B01. Arya Adhi Yoga Wikrama Jaya (018.06.0031) Laporan Praktikum Biokimia Uji Enzim
B01. Arya Adhi Yoga Wikrama Jaya (018.06.0031) Laporan Praktikum Biokimia Uji Enzim
BLOK BIOMEDIK
Nama : Arya Di
Adhi Yoga
Susun Wikrama
Oleh : Jaya
Nim : 018.06.0031
Kelas/Sesi : B/1
Kelompok : III
Dosen : Ana Andriana, S.Si.,M.Sc
: Musyarrafah, S.Si.,M.Sc
LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah
Praktikum Biomedik Uji Enzim dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil Praktikum Biomedik Uji Enzim.
Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai
pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Ana Andriana, S.Si.,M.Sc Sebagai dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan Praktikum.
2. Musyarrafah, S.Si.,M.Sc Sebagai dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan Praktikum.
3. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami
dalam berdiskusi.
4. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk menyusun
makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
2.1.Definisi Protein.............................................................................................. 9
4.1 Hasil............................................................................................................. 19
3
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 30
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR TABEL
Tabel 1Hasil pengamatan Uji Hidrolisis Pati oleh Air liur ................................... 19
Tabel 2 Hasil Uji Benedict .................................................................................... 20
Tabel 3 Hasil pengamatan Uji Pengaruh Temperatur Terhadap Enzim ............... 21
Tabel 4 Hasil pengamatan Uji Pengaruh pH terhadap Kerja Enzim (Iodium) ..... 22
Tabel 5 Hasil pengamatan Uji Pengaruh pH terhadap Kerja Enzim (Benedict) ... 22
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biokimia adalah salah satu ilmu yang mempelajari tentang peranan
berbagai molekul dalam reaksi kimia dan proses yang berlangsung dalam
makhluk hidup. Jangkauan ilmu Biokimia sangat luas sesuai dengan
kehidupan itu sendiri. Tidak hanya mempelajari proses yang berlangsung
dalam tubuh manusia, ilmu biokima juga mempelajari berbagai macam
reaksi kimia dalam proses metabolisme tubuh. Reaksi kimia ini
merupakan bagian dari sistem yang bekerja spesifik dan menghasilkan
senyawa-senyawa kimia. Dalam aktivitas metabolisme kita mengenal
adanya katalisator (Ramadhani, C. S. 2016).
Katalisator dalam reaksi ini disebut enzim. Enzim adalah golongan
protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup. Sekarang, kira-kira
lebih dari 2.000 enzim telah teridentifikasi, yang masing- masing
berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam system hidup. Sintesis
enzim terjadi didalam sel dan sebagian nesar enzim dapat diperoleh dari
ekstraksi dari jaringan tanpa merusak fungsinya (Ramadhani, C. S. 2016).
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang
dihasilkan oleh sel.Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua
reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau
aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat
hingga pertumbuhan sel juga terganggu. Reaksi-reaksi enzimatik
dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/ nutrient dalam
keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi
Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan,
dan lain-lain. Pada Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum
hingga terbentuk maltosa.Ada tiga macam enzim amilase, yaitu α amilase,
β amilase dan γ amilase. (Dewi, U. M. 2019).
Enzim tak hanya ditemukan dalam sel-sel manusia dan hewan,
namun sel-sel tumbuhan juga memiliki enzim sebagai salah satu
7
komponen metabolismenya. Dengan peran enzim pada hampir tiap reaksi
biologis, dapat dikatakan enzim memilki peran sangat penting. Dalam
mendukung perannya sebgai katalisator atau mempercepat reaksi yang
terjadi tentu saja ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor
tersebut antara lain konsentrasi enzim, konsentrasi ion hydrogen (pH),
suhu dan konsentrasi substrat. Berdasarkan latar belakang diatas maka
dilaksanakanlah praktikum mengenai enzim ini (Ramadhani, C. S. 2016).
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Definisi Protein
Pada awalnya, enzim dikenal sebagai protein oleh Sumner (1926)
yang telah berhasil mengisolasi urease dari tumbuhan kara pedang. Urease
adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjadi C02 dan NH3.
Beberapa tahun kemudian Northrop dan.Kimits dapat mengisolasi pepsin,
tripsin, dan kinotripsin. Kemudian makin banyak enzim yang telah dapat
diisolasi dan telah dibuktikan bahwa enzim tersebut ialah protein (Azhar,
M. 2016).
Dari hasil penelltian para ahli biokimia ternyata banyak enzim
mempunyai gugus bukan protein, jadi termasuk golongan protein
majemuk. Gugus bukan protein ini disebut dengan kofaktor ada yang
terikat kuat pada protein dan ada pula yang tidak terikat kuat oleh protein.
Gugus terikat kuat pada bagian protein artinya sukar terurai dalam larutan
yang disebut dengan Prostetik, sedang yang tidak begitu terikat kuat
(mudah dipisahkan secara dialisis) disebut dengan Koenzim. Keduanya ini
dapat memungkinkan enzim beketja terhadap substrat (Azhar, M. 2016).
Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis (senyawa
yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi
kimia. Bila zat ini tidak ada maka proses-proses tersebut akan teljadi
lambat atau tidak berlangsung sama sekali. Hampir semua
enzim·merupakan protein. Enzim adalah biokatalisator, yang artinya dapat
mempercepat reaksi- reaksi biologi tanpa mengalami perubahan struktur
kimia. Pada reaksi yang dikatalisasi oleh enzim, molekul awal reaksi
disebut sebagai substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi
molekul-molekul yang berbeda, disebut produk. Hampir semua proses
biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cepat
(Azhar, M. 2016).
9
Menurut Kuhne (1878), enzim berasal dari kata in + zyme yang
berarti sesuatu di dalam ragi. Berdasarkan penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa enzim adalah suatu protein yang berupa molekul-
molekul besar. Pada enzim terdapat bagian protein yang tidak tahan panas
yaitu disebut dengan apoenzim, sedangkan bagian yang bukan protein
adalah bagian yang aktif dan diberi nama gugus prostetik, biasanya berupa
logam seperti besi, tembaga, seng atau suatu bahan senyawa organik yang
mengandung logam (Azhar, M. 2016).
Apoenzim dan gugus prostetik merupakan suatu kesatuan yang
disebut holoenzim, tetapi adajuga bagian enzim yang apoenzim dan gugus
prospetiknya tidak menyatu. Bagian gugus prostetik yang lepas kita sebut
koenzim, yang aktif seperti halnya gugus prostetik. Contoh koenzim
adalah vitamin atau bagian vitamin (misalnya: vitamin B1, B2, B6, niasin
dan biotin) (Azhar, M. 2016).
2.2.Sifat Enzim
Sifat -sifat enzim adalah sebagai berikut (Azhar, M. 2016).:
1. Enzim aktif dalam jumlah yang sangat sedikit. Dalam reaksi
biokimia hanya sejumlah kecil enzim yang dibutuhkan untuk
mengubah sejumlah besar substrat menjadi produk hasil.
2. Enzim tidak terpengaruh oleh reaksiyang dikatalisnya pada
kondisi stabil. Karena sifat protein dan enzim, aktivitasnya
dipengaruhi antara lain oleh pH dan suhu. Pada kondisi yang
dianggap tidak optimum suatu enzim merupakan senyawa relatif
tidak stabil dan dipengaruhi oleh reaksi yang dikatalisisnya.
3. Walaupun enzim mempercepat penyelesaian suatu reaksi, enzim
tidak mempengaruhi kesetimbangan reaksi tersebut. Tanpa
enzim reaksi dapat balik yang biasa terdapat dalam sistem hidup
berlangsung ke arah kesetimbangan pada laju yang sangat
lambat. Suatu enzim akan menghasilkan kesetimbangan reaksi
itu pada kecepatan yang lebih tinggi.
10
4. Kerja katalis enzim spesifik. Enzim menunjukkan kekhasan
untuk reaksi yang dikatalisnya. Suatu enzim yang mengkatalisis
satu reaksi, tidak akan mengkatalis reaksi yang lain.
2.3.Klasifikasi Enzim
a. Hidrolase
Hidrolase merupakan enzim-enzim yang menguraikan
suatu zat dengan pertolongan air. Hidrolase dibagi atas kelompok
kecil berdasarkan substratnya yaitu(Azhar, M. 2016):
Karbohidrase, yaitu enzim-enzim yang menguraikan
golongan karbohidrat. Kelompok ini masih dipecah lagi
menurut karbohidrat yang diuraikannya, misal:
Amilase, yaitu enzim yang menguraikan amilum
(suatu polisakarida) menjadi maltosa 9 suatu
disakarida).
11
Selulase, enzim yang menguraikan selulosa ( suatu
polisakarida) menjadi selobiosa ( suatu disakarida)
Pektinase, yaitu enzim yang menguraikan pektin
menjadi asampektin.
Esterase, yaitu enzim-enzim yang memecah golongan ester.
Contoh-contohnya :
Lipase, yaitu enzim yang menguraikan lemak
menjadi gliserol dan asam lemak.
Fosfatase, yaitu enzim yang menguraikan suatu
ester hingga terlepas asam fosfat.
Proteinase atau Protease, yaitu enzim enzim yang
menguraikan golongan protein. Contoh-contohnya:
Peptidase, yaitu enzim yang menguraikan peptida
menjadi asam amino.
Gelatinase, yaitu enzim yang menguraikan gelatin.
Renin, yaitu enzim yang menguraikan kasein dari
susu.
b. Oksidase dan reduktase
Yaitu enzime yang menolong dalam proses oksidasi dan
reduksi. Enzim Oksidase dibagi lagi menjadi (Azhar, M. 2016):
1. Dehidrogenase : enzim ini memegang peranan penting
dalam mengubah zat-zat organik menjadi hasil-hasil
oksidasi.
2. Katalase : enzim yang menguraikan hidrogen peroksida
menjadi air dan oksigen.
c. Desmolase
Yaitu enzim-enzimyang memutuskan ikatan-ikatan C-C, C-
N dan beberapa ikatan lainnya. Enzim Desmolase dibagi lagi
menjadi (Azhar, M. 2016):
1. Karboksilase : yaitu enzim yang mengubah asam piruyat
menjadi asetaldehida.
12
2. Transaminase : yaitu enzim yang memindahkan gugusan
amine dari suatu asam amino ke suatu asam organik
sehingga yang terakhir ini berubah menjadi suatu asam
amino.
13
substratnya. pH optimum yang diperlukan berbeda – beda
tergantung jenis enzimnya.
14
pati dengan iodium ini belum diketahui, sehingga bila dipanaskan
warna biru akan hilang dan warna timbul lagi bila larutan menjadi
dingin. Setelah itu melakukan tes benedict dimana larutan benedict
ini mereduksi karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid'
membentuk endapan kuproksida. Tidak semua karbohidrat
memberi reaksi positif. sukrosa memberi reaksi negative.
(Andriana, A., & Musyarrafah. 2021).
b. Uji Pengaruh Temperatur terhadap kerja Enzim
Suhu yang sangat rendah akan menyebabkan terhentinya
kerja enzim secara reversible, karena dalam keadaan tersebut tidak
terjadi benturan. Suhu yang lebih tinggi dari suhu optimum
menyebabkan enzim terdenaturasi. Denaturasi enzim dapat terjadi
reversible terutama bila suhu llingkungan melampaui suhu
optimum (Andriana, A., & Musyarrafah. 2021).
c. Uji Pengaruh pH terhadap kerja Enzim
Pada percobaan ini enzim bekerja pada suatu kisaran pH
dan menunjukkan suatu aktivitas maksium pada pH optimum
Diluar pH optimum aktivitas enzim akan menurun atau terhenti
(Andriana, A., & Musyarrafah. 2021).
15
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat dan bahan
1. Gelas ukur
2. Pipet tetes
3. Rak tabung reaksi
4. Penjepit tabung reaksi
5. Piring reaksi
6. Pembakar spirtus
7. Stopwatch
8. Air liur (amilase)
9. Larutan Amilum
10. Larutan Iodium
11. Waterbath
12. Larutan HCL 0,4% (pH 1)
13. Larutan Asam Laktat 0,1 % (pH 5)
14. Aquadest (pH 7)
15. Larutan Na2CO3 1% (pH 9)
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Uji Hidrolisa pati (starch) oleh air liar (ptyalin)
1. Masukan 10 mL larutan amilum 1% ke tabung reaksi
Kemudian menambahkan 5 tetes air liur.
2. Selanjutnya tabung reaksi dimasukkan ke waterbath suhu 37°C.
3. Siapkan piring reaksi yang diisi dengan larutan iodium masing
masing dua tetes.
4. Setelah 1 menit, mengambil 1 tetes larutan di tabung rekasi
yang dimasukkan ke waterbath, lalu memasukkan kedalam
larutan iodium dalam piring reaksi. Mencatat warna yang
terjadi.
16
5. Ulangi percobaan tiap 1 mennit sampai larutan iodium tidak
berwarna (Kuning muda) dengan larutan tabung reaksi (titik
akromatik
6. Catat waktunya
7. Setelah mencapai titik akromatik, larutan dalam tabung reaksi
di test dengan tes benedict
8. Mencatat hasil reduksi yang terjadi
Tes Benedict
1. Masukkan 2,5 mL larutan benedict kedalam tabung reaksi
2. Tambahkan 4 tetes larutan yang akan diperiksa dan
3. Campur dengan baik
4. Lalu didihkan hingga larutan mendidih
5. Catat warna endapan.
17
2 mL larutan HCl 0,4% mempunyai pH 1
2 mL larutan asam laktat 0,1% mempunyai pH 5
2 mL larutan aquadest mempunyai pH 7
2 mL larutan Na2CO3 1% mempunyai pH 9
3. Setelah itu menambahkan 2 mL larutan pati 1% dan 8 tetes air
liur, mencampurkan dengan baik sesegera mungkin.
4. Memasukkan ke dalam waterbath 37°C selama 15 menit.
5. Mengangkat dan membagi setiap isi tabung rekasi menjadi 2
bagian
6. Pada bagian pertama menambahkan 2 tetes larutan iodium
7. Lalu catat warnanya
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Uji Hidrolisis Pati oleh Air liur
Tabel 1Hasil pengamatan Uji Hidrolisis Pati oleh Air liur
1 Biru
2 Biru
3 Biru
4 Ungu
Iodium +
Air Liur 5 Ungu muda
Amilum
6 Ungu pudar
19
Gambar 3 Hasil Uji Hidrolisis Pati oleh Air liur
Uji Benedict
20
Gambar 4 Hasil Uji Benedict
21
4.1.3 Uji Pengaruh pH terhadap Kerja Enzim
Tabel 4 Hasil pengamatan Uji Pengaruh pH terhadap Kerja Enzim
(Iodium)
22
Gambar 6 Hasil Uji pengaruh pH terhadap kerja enzim Larutan Iodium
23
4.2 Pembahasan
4.2.1 Uji Hidrolisis Pati Oleh Air Liur
Hidrolisis adalah mekanisme reaksi penguraian suatu
senyawa oleh air atau asam dan basa. Pati atau amilum tergolong
ke dalam kelompok polisakarida sehingga pati atau amilum
tersebut bisa dihidrolisis menjadi glukosa yang merupakan
monosakarida. Pertama-tama amilum dihidrolisis menghasilkan
maltosa kemudian maltosa dihidrolisis menghasilkan glukosa. Pada
hidrolisis ini memerukan katalisaator untuk memepercepaat
jalannya reaksi. Katalisator yang dipakai berupa enzim ptyalin
(enzim amilase hidrolitik) (Ramadhani, C. S. 2016).
Pada percobaan ini akan menguji kerja enzim amilase yang
bekerja untuk memecahkan atau merombak pati menjadi glukosa,
yaitu dengan sampel saliva. Kemudian memanaskannya dalam
penangas air dengan suhu 37oC. Hal tersebut dilakukan karena
hampir semua enzim mempunyai aktivasi optimal pada suhu 30-
40oC dan akan mengalami denaturasi pada suhu 45oC. Pada
umumnya semakin tinggi suhu maka laju reaksi semakin cepat
karena energi semakin besar dan melampaui energi aktivasinya.
Akan tetapi enzim merupakan suatu protein sehingga semakin
tinggi suhu proses aktivasi enzim ini juga meningkat. Pengaruh
suhu yang terlau tinggi dapat mempercepat pemecahan atau
kerusakan enzim, demikian juga sebaliknya. Uji iodin berfungsi
sebagai indikator terhadap proses terjadinya reaksi yang ditandai
dengan adanya perubahan warna (Ramadhani, C. S. 2016).
Dari pengamatan yang dilakukan bahwa saliva yang
digunakan menunjukkan warna biru pekat pada 1 menit pertama,
dan masih berwarna biru sampai 1 menit berikutnya sampai menit
ke 4 warna biru mulai memudar. Pada 1 menit ke-9 atau 9 menit
dihasilkan warna bening atau tidak terjadi perubahan warna
sekalipun sudah ditetesi pereaksi iod. Warna tersebut terbentuk
24
disebabkan dextrin yang molekulnya sudah kecil lagi
(akhrodextrin) dan maltosa tidak memberi warna biru atau ungu
amilum yang berikatan dengan iod sehingga warna ungu telah
mengalami proses hidrolisis menjadi maltosa dan dextrin yang
tidak menimbulkan warna apabila berada dalam larutan iodium.
Proses hidrolisis dianggap selesai jika telah tercapaititik akromatik,
yaitu waktu ketika perekasi Iod sudah tidak lagi positif atau tidak
menunjukkan perubahan warna (Ramadhani, C. S. 2016).
Sedangkan pada uji Benedict, hasil yang didapat berupa
warna biru cerah, hal ini dikarenakan amilum terdiri atas dua
macam polisakarida yang keduanya polimer dari glukosa, di mana
glukosa ini mengikat gugus aldehid sehingga sukar mereduksi ion
Cu2+ karena hal tersebutlah warnanya tetap biru (Andi Wahyudi,
M., Liliasari, M., & Supriyanti., F. T. 2020).
25
intensitas warna enzim. Semakin lama waktu pemanasan, maka
intensitas warnanya akan semakin gelap karena aktivitas enzim
akan semakin turun dan enzim akan memecah sehingga aktivitas
enzim akan berhenti ditandai dengan warna larutan yang semakin
gelap. Percobaan dilakukan dengan menggunakan larutan amilum
1% dan 2 tetes larutan enzim amilase (air liur). Pada uji iodium
tabung pertama yang dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi
es yaitu pada suhu 0oC mengalami perubahan warna yaitu biru
muda. Pada suhu ini enzim dalam keadaan inaktif. Untuk tabung
kedua yang disimpan pada suhu kamar yaitu pada suhu 25-30oC
menunjukkan warna biru. Untuk tabung ketiga yang dimaksukkan
ke dalam waterbath yang bersuhu 37oC menunjukan warna bening.
Pada percobaan ini perubahan warna yang terjadi benar karena
suhu yang kurang dari 40ᵒC akan semakin jernih. Seperti yang
dapat dilihat, pada suhu 37-40oC menunjukkan bening dan pada
suhu 25-30oC menunjukkan warna biru muda. Hal ini
menunjukkan pada suhu optimum, enzim amilase dapat
menjalankan fungsinya mengubah amilum menjadi maltosa.Dan
untuk tabung keempat yang dimasukkan ke dalam penangas air
dengan suhu 75-80oC menunjukkan warna biru pekat. Ini
disebabkan karena semakin tinggi suhu, maka laju reaksinya akan
semakin naik karena proses inaktivasi enzim meningkat karena
terjadinya denaturasi. Proses denaturasi terjadi karena enzim juga
merupakan protein. Waktu pemanasan mempunyai pengaruh
terhadap aktivitas dan intensitas warna enzim. Semakin lama
waktu pemanasan, maka intensitas warnanya akan semakin gelap
karena aktivitas enzim akan semakin turun dan enzim akan
memecah sehingga aktivitas enzim akan berhenti yang ditandai
dengan warna larutan yang semakin gelap yang pada percobaan ini
ditunjukkan dengan warna biru pekat (Faizah, M. 2017).
26
Gambar 9 Hasil Pengaruh Terperatur terhadap Enzim
27
chromic point atau titik optimum bekerjanya enzim maka aktivitas
enzim akan menurun dan pada akhirnya berhenti. Hal ini terjadi
karena ikatan dari amilum, yaitu ikatan glikosida telah putus, yang
ditandai dengan perubahan warna dari biru menjadi bening atau
kuning (Burhanuddin, M. 2021).
Pada percobaan ini ditambahkan larutan iodine yang
ditambahkan bertujuan memberi warna biru pada larutan sampel.
Larutan iodine ini memberikan warna biru pada keadaan asam dan
berwarna bening pada keadaan basa (Burhanuddin, M. 2021).
Pada percobaan ini, larutan yang semula berwarna biru tua
berubah menjadi warna biru dan lama kelamaan berubah menjadi
biru lemah, hal ini mungkin disebabkan karena enzim amylase
berhasil memutuskan ikatan glukosida pada amilum. Jika waktu
yang dipakai untuk melangsungkan kerja enzim ini lebih lama
maka perubahan warna akan lebih mendekati yang sebenarnya
yaitu kuning muda atau bening (Burhanuddin, M. 2021).
Berdasarkan hasil percobaan, pH dimana enzim bekerja
secara optimal adalah pH 5,4 dan 6,8. Serta pH dimana enzim
bekerja sangat lambat yaitu pH 4,0. Dari hasil percobaan ini dapat
dikatakan bahwa keadaan dimana enzim amilase bekerja secara
optimal adalah pad pH 5,4-6,8. ini sesuai dengan literature yang
mengatakan bahwa enzim amylase bekerja optimal pada pH 5,4 –
7,2 (Burhanuddin, M. 2021).
Untuk percobaan yang kedua dengan dicampurkan pereaksi
benedict menunjukan bahwa pada tabung reaksi pertama (HCL),
kedua (Asam laktat) dan keempat (Na2CO3) tidak mengalami
perubahan warna yaitu tetap berwarna biru cerah dan tidak
menghasilkan endapan. Sedangkan tabung reaksi ketiga (aquades)
menunjukan perubahan warna, menjadi merah kecoklatan dan
menghasilkan endapan (Burhanuddin, M. 2021).
28
Hal ini menunjukan bahwa tabung reaksi pertama (HCL
(pH 1), kedua (Asam laktat (pH 5)) dan keempat (Na2CO3 (pH 9))
amilum tidak mengalami hidrolisis karena enzim tidak aktif atau
mengalami penurunan aktivitas. Ini menunjukan bahwa enzim
amilase tidak dapat bekerja atau mengalami denaturasi pada pH I
(asam), pH 5 (asam) dan pH 9 (basa). Sedangkan pada tabung
reaksi ketiga yaitu larutan yang ditambah dengan aquades (pH 7)
menunjukan bahwa amilum positif terhidrolisis, sehingga dapat
diasumsikan enzim memiliki aktivitas tinggi. Hal ini secara tidak
langsung menyatakan bahwa enzim amilase bekerja maksimal atau
optimum pada pII 7 atau netral (Burhanuddin, M. 2021).
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa, kerja suatu enzim
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain temperature, pH. oksidasi
oleh udara atau senyawa lain, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim,
konsentrasi hasil reaksi, konsentrasi garam organik, adanya aktivator dan
inhibitor. Pada praktikum ini dilakukan 3 uji yaitu hidrolisis pati oleh
amilase, pengaruh suhu dengan kerja enzim, dan pengaruh pH dengan
kerja enzim. Jadi air liur bersifat basa, mengandung protein, karbohidrat,
tripsin dan ion phospat dengan pH 8. Perubahan pH mengakibatkan air liur
terhidrolisis, sehingga menghasilkan menghilangnya warna dari larutan
dan pada tes benedict dihasilkan warna biru. Air liur mengandung enzim
ptyalin yang dapat menghidrolisis pati menjadi gula sederhana. yang
optimum pada kondisi netral/ sedikit asam.
5.2 Saran
Saat melakukan praktikum biokimia di laboratorium ada beberapa
pengujian yang tidak sesuai dengan teori, banyak hal yang mengakibatkan
hasil praktikum dengan teori yang ada, salah satunya karena human error.
Untuk mendapatkan hasil praktikum yang sesuai dengan teori ada baiknya
kita mengikuti step by step dengan teliti dan menggunakan alat-alat yang
bersih.
30
DAFTAR PUSTAKA
Andi Wahyudi, M., Liliasari, M., & Supriyanti., F. T. (2020). Biomolekul Dalam
Konteks Kentang: Bahan ajar Biokimia. Media Sains Indonesia.
Andriana, A., & Musyarrafah. (2021). Buku Panduan Praktikum Biokimia Blok
Biomedik. Fakultas Kedokteran UNIZAR.
31
Ramadhani, C. S. (2016). ENZIM PENCERNAAN I (Hidrolisis Pati oleh
Amilase Air Liur). FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI.
32
LAMPIRAN GAMBAR
LAPORAN SEMENTARA
33
34
35