,0 gr/kg BB :36 gr
Lemak 20% :28,71 gr
Kh 61,4% : 198,34 gr
j. DISTRIBUSI MAKAN
Pukul 06.00 ( 12,5% ) Energi 161,51875 kkal
Pukul 08.00 ( 12,5% ) Energi 161,51875 kkal
Pukul 10.00 ( 12,5% ) Energi 161,51875 kkal
Pukul 12.00 ( 12,5% ) Energi 161,51875 kkal
Pukul 15.00 ( 12,5% ) Energi 161,51875 kkal
Pukul 17.00 ( 12,5% ) Energi 161,51875 kkal
108 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Pukul 19.00 ( 12,5% ) Energi 161,51875 kkal
Pukul 21.00 ( 12,5% ) Energi 161,51875 kkal
D. MONEV
Daftar pustaka
(S.A. budi hartati.2019.penuntun diet dan terapi gizi.jakarta .buku kedokteran EGT)
Edi Hartoyo. 2017. Difteri pada Anak. Departemen Illmu Kesehatan Anak Universitas
Lambungmangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Batuk_rejan
109 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Penyakit pertussis atau dikenal dengan batuk rejan atau batuk 100 hari,
merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri
kokobasilus Gram negatif Bordetella pertussis Ukuran panjang: 0,5-1 mk dan diameter
0,2-0,3 mk. Pertusis pada anak biasanya diawali dengan stadium kataral (catarrhal)
berupa gejala ringan pada infeksi saluran pernapasan bagian atas, seperti flu pada
umumnya. Stadium paroksismal dengan batuk terus-menerus disertai inspirasi panjang
dan suara batukyang khas (whoop), biasanya diikuti dengan muntah. Gejala biasanya
menetap selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan (stadium konvalesens).
Pertussis pada anak yang lebih besar dan dewasa biasanya atipikal atau tidak
menunjukkan gejala spesifik dan tidak disertai dengan pernapasan paroksismal.
Remaja dan dewasa tidak berobat karena gejala pertusis yang tidak khas, sedangkan
mereka mempunyai potensi menularkan pada kelompok rentan. Dengan demikian,
remaja dan dewasa sering menjadi sumber penularan bagi bayi (Novilia,dkk. 2011)
Penyebab Pertussis
Bordetella pertussis adalah bakteri gram negatif berbentuk batang kokus dan
patogen yang menyerang saluran pernapasan dan sangat mudah menular. Organisme
ini menghasilkan toksin yang merusak epitel saluran pernapasan dan memberikan efek
sistemik berupa sindrom yang terdiri dari batuk spasmodik dan paroksismal disertai
mengi karena pasien berupaya keras untuk menarik napas, sehingga pada akhir batuk
disertai bunyi yang khas. Serangan batuk seringkali diikuti oleh muntah dan dapat
berlangsung berbulan-bulan. Organisme ini dapat menyerang segala usia, tetapi jika
bayi yang terkena akan berakibat serius.
Diagnosis Pertussis
Curiga pertusis jika anak batuk berat lebih dari 2 minggu, terutama jika penyakit
diketahui terjadi lokal. Tanda diagnostik yang paling berguna:
Batuk paroksismal diikuti suara whoop saat inspirasi, sering disertai muntah
110 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Perdarahan subkonjungtiva
Anak tidak atau belum lengkap diimunisasi terhadap pertusis
Bayi muda mungkin tidak disertai whoop, akan tetapi batuk yang diikuti oleh
berhentinya napas atau sianosis, atau napas berhenti tanpa batuk
Periksa anak untuk tanda pneumonia dan tanyakan tentang kejang.
Tatalaksana Pertussis
Kasus ringan pada anak-anak umur ≥ 6 bulan dilakukan secara rawat jalan
dengan perawatan penunjang. Umur < 6 bulan dirawat di rumah sakit, demikian juga
pada anak dengan pneumonia, kejang, dehidrasi, gizi buruk, henti napas lama, atau
kebiruan setelah batuk.
1. Antibiotik
Beri eritromisin oral (12.5 mg/kgBB/kali, 4 kali sehari) selama 10 hari atau
jenis makrolid lainnya. Hal ini tidak akan memperpendek lamanya sakit tetapi
akan menurunkan periode infeksius.
2. Oksigen
Beri oksigen pada anak bila pernah terjadi sianosis atau berhenti napas atau
batuk paroksismal berat.
Gunakan nasal prongs, jangan kateter nasofaringeal atau kateter nasal, karena
akan memicu batuk. Selalu upayakan agar lubang hidung bersih dari mukus
agar tidak menghambat aliran oksigen.
Terapi oksigen dilanjutkan sampai gejala yang disebutkan di atas tidak ada lagi.
Perawat memeriksa sedikitnya setiap 3 jam, bahwa nasal prongs berada pada
posisi yang benar dan tidak tertutup oleh mukus dan bahwa semua sambungan
aman.
111 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Selama batuk paroksismal, letakkan anak dengan posisi kepala lebih rendah
dalam posisi telungkup, atau miring, untuk mencegah aspirasi muntahan dan
membantu pengeluaran sekret.
Bila anak mengalami episode sianotik, isap lendir dari hidung dan tenggorokan
dengan lembut dan hati-hati.
Bila apnu, segera bersihkan jalan napas, beri bantuan pernapasan manual atau
dengan pompa ventilasi dan berikan oksigen.
Komplikasi Pertussis
Kejang. Hal ini bisa disebabkan oleh anoksia sehubungan dengan serangan apnu atau
sianotik, atau ensefalopati akibat pelepasan toksin.
Jika kejang tidak berhenti dalam 2 menit, beri antikonvulsan; lihat Bab 1
Pediatrik Gawat Darurat bagan 9 halaman 17.
Gizi kurang. Anak dengan pertusis dapat mengalami gizi kurang yang disebabkan oleh
berkurangnya asupan makanan dan sering muntah.
Cegah gizi kurang dengan asupan makanan adekuat, seperti yang dijelaskan
pada perawatan penunjang.
112 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis sering terjadi pada pertusis. Tidak
ada terapi khusus.
Hernia umbilikalis atau inguinalis dapat terjadi akibat batuk yang kuat. Tidak
perlu dilakukan tindakan khusus kecuali terjadi obstruksi saluran pencernaan,
tetapi rujuk anak untuk evaluasi bedah setelah fase akut.
Diet TETP dapat diberikan dalam berbagai bentuk, baik oral maupun enteral.
Diet ini umumnya diberikan dengan penambahan makanan atau suplemen yang
mengandung energi tinggi dan protein tinggi tanpa meningkatkan volume makanan
menjadi terlalu besar, seperti susu. Daging, margarine, makanan enteral, dan
sebagainya. Pemberian diet dapat dilakukan bertahap sesuai dengan daya terima dan
kapasitas fungsi pencernaan pasien.
2. Tujuan diet
Tujuan diet ini adalah untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang
meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh, lalu
meningkatkan berat badan hingga mencapai status gizi normal.
3. Syarat diet
Diet TETP ini memiliki syarat yaitu
Tinggi Energi sebesar 40 – 45 kkal/kg BB
113 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Protein Tinggi sebesar 2,0 – 2,5 g/kg BB
Lemak cukup sebesar 10 – 25 % dari kebutuhan energi total
karbohidrat cukup yaitu sisa dari total energi ( portein dan lemak )
vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan gizi atau angka kecukupan
gizi yang dianjurkan
makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna
untuk kondisi tertentu diet dapat diberikan secara bertahap sesuai
kondisi/status metabolik.
4. Bahan makanan yang diajurkan dan tidak dianjurkan
SUMBER YANG DIANJURKAN YANG TIDAK
DIANJURKAN
Karbohidrat Nasi, roti, mie, makroni
dan hasil olahan tepung –
tepungan lain,seperti cake,
tarcis, puddingn, dan
pastri, doodl, ubi,
karbohidrat sederhana
seperti gula pasir
Protein Daging sapi, ayam, ikan, Makanan yang dimasak
telur, susu, dan hasil dengan banyak minyak
olahannya, seperti keju, atau kelapa/sanatai kental
yogrut, dan es krim
Protein nabati Semua jenis kacang – Makanan yang dimasak
kacangan dan hasil dengan banyak minyak
olahannya, seperti tempe, atau kelapa/santan kental
tahu, dan pindakas
Sayuran Semua jenis sayuran
terutama jenis B, seperti
bayam, buncis, daun
114 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
singkong, kacang
panjang,labu siam dan
wortel direbus dikukus dan
ditumis
115 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Total 1050 60 27 144
= - 0.157 (Normal)
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑆𝑢𝑏𝑗𝑒𝑘−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑅𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛
TB/U : 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑅𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛
105−103,3
= 107,5−103,3
= 0.40 (Normal)
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑆𝑢𝑏𝑗𝑒𝑘−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑅𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛
BB/TB : 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑅𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛
16−16,8
=
16,8−15,5
116 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
1. TD 100/70 mmHg 120/80 mmHg Rendah
2. HR 90x/menit 75-120x/menit Normal
3. RR 18x/menit 20-30x/menit Rendah
4. Suhu 38°C 36-37°C Tinggi
4. Physical Data (PD)
Fisik :
- Batuk terus menerus, batuk berat, kering, dan keras, sulit makan atau
anoreksia, muntah-muntah, suhu meningi, gelisah, gangguan pada waktu
bernafas serta berkeringat terus menerus, sekitar 1 – 2 minggu ada gejala
infeksi saluran nafas bagian atas (ISPA).
- Frekuensi batuk meningkat sampai beberapa kali dalam 1 jam
- Batuk diikuti dengan muntah dengan mukus kental
- Derajat distres pernapasan selama spasme, terutama perubahan warna selama
spasme (wajah merah terang atau sianotik).
Clinis :
B. Diagnosa
117 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
NC.2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan dengan
penyakit pertusis ditandai dengan nilai Hb 12 gr/dl (normal 13-16
gr/dl)
NB.1.1 Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi berkaitan dengan
penyakit pertusis yang diderita ditandai dengan kebiasaan makan
pasien SMRS : makan 3x sehari (nasi, lauk hewani, nabati @ 1P),
susu 2x/hr, minum 6-7 gelas/hr.
C. Intervensi
1. Nama diet : Diet TETP
2. Prinsip diet : TETP
3. Tujuan diet :
- Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah
dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh
- Memenuhi asupan cairan
118 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Protein 2 gr x 16 kg = 40 gram
%P =40 gram x 4 : 1179,535 x 100% =13,56%
Lemak 20% = 20% x 1179.535 : 9 = 26,21 gram
Karbohidrat = 60,23% x 1179.535 : 4 = 177,12 gram
5. Syarat diet :
a. Kebutuhan energi 1179.535 kkal
b. Protein diberikan 2 porsi lauk hewani sesuai kebutuhan yaitu 13,56%
c. Lemak , yaitu 26,21 gr/KgBb
d. Karbohidrat sederhana cukup yaitu 177,12 gr/KgBB
e. Vitamin dan Mineral cukup
Kebutuhan zat gizi mikro
Vitamin A 450 RE Vitamin B6 0,0 mg
Vitamin C 45 mg Vitamin B12 1,5 mg
Vitamin E 7 mcg Zink 5 mg
Vitamin B1 0,6 mg Kalsium 1000 mg
Vitamin B2 0,6 mg Fe 10 G
f. Serat 0,7 gr
119 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Sumber Bahan Makanan yang Bahan Makanan yang
Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber karbohidrat Nasi, roti,mie, makaroi,
dan hasil olahan tepung-
tepungan lain, seperti
cake, tarcis, pudding,
dan pastry, dodol, ubi,
karbohidrat sederhana
seperti gula pasir
120 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Buah-buahan Semua jenis buah segar,
buah kaleng, buah
kering dan jus buah
Daftar Pustaka
Novilia Sjafri Bachtiar,dkk. 2011”Titer IgG Pertusis pada Usia Remaja, Dewasa, dan Orang
Tua Mempergunakan Metode ELISA dan Mikroaglutinasi Pertusis” Bandung, jalan Pasteur 28
Bandung http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/view/38 MKB, Volume 43 No. 1,
Tahun 2011
http://www.ichrc.org/47-pertusis
121 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Asosiasi Dietesion Indonesia.2020”penuntun diet
dan terapi gizi edisi 4”. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC
Kambang Sariadji,dkk. 2016“Studi Kasus Bordetella Pertussis pada Kejadian Luar Biasa di
Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah yang Dideteksi dengan PCR”Jakarta : Puslitbang
Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jbmi/article/download/1705/907/
Vol.5.1.2016: 51-56
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang
dihasilkan oleh C. tetani ditandai dengan kekakuan otot dan spasme yang periodik
dan berat. Tetanus dapat didefinisikan sebagai keadaan hipertonia akut atau kontraksi
otot yang mengakibatkan nyeri (biasanya pada rahang bawah dan leher) dan spasme
otot menyeluruh tanpa penyebab lain, serta terdapat riwayat luka ataupun kecelakaan
sebelumnya.
Etiologi Tetanus
C. tetani adalah bakteri Gram positif anaerob yang ditemukan di tanah dan
kotoran binatang. Bakteri ini berbentuk batang dan memproduksi spora, memberikan
gambaran klasik seperti stik drum, meski tidak selalu terlihat. Spora ini bisa tahan
beberapa bulan bahkan beberapa tahun. C. tetani merupakan bakteri yang motil
karena memiliki flagella, dimana menurut antigen flagellanya, dibagi menjadi 11
strain dan memproduksi neurotoksin yang sama. Spora yang diproduksi oleh bakteri
ini tahan terhadap banyak agen desinfektan baik agen fisik maupun agen kimia. Spora
C. tetani dapat bertahan dari air mendidih selama beberapa menit (meski hancur
dengan autoclave pada suhu 121° C selama 15-20 menit). Jika bakteri ini menginfeksi
luka seseorang atau bersamaan dengan benda lain, bakteri ini akan memasuki tubuh
penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin.
122 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Gambar 1. Clostridium tetani, dengan bentukan khas “drumstick” pada bagian
bakteri yang berbentuk bulat tersebut spora dari Clostridium tetani dibentuk. (dengan
pembesaran mikroskop 3000x).2
Spora atau bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka. Ketika
menempati tempat yang cocok (anaerob) bakteri akan berkembang dan melepaskan
toksin tetanus. Dengan konsentrasi sangat rendah, toksin ini dapat mengakibatkan
penyakit tetanus (dosis letal minimum adalah 2,5 ng/kg).
Patogenesis
Clostridium tetani dalam bentuk spora masuk ke tubuh melalui luka yang
terkontaminasi dengan debu, tanah, tinja binatang, pupuk.2 Cara masuknya spora ini
melalui luka yang terkontaminasi antara lain luka tusuk oleh besi, luka bakar, luka
lecet, otitis media, infeksi gigi, ulkus kulit yang kronis, abortus, tali pusat, kadang–
sampai anaerob disertai terdapatnya jaringan nekrotis, leukosit yang mati, benda–
benda
123 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
asing maka spora berubah menjadi vegetatif yang kemudian berkembang.2 Kuman
ini tidak invasif. Bila dinding sel kuman lisis maka dilepaskan eksotoksin, yaitu
124 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
BAB IX
DIIT PADA PENYAKIT SALURAN CERNA
ATAS (DYSPEPSIA, NAUSEA /VOMITUS,
PASCA HEMATEMESIS – MELENA,
GASTRITIS, GERD)
125 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
BAB IX
PENDAHULUAN
126 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
A. PENGERTIAN DAN ETIOLOGI DISPEPSIA
Dispepsia didefinisikan suatu keadaan nyeri atau perasaan tidak nyaman
(discomfort) didaerah ulu hati (perut tengah atas/ region gastroduodenal) yang
berlangsung kronis dan berulang. Sedangkan yang dimaksud dengan perasaan
tidak nyaman (discomfort) adalah suatu perasaan negative subjectif yang tidak
menyakitkan,dan dapat merupakan gabungan dari beberapa gejala termasuk
perasaan cepat kenyang atau perasaan penuh pada perut bagian atas.
Pada consensus Nasional penatalaksanaan dyspepsia dan helicobacter
pylori, dyspepsia didefinisikan sebagai sebuah atau kumpulan gejala yang
berasal dari region gastroduodenal. Gejala-gejala dyspepsia antara lain nyeri
epigasttrium, sensasi terbakar diepigastrium. Rasa penuh setelah makan, cepat
kenyang, rasa kembung pada saluran cerna atas, rasa mual, muntah dan
sendawa. Sedangkan menurut kriteria Roma III dyspepsia fungsional
didefinisikan sebagai kumpulan gejala atau sindrom yang mencakup satu atau
lebih dari gejala-gejala berikut : seperti perasaan perut penuh setelah makan,
cepat kenyang, atau rasa terbakar di ulu hati, yang berlangsung sedikitnya
dalam 3 bulan terakhir, dengan awal gejala sedikitnya timbul 6 bulan sebelum
diagnosis.
PENYEBAB DISPEPSIA
Dispepsia dpat diakibatkan oleh banyak hal. Sering kali hal ini dikaitkan
dengan gaya hidup dan dapat dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan
minuman atau efek samping dari obat-obatan. Contohnya :
a. Makan terlalu banyak atau makan terlalu cepat
b. Konsumsi makanan yang selalu berlemak, berminyak, pedas.
c. Konsumsi terlalu banyak kafein, alcohol, coklat, dan minuman bersoda
d. Merokok
e. Rasa cemas
f. Beberapa antibiotic dan obat penghilang rasa nyeri
GEJALA DISPEPSIA
127 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Seseorang yang mengidap dyspepsia bias mengalami berbagai gejala dalam
tubuh, Contohnya :
a. Rasa cepat kenyang saat makan
b. Kembung dan begah setelah makan
c. Timbulnya rasa tak nyaman dibagian ulu hati, bias menjalar dari ulu hati
hingga ke tenggorokan
d. Mual dan kadang-kadang dapat disertai dengan muntah meskipun hal ini
jarang terjadi
Seorang ibu umur 42 th,BB 44 kg,TB 155 cm sudah diinggal suami selama 7
tahun , di Rs dengan keluhan sering mengeluh sakit
kepala,anoreksia,mual,muntah,nyeri ulu hati terutama bila perut kosong, untuk
menghilangkan rasa sakit pasien mencoba minum obat-obat yang dijual bebas
diwarung. Makan 2-3x/hari. Kebiasaan makan pasien dirumah adalah sbb : Makanan
pokok : Nasi 1-3x/hari, (nggak tentu) Lauk Hewani: Ikan lele 2x/minggu,telur
5x/minggu,ayam 2x/minggu,wortel 2-3 x/minggu,Buah : Pepaya 2-3 x/minggu,minum
: Air putih : >8 gelas/hari. The manis : 2x/hari,kopi : 1x/hari. Hasil pemeriksaan lab
adalah sbb : Pemeriksaan Laboraturium HGB : 7 g/dl,Albumin 6,39 g/dl, AST 3,28
g/dl,ALT 20,5 g/dl,BUN 15,0 g/dl ,Creatinin 7,5 mg/dl, Uric Acid 0,7 mg/dL.
Pemeriksaan Nadi 88 x/menit,Suhu 37˚C,Tensi 150/85 mmHg, Respirasi Rate 20
x/menit.
Penyelesaian..
A. Assesment
1. Food History (FH)
- Makan 2-3 x/hari
- Nasi 1-3 x/hari (nggak tentu)
- Lauk Hewani : Ikan lele 2x/minggu,telur 5x/minggu,ayam 2x/minggu
128 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
- Lauk Nabati : tahu dan tempe setiap hari
- Sayur : buncis 2-3 x/minggu, Kacang panjang 2-3 x/minggu , wortel 2-3
x/minggu
- Buah : Pepaya 2-3 x/minggu
- Minum Air putih : >8 gelas/hari,the manis : 2x/hari,kopi : 1x/hari
2. Antropometri Data
Nama : Ny. AB
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 42 tahun
BB : 44 kg
TB : 155 cm
129 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Suhu 37˚C Normal
Tekanan Darah 50/mmHg 120/80 mmHg Tinggi
Respirasi 20 x/menit
- Fisik
Sakit kepala,anoreksia,mual,muntah,nyeri ulu hati terutama bila perut
kosong
B. Diagnosa Gizi
130 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
gizi dalam makanan
dengan obat
C. INTERVENSI GIZI
1. Nama Diit = Diet lambung
2. Prinsip Diit = TETP (Tinggi Energi Tinggi Protein)
3. Tujuan Diit = Untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang
tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam
lambung yang berlebihan
4. Perhitungan Energi
TEE = (7,4 x BB) + (482 x TB) + 217
= (7,4 x 44 ) + (482 x 1,55 ) + 217
= 325,6 + 747,1 + 217
= 1289,7 kkal
131 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Lemak rendah yaitu 15% (21,5 gr/h) dari kebutuhan energy total
Kebutuhan protein cukup tinggi yaitu 25% (80,6 gr/h)
6. Bentuk Makanan = Makanan Lunak (Bubur)
7. Jalur Pemberian = Oral
8. Frekuensi = 6 x pemberian dalam 1 hari
9. Makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan
132 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Daging , iksn, ayam dtidak Daging,ikan, ayam, telur yang
Pemanis digoreng, telur diawetkan, digoreng
Sup sayuran kecuali yang
Sayuran Krim sup diperbolehkan
Gula,sirup, madu Jam,memalade dan permen dengan
Bumbu kulit yang tebal,kacang
Jus tomat, asparagus, wortel, Sayuran Mentah
buncis,
Kacang hijau, jamur, kentang, Lada, mustard, acar
bayam
Garam,kayu manis, kecap
133 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Bubur Nasi Susu
Orak- arik telur + jamur kancing Kapsul fe
Tempe bacem
Pisang ambon
Daftar Pustaka
Surharyati,Dkk. 2020. Penuntun Diet dan Terapi Gizi, Edisi 4. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Tjokoroprawiro, Askandar, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ediso 2. Surabaya:
Airlangga University Press (AUP)
134 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
adalah gambaran nonspesifik dari muntah berulang dan tidak selalu menandakan
perdarahan saluran pencernaan atas yang signifikan. (Davey,Patrick.2006).
Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dengan bau
yang khas, yang lengket dan menunjukkan perdarahan saluran pencernaan atas
serta dicernanya darah pada usus halus. Tinja yang gelap dan padat dengan hasil
tes perdarahan samar (occult blood) positif menunjukkan perdarahan pada usus
halus dan bukan melena. (Davey,Patrick.2006).
Patogenesa
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, penderita
dengan kesadaran kompos mentis, status gizi penderita cukup, nadi 88x/ menitirama
regular, resfirasi 20 x/mnt, tekanan darah 120/70 mmHg, dengan suhu tubuh 37,1°C.
pada pemeriksaan mata di dapatkan konjungtiva anemis, sclera anikterik. Pada
pemeriksaan dada di dapat kan bentuk dada normal, pergerakan nafas kangan
kirisimetris, tidak di temukan spider nevi, suara napas vesikuler, ronchi tidak ada, dan
wheezing tidak ada. Suara jantung S1 dan S2 reguler, tidak di temukan urmur. Pada
pemeriksaan telinga hidung tenggorokan (THT) tidak di temukan kelainan. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkana adanya nyeri tekan epigastrium, hepar dan lien
tidak teraba adanya massa maupun perbesaran, tidak ada asites, bising usus normal
(Fadila, 2015).
Etiologi
Ada empat penyebab perdarahan SCBA yang paling sering di temukan, ulkus
peptikum, gastritiserosife, varisesesafagus, dan rupture mukosa espfago gastrika.
Pasien di diaginosis dengan hematemesis melena etcausa gastritis erosive dengan
135 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
adanya fases hitam seperti tertanpa disertai gejala dan tanda yang mengarah pada
penyakit hati kronis. Etiologi dapat berasal dari kelainan duodenum (Fadila, 2015)
Gastristis dapat berkaitan dengan konsumsi alcohol yang baru saja dilakukan atau
dengan pengguan obat-obat anti inflasi seperti aspirin atau ibuprofen . pada kasus ini
mengarah pada kelainan di lambung yaitu adanya gastritis erosi fatas dasar riwayat
kebiasaan pasien obat anti nyeri (NSAID) yaitu ibuprofen sejak 6 tahun yang lalu tanpa
anjuran maupun control kedoter (Fadila, 2015).
Obat NSAID adalah obat-obatan yang paling sering menyebabkan ulkus lambung
(ulcerogenicdrugs). Obat lain yang dapat menimbulkan hematemesis melena adalah
golongan kortikosteroid, butazolidin , reserpine,spironolakton , dan lain-lain (Fadila,
2015)
Gambaran Klinis
136 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Pada kasus ini sesuai dengan pengertian hematemesis melena. Hematemesis
adalah di muntahkannya darah dari mulut, darah bisa dalam bentuk segar (bekuan
/gumpalan /cairan warna merah cerah) atau beru karena enzim dan asam lambung
menjadi kecoklatan dan berbentuk seperti kopi. Melena yaitu keluarnya tinja yang
lengket dan hitam seperti aspal (ter) dengan batuk has, yang menunjukkan perdarahan
SCBA serta di cernanya darah pada usus halus. Dimana penyebab kelainan diatas
dapat berasal dari kelainan mesophagus, kelainan lambung, dan kelainan duodenum
(Farida, 2017).
Laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium di dapatkan hematologi hemoglobin (Hb) 6 gr/dl,
Ht 39,1 %, trambosit 182.000/uL, Leukosit 10.700/uL. Faalhati Serum Glutamin
Oxaloacetic Transaminase (SGOT) 21 U/L, Serum Glutamic pyruvic Transaminase
(SGPT) 20 U/L, fungsi ginjal ureum 16 mg/dL, creatinin 0,9 mg/dL, asam (Fadila,
2015)
D. Penatalaksanaan
Penderita di tatalaksana secara non-medika mentosa dan medika
mentosa.Penatalaksana non-medika mentosa antara lain bed rest, puasa hingga
pendarahan berhenti ,dan diet cair. Penetalaksanaan medika mentosa dengan cairan
infus Ringer Laktat (RL) 20 tetes/menit, dilakukan pemasangan . Nasogastric tube
(NGT), omeprazole tablet 2x40 mg, tranfusi sampai dengan kadar Hb 10 mg/dL.
Dilakukan pemantauan Hb (Fadila, 2015).
Kaitan Penyakit Saluran Cerna Atas Dan Masalah Gizi
137 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Nutrisi merupakan kebutuhan utama pasien kritis dannutrisi enteral lebih baik
dibangingkan perenteral karena lebih mudah,murah,aman, fisiologis, dan penggunaan
nutrient oleh tubuh lebih efisien. Nutrisi enteral adalah nutrisi yang di berikan pada
pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui ruteoral, formula
nutrisi di berikan melalui tube kedalam lambung(gastric tube), nasogastric tube (NGT),
atau jejunum dapat secara manual maupun dengan bantuan pompamesin. Pemberian
nutrisi enteral sebaiknya diatur sesuai dengan usia pasien, beratbadan, penyakit primer,
status nutrisi, alat alses nutrisi enteral tersebut, serta kondisi dari saluran gastroin
tesinalnya sendiri (Farida, 2017)
Pasien dengan status gizi yang buruk (misalnya penurunan berat badan dan hipo
albuminemia) harus diberikan terapi nutrisi selama 7 sampai 10 hari dan lebih baik di
berikan enteral. Bahkan, hasil penelitian meta-analisis menunjukkan pemberian nutrisi
enteral berhubungan dengan penurunan kejadian komplikasi sepsis diban dingkan
pemberian nutrisi prental, mengurangi biaya rumah sakit, dan mengurangi lama rawat
inap sehingga nutrisi enternal sebisa mungkin menjadi pilihan yang utama. Hasil
systematic review juga menunjukkan bahwa penggunaan nutrisi enternal dibandingkan
dengan hasil nutrisi perenteral penting dalam penurunan kejadian komplikasi infeksi
pada penyakit kritis dengan biaya lebih murah.Nutrisi enteral harus menjadi pilihan
utama untuk dukungan nutrisi penyakit kritis.Nutrisi enteral yang diberikan pada masa
pascatindakan operasi cenderung memberikan respon yang baik terhadap perubahan
status nutrisi, nilai pre-albumin, dan albumin serum yang cenderung meningkat pada
sebagian subjek dan tidak terjadi penurunan berart badan (Farida, 2017)
Nutrisi enteral dapat di berikan dalam waktu 6 jam setelah masuk ke ICU guna
meningkatkan pemeabilitas usus dan di kaitkan dengan penurunan kejadian kegagalan
organ sedangkan pada pasien trauma nutrisi enteral dapat dimulai 24 jam setelah
masuk. Pemberian net berupa diet blender extra kutuk dapat memperbaiki fungsi
saluran cerna yang di tandai dengan hasil bila sambung jernih dan rata kadar albumin
darah mengalami peningkatan sekitar 1,5 mg/dl dalam waktu 2-3 hari selama
pemberian. Ikan gabus atau kutuk di ketahui mengandung senyawa senyawa penting
138 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
bagi tubuh manusia diantaranya protein yang cukup tinggi lemak, air, dan mineral
terutama mineral zink (Zn). Zink berfungsi sebagai antioksi dan yang melindungi sel
sel, mempercepat proses penyembuhan luka, mengatur ekspresi dalam linfosit dan
protein, memperbaiki nafsu makan, dan stabilisasi berat badan. Ikan kutuk juga
memiliki keungulan yaitu kandungan 70% protein, 21% albumin, asam amino yang
lengkap, mikronutrienzink, selenium,dan besi (Farida, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
139 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Riwayat Penggunaan Obat NSADI Pada Pasien Laki-laki Lanjut Usia.Volum
1.Nomor1.September 2013
Persatuan Ahli Gizi Indonesia & Asosiasi Dietisen Indonesia.2020. Penuntun Diet
dan Terapi Gizi, Edisi 4. Jakarta;Penerbit Buku Kedokteran EGC
Penyelesaian
A. Assesment Gizi
1. Riwayat Gizi
140 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Pola makan 3x/hari, semua makanan disukai, dan tidak ada makanan
pantangan, minum air putih dengan jumlah 10 gelashari.
2. Antropometri
TB : 153
BB : 60
IMT :
BBI : (153-100) 0,9 = 47 kg
3. Biokimia Data
No Pemeriksaan Hasil Nilai normal Ket
1 Hemoglobin 7,8 g/dl 12,1 - 15,1 g/dl Anemia
3 Leukosit (WBC) 6,4x109/1 11.000 10p/ μL Rendah
4 PCV 0,24
5 GDA 271 142 – 424 103/ μL Normal
9 SGOT 49 / μL 5 - 37 μL Tinggi
10 BUN 37 7-20 mg/dl Tinggi
7 Kalium serum 5,4 mmol/L 3,5-5,0 Tinggi
8 Natrium 135 mmol/L 135-145 mmol/L Normal
4. Pemeriksaan Fisik
MRS dengan keluhan muntah campur darah dan BAB warna hitam
Keadaan umum = pasien nampak sakit berat, lemah. Keadaan
komposmentis
No Pemeriksaan Hasil Nilai normal Ket
1 Suhu 37oC 36,2 – 37oC Normal
2 Nadi 120x/menit 60-111x/menit Tinggi
3 Tekanan darah 120/80 120/80 mmHg Normal
mmHg
4 RR 12x/menit 12-20x/menit Normal
5. GCS 4,5-6 14-15
141 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
5. Riwayat Pasien
Riwayat personal : Ny. SS, 58 tahun, jawa
Riwayat medis : 5 jam sebelum dibawa ke IRD klien mual-mual
dan muntah bercampur darah 4 kali sebanyak + satu jam sebelumya +.
Satu jam sebelumnya (6 jam sebelum ke IRD) klien BAB campur darah.
Pasien pernah menderita sakit yang sama dan dirawat 3 kali yaitu pada
bulan Oktober, November dan Desember tahun lalu.
B. Diagnosa Gizi
Domain Asupan Etiologi Symptom
NC.2.2 Perubahan nilai Berkaitan dengan penyakit Ditandai dengan
laboratorium terkait gizi hematemesis melena yang pemeriksaan nilai HB 7,8
diderita gr/dl (anemia)
C. Intervensi Gizi
1. Nama diit : Diit lambung
2. Prinsip diit : Rendah serat
3. Tujuan : Memenuhi kebutuhan energi, protin, lemak,
karbohidrat dari kebutuhan energi, mencegah dan menetralkan sekresi
asam lambung.
4. Perhitungan zat gizi
REE
TEE
P =
L =
Kh =
142 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
Zat gizi mikro
Vit A : 600 RE
Vit C : 75 mg
Vit E : 15 mcg
B6 : 1,3 mg
B12 : 4,0 mg
Serat : 30 gr
143 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
11. Perencanaan Menu
Bentuk Makanan Saring untuk Energi 1.436,825
144 | D i e t e t i k P e n y a k i t I n f e k s i
F. DEFINISI DAN ETIOLOGI PENYAKIT GASTRITIS
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi Ketiga Hal 492). Gastritis adalah segala radang mukosa
lambung (Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisihal749) Gastritis merupakan
keadaan peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronis, difusi atau local (Patofisiologi Sylvia A Price hal 422).
Gastritis merupakan inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan
mukosa gaster (Sujono Hadi, 1999, hal : 492). Gastritis merupakan peradangan
lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang di penuhi bakteri
(Charlene. J, 2001, hal : 138)
Gastritis (penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya
asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga
mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris
atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas.
Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya
sebagai berikut
Gejala Gastritis
Gejala gastritis yang dirasakan dapat berbeda pada tiap penderita. Akan tetapi,
kondisi ini bisa juga tidak selalu menimbulkan gejala. Beberapa contoh gejala
gastritis adalah:
b) Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang
dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan
terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal
melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika
erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi
perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.
2. Gastritis Kronik. Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang
sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi
penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel
dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang
maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding
lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga
bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.
Tn “ G’’ 76 Tahun, TB 160 cm. BB 55 kg. pendidikan tamat SR, Pekerjaan veteran,
MRS mengeluh sakit ulu hati dialami empat lalu disertai muntah banyak kali.
sebelumnya pasien makan coto makasar, klien lalu berobat ke puskemas dan dirujuk
ke RS.Tk .11 pelamonia makassar mulai merasa sakit dengan penyakit yang sama
tidak pernah dioperasi. dulu suka merokok tapi sekarang hanya sesekali saja, suka
minum kopi ku : lemah kesadaran : cm, TD : 90 / 50 mmHg 72 x/ menit , RR 20 X/
menit, suhu 36.5 0 C, GDS 1080 mgr / dl, Hb 11,6 gr % leukosit 4.800 / mm3
kebiasaan makan : nasi, sayur , lauk 3 x /hari , makanan kesukaan buah – buahan,
banyak , minum 2500 CC/ hari.
Penyelesaian
Nama : Tn G
Umur : 76 Tahun
Pekeejaan : Veteran
Jk : Laki – laki
A. Assesment
1. Antropometeri
TB = 160 Cm BB = 55 kg
BBI = ( 160 – 100 ) X 0,9
= 54 kg
2. Biokimia
Hb 11 . 6 gr % 13 – 16 ,5 gr /dl Rendah
KU Lemati lemah
4. Dietary History
Pasien makan coto makasar, dulu suka merokok, sekarang hanya sesekali
suku minum kopi kebiasan makan : nasi sayur, lauk 3x sehari, makanan
kesukaan buah – buahan , banyak minum air 2500 cc / hari
B. Diagnosa Gizi
Domain Problem Etiologi Sign /
symtomp
DAFTAR PUSTAKA
Agus P., & Sri L., (2008). Endoskopi Gastrointestinal.Jakarta : salemba
Medika
Chandrasoma, & Parakrama. (2005). Ringkasan patologi Anatomi Edisi 2.
Jakarta :EGC
Mustaqin A., & Kumala S (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : Salemba Medika.
Rudi H., (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Yogyakarta : Gosyen Publising.
BAB X
DIIT PADA PENYAKIT HIV / AIDS
AIDS akan terjadi jika kadar CD4 kurang dari < 200 mm3. Pada kondisi
ini tubuh sudah tidak mempunyai kemampuan untuk melawan infeksi sehingga
hampir seluruh bagian tubuh terinfeksi. Hal ini lah yang ditakutkan, makanya
pemberian asuhan gizi dapat memperlambat virus ini berkembang agar tidak
menjadi AIDS. Waktu yang diperlukan HIV menjadi AIDS jika tanpa terapi apapun
rata-rata adalah 10 tahun. (Nuraini, Ngadiarti,iskari.dkk.2017)
Awal seseorang terinfeksi HIV, dalam kurun waktu 3 bulan lebih secara
klinis orang tersebut belum tampak sakit dan belum mengalami gangguan organ
maupun fungsi tubuh. Namun pemeriksaan serologi sudah menunjukkan ada
penurunan nilai CD4 dan sudah dapat diketahui infeksi HIV. Pada Grafik dibawah
ini tergambar proses alamiah HIV menjadi AIDS. Ada 4 stadium klinis pada
penyakit HIV/AIDS, yaitu stadium I, II, III, dan IV. Stadium I atau akut menurut
WHO yaitu tubuh sudah terinfeksi HIV dalam darah menyebabkan, jumlah CD4
menurun tetapi masih dalam batas nilai normal sehingga tubuh masih bisa
mengatasi infeksiinfeksi yang menyerang tubuh sehingga pasien tidak tampak
sakit, dan status gizinya masih sama seperti sebelum terinfeksi. Pada Stadium II
& III sudah terjadi pengrusakan sel Limfosit CD4+ dan terjadi penurunan jumlah
CD4 yang menyebabkan beban virus meningkat sehingga terjadi gangguan
metabolisme, infeksi oportunistik (IO), dan status gizi menurun. Stadium IV dimana
beban virus meningkat drastis kemudian nilai CD4 menurun tajam terjadi
pengrusakan CD4 oleh virus HIV kemudian infeksi opurtunistik (IO) ber tambah,
dan status gizi memburuk, terjadilah cacheksia dan masuk dalam Stadium AIDS.
(Nuraini, Ngadiarti,iskari.dkk.2017)
Etiologi
Penyakit HIV/AIDS adalah penyakit yang disebabkan karena virus yang
tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus
ini merupakan partikel yang inert, dan setelah masuk dalam sel target, virus ini baru
bisa berkembang terutama dalam sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor
untuk virus HIV yang disebut CD4 Virus ini tergolong sensitif terhadap pengaruh
lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan
berbagai desinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya,
tetapi relatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet. (Nuraini,
Ngadiarti,iskari.dkk.2017)
Penyebaran virus hanya terjadi jika melakukan hubungan seks yang tidak
aman dan bergantian jarum suntik saat menggunakan obat/narkotika. Penyebaran
yang lain diantaranya melalui seks oral, memakai alat bantu seks secara bersama-
sama atau bergantian; tranfusi darah dari orang yang terinfeksi; memakai jarum,
suntikan, perlengkapan menyuntik lain yang sudah terkontaminasi, misalnya spon
dan kain pembersihnya serta penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan,
ketika melahirkan atau menyusui. (Nuraini, Ngadiarti,iskari.dkk.2017)
Virus HIV dikenal juga sebagai virus yang rapuh, karena tidak bisa bertahan
lama di luar tubuh manusia. Virus ini hanya bisa tahan di dalam cairan tubuh (cairan
sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI) dari orang yang terinfeksi dan
tidak bisa menyebar melalui keringat atau urin. (Nuraini, Ngadiarti,iskari.dkk.2017)
Gambaran Klinis
Gejalah HIV/AIDS
2. Diagnosa gizi
Diagnosa gizi adalah hasil kajian masalah gizi yang dihubungkan
dengan faktor faktor yang diduga sebagai penyebab, maupun tanda atau
gejala yang berhubungan dengan adanya masalah gizi. Secara umum ada
3 domain yaitu domain intake, domain klinis dan domain
perilaku/behavior. Domain intake terdiri dari masalah gizi yang
berhubungan dengan asupan energi, zat gizi, cairan, maupun zat
bioaktif, baikdari oral maupun dari dukungan gizi. Domain klinis adalah
masalah gizi yang berhubungan dengan medis atau kondisi fisik
termasuk masalah menelan, pencernaan, penyerapan, maupun
mempertahankan BB yang sesuai. Domain perilaku adalah masalah
yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap,kepercayaan, lingkungan
fisik seperti keamanan pangan, kemampuan untuk akses makanan.
Diagnosa gizi yang sering muncul pada pasien HIV/AIDS adalah
3. Perhitungan
Rumus Miflin
PENYELESAIAN :
1. Assesment
a. Food History (FH)
pasien mengkonsumsi obat putaw dengan cara suntik
Minum dengan jumlah tidak menentu
Recall makanan pasien
Bahan Penukar E P L KH
Nasi ½ P 87,5 2 - 20
LH ½ P 47,5 5 3 -
LN ½P 40 3 1,5 4
Sayuran 1P 50 3 - 10
LH 3 x ½ P = 142,5 kkal
LN 3X ½ P = 120 kkal
Energi = = 35.44%
Riwayat personal :
Usia : 44 th
Riwayat medis :
- pasien pernah menderita lever dan pernah dirawat di RS
Bhayangkara Surabaya
2.Diagnosa Gizi
3.Intervensi Gizi
Rumus miflin :
REE = ( 10 X BB) + (6,25 X TB) – (5 X UMUR) – 161
= (10 X 50) + (6,25 X 167) – (5 X 44) – (161)
= 500 + 1.043,75 – 220 – 161
= 1.162,75 kkal
= 26% X 1.162,75kkal
= 302,315 kkal
Protein = 2,0 X 50
= 100 gr
%protein = = 21,002%
Lemak = = 42,324 gr
KH = = 276,16gr
5.Syarat diet
a) Energi : 1.904,58
b) Protein : 21,002%
c) Lemak : 42,324 gr
d) KH : 276,16gr
e) Vitamin C :400,3 mg
f) Asam folat : 347,3mcg
g) Vitamin A :1.284RE
h) Vitamin D :0,6 mcg
i) Ca :55,9 mg
j) Zn :7,3mg
6.Bentuk makanan : Makanan lunak ( tim) karena pasien dalam keadaan
lemah Serta tubuh yang kurus
E P L KH
4.MONEV
No Perencanaan Target Pelaksanaan
1 Asupan energy 90-100% Setiap hari
DAFTAR PUSTAKA
Patogenesis Campak
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari
penderita.Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel
epitel saluran napas.Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan
penyebaran ke kelenjar limfe regional.Setelah penyebaran ini, terjadi viremia
primer disusul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan
kelenjar limfe.Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus.Pada
hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh terutama di
kulit dan saluran pernapasan.Pada hari ke-11 sampai hari ke14, virus ada di darah,
saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari kemudian virus mulai
berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel endotelial, sel-sel epitel,
monosit, dan makrofag(Halim, 2016).
Etiologi Campak
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus genus
Morbillivirus,famili Paramyxoviridae.1,5,6 Virus ini dari famili yang sama dengan
virus gondongan (mumps), virus parainfluenza, virus human metapneumovirus, dan
RSV (Respiratory Syncytial Virus).5Virus campak berukuran 100-250 nm dan
mengandung inti untai RNA tunggal yang diselubungi dengan lapisan pelindung
lipid. Virus campak memiliki 6 struktur protein utama.Protein H (Hemagglutinin)
berperan penting dalam perlekatan virus ke sel penderita.Protein F (Fusion)
meningkatkan penyebaran virus dari sel ke sel. Protein M (Matrix) di permukaan
dalam lapisan pelindung virus berperan penting dalam penyatuan virus. Di bagian
dalam virus terdapat protein L (Large), NP (Nucleoprotein), dan P (Polymerase
phosphoprotein) (Halim, 2016).
Gambaran Klinik
Laboratorium
Menurut Almatsier (2003) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zatzat gizi.Status gizi ditentukan oleh
tersedianya zat gizi yang dibutuhkan baik yang esensial maupun non esensial dalam
jumlah cukup, dalam kombinasi dan waktu yang tepat.Apabila tubuh berada dalam
tingkat kesehatan gizi optimum dimana jaringan penuh oleh semua zat gizi, maka
disebut status gizi optimum. Dalam kondisi demikian tubuh terbebas dari penyakit
dan mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya (Endahuluan, 2012).
Gizi kurang dapat disebabkan karena konsumsi gizi yang tidak mencukupi
kebutuhan anak dalam waktu tertentu, hal ini dapat disebabkan karena anak usia
prasekolah dan anak usia sekolah sangat aktif bermain dan banyak kegiatan baik di
sekolah maupun di lingkungan rumahnya. Di pihak lain anak kelompok ini
terkadang nafsu makannya menurun, sehingga konsumsi makanan tidak seimbang
dengan kalori yang diperlukan. Bila orangtua terutama ibu kurang memperhatikan
asupan makanan untuk anak mereka maka anak dapat mengalami malnutrisi/ gizi
kurang sehingga anak mudah terkena penyakit, diantaranya campak. Berdasarkan
penelitian, 26,7% responden yang mempunyai gizi baik ternyata menderita campak
hal itu dapat disebabkan karena anak belum diimunisasi campak(Endahuluan,
2012).
DAFTAR PUSTAKA
PENYELESAIAN
A. ASSESMENT
1. Antropometri data
Nama : un
Usia : 4 tahun 9 bulan (57 bulan)
Bb : 14,3 kg (median = 17,8)
Tb : 86,4 cm
Lila : 14 cm
Z- Score :
2. Biokimia data
Hasil Hasil Nilai normal keterangan
pemeriksaan
Hb 10,4 gr/dl 12-14 gr/dl Anemia
Leukosit 10.800 ml 3400-10.500 ml Tinggi
Hematokrit 2% 35%-38% Rendah
Trombosit 481.000 ml 200.000 ml Tinggi
Na 131 mmol/ml 135-145 Rendah
mmol/ml
K 8,3 mmol/ml 3,5-5 mEq/l tinggi
CS 12 mmol/ml
3. Physical data
Fisik : Ruam-ruam merah disekujur tubuh, Batuk dan pilek,
turgor Kulit menurun, Abdomen kembung, Bising usus.
Klinis
Hasil Nilai Nilai normal Keterangan
pemeriksaan
Suhu 39,5°C 36-37°C Tinggi
Nadi 98x/menit 20-120x/menit Normal
Respirasi 35x/menit 14-20x/menit Tinggi
4. Clien history
Personal : laki-laki 4 tahun 9 bulan
5. Food history : makanan paling disukai : ikan, udang, buah pisang
Tidak suka sayur-sayuran
B. DIAGNOSA GIZI
Domain Etiologi Sign symptom
(NC. 2.2) perubahan nilai Berkaitan dengan Ditandai dengan hasil lab= Hb
laboratorium terkait gizi penyakit campak yang rendah, leukosit = tinggi, hematokrit
diderita tinggi.
C. INTERVENSI GIZI
5. Perhitungan kebutuhn
= 324,61 + 495
= 891,61
= 289,7
= 1069,93 x 789,7
= 1359,63 kkal
Energi = 45 kkal/kg bb
= 45 x 14,3
= 643,5 kkal
P = 2,5 kg/bb
= 35,75 gr = 10,5 %
L = 15% x 1359,63
= 203,94/9 = 22,6 gr
FREKUENSI MAKAN
Total 1346,9
C.Pengertian DAN Etiologi Penyakit Gondok
DAFTAR PUSTAKA
C. Clin History(CH)
1.Riwayat Personal :
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur :12Tahun
2.Riwayat Medis : pembesaran kelenjar gondok
3. Riwayat Sosial : Tinggal Endemic Gondok
B. Diagnosa
Domain Problem Etiologi Sign dan
symplon
C. Intervensi Gizi
a. Nama Diet : Tinggi Energy
b. Prinsip Diet : Tinggi Energy
c. Tujuan Diet : memberikan makanan cukup energy untuk menghidari
Overweight dan tinggi protein
d. Perhitungan Energi :
REE = (17,5 x BB ) + 651
= (17,5 x 30 ) + 651
= 1.176 Kkal
TEE = REE + Fs x PAI
= 1.176 x 1,3 x 1,26
= 1.926,28Kkal
Protein = 2,0xBB
100 𝑋 4 𝑋 60 24000
=2,0x30=60= % P = = 1.926,28 = 12,45%
1.926,28
1.926,28
Lemak = 10 % = 21 gram
9
1.926,28
KH = 77,55% x = 373,4 gram
4
Syarat Diet
Energy tinggi = 1926,28 Kkal
Protein Tinggi = 12,45 %
Lemak rendah = 21gram
Kh tinggi = 373,4gram
Iodium Tinggi = 240 mcg
Vitamin A = 1200 mcg
Vitamin B12 = 36 mcg
Vitamin C = 100 mcg
Sekenium = 40 mcg
Serat Tinggi = 60 mcg
Makanan mudah dicerna
Menu bervariasi yang disukai anak
e. Bentuk makanan : makanan biasa
f. Frementasi makanan : 3x makanan 2x snack
g. Distribusi Makanan
Makan Pagi = 25% x 1.926,28 = 481,57 Kkal
Snack Pagi = 10% x 1.926,28 = 192,62 Kkal
Makan Siang = 30 % x 1.926,28 = 577,88 Kkal
Snack Sore = 10% x 1.926,28 = 192,62 Kkal
Makan Malam = 25% x 1.926,28 = 481,57 Kkal
BAB XII
DIIT PADA PENYAKIT MALARIA, DBD
DAN TIFUS ABDOMINALIS
https://vivahealth.co.id/article/detail/6081/malaria
https://ojs.unimal.ac.id/index.php/averrous/article/download/1039/558
http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/download/3469/3231
Tuan H. 58 Tahun bekerja PNS Agama Islam. Pasien dilarikan kerumah sakit
dengan keluhan demam,menggil,linu atau nyeri pada persendian kadang sampai
muntah tampak pucat atau anemia,hati serta limfa membesar,buang air kecil tampak
keruh dan pekat karena mengandung hemoglobin (hemoglobin) terasa geli pada
kulit dan mengalami kekejangan sedang. BB 75 kg,TB 155 cm.Td 130/80
mmHg,Nadi 80 kali/menit,RR 18 kali/menit,Suhu 39°C hasil Lab Hb 11 gr/dl. RDT
+ hasil recall sehari energy 779 Kkal,protein 35 gram,lemak 50 gram,Karbohidrat
125 gram. Makan hanya 2x sehari ( makan siang dan makan malam) pasien makan
semua jenis makanan manis dan pedas. Pada saat dibawa kerumah sakit pasien
mengatakan matanya berkunang-kunang pasien kesadaranya menurun.
“PENYELESAIAN”
1. Assement
Antropometi (AD)
𝐵𝐵 75𝑘𝑔 75 75
Umur = 58 Tahun IMT = = = = = 31,3
𝑇𝐵2 1552𝑐𝑚 1,552 2,4
(Obesitas)
BB = 75 Kg
TB = 155 Cm BBI = (TB-100) x 0,9
BBI = 50 Kg = (155-100) x 0,9
= 55x 0,9 = 50 Kg
Biokimia
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Keterangan
Tekanan 130/80mmHg 120/80mmHg Tinggi
Darah
Hb 11g/dl 12-15,2 g/dl Rendah
. Clin History(CH)
1.Riwayat Personal : Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur :58Tahun
2.Riwayat Medis : demam,menggil,linu atau nyeri pada persendian
kadang sampai
muntah tampak pucat atau anemia,hati serta limfa
membesar,buang air kecil tampak keruh dan pekat
terasa geli pada kulit dan mengalami kekejangan
sedang.
2. Diagnosa
Domain Problem Etiologi Sign dan
symplon
NI.1.1 Peningkatan Berkaitan dengan Ditandai dengan
energy demam suhu demam
ekspenditur 39°C
NC.3.3 Kelebihan Berkaitan dengan Ditandai dengan
BB/Obesitas Indekst Masa Tubuh IMT 31,3
(Obesitas)
3. Intervensi Gizi
1. Nama Diet : ETPT
2. Prinsip Diet : Energi Tinggi Protein Tinggi
3. Tujuan Diet : Memenuhi kebutuhan Energi dan Protein yang meningkat
untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh
4. Bentuk makanan : makanan lunak (bubur)
5. Frementasi makanan : 3x makanan 3x snack
6. Perhitungan Energi :
REE = (10 x BBI ) + (6,25 x TB ) – (5 x Umur ) + 5
= (10 x 50 ) + (6,25 x 155 ) – (5 x 58 tahun) + 5
= 500 + 968.75– 290 + 5
= 1468,75-295
= 1173.75
Kenaikan suhu 39°C = 2 x 13%
26
= 26 % = 100 x 1173.75 Kkal = 305,17 Kkal
20,80%
1922,60
Lemak = 10 % = 21,36 gram
9
1922,60
KH = 69,2% x = 332,60 gram
4
7. Syarat Diet
Energy tinggi = 1922,60 Kkal
Protein Tinggi = 20,80 %
Lemak rendah = 21,36 gram
Kh tinggi = 332,60 gram
Kalsium tinggi = 2000 gram
Vitamin A Rendah = 1200 RE
Vitamin E = 30 mg
Vitamin C Tinggi = 180 mg
8. Distribusi Makanan
Makan Pagi = 20% x 1.922,60 = 384,52 Kkal
Snack Pagi = 10% x 1.922,60 = 192,26 Kkal
Makan Siang = 30 % x 1.922,60 = 576,78 Kkal
Snack Sore = 10% x 1.922,60 = 192,26 Kkal
Makan Malam = 20% x 1.922,60 = 384,52 Kkal
Snack Pagi = 10% x 1.922,60 = 192,26 Kkal
C. Pengertian dan etiologi Demam Berdarah
DBD atau demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh salah
satu dari empat virus dengue. Demam berdarah merupakan penyakit yang mudah
menular. Sarana penularan demam berdarah sendiri berasal dari gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpictus.faktor Risiko Demam Berdarah
Demam berdarah dapat dipicu oleh faktor risiko tertentu. Beberapa faktor risiko
demam berdarah, yaitu:
Bayi, anak-anak, orang lanjut usia, dan orang dengan kekebalan tubuh yang
lemah
Penyakit demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua nyamuk dapat menggigit di
pagi hari sampai sore menjelang petang. Penularan terjadi saat nyamuk menggigit
dan menghisap darah seseorang yang sudah terinfeksi virus dengue, ketika nyamuk
tersebut mengigit orang lain, maka virus akan tersebar. Hal tersebut terjadi karena
nyamuk berperan sebagai medium pembawa (carrier) virus dengue tersebut
cuaca yang tidak menentu, daya tahan tubuh menurun dan serangan nyamuk Aedes
Aegepty bisa mengakibatkan kita rentan mengidap demam berdarah dengue.. waahhhati"
yaa teman-teman..bagaimana yaa pengaturan diet untuk menangani penyakit DBD?yukk
kita simak tulisan berikutt ni..
Memberikan makanan dan cairan secukupnya untuk memperbaiki jaringan tubuh yang
rusak serta mencegah komplikasi pendarahan.
Syarat Diet
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/36305636/Asuhan_Gizi_pasien_DHF_dengue_hemora
gic_fever_pada_anak
https://id.scribd.com/doc/266499427/Diet-Untuk-Demam-Berdarah-Dengue
Ny.N umur 29 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 3 april 2017,TB 150,BB 48
kg. Status menikah diagnose susp.DHF,anemia, dispepso ,pasien bekerja sebagai
PNS,pendidikan S1 suami pasien sebagai PNS dan pendidikan SMA keduanya
bersuku dayak .keluhan : nyeri kepala,mual-mual ,muntah –muntah hasil
pemeriksaan biokimia Hb 8,8 gr/dl. Eritrosit 3,2 jt/ul,leukosit 29.100/mm ,trombosit
26.000/mm ,pemeriksaan igm anti –O9 positif .kimia urin ,kejernihan :kuning jernih
data klinis pasien : TD 120/80 mmhg,Nadi 84 kali/menit ,suhu 38℃,pernafasan 84
kali/menit secara fisik pasien tampak lemah hanya berbaring ditempat tidur
,terkadang bias berjalan sendiri kekamar mandi .Terappi infus RL gugur 500 ml=40
TPM, lanjut 20 TPM ini .Ranitin 1x1 amp,injecefriaxone ,obat ,oral,sistenot, 3x mg
(k/p) riwayat makan dahulu pasien biasa makan tidak teratur ,kadang tidak makan
pagi karena tidak sempat,makan siang selalu diluar dan tidak mengkonsumsi
sayuran hasil recall 24 jam saat masuk Rs didapatkan energi 1100 kkal,protein 30
gram, lemak 42 gram ,karbodihrat 159 gram .
PENYELESAIAN
a. Assessment gizi
1. Riwayat personal ( ch )
-nama : Ny N
-umur : 29 tahun
-jk : perempuan
-pekerjan : PNS
-pendidikan : S1
-status : menikah
-suami : sebagai PNS( pendidikan SMA)
-suku : dayak
Riwayat medis
- masuk rumah sakit pada tanggal 3 april 2017
- diagnose susp.DHF,anemia, dispepso
2. Antropometri data
- Berat badan : 48 kg
- Tinggi badan : 150 cm
𝑩𝑩 𝟒𝟖 𝟒𝟖 𝟒𝟖
- Imt : = = 𝟏,𝟓𝟎𝟐 =𝟐,𝟐𝟓 =
𝑻𝑩 (𝟏𝟓𝟎) 𝟐
𝟐𝟏, 𝟑𝟑 (normal)
3. Biokimia data
Klinis
4. Pemeriksaan fisik
- nyeri kepala
- mual-mual ,muntah –muntah
- pasien tampak lemah
2. Diagnose Gizi
3. INTERVENSI GIZI
a. Nama diit : Diet TETP
b. Prinsip diit : Tinggi Energy Tinggi Protein
c. Tujuan diit : : memenuhi kebutuhan energi dan protein yang
meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan
d. Perhitungan kebutuhan gizi
Energi = 45 kkal /kgBB
= 45 x 48 kg
= 2.160 kkal
Peningkatan suhu 1ᵒC : kenaikan 13% BMR
= 13% x 2.160kkal
= 280,8 kkal
TEE = REE x PAL + kenaikan suhu
= 2.160 x 1,2 + 280,8
= 2.872,8 kkal
Zat Makro
Protein = 2,5 g/kgBB
= 2,5 x 48 kg
= 120 gram
100 𝑥 120 𝑥 4
%protein = = 17 %
2.872,8
Lemak = (25% x E ) : 9
= (25 % x 2.872,8 ) : 9
= 79,8 gram
KH = (100% - 17 % - 25% ) x E ) : 4
= ( 58% x 2.872,8 ) : 4
= 416,56 gram
e. Syarat diit :
energi tinggi ,yaitu : 40-45 kkal /kgBB
protein tinggi ,yaitu : 2,0-2,5 g/kgBB
lemak cukup, yaitu : 10-25 % dri kebutuhan energi total
karbohidrat cukup
vitamin dan mineral cukup ( ACE,mineral,zink)
Distribusi makanan
a. Menu makanan
Waktu Menu
Makan pagi Daging sapi tahu bayam segar buah semangka
Selingan Jasuke
Makan siang Bubur ayam kuning tempe bacem sayur buncis wortel
Selingan Bubur kacang hijau labu kuning
Makan malam Bubur ayam telur kuning tempe pepes soup
Daftar pustaka
http://repository.unimus.ac.id/1086/3/BAB%20II.pdf
Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang
pada aliran darah yang disebabkan oleh Bakteri Salmonella typhosa atau
Salmonella paratyphi A, B dan C, selain ini dapat juga menyebabkan gastroenteritis
(radang lambung). Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau
thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut Typhoid fever atau Thypus
abdominalis karena berhubungan dengan usus di dalam perut (Widoyono, 2002).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan
dan gangguan kesadaran (Sudoyo, 2009).
Salmonella thyposa adalah bakteri gram negative yang bergerak dengan bulu
getar, tidak berspora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
antigen 0 (somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella)
dan antigen V1 (hyalin, protein membrane). Dalam serum penderita terdapat zat
anti (glutanin) terhadap ketiga macam anigen tersebut (Zulkhoni, 2011).
Soal Kasus
PENYELESAIAN:
A. Assement Gizi
1. Riwayat Gizi (FH)
- Menyukai makanan yang berlemak, santan dan makanan gorengan.
2. Antropometri Data (AD)
- BB = 65 kg
- TB = 160 cm
- U = 35 tahun
- IMT = 65 kg : (1,60 m)²
= 65 : 2,56
= 25, 39 cm/kg² (Gemuk)
3. Biokimia Data (BD)
Pemeriksaan Hasil Normal Keterangan
Hemoglobin 12 mg/dl 13,8 – 17,2 gr/dl Anemia
WBC 4500 3.500 – 10.500 Normal
Hematocrit 36% 40 – 54% Rendah
Trombosit 210.000/mm3 150.000 – Normal
400.000/mm³
Widal Tes Thypil 1/320 Positif
O
B. DIAGNOSA GIZI
Domain Problem Etiologi Sign/Symtomp
NI.2.2 Kelebihan asupan Berkaitan dengan Ditandai dengan
oral status gizi yang IMT 25,39 kg/m2
tidak normal
NC.2.2 Perubahan nilai Berkaitan dengan Ditandai dengan
laboratorium anemia yang nilai Hb 12 mg/dl
terkait gizi diderita
NC.3.3.1 Kelebihan BB Berkaitan dengan Ditandai dengan
makanan yang IMT 25,39 kg/m2
dikonsumsi (Gemuk )
NB.1.1 Kurang Berkaitan dengan Ditandai dengan
pengetahuan makanan yang IMT 25,39 kg/m2 (
terkait makanan dikonsumsi Gemuk)
dan zat gizi
C. INTERVENSI GIZI
Nama Diit : TETP
Prinsip : Tinggi Serat
Tujuan :
- Memberikan sumber makanan yang cukup untuk mencapai
status gizi optimal
- Memberikan sumber makanan yang cukup untuk mengurangi
/menghilangkan rasa nyeri efigastric
- Memberikan sumber makanan yang cukup untuk mengatasi
konstripasi
Syarat :
- Energi = 2.308,8 Kkal - Vit E = mg
- Protein =130 gr - Fe = mcg
- Lemak = 38,48 gr - Ca = mg
- KH = 360,63 gr - Tiamin= mcg
- Vit A = mcg - Zink = mg
- Vit C = mg - Serat = gr
Bentuk Makanan : Lunak ( Tim )
Jalur pemberian : Oral
Frekuensi makan : 3 x makanan utama, 2 x selingan
D. Perhitungan Energi
Energi = ( 10 x BB ) + ( 6,25 x TB ) – ( 5 x Umur ) + 5
= ( 10 x 65 ) + ( 6,25 x 160 ) – ( 5 x 35 ) + 5
= 650 + 1000 - 175 + 5
=1480,8 Kkal
EER = BMR x FA x FS
= 1480 Kkal x 1,2 X 1,3
= 2.308,8 Kkal
Zat Gizi Makro Zat Gizi Mikro
- Protein = 2 gr/kg BB Vit A = 600 mcg
= 2 x 65 kg Vit C = 90 mg
= 130 gr Vit E = 15 mg
100 x 4 x 130: 2.308,8 = 22,52% Fe = 13 mg
- Lemak = 15% x 2.308,8 Ca = 1000 mg
= 346,32 9 : 9 Zink = 13 mg
= 38,48 gr Serat =38 gr
- KH = 62, 48% x 2.308,8
= 1442,52 4 : 4
= 360,63 gr
DAFTAR PUSTAKA
Arisena, Y., Silitonga, M., Kurniati, I., Kedokteran, F., Lampung, U., Klinik, B.
P., Lampung, U. (2019). Kolaborasi Tuberculosis ( TBC ) dan Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) Tuberculosis ( TBC ) and Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) Collaboration. Medicalprofession Journal, 9,
276–284.
Penyelesaiaan :
ASSESMENT GIZI
A. Food history (Riwayat gizi/Riwayat makan/ FH)
(tidak ada )
B. Antropometri
BB = 48 kg
TB = 150 cm
𝐵𝐵 48 𝑘𝑔 48 48
IMT : 𝑇𝐵2 = 1502𝑐𝑚 = 1,50² = 2,25 = 21,33 kg/m²
Fisik :
Batuk berdahak, cepat lelah, dan keringan di malam hari, konjungtiva
anemis, mukosa bibir/kering.
E. Riwayat pasien
Riwayat Personal :
Nama Ny B, jenis kelamin : perempuan, umur : 37 tahun,
pekerjaan : pasien mengatakan bekerja sebagai buruh cuci dan klient
tidak memakai masker saat keluar rumah, agama : kristen, suku : jawa.
Riwayat medis :
Pada pemeriksaan pasien ditemukan tanda dan gejala penyakit
tuberkulosis paru, kemudian dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti
sputum, poto thoraks terlihat adanya gumpalan putih hasil tuberculin test
positif (+) tinggal di daerah yang padat penduduk, lingkungan kumuh
dan rumahnya tidak ada fentilasi dan kurang pencahayaan.
Riwayat gizi :
klien tidak suka makan telur dan sayuran.
DIAGNOSA GIZI :
Domain Problem Etiologi Sign/symtoms
NB.1.1 Kurangnya Berkaitan Ditandai dengan
pengetahuan dengan tidak BB turun mudah
makanan dan suka makan lelah dan letih
zat gizi telur dan sayur
INTERVENSI GIZI :
A. Nama diet : Diet TETP
C. Tujuan diet :
1. Memberikan asupan makanan sebagai kondisi pasien untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
2. Meningkatkan berat badan sehingga status gizi menjadi status
gizi baik.
3. Memberikan edukasi tentang pengetahuan terkait gizi kepada
orang tua pasien.
G. Perhitungan energi :
BMR = (10 x BB) + ( 6,25 X tb ) ( 5 x umur) – 161
= (10 x 48) + ( 6,25 X 150)- ( 5 x 37 ) – 161
= 480 + 937,5 - 185 – 161
= 1071,5 kkal
Kenaikan suhu = 38,5 (tinggi suhu 1,5 )
= 13% x Energi
= 13 % x 1071,5
= 144,65
TEE = Energi + kenaikan suhu
= 1071,5 + 144,65
= 1216,15 kkal
= 60.80 gram
15 𝑥 1216,15
Lemak = gram
9
= 20,27 gr
65 𝑥 1216,15
Karbohidrat = gram
4
= 87,83 gr
H. Syarat Diet
energi yang diberikan yaitu 1216,15 kkal
protein 60,80 gram
lemak 20,27 gram
karbohidrat 87,83 gram
vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total
I. Distribusi Makanan
Makan pagi = 25% x 1216,15 = 304.03 kkak
Snack pagi = 10% x 121615 = 121.615 kkal
Makan siang = 30% x 1216,15 = 364,845 kkal
Snack sore = 10% x 121615 = 121.615 kkal
Makan malam = 25% x 1216,15 = 304.03 kkal
Penyelesaiaan :
ASSESMENT GIZI
F. Food history (Riwayat gizi/Riwayat makan/ FH)
(tidak ada )
G. Antropometri
BB = 48 kg
TB = 150 cm
𝐵𝐵 48
𝑘𝑔 48 48
IMT : 𝑇𝐵2 = 1502𝑐𝑚 = 1,50² = 2,25 = 21,33 kg/m²
Fisik :
Batuk berdahak, cepat lelah, dan keringan di malam hari, konjungtiva
anemis, mukosa bibir/kering.
J. Riwayat pasien
Riwayat Personal :
Nama Ny B, jenis kelamin : perempuan, umur : 37 tahun,
pekerjaan : pasien mengatakan bekerja sebagai buruh cuci dan klient
tidak memakai masker saat keluar rumah, agama : kristen, suku : jawa.
Riwayat medis :
Pada pemeriksaan pasien ditemukan tanda dan gejala penyakit
tuberkulosis paru, kemudian dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti
sputum, poto thoraks terlihat adanya gumpalan putih hasil tuberculin test
positif (+) tinggal di daerah yang padat penduduk, lingkungan kumuh
dan rumahnya tidak ada fentilasi dan kurang pencahayaan.
Riwayat gizi :
klien tidak suka makan telur dan sayuran.
DIAGNOSA GIZI :
Domain Problem Etiologi Sign/symtoms
NB.1.1 Kurangnya Berkaitan Ditandai dengan
pengetahuan dengan tidak BB turun mudah
makanan dan suka makan lelah dan letih
zat gizi telur dan sayur
INTERVENSI GIZI :
J. Nama diet : Diet TETP
L. Tujuan diet :
4. Memberikan asupan makanan sebagai kondisi pasien untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
5. Meningkatkan berat badan sehingga status gizi menjadi status
gizi baik.
6. Memberikan edukasi tentang pengetahuan terkait gizi kepada
orang tua pasien.
= 60.80 gram
15 𝑥 1216,15
Lemak = gram
9
= 20,27 gr
65 𝑥 1216,15
Karbohidrat = gram
4
= 87,83 gr
Q. Syarat Diet
energi yang diberikan yaitu 1216,15 kkal
protein 60,80 gram
lemak 20,27 gram
karbohidrat 87,83 gram
vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total
R. Distribusi Makanan
Makan pagi = 25% x 1216,15 = 304.03 kkak
Snack pagi = 10% x 121615 = 121.615 kkal
Makan siang = 30% x 1216,15 = 364,845 kkal
Snack sore = 10% x 121615 = 121.615 kkal
Makan malam = 25% x 1216,15 = 304.03 kkal
Penyelesaian
ASSESMENT
A. Riwayat Gizi
Therapy O2 : 2 L/m
Ranitidin, Diazepam, Dexametason
Makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk dan minum 5-6 gelas
sehari, tanpa ada pantangan makanan.
Riwayat medis
Datang ke IGD RSUD Dr. Soeselo Slawi dengan keluhan sesak nafas
± 2 hari,
Pasien mengatakan sebelumnya pernah sakit dengan gejala serupa,
sudah 3 tahun yang lalu dan sembuh setelah berobat ke dokter di
daerahnya. Bila nafasnya sesak selalu minum obat dari dokter yang ada
didaerahnya.
DIAGNOSA GIZI
Domain Problem Etiologi Sign/symptom
Ditandai dengan
Berkaitan
Perubahan nilai paru bergerak cepat
dengan
NB.2.2 laboratorium terkait dan bunyi irama
penyakit
gizi. paru kochi, irama
yangdi derita
reguler
Berkaitan
Perubahan nilai
dengan Ditandai dengan Hb
NB.2.2 laboratorium terkait
penyakit yang 12,5 g/dL
gizi.
diderita.
INTERVENSI GIZI
A. Nama diet : Diet Tinggi Energi Tinggi Protein
B. Prinsip diet : tinggi energi, tinggi protein
C. Tujuan diet :
Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan
E. Syarat diet :
1. Energi : 40 kkal/kg BBI yaitu 2124 kkal
2. Protein : 15% dari total energi yaitu 79,65 gram
3. Lemak : 30% dari total energi yaitu 70,8 gram
4. Kh : 55% dari total energi yaitu 295,05 gram
5. Vit A : 2705,8 𝜇𝑔
6. Vit C :117,5 mg
7. Vit E : 14,1 mg
8. Zinc : 12,3 mg
F. Bentuk makanan : Makanan Lunak (Bubur)
G. Pemberian : Oral
Penyelesaian
ASESSMENT
A. Food history (FH)
B. Antropometri Data ( AD)
BB : 50 kg
TB : 155 cm
BBI : ( TB – 100 ) x 0,9
: 155 – 100 x 0,9
: 49,5 kg
IMT : BB/TB2
: 50/ 2,40
: 20,83 kg/m2 ( Normal )
C. Laboratorium(BD)
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
1. Leukosit 9120/uL 3.500 – Normal
10.500/ml
2. Glukosa Sewaktu 196mg/dl 70 – 130 mg/dl Tinggi
3. Natrium 139 mmol/L 135 – 145 Normal
mEq/L
4. Kalsium 3,8 mmol/L 3,5 – 5 mEq/L Normal
5. Sputum -
6. Leukosit +
7. Epitel +
Fisik
pasien mengatakan sering mengalami pilek dan batuk setelah
terpapar serbuk kayu, pasien terlihat kesulitan bicara. Pasien
mengatakan letih dan lemah setelah melakukan aktivitas sehari
– hari karena kesulitan bernafas, sesak nafas saat istirahat setelah
beraktivitas, pasien terlihat letih.
DIAGNOSA
Domain Problem Etiologi Sign & systom
NB. 2.5 Kualitas hidup yang Berkaitan dengan Ditandai dengan
buruk penyakit PPOK pilek dan batuk
setelah terpapar
serbuk kayu
INTERVENSI
A. Nama diet : Diet TETP
B. Prinsip diet : Tinggi energi tinggi protein
C. Tujuan :
- Untuk memberikan asupan nutrisi yang tepat agar bisa
membantu pasien bernafas lebih mudah dan sering berolahraga
D. Perhitungan energi:
Energi : 25 – 40 kkal
: 35 x 49,5
: 1732,5 kkal
P : 1,5 – 2 gr
: 2 x 50
: 100 gr
100 𝑥 4 𝑥 100
: = 23%
1732,5
23% 𝑥 1732,5
: = 99,61 𝑔𝑟
4
L : 25 – 30%
: 25% x 1732,5
433,125
: = 48,125 𝑔𝑟
9
KH : 52% x 1732,5
900,9
: = 225,22 𝑔𝑟
4
E. Syarat Diet:
Energi yang diberkan sebanyak = 2472 kkal
Protein yang diberikan sebanyak = 173,2 gram
Lemak yang diberikan sebanyak = 79,3 gram
Karbohidrat yang diberikan sebanyak = 270,3 gram
Vitamin A yang diberikan sebanyak = 2731 RE
Vitamin D yang diberikan sebanyak = 9,5 mcg
Vitamin E yang diberikan sebanyak = 7,2 mcg
Vitamin K yang diberikan sebanyak = 23,5 mcg
Serat yang diberikan sebanyak = 19,3 gram
F. Bentuk Makanan : Makanan Lunak ( Bubur )
G. Jalur Pemberian Makanan : Oral
H. Frekuensi Makan : 6 kali makanan utama, 2 kali selingan
I. Pembagian waktu makan
07.00 = 12,5% x 1732,5 = 216,56 kkal
09.00 = 12,5% x 1732, 5 = 216,56 kkal
11.00 = 10 % x 1732,5 = 173,25 kkal
13.00 = 15 % x 1732,5 = 259,875 kkal
15.00 = 15 % x 1732,5 = 259,875 kkal
17.00 = 10 % x 1732,5 = 173,25 kkal
19.00 = 12,5 % x 1732,5 = 216,56 kkal
21.00 = 12,5 % x 1732,5 = 216,56 kkal
Terapi :
IVFD Dextrose 5% 20 gtt/mnt Etambutol 275 mg 1x3 tab
Cefixine 2x100 mg tab B6 1x1 tab
Ranitidine 2x1 amp inj Alupurinol 100 mg tb 1-0-0
Rifampisin 150 mg 1x3 tab
INH 750 mg 1x3 tab
PZA 400 mg 1x3 tab
Penyelesaian
ASSESMENT
A. Riwayat Gizi (FH)
- Terapi :
a) IVFD Dextrose 5% 20 gtt/mnt Etambutol 275 mg 1x3
tab
b) Cefixine 2x100 mg tab B6 1x1 tab
c) Ranitidine 2x1 amp inj Alupurinol 100 mg tb
1-0-0
d) Rifampisin 150 mg 1x3 tab
e) INH 750 mg 1x3 tab
f) PZA 400 mg 1x3 tab
B. Antropometri Data(AD)
- BB : 46 kg
- TB : 163
Penurunan BB menjadi 40 kg
- BBI = (TB-100) x 0,9
= (163-100) x 0,9
= 57 kg
𝐵𝐵 40 𝑘𝑔 40
- IMT = 𝑇𝐵2 (𝑚) = = 2,65 = 15,09 𝑘𝑔/𝑚2 (𝑺𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝑲𝒖𝒓𝒖𝒔)
1,632
INTERVENSI GIZI
A. Nama Diit : Diit TETP
B. Prinsip Diit : Tinggi Energi Tinggi Protein
C. Tujuan Diit : Meningkatkan asupan energi, memenuhi asupan
energi, protein, lemak, karbohidrat, mengingkatkan
berat badan hingga mencapai status gizi normal
D. Perhitungan Energi Zat Gizi
Energi : 35 x 40 kg
: 1.400 Kkal
80×4×100
P : 2 x 40 = 80 gram %P = = 22,85%
1.400
350
L : 25% x 1.400 Kkal = = 38,88 gram
9
730,1
KH : 52,15% x 1.400 Kkal = = 182,52 gram
4
Protein Daging sapi, ayam, ikan, telur, susu, dan Makanan yang
Hewani hasil olahannya seperti keju, yoghurt dan ice dimasak
cream dengan banyak minyak
atau
kelapa/santan kental
Protein Nabati Semua jenis kacang – kacangan dan hasil Makanan yang
olahannya seperti, tempe, tahu, dan dimasak
Pindakas dengan banyak minyak
atau
kelapa/santan kental
Sayuran Semua jenis sayuran, terutama jenis B,
seperti bayam, buncis, daun singkong,
kacang panjang, labu siam, dan wortel
direbus, dikukus dan ditumis
MONITORING EVALUASI
Arisena, Y., Silitonga, M., Kurniati, I., Kedokteran, F., Lampung, U., Klinik, B.
P.ampung, U. (2019). Kolaborasi Tuberculosis ( TBC ) dan Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) Tuberculosis ( TBC ) and Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) Collaboration. Medicalprofession Journal, 9, 276–
284.
Fasitasari, M. (2013). Terapi Gizi pada Lanjut Usia dengan Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK). Sains Medika.
Laksana, M. A., Berawi, K. N., Kedokteran, F., Lampung, U., Fisiologi, B.,
Kedokteran, F., & Lampung, U. (2015). Faktor – Faktor Yang Berpengaruh pada
Timbulnya Kejadian Sesak Napas Penderita Asma Bronkial Factors - Factors
Influencing the Incidence of Genesis Shortness of Breath Bronchial Asthma
Sufferers. Majority.
Manalu, H. S. P. (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru
Dan Upaya Penanggulangannya. Jurnal Ekologi Kesehatan.
Putra, I. P., & Artika, I. D. M. (2011). Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Paru
Obstruktif Kronis. Ilmu Penyakit Dalam FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.