Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SINTAKSIS

Disusun sebagai Syarat Mata Kuliah


Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:
Sukarir Nuryanto

1. Farah Ummu M (1401415055)


2. Ayu Rizqiyani (1401415070)
3. Lathifa Saharia K (1401415105 )

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kami ucapkan atas terselesaikannya makalah: “Sintaksis”.


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Kajian Bahasa Indonesia.
Sebagaimana judulnya makalah ini diharapkan mampu memberikan wawasan,
pengetahuan, dan gambaran tentang pengertian sintaksis, struktur, serta hubungan
antara frasa, klausa, dan kalimat dalah Bahasa Indonesia.

Kami sadar bahwa makalah Sintaksis ini memiliki banyak kekurangan.


Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
berkualitasnya makalah ini.

Demikianlah harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi


semua mahasiswa dan pengamat. Terakhir , kami mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr. Wb

Semarang, September 2015

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1 PEMBUKA..................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3 Tujuan...........................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................6
2.1 Pengertian Sintaksis.....................................................................................6
2.2 Struktur Sintaksis........................................................................................7
2.3 Lingkup Cakupan Sintaksis........................................................................8
2.4 Pengertian Frasa, Klausa, dan Kalimat.....................................................9
2.5 Ciri-ciri Frasa, Klausa, dan Kalimat........................................................12
2.6 Hubungan frasa, kalusa, dan kalimat......................................................12
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................14
3.1 Simpulan......................................................................................................14
3.2 Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

3
BAB 1
PEMBUKA
1.1 Latar Belakang Masalah
Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang
makna dan hakikat sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat dengan
masyarakat Indonesia, yaitu berkisar tentang kalimat bahasa Indonesia yang
digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Banyak permasalahan yang
ada dalam mendalami penguasaan sintaksis dan hakikatnya. Perlu
pendalaman dan banyak mempraktekan dalam dunia kebahasaan. Karena
ilmu sintaksis sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dalam
pembicaraan tentang sintaksis, bidang yang menjadi lahannya adalah unit
bahasa berupa kalimat, klausa dan frase.
Manusia dalam bertutur sapa, berkisah, atau segala sesuatu yang dapat
dikatakan sebagai berbahasa, selalu memunculkan kalimat-kalimat yang
diirangkai, dijalin sedemikian rupa, sehingga berfungsi optimal bagi si
penutur dalam upaya mengembangkan akal budinya dan memelihara
kerjasamanya dengan orang lain.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis merupakan
ilmu yang mempelajari tentang tatabahasa. Sintaksis juga dapat dikatakan tata
bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan.
Sintaksis merupakan cabang linguistik yang membicarakan hubungan antar
kata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup
sintaksis adalah frase, klausa dan kalimat. Didalam makalah ini akan dibahas
ketika pokok bahasan tersebut secara rinci.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat diambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari sintaksis?
2. Apa saja struktur sintaksis?
3. Apa saja yang termasuk dalam sintaksis bahasa Indonesia?

4
4. Apakah yang dimaksud dengan frasa, klausa, dan kalimat?

5. Apa sajakah ciri-ciri dari frasa, klausa dan kalimat?

6. Bagaimana hubungan antara frasa, klausa, dan kalimat?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian sintaksis.
2. Mengetahui struktur sintaksis.
3. Mengetahui lingkup sintaksis Bahasa Indonesia.
4. Mengetahui pengertian frasa, klausa dan kalimat.
5. Mengetahui ciri-ciri frasa, klausa dan kalimat.
6. Mengetahui hubungan frasa, klausa dan kalimat.

5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sintaksis
2.1.1 Pengertian Secara Etimologi
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti
’dengan’ dan kata tattein yang berarti ’menempatkan’. Jadi, secara
etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi
kelompok kata atau kalimat. Selain dari bahasa Yunani, sintaksis juga
berasal dari bahasa Belanda yaitu syntaxis. Sintaksis juga berasal dari
bahasa Inggris yaitu syntax. Istilah sintaksis (Belanda, Syntaxis) ialah
bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan tentang seluk
beluk wacana , kaliamat, prase dan klausa.

2.1.2 Pengertian Sintaksis dari Berbagai Ahli


1) Menurut Gleason (1955) “Syntax maybe roughly defined as the
principles of arrangement of the construction (word) into large
constructions of various kinds.” Artinya adalah sintaksis mungkin
dikaitkan dari definisi prinsip aransemen konstruksi (kata) ke dalam
konstruksi besar dari bermacam-macam variasi.
2) Robert (1964:1) yang berpendapat bahawa sintaksis adalah bidang tata
bahasa yang menelaah hubungan kata-kata dalam kalimat dan cara-
cara menyusun kata-kata.Verhaar mengatakan bahwa sintaksis adalah
terdiri dari susunan subjek (s) predikat(p) objek (o) dan keterangan
yang merupakan tempat – tempat kosong yang tidak mempunyai arti
apa – apa.
3) Prof.Drs.M.Ramlan mengatakan bahwa sintaksis merupakan cabang
ilmu bahasa (linguistik) yang membicarakan seluk beluk wacana,
kalimat, klausa, dan frasa.

6
4) Prof.Dr.Suparman Herusantosa mengatakan bahwa sintaksis
merupakan studi tentang hubungan antara kata yang satu dengan kata
yang lain.
Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
bahwa sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa yang didalamnya
mengkaji tentang kata dan kelompok kata yang membentuk frasa,
klausa, dan kalimat.

2.2 Struktur Sintaksis


Istilah subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (Ket), kata
benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjectival), kata depan dan
kata bilangan (numeralia) sudah tidak asing lagi di telinga kita. Apa yang
anda ketahui tentang istilah-istilah tersebut sebagai fungsi kata. Istilah-
istilah tersebut adalah kategori atau kelas kata. Bagaimana dengan istilah
pelaku, penderita, penerima, aktif, pasif, waktu, proses?  Istilah-istilah
tersebut adalah peran.
Untuk mengingatkan kembali pemahaman anda tentang istilah-istilah
tersebut, perhatikn kalimat berikut ini !
(1)               Ibu membeli jeruk di pasar
Kata-kata yang terdapat dalam kalimat tersebut memiliki fungsi sebagai
berikut :
 Ibu      membeli           jeruk    di pasar
  S            P                   O            Ket
Sehingga dapat dilihat bahwa kalimat tersebut memiliki pola kalimat
S – P – O – K.
Coba sekarang perhatikan klimat berikut !
(2)               Ayah berangkat ke kantor
(3)               Adik menangis
(4)               Pohon mangga itu tumbang kemarin sore
(5)               Kemarin ibu memasak ikan
(6)               Pak Guru ?

7
Hal yang menjadi pertanyaan adalah apakah kalimat (2) sampai (6) sama
dengan kalimat (1) ?. Sekarang tentukan terlebih dahulu fungsi tiap kata
dalam kalimat-kalimat tersebut sehingga mengetahui apakah kalimat (2)
sampai (6) memiliki pola yang sama. Sekarang perhatikan uraian berikut:
Ayah   berangkat        ke kantor
   S             P                    Ket
Adik    menangis
  S             P
Pohon mangga itu       tumbang          kemarin sore
             S                           P                       Ket
Kemarin          ibu       memasak         ikan
   Ket                S               P                  O
Pak Guru ?
       S
Berdasarkan urian tersebut dapat dikatakan bahwa setiap kalimat tidak
selalu berpola S-P-O-Ket, dan sebuah kalimat tidak harus selalu diikuti
oleh objek (O) terlihat pada kalimat (2), (3), (4), dan (6), dan kalimat tidak
harus diawali oleh kata yang memiliki fungsi subjek (S) terlihat pada
kalimat (5), serta sebuah kalimat bisa saja hanya memiliki satu fungsi, hal
ini dapat dilihat pada contoh (6).

2.3 Lingkup Cakupan Sintaksis

8
Cakupan Sintaksis menurut Ramlan (1987:21) meliputi frasa, klausa,
kalimat, dan wacana.
Menurut Chaer (1994 : 219) satuan terkecil adalah kata, yang secara
hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar
yaitu frasa, klausa dan kalimat. Sedangkan unsur penbentuk wacana adalah
kalimat.
Berdasarkan pengertian sintaksis di atas, dalam tataran sintaksis kata
merupakan satuan terkecil, yang secara hierarkial menjadi komponen
pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar yaitu frase. Maka di sini,
kata, hanya dibicarakan sebgai satuan terkecil dalam sintaksis, yaitu dalam
hubungannya dengan unsur-unsur pembentuk satuan yang lebih besar,
yaitu frase, klausa, dan kalimat.

2.4 Pengertian Frasa, Klausa, dan Kalimat


2.4.1 Pengertian Frasa
Frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan
gabungan dua kata atau lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa
(Cook, 1971: 91 ; Elson and Pickett, 1969: 73) atau tidak melampaui
batas subjek atau predikat (Ramlan, 1976: 50); dengan kata lain:
sifatnya tidak predikatif.
Venhaar (2001) menjelaskan bahwa frasa adalah kelompok kata
yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang.
Kentjono (1990) mendefinisikan frasa sebagai satuan gramatikal yang
terdiri atas dua kata atau lebih dari dua kata yang tidak berciri klausa
dan yang pada umumnya menjadi pembentuk klausa.
Keraf (1991) menyatakan bahwa frasa merupakan suatu konstruksi
yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan.
Kridalaksana (1993) menegaskan bahwa frasa merupakan gabungan
dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan ini dapat
rapat, dapat renggang.

9
Parera (1994) yang memberi batasan frasa sebagai suatu konstruksi
yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk
sebuah pola dasar kalimat maupun tidak.
Chaer (1998) menyatakan bahwa frasa merupakan gabungan dua kata
atau lebih yang merupakan satu kesatuan dan menjadi salah satu unsur
atau fungsi kalimat (subjek, predikat, objek, atau keterangan).
2.4.2 Pengertiaan Klausa
Ada beberapa definisi klausa menurut para ahli bahasa yakni sebagai
berikut :
Menurut kridalaksana, klausa merupakan satuan gramatikal yang
berupa gabungan kata, minimal terdiri dari subjek dan predikat serta
berpotensi menjadi kalimat.
Ramlan mengatakan bahwa klausa merupakan satuan gramatik
yang terdiri atas S, P, (O), (Pel), dan (K).
H. Alwi, klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua
kata atau lebih dan mengandung unsur predikasi.
Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya,
didalam satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila dalam
satuan itu tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa
(Chaer,2009:150).
Menurut pendapat Arifin (2008:34) klausa adalah satuan
gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri
atas subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata itu berpotensi
menjadi kalimat. Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa klausa adalah gabungan dari beberapa kata yang sekurang-
kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, boleh dilengkapi (objek),
(pelengkap), dan (keterangan).

2.4.3 Pengertian kalimat

Banyak ahli yang telah mengemukakan definisi atau pengertian


kalimat. Beberapa di antaranya akan penulis kemukakan sebagai berikut.

10
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri,
yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa. (Cook,
1971: 39-40; Elson and Pickett, 1969: 82).

Pakar bahasa di Indonesia, Alisjahbana (1978) menyatakan bahwa


kalimat adalah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengadung
pikiran lengkap.

A.A.Fokker (1960:9), juga mengatakan: “kalimat ialah ucapan


bahasa yang mempunyai arti penuh dan turunnya suara menjadi cirinya
sebagai batas keseluruhanya”.

Gorys Keraf (1978:156), dimana dikatakannya: “suatu bagian


ujaran, yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya
menunjukan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap disebut kalimat”.
Kridalaksana (1993) menegaskan bahwa kalimat adalah (i) satuan bahasa
yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan
secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa; (ii) klausa bebas yang
menjadi bagian kognitif percakapan; satuan preposisi yang merupakan
gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan
yang bebas,; jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya; dan (iii)
konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata
menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan.
Alwi (2001) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil
yang dapat mengungkapkan pikiran yang utuh.

Ramlan (1981:6) mengatakan: “kalimat ialah satuan gramatik yang


dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau
naik”. Parera (1978:10) mengatakan: “sebuah bentuk ketatabahasaan yang
maksimal yang tidak merupakan bagian dari sebuah konstruksi
ketatabahasaan yang lebih besar dan lebih luas adalah kalimat”.
Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang

11
lengkap merupakan definisi umum yang biasa dijumpai. Dalam kaitannya
dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata,frase,dan klausa)
bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konsituen dasar,
yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjugsi bila diperlukan,
serta disertai dengan intonasi final.

2.5 Ciri-ciri Frasa, Klausa, dan Kalimat


2.5.1 Ciri-ciri Frasa
Sesuai dengan definisi-definisi yang dikemukakan para ahli, maka
dapat mengidentifikasi frasa sebagai suatu satuan atau konstruksi yang
berciri: (i) terdiri atas dua kata atau lebih yang berhubungan dan
membentuk suatu kesatuan, (ii) tidak bersifat predikatif, (iii) tidak
berciri klausa, (iv) merupakan unsur pembentuk klausa, dan (v)
menempati salah satu unsur atau fungsi dalam kalimat.
2.5.2 Ciri-ciri Klausa, yaitu:
- terdiri atas S dan P baik disertai O, Pel, K maupun tidak
- unsur klausa berupa S dan P,
- unsur utama klausa adalah P karena S dapat dilesapkan,
- mempunyai rumus (S) P, (O) (Pel).
2.5.3 Ciri-ciri Kalimat
Berdasarkan definisi atau pengertian kalimat yang disampaikan para
ahli, kita dapat merumuskan ciri-ciri kalimat, yaitu sebagai berikut:
1) Sebagai satuan bahasa atau satuan gramatikal;
2) Terdiri atas satu kata atau lebih (tidak terbatas)/terdiri atas klausa;
3) Secara relatif dapat berdiri sendiri
4) Memiliki atau mengandung pikiran yang lengkap
5) Mempunyai pola intonasi akhir
6) Dalam konvensi tulis, ditandai oleh awal huruf capital dan
diakhiri tanda baca (tanda titik untuk kalimat deklaratif, tanda
tanya untuk kalimat interogatif, dan tanda seru untuk kalimat
interjektif).

12
2.6 Hubungan frasa, kalusa, dan kalimat
Dilihat dari bentuknya, kalimat dapat dirumuskan sebagai
konstruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih.
Hubungan struktural antara kata dan kata, atau kelompok kata dan
kelompok kata yang lain, berbeda-beda. Sementara, kedudukan tiap kata
atau kelompok kata dalam kalimat itu berbeda-beda pula. Antara “kalimat”
dan “kata” terdapat dua satuan sintaksis antara, yaitu “klausa” dan “frasa”.
Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih
yang mengandung unsur predikasi, sedangkan frasa adalah satuan sintaksis
yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak mengandung unsur
predikasi.

13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan sebelumnya, kita bisa mengetahui bahwa
sintaksis adalah cabang yang membicarakan kalimat dengan segala bentuk
dan unsur-unsur pembentuknya. Tiga kajian sintaksis yakni frase, klausa,
dan kalimat.
Salah satu definisi sintaksis menurut para ahli yaitu ilmu yang
mempelajari hubungan antara kata atau frase atau klausa atau kalimat yang
satu dengan kata atau frase (clause atau kalimat yang lain atau tegasnya
mempelajari seluk-beluk frase, klause, kalimat dan wacana (Ramlan.
1985:21)
Salah satu kajian sintaksis yaitu kalimat yang merupakan alat
interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan,
didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran
yang lengkap. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis
yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa), kalimat adalah satuan sintaksis
yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa,
dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi
final.
Kalimat juga merupakan satuan bahasa yang terdiri dari dua kata
atau lebih yang mengandung satu pengertian dan mempunyai pola intonasi
akhir serta bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, serta
memiliki fungsi-fungsi gramatikal.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang telah kelompok kami susun. Kami
berharap makalah ini berguna sebagaimana mestinya dan dapat diterima
dengan baik. Tapi, sebagai manusia biasa yang tidak luput dari
kekurangan, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sehingga kami sebagai pemakalah dapat memperbaiki kekurangan dan
mempertahankan kelebihan yang ada pada makalah kami. Terima kasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia ke-3. Jakarta:
Balai pustaka

Keraf, Gorys. (1991). Tata bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT


Grasindo.

K. Roestiyah, N. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

15

Anda mungkin juga menyukai