Anda di halaman 1dari 8

Peperangan dalam Al-Qur’an

(Kajian Tafsir Ijmali surah Al-Baqarah ayat 190-195)

Fadhila Zulfa Finasari

zulfafadhila6@gmail.com

Abstrak

Tulisan ini berusaha mengulas tafsir surah Al-Baqarah ayat 190-195, yakni tentang
ayat-ayat qital atau perang. Dengan penjelasan yang menyangkut tentang pemahaman perang,
kapan dilaksanakan perang, dan orang-orang yang tidak ada sangkutnya untuk mengikuti
perang. Karena terdapat sebagian dari masyarakat pemahaman tentang perang dalam islam
sebagai alasan pedoman untuk melakukan tindakan-tindakan yang bersifat radikal, ekstrim, dan
anarkis.

Dalam tulisan ini menggunakan metode ijmali yang singkat, padat dan mudah untuk
dipahami oleh semua kalangan. Menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan mengetengahkan
persoalan maksud dan tujuan kandungan ayat Al-Qur’an. Tujuan dari tulisan ini agar dapat
mendalami pemahaman mengenai ayat qital atau perang dari surah Al-Baqarah ayat 190-195.

Pendahuluan

Al-Qur’an adalah firman Allah, dapat dipastikan bahwa kalimat-kalimat setiap ayat dan
ayat-ayat disetiap surah adalah pernyataan yang paling sempurna, maka benar Al-Qur’an
sebagai mukjizat yang melengkapi mukjizat yang lain. Al-Qur’an adalah kalamullah, semua
kandungannya pasti benar. Selain itu juga al-Qur’an tidak menjadikan dirinya sebagai
pengganti usaha manusia, akan tetapi sebagai pendorong dan pemandu, demi berperannya
manusia secara positif dalam berbagai bidang kehidupan.

Allah menjadikan umat islam sebagai umat panutan yang memimpin seluruh umat
kepada agama yang benar serta mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya
kemenangan, dan untuk terwujudnya hal tersebut diperlukan perjuangan.1 Al-Qur’an
menunjukkan perjuangan adalah kata “Jihad”, suatu keharusan bagi umat yang telah Allah pilih
untuk peran ini dan telah dipercayakan tugas penting agar menjadi umat yang berjuang. Jihad
di dalam Islam merupakan unsur fundamental dan pokok karena merupakan sarana efektif

1
ISNIN NADRA, TAFSIR SURAT AL-BAQARAH AYAT 190-193 DAN SURAT ATTAUBAH 122 (KONSEP PENDIDIKAN
JIHAD), hlm.3

1
untuk mencegah kejahatan, baik yang terang-terangan maupun tersembunyi dan mencegah
kejahatan yang tumbuh dari dalam jiwa atau datang dari yang lain.

Ajaran jihad misalnya, secara umum sering dipahami sebagai “perang suci” untuk
melakukan penyerangan dan pemaksaan terhadap kelompok lain yang tidak sepaham
dengannya. Hal ini tentunya dianggap menodai wajah Islam yang ramah, santun, dan penuh
kedamaian. Lebih jauh akan menimbulkan cibiran dan citra negatif terhadap agama Islam dan
umat Islam secara keseluruhan. Situasi ini semakin diperburuk dengan kenyataan bahwa
sekarang semakin sedikit umat Islam yang berusaha sekuat tenaga dan pikiran untuk
mempelajari al- Qur’an dengan sebenar-benarnya. Sehingga pemahaman sebagian umat islam
tentang ayat-ayat qital sebagai alasan pedoman untuk melakukan tindakan-tindakan yang
bersifat radikal, ekstrim, dan anarkis. Melihat realitas yang terjadi adalah sebuah keniscayaan
untuk memberikan pemahaman yang benar tentang ayat-ayat qital, maka sebagai langkah awal
maka diperlukan pengetahuan tentang ayat-ayat qital. Kemudian diperlukan pengetahuan
penafsiran-penafsiran para mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat qital.2

Teks ayat dan terjemah surah Al-Baqarah ayat 190-195

Teks surah Al-Baqarah ayat 190-195

ُ ‫) َوا ْقتُلُوهُ ْم َحي‬١٩٠( َ‫َّللا ال يُحِ بُّ ْال ُم ْعتَدِين‬


‫ْث ث َ ِق ْفت ُ ُموهُ ْم َوأ َ ْخ ِر ُجوهُ ْم مِ ْن‬ َ ‫َّللا ا هلذِينَ يُقَاتِلُونَ ُك ْم َوال ت َ ْعتَدُوا ِإ هن ه‬
ِ ‫س ِبي ِل ه‬ َ ‫َوقَاتِلُوا فِي‬
‫شدُّ مِ نَ ْالقَتْ ِل َوال تُقَا ِتلُوهُ ْم ِع ْندَ ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام َحتهى يُقَا ِتلُو ُك ْم فِي ِه فَإِ ْن قَاتَلُو ُك ْم فَا ْقتُلُوهُ ْم َكذَلِكَ َجزَ ا ُء‬
َ َ ‫ْث أ َ ْخ َر ُجو ُك ْم َو ْال ِفتْنَةُ أ‬
ُ ‫َحي‬
ِ ‫) َوقَاتِلُوهُ ْم َحتهى ال ت َ ُكونَ فِتْنَةٌ َويَ ُكونَ ال ِدِّينُ ِ ه‬١٩٢( ‫ور َرحِ ي ٌم‬
ُ ‫َلِل فَإِ ِن ا ْنتَ َه ْوا فَال‬
َ‫عد َْوان‬ ٌ ُ‫غف‬ َ ‫) فَإِ ِن ا ْنت َ َه ْوا فَإِ هن ه‬١٩١( َ‫ْالكَاف ِِرين‬
َ ‫َّللا‬
‫علَ ْي ِه بِمِ ثْ ِل َما ا ْعتَدَى‬
َ ‫علَ ْي ُك ْم فَا ْعت َدُوا‬
َ ‫اص فَ َم ِن ا ْعتَدَى‬ٌ ‫ص‬ َ ِ‫ش ْه ِر ْال َح َر ِام َو ْال ُح ُر َماتُ ق‬
‫ش ْه ُر ْال َح َرا ُم بِال ه‬
‫) ال ه‬١٩٣( َ‫ظالِمِ ين‬ ‫علَى ال ه‬
َ ‫إِال‬
َ ‫َّللا َوال ت ُ ْلقُوا بِأ َ ْيدِي ُك ْم إِلَى الت ه ْهلُ َك ِة َوأَحْ ِسنُوا إِ هن ه‬
ُّ‫َّللا يُحِ ب‬ َ ‫) َوأ َ ْن ِفقُوا فِي‬١٩٤( َ‫َّللا َم َع ْال ُمتهقِين‬
ِ ‫سبِي ِل ه‬ َ ‫َّللا َوا ْعلَ ُموا أ َ هن ه‬
َ ‫علَ ْي ُك ْم َواتهقُوا ه‬
َ
١٩٥ َ‫ْال ُم ْح ِسنِين‬

Terjemah surah Al-Baqarah ayat 190-195

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu
melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas. [190].

2
Rudi Hamzah, “Makna Rusdh dala, Al-Qur’an dan Implikasinya terhadap Murshid dalam Dunia Tasawuf”,
skripsi,(Surabaya, Fakultas Ushuliddin, dan filsafat, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel,2018)
hlm.6-7

2
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat
mereka telah mengusir kamu (Mekah) dan fitnah itu lebih besar kejam dari pembunuhan, dan
janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu
di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka.
Demikanlah Balasan bagi orang-orang kafir. [191].

Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. [192].

Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya
semata-mata untuk Allah.jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka tidak ada
permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.[193].

Bulan haram dengan bulan haram, dan (terhadap) sesuatu yang dihormati berlaku (hukum)
qisas. Oleh sebab itu barangsiapa menyerang kamu, maka seranglah dia setimpal dengan
serangannya terhadap kamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta
orang-orang yang bertakwa.[194]

Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam
kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuatbaiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang
yang berbuat baik.[195]

Penafsiran ayat

Ayat 190

Ayat ini merupakan salah satu ayat yang menolak tuduhan bahwa Islam adalah “agama
pedang”, agama yang tersebar melalui perang. Seperti, yang dikatakan sebagian orang. Dalam
ayat ini ditegaskan bahwa kaum Muslimin tidak dibolehkan memulai serangan. Ayat ini turun
menyangkut perintah berperang. Setelah sebelumnya turun izin melakukan perang, dan latar
belakang latar belakang izin tersebut, yaitu surah Al-Hajj:39 yang “telah diizinkan untuk
berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya.”

Pada ayat ini menjelaskan bahwa, bolehnya melakukan perang selama peperangan itu
di jalan Allah, yakni untuk menegakkan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa serta
kemerdekaan dan kebebasan yang sejalan dengan tuntunan agama. Ayat ini juga menjelaskan
kapan peperangan di mulai, yaitu saat diketahui pasti bahwa orang-orang yang memerangi yang
sedang mempersiapkan rencana dan mengambil langkah-langkah untuk memerangi kaum

3
muslim atau benar-benar melakukan agresi. Ayat ini juga mengisyaratkan untuk tidak
melampaui batas. Yang disebut melampaui batas adalah memerangi orang-orang yang dilarang
untuk diperangi dari kalangan orang-orang yang telah menjalin kerjasama dengan umat Islam,
menyerang dengan tipu daya, menyerang mereka secara sebelum sampainya dakwah kepada
mereka, membunuh para perempuan, anak-anak, orang tua renta. 3

Ayat 191

Pada ayat 190 memerintahkan agar tidak melampaui batas, karena Allah tidak suka
siapapun yang melampau batas, tetapi bila mereka melampaui batas, maka bunuhlah mereka
dan siapa pun yang memerangi dan bermaksud membunuh jika tidak ada jalan lain yang dapat
ditempuh untuk mencegah agresi mereka. Lakukan hal itu dimanapun kamu temui mereka, dan
bila mereka tidak bermaksud membunuh, dan hanya mengusir kamu, maka usirlah mereka dari
tempat mereka telah mengusir kamu yakni Mekah.

Dan fitnah yang mereka timpakan kepada kalian dan menyebabkan kalian kembali
kepada kekafiran adalah lebih besar bahayanya daripada pembunuhan. Mereka berusaha
memfitnah kaum mukmin keluar agama islam dengan cara menyiksa, hingga mereka terpaksa
keluar dari tanah air dengan membawa agama mereka. Perang dilakukan untuk mencegah
fitnah dan penindasan agama, menghilangkan faktor-faktor tekanan dan paksaaan secara materi
maupun etika.

“ Dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka
memerangi kamu ditempat itu”. Sesungguhnya kota ini telah disucikan oleh Allah dan tetap
suci sampai hari Kiamat. Tetap suci karena disucikan Allah sampai hari kiamat, pepohonannya
tidak boleh ditebang, rerumputannya tidak boleh dicabut. Jika ada seseorang membolehkan
karena alas an Rasulullah pernah melakukan perang padanya, maka katakanlah oleh kalian
bahwa sesungguhnya Allah hanya mengizinkan bagi Rasul-Nya dan Dia tidak mengizinkan
bagi kalian. Dan juga larangan agar tidak memerangi kaum kafir di masjidil haram, tetapi
apabila mereka memerangi ditempat itu maka perangilah mereka demikianlah balasan bagi
orang-orang kafir.

3
Tafsir A1 Mishbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an / M. Quraish Shihab. — Jakarta : Lentera Hati,
2002,hlm.419

4
Ayat 192

Jika mereka (kaum musyrik) berhenti memerangi, maka mereka sudah beriman. Maka
sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu. Dan mengasihani mereka
dengan memberikan pengampunan atas apa yang telah mereka lakukan. Apabila kaum musyrik
berhenti, berarti mereka terlepas dari kezhaliman, yaitu kemusyrikan, sehingga tidak ada lagi
permusuhan terhadap mereka.4

Ayat 193

Perangilah mereka yang berupaya membunuh dan menghalangi kalian dari agama
dengan menyiksa dan menindas. Perangi mereka agar fitnah mereka itu hilang hingga akar-
akarnya dan agar agama itu hanya untuk Allah semata. Tetapi, jika mereka berhenti dari
berbuat (kekafiran), berarti mereka telah menyelamatkan diri dari siksaan. Dalam kondisi
seperti ini, mereka tidak boleh dimusuhi. Karena yang berhak dimusuhi adalah mereka yang
melakukan kezaliman, kemaksiatan dan tidak menegakkan keadilan.5

Ayat 194

Apabila mereka menyerang kalian di bulan haram, maka jangan kalian berdiam diri.
Sesungguhnya berperang pada bulan itu diharamkan kepada mereka sebagaimana diharamkan
kepada kalian. Tetapi bila mereka merusak kehormatan bulan ini, maka balaslah dengan
melakukan perlawanan, karena dalam hal-hal yang menyangkut keutamaan dan kesucian
dibolehkan melakukan qisas dan perlakuan setimpal. Dengan demikian, jika mereka
menyerang kesucian-kesucian kalian, maka balaslah dengan penyerangan setimpal. Takutlah
kepada Allah, dan janganlah berlebih-lebihan dalam melakukan pembalasan dan qisas.
Ketahuilah, sesungguhnya Allah penolong orang-orang yang bertakwa. Ayat ini diakhir
dengan pesan bertakwalah kepada Allah dalam arti berhati-hatilah jangan sampai sanksi dan
siksa Allah menimpa kamu, karena itu jangan sampai kamu melampaui batas dalam membalas.

Ayat 195

Sebagaimana berjihad bisa dilakukan dengan pengorbanan jiwa, ia juga dapat


disalurkan lewat pengorbanan harta. Maka infakkanlah harta kalian untuk menyiapkan
peperangan. Ketahuilah, memerangi mereka itu merupakan perang di jalan Allah. Janganlah

4
ISNIN NADRA, TAFSIR SURAT AL-BAQARAH AYAT 190-193 DAN SURAT ATTAUBAH 122 (KONSEP PENDIDIKAN
JIHAD),hlm.34-42
5
Tafsir al-Mishbah, https://risalahmuslim.id/quran/al-baqarah/2-195/

5
kalian berpangku tangan dan dermakanlah harta kalian untuk peperangan itu. Sebab, dengan
berpangku tangan dan kikir mendermakan harta, berarti kalian rela dikuasai dan dihina musuh.
Itu sama artinya kalian menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan. Harta yang berada di tangan,
tanpa dinafkahkan di jalan Allah, bukan saja akan habis oleh pemiliknya atau dimiliki oleh ahli
warisnya, tetapi juga membinasakan pemiliknya di hari kemudian. Maka lakukanlah kewajiban
kalian seserius dan sebaik mungkin. Sesungguhnya Allah menyukai hamba-Nya yang
melakukan suatu pekerjaan secara optimal.6

6
Tafsir A1 Mishbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an / M. Quraish Shihab. — Jakarta : Lentera Hati,
2002.hlm.424-426

6
Kesimpulan

Al-Qur’an adalah firman Allah, dapat dipastikan bahwa kalimat-kalimat setiap ayat dan
ayat-ayat disetiap surah adalah pernyataan yang paling sempurna, maka benar Al-Qur’an
sebagai mukjizat yang melengkapi mukjizat yang lain. Allah menjadikan umat islam sebagai
umat panutan yang memimpin seluruh umat kepada agama yang benar serta mengeluarkan
mereka dari kegelapan menuju cahaya kemenangan, dan untuk terwujudnya hal tersebut
diperlukan perjuangan. Jihad di dalam Islam merupakan unsur fundamental dan pokok karena
merupakan sarana efektif untuk mencegah kejahatan, baik yang terang-terangan maupun
tersembunyi dan mencegah kejahatan yang tumbuh dari dalam jiwa atau datang dari yang lain.
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu
melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat
mereka telah mengusir kamu (Mekah) dan fitnah itu lebih besar kejam dari pembunuhan, dan
janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu
di tempat itu. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan
itu hanya semata-mata untuk Allah.jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak
ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. Dan infakkanlah (hartamu)
di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan
sendiri, dan berbuat baiklah. Dilarang untuk memerangi dari kalangan orang-orang yang telah
menjalin kerjasama dengan umat Islam, menyerang dengan tipu daya, menyerang mereka
secara sebelum sampainya dakwah kepada mereka, membunuh para perempuan, anak-anak,
orang tua renta. Dan juga larangan agar tidak memerangi kaum kafir di masjidil haram, tetapi
apabila mereka memerangi ditempat itu maka perangilah mereka demikianlah balasan bagi
orang-orang kafir.

7
Daftar Pustaka

Al-Qur’an Al-Karim

Tafsir A1 Mishbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an / M. Quraish Shihab. — Jakarta :
Lentera Hati, 2002.

ISNIN NADRA, TAFSIR SURAT AL-BAQARAH AYAT 190-193 DAN SURAT


ATTAUBAH 122, skripsi (KONSEP PENDIDIKAN JIHAD)

Tafsir al-Mishbah, https://risalahmuslim.id/quran/al-baqarah/2-195/

Rudi Hamzah, “Makna Rusdh dala, Al-Qur’an dan Implikasinya terhadap Murshid dalam
Dunia Tasawuf”, skripsi,(Surabaya, Fakultas Ushuliddin, dan filsafat, Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel,2018)

Anda mungkin juga menyukai