Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AKUNTANSI MANAJEMEN

‘’PERANAN AKUNTANSI MANAJEMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN’’


Dosen Pengampu Nazaruddin, S.E.,M.M.

DISUSUN OLEH

Dwi Hidayatul Putri


191110210001
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
KALIMANTAN SELATAN
AKUNTANSI
EKONOMI&BISNIS
SEMESTER GENAP
2020/2021

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’Alamin, puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT,


karena dengan rahmat, taufik serta hidayah-nya sehingga tugas Akuntansi Manajemen
yang berbentuk makalah dengan judul “Peranan Akuntansi Manajemen dalam
Pengambilan keputusan”, ini dapat terselesaikan dengan tepat waktunya, walaupun
dengan berbagai macam kekurangan. Dan tidak lupa Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah ke pangkuan Baginda Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa-atnya di yaumul qiyamah nanti, Amin.
Makalah ini disusun sebagai program belajar aktif oleh Dosen pengajar mata kuliah
“Akuntansi Manajemen’’.Terimakasih kepada dosen Bapak ‘’Nazaruddin, S.E.,M.M.’’
selaku dosen. Semoga dengan tersusunnya makalah ini bisa menambah khazanah
keilmuan dalam mempelajari “Peranan Akuntansi Manajemen dalam Pengambilan
Keputusan” dan memberikan manfaat bagi pembacanya. Dalam penyusunan makalah ini,
saya menyadari masih banyak kesalahan dan kekhilafan di dalamnya. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa saya harapkan demi penyempurnaan
makalah berikutnya ini.
semoga makalah ini bermanfaat bagi saya sendiri selaku penyusun dan penulis
makalah ini pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya sebagai referensi
tambahan di mata kuliah Sistem Informasi Akuntansi.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih.

Banjar, 19 Mei 2021


BAB I
PENDAHULUAN

Definisi dari Akuntansi manajemen adalah suatu tipe informasi kuantitatif yang
menggunakan uang sebagai satuan ukuran, yang digunakan untuk membantu
manajemen dalam pelaksanaan pengelolaan perusahaan atau informasi keuangan
merupakan keluaran yang dihasilkan oleh tipe akuntansi manajemen yang
dimanfaatkan oleh pemakai intern organisasi.
Pendapat lain Akuntansi manajemen dapat didefinisikan suatu proses identifikasi,
pengukuran, pengumpulan, analisis, penyiapan, dan komunikasi informasi finansial
yang digunakan oleh manajemen untuk perencanaan, evaluasi, pengendalian dalam
suatu organisasi, serta untuk menjamin ketepatan penggunaan sumber-sumber dan
pertanggungjawaban atas sumber-sumber tersebut. Menurut R.A. Supriyono (1993)
akuntansi dapat didefinisikan sebagai berikut : "Akuntansi adalah aktivitas yang
menghasilkan jasa yaitu berfungsi menyajikan informasi kuantitatif yang pada
dasarnya bersifat keuangan dari suatu satuan usaha atau organisasi tertentu, informasi
tersebut akan dapat dipakai oleh pihak eksternal maupun pihak internal untuk
pengambilan keputusan dengan memilih beberapa alternatif”. Definisi di atas
menjelaskan tentang fungsi akuntansi sebagai sumber informasi keuangan yang
dibutuhkan oleh pihak eksternal untuk pengambilan keputusan, dan informasi
keuangan tersebut digunakan oleh pihak internal untuk pengambilan keputusan dalam
pemilihan alternatif

Peran Akuntansi Manajemen dalam Perusahaan adalah memiliki tujuan untuk


memperoleh keuntungan dari dana yang telah ditanamkan. Di samping itu perusahaan
juga mempunyai sasaran lain yaitu ingin memperoleh dan mempertahankan reputasi
integritas, wajar, dan dapat dipercaya. Perusahaan ingin juga menjadi suatu kekuatan
yang positif dalam lingkungan social dan ekologi tempat perusahaan menjalankan
aktifitas. Oleh karena itu untuk mengoperasikan sebuah organisasi atau perusahaan
yang kompleks dengan efisien dan efektif, maka manajemen membutuhkan informasi
terinci tentang operasi perusahaan. Seperti berapa jumlah bahan yang harus
disediakan, darimana bahan diperoleh, berapa jumlah peralatan yang terpakai, berapa
karyawan yang layak diperkerjakan dll. Dalam hal ini dibutuhkan peran akuntansi
manajemen sebagai suatu proses untuk mengolah informasi keuangan untuk
memenuhi keperluan para manajer dalam perencanaan dan pengendalian aktivitas
perusahaan untuk mencapai tujuan – tujuan perusahaan.
Dalam penyusunan perencanaan ataupun pengambilan keputusan seorang manajer
memerlukan informasi – informasi yang relevan untuk meminimalisir resiko yang
mungkin timbul dari perencanaan atau keputusan yang telah dibuat. Oleh karena itu
seorang pengolah informasi atau akuntan harus dapat menyajikan informasi –
informasi yang relevan dan berkualitas. Informasi yang disajikan dalam akuntansi
manajemen ini merupakan informasi utama yang dimiliki perusahaan. Informasi ini
sangat berperan dalam pembuatan keputusan bagi manajer, karena manajer
merupakan pimpinan dan peserta aktif dalam proses perencanaan, pengendalian, dan
pengambilan keputusan. Sedangkan informasi itu sendiri merupakan “mesin yang
berisi suatu data, fakta, pengamatan, persepsi atau sesuatu yang lain yang menambah
ilmu pengetahuan.” sehingga membuat manajemen terus berjalan. Dalam ketiadaan
aliran informasi yang kontinyu manajemen akan menjadi tidak berdaya dalam
melakukan sesuatu. Oleh karena itu, organisasi (perusahaan) diharuskan memiliki
jaringan yang luas, agar memungkinkan berbagai tingkat manajemen dapat
berhubungan melalui saluran komunikasi tersebut. Dengan adanya informasi yang
actual dan terpercaya maka manajer dapat mengambil keputusan dengan lebih terarah
dan efektif.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Proses Pengambilan keputusan


2. Siapa yang mengambil keputusan
3. Peranan Akuntansi Manajemen dalam pengambilan keputusan
BAB II
PEMBAHASAN

A. PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Akuntan seringkali mengira bahwa informasi akuntansi merupakan suatu


kebutuhan bagi manajemen perusahaan yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan dan perumusan kebijakan. Anggapan ini tidak selamanya benar, karena
pengambil keputusan dan perumus kebijakan perusahaan adalah manusia yang
memiliki perilaku tertentu dalam mengambil keputusan dan merumuskan kebijakan
tersebut. Dalam mengambil keputusan misalnya, manajemen menggunakan berbagai
masukan dalam model pengambilan keputusan mere-ka, yang dapat bersifat
keuangan, non-keuangan, dan bahkan bersifat non-kuantitatif.
Pengambilan keputusan dilaksanakan memalui empat tahap yang berurutan, yaitu
: (1) Pengakuan dan perumusan masalah atau kesempatan; (2) Pencarian tindakan
alternatif dan kuantifikasi konsekuansinya masing-masing; (3) pemilihan alternatif
optimum atau alter-natif yang memuaskan; dan (4) implementasi dan penindak-
lanjutan. Pengakuan dan Perumusan Masalah atau Kesempatan
Keputusan yang harus diambil oleh manajemen kemungkinan merupakan respon
terhadap (a) peristiwa yang mengandung masalah; (b) ancaman yang dirasakan, atau
(c) kesempatan yang diperkirakan akan terjadi.
Masalah adalah perbedaan antara kondisi yang diharapkan dengan kondisi yang ada.
Informasi akuntansi kemungkinan dapat memberikan peringatan kepada manajemen
menge-nai adanya masalah yang segera memerlukan perhatian. Pendidikan,
pengalaman, tempe-ramen, bakat pribadi, dan faktor perilaku lainnya menentukan
apakah suatu masalah di-anggap sebagai suatu yang kritis, menjanjikan kesempatan,
atau pemicu pengambilan ke-putusan. Beberapa manajer menghendaki status quo dan
hanya akan beraksi terhadap peristiwa besar yang tidak disuga sebelumnya. Manajer
yang lain cepat bereaksi untuk perbedaan yang sekecil apapun dan tidak mau
membiarkan perbedaan tersebut sebelum penyelesaian yang memuaskan ditemukan
dan dilaksanakan.
Apabila masalah atau kesempatan telah ditonjolkan untuk menarik perhatian,
masalah dan kesempatan tersebut harus segera dirumuskan. Informasi akuntansi
memiliki kemampuan untuk memperjelas masalah yang dihadapi oleh manajemen
dengan mewujudkan masalah tersebut dalam bentuk kuantitatif keuangan. Sebagai
contoh, masalah yang dihadapi oleh manajemen pemasaran dapat lebih jelas
dirumuskan dengan menyatakan bahwa volume penjualan tahun ini lebih rendah 15%
dari rata-rata volume penjualan industri. Masalah yang harus diputuskan oleh manajer
produksi adalah dilampauinya anggaran biaya sebesar 20%.Pencarian tindakan
alternatif dan kuantifikasi konsekuensinya masing-masing.Jika masalah atau
kesempatan telah selesai dirumuskan, selanjutnya manajemen mencari alternatif
tindakan untuk memecahkan masalah tersebut dan menghitung secara kuantitatif
konsekuensi setiap alternatif tindakan itu.Pemilihan alternatif optimum atau alternatif
yang memuaskan. Tahap yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan
adalah pemilihan satu di antara berbagai alternatif yang dapat dipilih. Meskipun tahap
ini tampaknya rasional, teta-pi pemilihan akhir seringklai lebih didasarkan atas
pertimbangan yang bersifat politik dan psikologis daripada pertimbangan ekonomi.
Manajer yang melakukan pemilihan alternatif kemungkinan menghadapi
beberapa alternatif yang layak untuk dipilih, yang masing-masing memiliki segi
positif tertentu dipandang dari sudut kriteria pemilihan alternatif yang digunakan.
Manajer juga kemungkinan menyadari manfaat yang bersifat politis dan biaya
masing-masing alternatif. Sebagai contoh, beberapa alternatif kemungkinan
dihubungkan dengan kepentingan atau aspirasi tertentu eksekutif perusahaan. Contoh
lain, penolakan atas suatu usulan kemungkinan me-ngakibatkan dipermalukannya
secara pribadi sponsor usulan tersebut. Implementasi dan penindak-lanjutan. Berhasil
atau tidaknya pilihan akhir tergantung atas efisiensi implementasi alternatif yang telah
dipilih. Implementasi hanya akan berhasil jika individu yang memiliki pengendalian
terhadap sumber daya organisasi yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan
tersebut sepenuhnya sanggup untuk mewujudkan alternatif yang dipilih. Keadaan
yang ideal adalah jika kekuasaan atas sumber daya organisasi berada di tangan
individu atau kelompok yang mensponsori pengambilan keputusan tersebut. Untuk
meyakinkan efisiensi implementasi keputusan, umpan balik hasil pelaksanaan
keputusan harus diinformasikan secara periodik dan diperlukan pembetulan segera
apabila ada penyimpangan yang tidak diinginkan.

B. INDIVIDU DAN GRUP SEBAGAI PENGAMBIL KEPUTUSAN

Pengambil keputusan dalam perusahaan dapat dilakukan oleh seseorang


(individu) atau oleh sekelompok orang (grup). Kelompok orang yang dibentuk untuk
memutuskan sesuatu dapat berupa komite yang bersifat ad hoc atau dapat berupa tim
permanen. Masalah yang harus diputuskan di dalam perusahaan berkisar dari yang
sederhana sampai dengan yang kompleks. Masalah dianggap kompleks jika tidak
mudah dirumuskan, tidak terstruktur, serta proses pencarian alternatif
penyelesaiannya bersifat kompleks. Masalah sederhana biasanya diputuskan
penyelesaiannya oleh individu dalam perusahaan. Untuk masalah yang berulangkali
terjadi, yang memerlukan pengambilan keputusan rutin, kemungkinan digunakan
aturan pengambilan keputusan yang ditetapkan sebelumnya (standard operating
procedures). Masalah yang kompleks biasanya memerlukan suatu komite yang
anggotanya berasal dari berbagai departemen dan dari berbagai disiplin ilmu, karena
perumusan masalah dan penyelesaiannya harus mencerminkan suatu tipe konsensus
(an-tara departemen maupun antar disiplin ilmu) dan karenanya akan mendapat
dukungan yang luas bilamana keputusan tersebut diimplementasikan.
Kekuatan dan kelemahan individu sebagai pengambil keputusan
Manusia adalah makhluk yang rasional, karena mereka memiliki kemampuan untuk
berpikir, untuk melakukan pilihan, dan untuk belajar. tetapi, kerasionalan manusia
sangat ter-batas karena mereka tidak pernah memiliki informasi penuh dan hanya
memiliki kemam-puan untuk mengolah secara berurutan atas informasi yang tersedia.
Keterbatasan individu sebagai pengambil keputusan secara rasional ditentukan oleh :
a. Lingkup pengetahuan yang tersedia untuk semua alternatif yang mungkin dan
konsekuensinya masing-masing.
b. Gaya kognitif (misalnya kemampuannya untuk berpikir secara kritis dan analitis,
ketergantungan terhadap orang lain, kemampuan untuk mengasosiasikan, dll.), dengan
asumsi bahwa gaya yang satu tidak selalu lebih baik daripada gaya yang lain, karena
dalam situasi masalah tertentu, lebih dari satu pendekatan dapat menuntun hasil yang
dapat diterima.
c. Perubahan struktur nilai pengambil keputusan.
d. Kecenderungannya untuk mengambil keputusan yang memuaskan, bukan yang
optimum.
Peran Grup sebagai Pengambil Keputusan dan Pemecahan Masalah
Grup merupakan pengambil keputusan yang terkenal di dalam organisasi
perusahaan. Ko-mite mengikutsertakan orang-orang yang memiliki karakteristik
heterogen ke dalam suatu kerjasama. Dalam pengambilan keputusan, komite
menawarkan manfaat adanya berbagai anggota komite yang memiliki berbagai
macam pengalaman, pengetahuan, dan berbagai macam keahlian serta berbagai ide
yang luas. Saling membagi pengetahuan, ide, dan ke-ahlian dapat menghasilkan
dialog dan pemahaman masalah yang lebih baik, serta pene-muan alternatif tindakan
yang lebih kreatif.Tetapi perlu disadari, bahwa kemampuan grup dalam menganalisis
suatu masalah secara kritis, merumuskan dan menilai alternatif, serta mencapai
keputusan yang sah, dapat menurun karena adanya dua gejala perilaku, yaitu (a)
gejala berpikir kelompok (groupthink), dan (b) gejala penggeseran risiko (risky-shift).
(Siegel dan Marconi, 1989).
Gejala berpikir kelompok (Groupthink). Gejala berpikir kelompok menggambarkan
situ-asi yang didalamnya terdapat tekanan untuk menyesuaikan diri dengan
pandangan grup, yang menyebabkan anggota grup secara individual tidak terdorong
untuk menyatakan ide atau pandangan yang berbeda dengan ide atau pandangan grup.
Hal ini mencegah grup untuk secara obyektif menilai pandangan yang tidak umum
atau pandangan dari minoritas. Individu yang memiliki pandangan yang berbeda
dengan pandangan mayoritas yang do-minan berada di bawah tekanan atau harus
mengubah keyakinan dan perasaan mereka yang sebenarnya. Mereka akan cenderung
untuk menyerah terhadap tekanan grup karena mereka ingin menjadi bagian yang
positif dari grup dan bukan merupakan kekuatan yang merusak kekompakan grup.
Mereka dapat kehilangan keberanian untuk menentang pan-dangan grup, meskipun
penentangan terhadap pandangan tersebut kemungkinan akan memperbaiki
pertimbangan grup.Untuk mencegah atau mengoreksi gejala berpikir kelompok dapat
ditempuh cara-cara berikut ini :
a. Seseorang perlu ditugasi sebagai penentang terhadap semua yang dianggap baik
oleh grup dalam setiap kali pertemuan yang diselenggarakan oleh grup.
b. Ahli dari luar perlu diikutsertakan dalam setiap pertemuan grup.
c. Grup dibagi menjadi dua subkelompok dan setiap subkelompok diberi tugas untuk
menyelidiki berbagai alternatif tindakan yang akan diputuskan untuk dipilih.
d. Perlu dihindari pernyataan yang menunjukkan preferensi terhadap pemecahan
masalah pada awal diskusi, dan membiarkan grup berjalan tanpa ada pemecahan yang
terbentuk sebelumnya.
Pemecahan efektif lain adalah dengan menggunakan grup yang anggotanya
heterogen. Pe-ngalaman menunjukkan bahwa tim yang terdiri dari individu dengan
karakteristik yang tidak sama melaksanakan tugasnya dengan lebih baik, selama
ketidak-samaan antar me-reka tidak memberikan pengaruh negatif terhadap
kekohesifan grup. Gejala penggeseran risiko (risky-shift). Gejala ini disebut pula
dengan istilah “akibat dis-kusi grup”. Gejala ini merupakan hasil interaksi individu
dalam grup. Gejala ini mewu-judkan diri dalam bentuk grup memilih alternatif yang
lebih agresif dan lebih berisiko di-banding jika alternatif tersebut dipilih oleh
individu. Ada empat anggapan yang dapat menjelaskan timbulnya gejala penggeseran
risiko, yaitu :
(1) Anggapan bahwa diskusi kelompok dimulai dengan “periode mencoba
mengetahui” dan “lamban”, tetapi sekali seseorang lebih mengenal situasi yang
dibicarakan dan mengenal satu sama lain, ia akan menjadi lebih berani dan lebih
bersedia memikul risiko yang lebih besar. (2) Anggapan bahwa orang yang berani
mengambil risiko akan lebih dikagumi dan dianggap oleh kelompok sebagai
pemimpin. Karena orang semacam itu biasanya juga lebih dominan di dalam diskusi
kelompok, ia berpengaruh terhadap anggota lain dalam memilih alternatif yang lebih
berisiko. (3) Anggapan bahwa dalam masyarakat sekarang, risiko yang moderat
memiliki nilai bu-daya yang lebih kuat dibandingkan dengan konservatisme dan
bahwa orang yang ber-sedia menanggung risiko dikagumi oleh orang lain. (4)
Anggapan bahwa keputusan yang diambil oleh grup membebaskan individu dari
tanggungjawab langsung atas pilihan akhir yang dilakukan oleh grup. Jika keputusan
gagal, tidak ada satu pun individu yang dapat dimintai tanggungjawab penuh.
Gejala berpikir kelompok dan penggeseran risiko akan mempengaruhi mutu
keputusan yang dibuat, jika dua gejala tersebut tidak disadari dan dikendalikan
dengan baik. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengendalikan
timbulnya gejala tersebut adalah pemilihan secara seksama anggota tim atas dasar
sikap mereka terhadap risiko.Kelompok pengambil keputusan harus selalu terdiri dari
campuran orang-orang yang kon-servatif dan orang-orang yang berani mengambil
risiko moderat untuk mengendalikan kandungan risiko dalam keputusan yang diambil.

C. PERAN INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN DALAM


PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Hopewood (1989) mengemukakan bahwa dalam pengambilan keputusan,


informasi akuntansi berperan untuk : (1) merangsang manajemen di dalam menyadari
dan mendefinisikan masalah; (2) memisahkan alternatif tindakan yang satu dengan
alternatif tindakan yang lain; (3) menjelaskan konsekuensi berbegaia alternatif
tindakan yang akan dipilih;dan (4) membantu menganalisis dan menilai berbagai
alternatif tindakan yang akan dipilih.
Informasi Akuntansi sebagai Perangsang Pendefinisian Masalah
Informasi akuntansi dapat berfungsi sebagai perangsang untuk menyadari adanya
masalah dengan cara penyajian penyimpangan kinerja sesungguhnya dengan sasaran
yang dite-tapkan dalam anggaran atau dengan memberitahukan kepada manajer
bahwa mereka gagal dalam pencapaian keluaran atau sasaran laba yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Apakah rangsangan dari informasi akuntansi tersebut benar-benar memicu ke
arah penyelesaian masalah, tergantung pada beberapa faktor, antara lain :
(a) apakah lingkungan intern maupun ekstern memungkinkan manajemen untuk cepat
bereaksi;
(b) kemampuan manajer dalam mengorganisasi dan menggunakan informasi
akuntansi tersebut serta preferensi pribadi mereka terhadap informasi kuantitatif atau
kualitatif;
(c) ukuran perusahaan dan tingkat desentralisasi di dalamnya; dan (4) tersedianya data
industri sebagai pemban-ding.
Dampak Informasi Akuntansi dalam Pemilihan Keputusan
Bobot yang diberikan oleh pengambil keputusan atas informasi akuntansi dalam
pemilihan akhir tergantung atas :
(1) seberapa jauh informasi akuntansi dirasakan mampu mengu-rangi sebagian
ketidakpastian yang melingkupi proses pengambilan keputusan;
(2) per-mintaan dan persaingan atas produk atau jasa;
(3) tingkat kepelitian informasi akuntansi yang direkayasa oleh manajemen;
(4) lingkup keputusan yang diambil : jangka pendek atau jangka panjang;
(5) preferensi pengambil keputusan; dan
(6) kemampuan akuntansi dalam mengukur biaya kesempatan (opportunity costs).
Tidak semua manajer menggunakan informasi akuntansi dalam menganalisis
profitabilitas atau perlunya alternatif tindakan yang satu dibandingkan dengan yang
lain. Bobot yang diberikan pada informasi akuntansi dirasakan akan mengurangi
ketidakpastian yang me-lingkupi proses pengambilan keputusan. Jika tingkat
ketidakpastian sangat tinggi serta in-formasi non-akuntansi dan informasi eksternal
yang relevan sulit diperoleh atau mahal harganya, manajemen kemungkinan akan
menggunakan informasi akuntansi sebagai peng-ganti, karena secara sederhana,
informasi tersebut tersedia dan memberikan cara untuk mengurangi ketidakpastian.
Dua unsur lain yang mempengaruhi bobot yang diberikan kepada informasi
akuntansi ada-lah permintaan dan persaingan. Perusahaan yang mengahadapi
persaingan yang ringan dan permintaan atas produknya tidak elastik, akan lebih
tergantung pada informasi biaya yang disediakan oleh sistem akuntansinya dalam
pengambilan keputusan mengenai harga jual produknya dibandingkan dengan
perusahaan yang beroperasi dalam pasar yang kompe-titif.
Bobot yang diberikan kepada informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan final
juga tergantung pada tingkat ketelitian yang dilekatkan oleh manajemen atas
informasi akuntansi. Semakin mendesak keperluan untuk mengambil keputusan,
penekanan lebih di-letakkan atas infromasi akuntansi yang lebih mudah tersedia.
Informasi akuntansi memain-kan peranan penting dalam pengambilan keputusan
jangka pendek dibandingkan keputus-an yang mempunyai konsekuensi jangka
panjang, karena informasi akuntansi hanya ber-sangkutan dengan biaya dan
pendapatan operasi kini. Lebih lanjut, pengambil keputusan kelihatannya menyukai
informasi eksternal bilamana sudah tersedia dan lebih murah di-bandingkan dengan
informasi akuntansi yang dibuat secara intern.

Fakta lain yang mengurangi dampak informasi akuntansi adalah ketidakmampuan


akuntansi untuk mengukur biaya kesempatan (opportunity cost). Akuntansi
melaporkan biaya masa lalu, sedangkan biaya kesempatan merupakan pengorbanan.
Informasi akuntansi da-pat merupakan titik awal untuk menaksir biaya kesempatan.
Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan bahwa dalam situasi yang didalamnya biaya
kesempatan sangat penting, informasi akuntansi akan berperan kecil dalam
pengambilan keputusan akhir.
Hipotesis Perilaku tentang Dampak Informasi Akuntansi
Informasi akuntansi hanya merupakan salah satu masukan yang diperhitungkan
dalam mo-del pengambilan keputusan. Masukan yang digunakan oleh pengambil
keputusan dapat bersifat keuangan, non-keuangan, atau bahkan non-kuantitatif.
Pengambil keputusanlah yang menentukan apakah masukan tertentu relevan atau
tidak relevan dalam model kepu-tusan yang dipakai. Hanya jika pengambil keputusan
memiliki persepsi bahwa informasi akuntansi adalah relevan bagi keputusan yang
akan diambil, informasi akuntansi akan berdampak terhadap hasil keputusannya.
Apakah informasi akuntansi dimasukkan sebagai input ke dalam model pengambilan
keputusan yang digunakan oleh pengambil keputusan, ditentukan oleh berbagai faktor
berikut : (a) Informasi akuntansi dianggap relevan dengan tipe keputusan yang dibuat
oleh pengambil keputusan. (b) Relevansi informasi akuntansi sangat ditentukan oleh
persepsi pengambil keputusan terhadap akuntansi :  Apakah informasi akuntansi
dianggap mencerminkan sesuatu dengan teliti dan te-pat ?
Apakah informasi akuntansi merupakan sasaran yang harus dicapai untuk
mendapatkan penghargaan, atau jika tidak tercapai sasaran, seseorang akan
mendapatkan hukuman? (c) Tipe pengambil keputusan.  Pengambil keputusan
berasal dari intern perusahaan yang mengambil keputusan mengenai operasi dan
sistem akuntansi yang digunakan untuk mengambil keputusan.  Pengambil
keputusan berasal dari intern perusahaan yang mengambil keputusan operasi saja. 
Pengambil keputusan berasal dari luar perusahaan yang tidak memiliki pengendalian
langsung terhadap operasi maupun kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
BAB III
PENUTUP

Informasi akuntansi manajemen dapat berperan dalam pengambilan keputusan


dan perumusan kebijakan perusahaan, tetapi peran ini tidak dengan sendirinya
memicu timbulnya kebutuhan dalam diri pengambil keputusan maupun perumus
kebijakan perusahaan. Kebutuhan akan informasi akuntansi manajemen di pihak
pengambil keputusan dan perumus kebijakan perusahaan lebih banyak ditentukan
oleh perilaku pengambil keputusan dan perumus kebijakan itu sendiri.

Peran Akuntansi Manajemen dalam Perusahaan adalah memiliki tujuan untuk


memperoleh keuntungan dari dana yang telah ditanamkan. Di samping itu perusahaan
juga mempunyai sasaran lain yaitu ingin memperoleh dan mempertahankan reputasi
integritas, wajar, dan dapat dipercaya. Perusahaan ingin juga menjadi suatu kekuatan
yang positif dalam lingkungan social dan ekologi tempat perusahaan menjalankan
aktifitas. Oleh karena itu untuk mengoperasikan sebuah organisasi atau perusahaan
yang kompleks dengan efisien dan efektif, maka manajemen membutuhkan informasi
terinci tentang operasi perusahaan. Seperti berapa jumlah bahan yang harus
disediakan, darimana bahan diperoleh, berapa jumlah peralatan yang terpakai, berapa
karyawan yang layak diperkerjakan dll. Dalam hal ini dibutuhkan peran akuntansi
manajemen sebagai suatu proses untuk mengolah informasi keuangan untuk
memenuhi keperluan para manajer dalam perencanaan dan pengendalian aktivitas
perusahaan untuk mencapai tujuan – tujuan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N., John Dearden dan Norton M. Bedford. 1984. Management Control Systems, 5th
Edition. Homewood Illinois : Richard D. Irwin, Inc.
Hopewood, Antony. “Accounting and Human Behavioral” dalam Gary Siegel dan Helene
Ramanaukas-Marconi. 1989. Behavioral Accounting. Cicinnati, Ohio : South Western Publishing Co.
Mulyadi. 1992. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Yogyakarta : Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Hariadi, Bambang, Akuntansi Manajemen, edisi 1. Yogyakarta : BPFE 2002 Machfoedz, Mas’ud,
Akuntansi Manajemen, Jakarta : BPFE 2002 Samsryn, L.M, Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar,
Jakarta : Rajawali Pers, 2002 Ray.

Anda mungkin juga menyukai