Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS PADA

AGREGAT ANAK USIA SEKOLAH DI KOMUNITAS

Keperawatan Komunitas II

Dosen Pengampu : Ns. Isra Nur Utari Syachnara Potabuga, M.Kep.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. DESY PRIHATININGSIH (S17013)


2. DEVI MAYANTI (S17014)
3. DHEA FIENDA FERANI (S17015)
4. DIAH ANGELA RIYANTI (S17016)
5. DITA KUNCORO MURTI (S17017)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, bertolak dari latar
belakang manusia yang berbeda-beda.Hal ini mengakibatkan banyak faktor yang terjadi dan
berhubungan dengan masalah kesehatan. Di dalam komunitas masyarakat suatu daerah bila
di klasifikasikan berdasarkan kelompok khusus, yang sangat rentan terhadap kondisi
kesehatan terganggu adalah kelompok khusus anak usia sekolah. Salah satu upaya yang
dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan melakukan
kegiatan keperawatan pada komunitas atau masyarakat yang didalamnya terdapat kelompok
khusus anak sekolah.
Berdasarkan hasil pengkajian data yang dilakukan di kelurahan Wonokromo
Surabaya yang dilakukan pada tanggal 12 November 2012. Ditemukan sebagian besar anak
SDN IV Wonokromo yang memiliki masalah kebersihan diri (personal hygiene), cukup
banyak antara lain 45 murid yang bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 %, 25 murid
yang tidak menggosok gigi dengan persentase 20.3%, 6 murid yang tidak tidak mencuci
tangan sebelum makan dengan persentase 4.9%, 15 murid yang tidak mencuci kaki sebelum
tidur dengan persentase 12.1 %, 7 murid tidak biasa memakai alas kaki dengan persentase
5.7 %, 20 murid tidak biasa potong kuku dengan persentase 16.2% , 5 murid yang
mempunyai kebiasaan mandi 1 kali sehari dengan persentase 4%. Dampak negatif dari
perilaku tersebut adalah menimbulkan berbagai penyakit yang terjadi seperti karies gigi,
diare, cacingan, dan gatal-gatal.Sehingga perlu untuk ditindak lanjuti dengan pemberian
asuhan keperawatan.
Melihat berbagai masalah kesehatan yang muncul pada kelompok usia anak
sekolah maka diperlukan adanya peran tenaga kesehatan dalam membantu menangani
masalah tersebut baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan Umum :
Untuk memberikan gambaran tentang perilaku berisiko pada komunitas agregat anak
usia sekolah di Kelurahan Wonokromo Surabaya termasuk upaya pencegahan dan
penanganannya melalui pendekatan proses keperawatan komunitas.
Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi permasalahan yang dialami komunitas agregat anak usia sekolah.
2. Melakukan analisis dan sintesa data komunitas agregat anak usia sekolah.
3. Merumuskan 3 diagnosa keperawatan komunitas agregat anak usia sekolah.
4. Membuat perencanaan tindakan terkait diagnosa keperawatan.
5. Melakukan intervensi sesuai prioritas terhadap komunitas agregat anak usia sekolah.
6. Mengevaluasi tindakan intervensi terhadap anak usia sekolah di institusi pendidikan.

1.3 Manfaat
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan di atas, asuhan keperawatan yang ditujukan pada
komunitas agregat anak usia sekolah di Kelurahan Wonokromo Surabaya diharapkan dapat
memberikan manfaat antara lain :
1. Membantu anak usia sekolah dalam mencegah terjadinya perilaku berisiko.
2. Memberikan informasi data tentang anak usia sekolah dan risiko yang mungkin terjadi.
3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait anak usia
sekolah.
4. Membantu masyarakat khususnya keluarga yang mempunyai anak usia sekolah dalam
memberikan intervensi.
5. Sebagai bahan informasi tambahan bagi petugas kesehatan dalam memberikan
penanganan masalah kesehatan pada anak usia sekolah dalam hal promotif dan preventif.
6. Membantu anak usia sekolah lainnya melalui kelompok peernya baik dalam institusi
pendidikan formal maupun masyarakat luar sekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan deskripsi Komunitas


2.1.1 Definisi Komunitas
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan
sistem sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan
masyarakat. Salah satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang
tergolong kelompok berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang
terkait perilaku tidak sehat. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan,
terdapat berbagai definisi tentang anak usia sekolah yaitu:
1. Menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan anak yang
berusia antara 7-15 tahun , sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-
12 tahun.
2. Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun

2.1.2 Deskripsi wilayah Komunitas


Sebagai komunitas yang dikaji adalah komunitas agregat anak usia sekolah
di SDN IV Wonokromo Surabaya pada tanggal 12 November s.d 26 November 2012.
Luas wilayah komunitas 700 m2 dengan batas wilayah sebelah utara rumah penduduk
RT.5 Kel. Wonokromo, sebelah selatan rumah penduduk RT.4 Kel.Wonokromo,
sebelah Barat Masjid Qomarudin Wonokromo dan sebelah timur rumah penduduk
RT.4 Kel.Wonokromo.
2.1.3 Besarnya Komunitas
Komunitas agregat anak usia sekolah yang menjadi sasaran pengkajian adalah
anak usia sekolahSD dengan umur 6 – 12 tahun berjumlah 123 (Data SDN IV
Wonokromo Surabaya, November 2012).

2.2 Anak Usia Sekolah Sebagai Kelompok Risiko


Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12 tahun yang masih
duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya.
Anak usia sekolah merupakan kelompok risiko yaitu suatu kondisi yang
dihubungkan dengan peningkatan kemungkinan adanya kejadian penyakit. Hal ini tidak
berarti bahwa jika faktor risiko tersebut ada pasti akan menyebabkan penyakit, tetapi dapat
berakibat potensial terjadinya sakit atau kondisi yang membahayakan kesehatan secara
optimal dari populasi. Anak usia sekolah merupakan populasi risiko karena beberapa hal
yaitu:
1. Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah
2. Aktivitas fisik anak semakin meningkat
3. Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya
4. Masih membutuhkan peran orang tua untuk membantu memenuhi kebutuhan

2.3 Framework/ Model yang Digunakan Untuk Pengkajian Komunitas


Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah
menggunakan pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia sekolah)
digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan
keyakinan dengan 8 (delapan) subsistem yang saling mempengaruhi meliputi lingkungan
fisik, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan
pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi (Anderson, Mc Farlane, 2000 dalam
Ervin, 2002).
2.3.1 Pengkajian
Data inti komunitas, terdiri dari:
1. Demografi : Jumlah anak usia sekolah keseluruhan, jumlah anak usia sekolah
menurut jenis kelamin, golongan umur.
2. Etnis : suku bangsa, budaya, tipe keluarga.
3. Nilai, kepercayaan dan agama : nilai dan kepercayaan yang dianut oleh anak
usia sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama yang dianut, fasilitas ibadah yang
ada, adanya organisasi keagamaan, kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikerjakan
oleh anak usia sekolah.

Data subsystem
Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :
1. Lingkungan Fisik
Inspeksi : Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan lingkungan,
aktifitas anak usia sekolah di lingkungannya, data dikumpulkan
dengan winshield survey dan observasi.
Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia sekolah dari guru
kelas, kader UKS, dan kepala sekolah melalui wawancara.
Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang
baik bagiperkembangan anak usia sekolah.
2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah, bentuk pelayanan
kesehatan bila ada, apakah terdapat pelayanan konseling bagi anak usia sekolah
melalui wawancara.
3. Ekonomi
Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua siswa, jumlah uang
jajan para siswa melalui wawancara dan melihat data di staff tata usaha sekolah.
4. Keamanan dan transportasi.
Keamanan : adanya satpam sekolah, petugas penyebarang jalan.
Transportasi : Jenis transportasi yang dapat digunakan anak usia sekolah, adanya
bis sekolah untuk layanan antar jemput siswa
5. Politik dan pemerintahan
Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata tertib sekolah yang
harus dipatuhi seluruh siswa.
6. Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak usia sekolah untuk memperoleh
informasi pengetahuan tentang kesehatan melalui buku dan sosialisasi dari
pendidik.
b. Komunikasi informal
Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia sekolah dengan guru dan orang
tua, peran guru dan orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak
sekolah, keterlibatan guru dan orang tua dan lingkungan dalam menyelesaikan
masalah anak usia sekolah.
7. Pendidikan
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang digunakan sekolah,
dan tingkat pendidikan tenaga pengajar di sekolah.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat sarana penyaluran bakat
anak usia sekolah seperti olahraga dan seni, pemanfaatannya, kapan waktu
penggunaan.

2.4 Peran Perawat Komunitas Terkait Anak Usia Sekolah


2.4.1 Praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas.
Keperawatan kesehatan komunitas (CHN) merupakan spesialis pelayanan
keperawatan yang berbasiskan pada masyarakat dimana perawat mengambil tanggung
jawab untuk berkontribusi meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. Fokus utama
upaya CHN adalah pencegahan penyakit, peningkatan dan mempertahankan kesehatan
dengan tanggung jawab utama perawat CHN pada keseluruhan populasi dengan
penekanan pada kesehatan kelompok populasi daripada individu dan keluarga.
2.4.2 Fungsi dan Peran Perawat CHN Pada Agregat Anak Usia Sekolah
Fungsi dan peran perawat kesehatan komunitas terkait agregat anak usia sekolah
antara lain :
1. Kolaborator
Perawat bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral dalam membuat
keputusan dan melaksanakan tindakan untuk menyelesaikan masalah anak
sekolah. Seperti halnya perawat melakukan kemitraan dengan tokoh masyarakat,
tokoh agama, keluarga, guru, kepolisian, psikolog, dokter,LSM, dan sebagainya.
2. Koordinator
Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai kebutuhan anak sekolah,
menetapkan penyedia pelayanan untuk anak usia sekolah.
3. Case finder
Mengembangkan tanda dan gejala kesehatan yang terjadi pada agregat anak usia sekolah,
menggunakan proses diagnostik untuk mengidentifikasi potensial kasus penyakit dan
risiko pada anak usia sekolah.
4. Case manager
Mengidentifikasi kebutuhan anak usia sekolah, merancang rencana perawatan
untuk memenuhi kebutuhan anak usia sekolah, mengawasi pelaksanaan pelayanan
dan mengevaluasi dampak pelayanan.
5. Pendidik
Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga dengan anak usia sekolah
di masyarakat dan anak usia sekolah di institusi formal, memberikan pendidikan
kesehatan sesuai kebutuhan, mengevaluasi dampak pendidikan kesehatan.
6. Konselor
Membantu anak usia sekolah mengidentifikasi masalah dan alternatif solusi,
membantu anak usia sekolah mengevaluasi efek solusi dan pemecahan masalah.
7. Peneliti
Merancang riset terkait anak usia sekolah, mengaplikasikan hasil riset pada anak
usia sekolah, mendesiminasikan hasil riset.
8. Caregiver
Mengkaji status kesehatan komunitas anak usia sekolah, menetapkan diagnosa
keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan, melaksanakan rencana tindakan dan
mengevaluasi hasil intervensi.
9. Pembela
Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi anak usia sekolah, menentukan
kebutuhan advokasi, menyampaikan kasus anak usia sekolah terhadap pengambil
keputusan, mempersiapkan anak usia sekolah untuk mandiri.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AGREGAT ANAK USIA SEKOLAH

KASUS
Jumlah anak sekolah keseluruhan di SDN Wonokromo IV Surabaya untuk usia 6 – 12
tahun + 123 siswa. Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat dengan jalan raya.
Kebersihan lingkungan sekolah kurang terjaga dengan baik, terdapat 1 kantin di dalam sekolah
yang menjual makanan yang kurang terjamin kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan
di depan gerbang sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak terjamin kebersihannya.
Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah menyebrang jalan raya, akan
tetapi ditemukan kebiasaan jajan sembarangan sebesar 98 anak (80%). Hal tersebut negatif bagi
kesehatan anak usia sekolah karena kebersihan makanan dan kandungan gizi yang ada di dalam
makanan tersebut bisa menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan untuk anak usia
sekolah. mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah adalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %)
yang tidak baik bagi kesehatan gigi anak usia sekolah karena dalam permen mengandung
kandungan gula yang tinggi sehingga berisiko tinggi terjadi kejadian karies gigi pada anak usia
sekolah. mayoritas anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur sebanyak 92 anak (75
%) yang dapat menyebabkan berbagai macam masalah kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan
wawancara dari petugas UKS menyatakan bahwa anak-anak SDN IV Wonokromo sudah
mendapat pengetahuan tentang cara menggosok gigi. Hasil Angket : Anak mengatakan tidak
menggosok gigi sebelum tidur. Adanya kebiasaan yang kurang baik bagi perkembangan anak
yaitu orang tua dan lingkungan anak yang tidak membiasakan menggosok gigi sebelum tidur
sehingga kebiasaan ini diikuti oleh anak usia sekolah.
Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN IV Wonokromo sepeda, jalan kaki, dan
diantar oleh orang tua. anak ikut serta dalam organisasi sosial di sekolah seperti kegiatan
kepramukaan. Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk memperoleh informasi
pengetahuan tentang gosok gigi berasal dari media, para guru dan orang tua. mayoritas anak
mengetahui mengenai informasi tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media
khusunya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%. Berdasarkan hasil wawancara kepada
para siswa kebanyakan orang tua para siswa mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan
berdagang untuk mencari nafkah. Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama
orang tuanya biasanya ke Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-taman kota, Pantai
Kenjeran, dan Taman Hiburan Remaja (THR). Untuk pengembangan bakat anak di bidang olah
raga dan seni di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat lapangan sepak bola, sanggar senam,
dan tari.

A. Pengkajian
1. Data demografi

Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data Monografi SDN Wonokromo IV


Surabaya untuk usia 6 – 12 tahun + 123 siswa, jumlah anak sekolah menurut jenis
kelamin dan golongan umur tergambar pada grafik di bawah ini.
Diagram 1 : Karakteristik anak sekolah Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di SDN
Wonokromo IV Surabaya bulan November tahun 2019

30
25
20
15 Perempuan
10 Laki-laki
5
0
6 - 7 tahun 8 - 9 tahun 10 - 11 12 tahun
tahun

Dari 123 siswa SDN IV Wonokromo antara siswa laki-laki yang berumur 8 – 9
tahun dan anak perempuan berumur 8 – 9 tahun mempunyai prosentase yang hampir
sama yaitu 20.5 % dan 20 %.

2. Pengkajian sub – sistem komunitas


a. Lingkungan
1) Inspeksi : Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat dengan jalan
raya. Kebersihan lingkungan sekolah kurang terjaga dengan baik, terdapat 1
kantin di dalam sekolah yang menjual makanan yang kurang terjamin
kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan di depan gerbang sekolah.
Jenis makanan yang dijual tidak terjamin kebersihannya. Terdapat 2 kamar
mandi yang terpisah antara kamar mandi anak laki-laki dan perempuan.
Kondisi terawat dengan baik.
2) Auskultasi : Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa di
sekolah SDN IV Wonokromo terdapat kegiatan ekstrakulikuler yang sudah
lama berjalan seperti olahraga meliputi sepak bola dan senam, kesenian
meliputi tari dan musik dan kegiatan keagamaan seperti pengajian.
3) Angket : Anak mengatakan tidak menggosok gigi sebelum tidur. Adanya
kebiasaan yang kurang baik bagi perkembangan anak yaitu orang tua dan
lingkungan anak yang tidak membiasakan menggosok gigi sebelum tidur
sehingga kebiasaan ini diikuti oleh anak usia sekolah.

b. Pendidikan

Semua anak bersekolah di sekolah SDN IV Wonokromo Surabaya.

c. Keamanan dan Transportasi


1) Keamanan
Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah menyebrang jalan
raya, akan tetapi ditemukan kebiasaan yang mengancam kesehatan anak usia
sekolah:
a. Kebiasaan jajan sembarangan
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang
kebiasaan jajan sembarangan pada anak usia sekolah adalah sebagai
berikut :
Diagram 3 : Kebiasaan jajan sembarangan yang dilakukan oleh anak usia
sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo

Kebiasaan Jajan Sembarangan


80
60
40
20
0
Ya Tidak
Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah memiliki kebiasaan
jajan sembarangan sebesar 98 anak (80%). Ini merupakan hal yang negatif
bagi kesehatan anak usia sekolah karena kebersihan makanan dan
kandungan gizi yang ada di dalam makanan tersebut bisa menimbulkan
berbagai macam masalah kesehatan untuk anak usia sekolah.
b. Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang
kebiasaan jajan sembarangan pada anak usia sekolah adalah sebagai
berikut :
Diagram 4 : Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah SDN IV
Wonokromo

50
40
30
20
10
0
Permen Coklat Snack

Pada diagram diketahui mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah


adalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %). Ini merupakan hal yang negatif
bagi kesehatan gigi anak usia sekolah karena dalam permen mengandung
kandungan gula yang tinggi sehingga berisiko tinggi terjadi kejadian
karies gigi pada anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo.
c. Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur
Diagram 5 : Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur yang dilakukan oleh
anak usia sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo

Kebiasaan Menggosok Gigi


80
60
40
20
0
Ya Tidak
Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah tidak
menggosok gigi sebelum tidur sebanyak 92 anak (75 %). Ini merupakan
hal yang negatif bagi perilaku anak usia sekolah karena kebiasaan ini
harusnya ditanamkan sejak dini, selain itu apabila tidak menggosok gigi
dapat menyebabkan berbagai macam masalah kesehatan gigi dan mulut.
Berdasarkan wawancara dari petugas UKS menyatakan bahwa
anak-anak SDN IV Wonokromo sudah mendapat pengetahuan tentang cara menggosok gigi.
Alasan kebiasaan anak SD tidak menggosok gigi sebelum
tidur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1: Frekuensi alasan anak SDN IV Wonokromo tidak menggosok
gigi sebelum tidur
Alasan tidak gosok gigi Jumlah Persentase
Malas 50 40.6 %
Tidak disuruh ortu 60 48.7 %
Lupa 13 10.5 %
Total 123 100

2) Transportasi
Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN IV Wonokromo sepeda, jalan
kaki, dan diantar oleh orang tua.

d. Politik dan pemerintahan


Pada subsistem politik dan pemerintahan bagi anak usia sekolah adalah keikut
sertaan anak dalam organisasi sosial di sekolah serta kebijakan pemerintah
terhadap masalah yang terkait dengan anak usia sekolah. Keikutsertaan anak
pada organisasi di sekolah yaitu mengikuti kegiatan kepramukaan.

e. Komunikasi
Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk memperoleh informasi
pengetahuan tentang gosok gigi berasal dari media, para guru dan orang tua.
Hasil pengkajian yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:

50 Diagram 6 : Sumber informasi yang


40 digunakan anak usia sekolah untuk
30 memperoleh pengetahuan tentang
20
gosok gigi di sekolah SDN IV
10
0 Wonokromo
Media Ortu Guru

Berdasarkan data di atas mayoritas anak mengetahui mengenai informasi tentang


gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media khusunya televisi tentang iklan
pasta gigi sebesar 45%. Media informasi yang digunakan anak ini mempunyai
dampak positif dan negatif.

f. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang tua para siswa
mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan berdagang untuk mencari nafkah.

g. Rekreasi
Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang tuanya biasanya
ke Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-taman kota, Pantai Kenjeran, dan
Taman Hiburan Remaja (THR). Untuk pengembangan bakat anak di bidang olah
raga dan seni di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat lapangan sepak bola,
sanggar senam, dan tari.
B. ANALISA DATA

No Data Fokus Diagnosa Keperawatan Komunitas


1 DS : Defisit Perawatan Diri terkait
Anak mengatakan tidak menggosok gigi menggosok gigi (D.0109)
sebelum tidur.
Orang tua mengatakan tidak membiasakan
menggosok gigi sebelum tidur sehingga
kebiasaan ini diikuti oleh anak.
DO :
Kebiasaan jajan sembarangan
 80%anak usia sekolah
memiliki kebiasaan jajan
sembarangan
 mayoritas jenis jajanan anak
usia sekolah adalah permen
sebanyak 50 anak (40,6 %)
 45 murid yang bermasalah
pada gigi dengan persentase
36.5 %
Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur
 75%anak usia sekolah
tidak menggosok gigi
sebelum tidur
 Alasan tidak menggosok
gigi karena tidak disuruh
oleh orang tuanya (48.7%)

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS


Defisit Perawatan Diri terkait menggosok gigi (D.0109)
D. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri Perawatan mulut (I.11356)
Perawatan Diri (L.11103) 1. Identifikasi Kondisi Oral
terkait kebiasaan 1. Minat Melakukan (Misal Karies Gigi, Plak)
menggosok gigi Perawatan Diri 2. Fasilitasi Menyikar Gigi
(D.0109) Meningkat Dari Secara Mandiri
1(Menurun) Menjadi 3. Jelaskan Prosedur
3 (Sedang) Tindakan Menggosok Gigi
2. Mempertahankan Dukungan Perawatan Diri
Kebersihan Mulut (I.11348)
Meningkat Dari 1 1. Monitor Tingkat
(Menurun) Menjadi 3 Kemandirian
(Sedang) 2. Siapkan Keperluan Pribadi
(Sikat Gigi, Pasta Gigi)
3. Dampingi Dalam
Melakukan Perawatan Diri
Sampai Mandiri
4. Jadwalkan Rutinitas
Perawatan Diri
E. EVALUASI

No Diagnosa Keperawatan Komunitas Evaluasi


1. Defisit Perawatan Diri terkait S : anak-anak mengatakan telah mengerti
menggosok gigi (D.0109) cara menggosok gigi yang benar
O : anak- anak tampak mengikuti intruksi
gosok gigi dengan benar
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai