Dana Alokasi Khusus Dalam Perimbangan Keuangan Pusat Dan Daerah
Dana Alokasi Khusus Dalam Perimbangan Keuangan Pusat Dan Daerah
A. Latar Belakang
Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa
dalam rangka mencapai tujuan bernegara, antara lain untuk menciptakan kesejahteraan
masyarakat. Salah satu cara yang dilakukan untuk menjamin agar manfaat pembangunan
tersebut dapat diterima semua pihak adalah melalui upaya pemberdayaan potensi SDM daerah
setempat, yaitu melalui otonomi daerah.
Salah satu perwujudan pelaksanaan otonomi daerah adalah pelaksanaan desentralisasi,
dimana kepada daerah diserahkan urusan, tugas dan wewenang untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dengan tetap berpedoman
pada peraturan perundang-undangan. Melalui desentralisasi diharapkan kemampuan pemerintah
daerah untuk manajemen pembangunan menjadi lebih lincah, akurat, dan tepat. Urusan
pemerintahan yang diserahkan atau didistribusikan kepada daerah tersebut disertai pula dengan
penyerahan atau transfer keuangan yang terwujud dalam hubungan keuangan antara pusat dan
daerah.
Salah satu bentuk hubungan keuangan pusat dan daerah adalah Dana Alokasi Khusus
(DAK), dimana dana yang bersumber dari pendapatan APBN, dialokasikan/ditransfer kepada
daerah untuk membiayai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan merupakan
prioritas nasional, sehingga dapat membantu mengurangi beban biaya kegiatan khusus yang
harus ditanggung oleh pemerintah daerah.
B. Permasalahan
“Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional.”
1
Laporan Penelitian Mekanisme dan Penggunaan DAK, Lembaga Penelitian Smeru, Hal.9
2
Kajian Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah “Inter-Governmental Fiscal Review, Hal.81
3
PP No.55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, Pasal 60 ayat (3)
4 UU 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pasal 41
5Wawancara dengan Sugimin (Kasie II.B.1.1) dan Herny Yanuarni (Kasie Konsultasi Hukum Keuangan Daerah
Yang Dipisahkan), tanggal 27 Mei 2009
6
PP No.55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, Pasal 56
7
Peraturan Menteri Keuangan no.171.1/PMK.07/2008 tentang Penetapan Alokasi Dana Alokasi Khusus Tahun
Anggaran 2009, Pasal 4 ayat (4)
8
Ibid, Pasal 4 ayat (5)
(KRITERIA UMUM)
DAERAH Ya LAYAK DAERAH
KEMAMPUAN DAEAH
Tidak
(Kriteria Teknis)
(KRITERIA KHUSUS)
Ya LAYAK Bobot Teknis (BT)
OTONOMI KHUSUS
= IT * IKK
Tidak
(KRITERIA KHUSUS)
Bobot DAK
Karakteristik Wiliyah ALOKASI
= BD + BT
(IKW)
Berdasarkan gambar di atas, terdapat sejumlah prosedur yang harus dilakukan dalam
pengalokasian DAK kepada masing-masing daerah. Langkah-langkah tersebut secara
sistematis adalah sebagai berikut:
1) Menentukan daerah yang memenuhi kriteria umum, yaitu daerah yang memiliki
kemampuan keuangan daerah dibawah rata-rata nasional;
2) Jika memenuhi kriteria umum yang ditunjukkan dengan Indeks Fiskal Netto (IFN),
maka daerah tersebut layak memperoleh alokasi DAK;
3) Jika tidak memenuhi, maka dilihat kriteria khusus yang pertama, yaitu apakah
daerah tersebut merupakan daerah yang termasuk dalam pengaturan otonomi
Khusus Papua dan termasuk daerah tertinggal. Jika termasuk maka secara otomatis
daerah tersebut layak mendapatkan alokasi DAK;
4) Jika daerah tersebut tidak termasuk dalam kriteria khusus pada poin dua, maka lihat
kembali kriteria khusus yang kedua, yaitu karakteristik kewilayahannya yang
ditunjukkan dengan Indeks Karakteristik Kewilayahan (IKW);
5) Gabungkan IFN dan IKW untuk menghasilkan Indeks Fiskal dan Wilayah (IFW),
jika daerah tersebut memiliki IFW lebih besar dari satu, maka daerah tersebut
secara otomatis layak mendapatkan alokasi DAK.
9
Pelengkap buku pegangan 2008, Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah, hal.III-88 s.d. III-89
2 Sasaran lokasi penerima DAK relatif Sasaran lokasi penerima DAK sudah jelas
belum jelas. yang difokuskan untuk daerah tertinggal,
daerah ketahanan pangan, dan daerah
pariwisata.
10 Lokakarya Penyusunan Kebijakan dan Kegiatan DAK Per Bidang Tahun 2009 Oleh Dr.Ir.Hirmawan
Hariyoga,M.Sc
11 Peraturan Menteri Keuangan No.142/PMK.07/2007 tentang Penetapan Alokasi DAK Tahun Anggaran 2008, Pasal
4.
12 Peraturan Menteri Keuangan No.171.1/PMK.07/2008 tentang Penetapan Alokasi DAK Tahun Anggaran 2009,
Pasal 5.
4 Tidak ada prioritas daerah penerima Adanya prioritas daerah penerima DAK
DAK dalam pengalokasian DAK dalam pengalokasian DAK berdasarkan
berdasarkan kriteria umum (kinerja kriteria umum (kinerja pelayanan sudah
pelayanan belum digunakan sebagai mulai digunakan sebagai indikator alokasi).
indikator alokasi).
13 PMK Nomor 21/PMK.07/2009 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah, Pasal 24 ayat
(1)
D. Kesimpulan
Daftar Pustaka
1. UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
3. UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
4. PP No.6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;
5. PP No.55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan;
6. Permenkeu No. 04 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer Ke Daerah;
7. Permenkeu No.171.1/PMK.07/2008 tentang Penetapan Alokasi Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2009;
8. Laporan Penelitian Mekanisme dan Penggunaan DAK, Lembaga Penelitian Smeru;
9. Pelengkap buku pegangan 2008, Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah, Depkeu;
10. Lokakarya Penyusunan Kebijakan dan Kegiatan DAK Per Bidang Tahun 2009 Oleh Dr.Ir.Hirmawan Hariyoga,M.Sc;
11. Kajian Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah “Inter-Governmental Fiscal Review”;
12. Wawancara dengan Sugimin (Kasie II.B.1.1) dan Herny Yanuarni (Kasie Konsultasi Hukum Keuangan Daerah Yang
Dipisahkan), tanggal 27 Mei 2009.