Anda di halaman 1dari 26

UTS PATOFISIOLOGI PENYAKIT MENULAR

DISUSUN OLEH:
PUTRI PUSPITA MEGANINGRUM
(6511419098)

PROGRAM STUDI GIZI


JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
KELOMPOK 1
KARAKTERISTIK UMUM PENYAKIT AKIBAT BAKTERI DAN VIRUS
Bakteri merupakan organisme mikroskopis yang tidak terlihat dengan mata
telanjang. Mereka dapat hidup di lingkungan yang beragam, baik di dalam maupun di
luar tubuh manusia (seperti tanah, air sungai, serta air laut).Bakteri dianggap sebagai
organisme purba yang pertama menghuni bumi, yakni sekitar empat miliar tahun yang
lalu.Secara struktur, bakteri dikategorikan sebagai prokariota yang merupakan
organisme bersel tunggal. Beberapa bakteri dapat mengganggu kesehatan makhluk
hidup.
Sedangkan virus merupakan agen infeksi berukuran kecil yang bereproduksi di
dalam sel inang yang hidup. Ketika terinfeksi, sel inang dipaksa untuk menghasilkan
ribuan salinan identik virus asli dengan cepat. Virus sendiri tidak memiliki sel;
pembentukan virus-virus baru berlangsung dalam sel inang yang terinfeksi.
Karakteristik bakteri:
- Tidak memiliki inti membrane sel
- Agen penyakit (patogen)
- Prokariota
- Mikroskopik
- Bermanfaat di berbagai bidang
Karakteristik Virus:
- Mikroskopik
- Agen penyakit
- Obligat intraseluler
- Parasite
- Dapat dikristalkan
Jalur infeksi virus dan bakteri
1. Saluran pernapasan adalah jalur utama bagi infeksi virus (terutama virus
influenza)
2. Saluran pencernaan melalui ofofaring missal saliva (terutama kelompok virus
herpes)
3. jalur saluran genital, baik melalui hubungan seksual atau penyebaran lewat
transplasental
Kronologi infeksi bakteri
Infeksi bakteri pertama kali berawal dari transmisi atau penularan melalui inhalasi,
ingesti, inokulasi. Kemudian bakteri tersebut akan melekat pada permukaan sel atau
jaringan. Daya serang tiap bakteri berbeda-beda ada yang menyerang enzim kolagenase,
koagulase, immune dll. Tiap bakteri yang bersifat toksin dapat menyerang melalui
eksotoksin dan endotoksin.
Efek virus dan bakteri pada sel inang sebagai targetnya
1. Mengalami infeksi yang mengubah sifat sel
2. Mengalami infeksi yang abortif
3. Mengalami lisis dan kematian
4. Mengalami infeksi yang persisten
5. Mengalami infeksi laten
Sistem immune
Merupakan sistem koordinasi respons biologik yang bertujuan melindungi integritas dan
identitas individu serta mencegah invasi organisme dan zat yang berbahaya di
lingkungan yang dapat merusak dirinya.
Sistem imun mempunyai sedikitnya 3 fungsi utama.
1. Fungsi yang sangat spesifik yaitu kesanggupan untuk mengenal dan
membedakan berbagai molekul target sasaran dan juga mempunyai respons yang
spesifik.
2. Kesanggupan membedakan antara antigen diri dan antigen asing.
3. Fungsi memori yaitu kesanggupan melalui pengal aman kontak sebelumnya
dengan zat asing patogen untuk bereaksi lebih cepatdan lebih kuat daripada
kontak pertama
Innate immunity
Merupakan mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik. Ada beberapa fungsi innate
immunity yaitu sebagai berikut:
1. Pemusnahan bakteri intraselular oleh sel polimorfonuklear (PMN) dan makrofag
2. Aktivasi kompllemen melalui jalur alternatif.
3. Degranulasi sel mast yang melepaskan mediator inflamasi
4. Protein fase akut : C-reactive protein (CRP) yang mengikat mikroorganisme
selanjutnya terjadi aktivasi komplemen melalui jalur klasik yang menyebabkan
lisis mikroorganisme
5. Produksi interferon alfa (IFN α) oleh leukosit dan interferon beta (IFN β) oleh
fibroblast yang mempunyai efek antivirus.
6. Pemusnahan mikroorganisme ekstraselular oleh sel natural killer (sel NK)
melalui pelepasan granula yang mengandung perforin.
7. Pelepasan mediator eosinofil seperti major basic protein (MBP) dan protein
kationik yang dapat merusak membran parasit.
Pengaruh pada status gizi
Jika imunitas rendah maka status gizi juga akan ikut rendah dan dapat diatasi dengan
konsep gizi seimbang sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Asuhan gizi dapat meningkatkan daya tahan tubuh untuk mempercepat penyembuhan.
Vitamin yang perlu diperhatikan atau ditingkatkan pemenuhannya diatas AKG : vitamin
C, vitamin K, vitamin B6. Prinsip dari asuhan gizi ini adalah Pemberian energi tinggi
sesuai
dengan penyakit infeksi.
Gejala umum terkena bakteri
Infeksi bakteri merupakan masalah kesehatan yang disebabkan oleh bakteri, dan dapat
menyerang seluruh tubuh. Pada umumnya gejala yang timbul akibat adanya infeksi
bakteri yaitu demam, batuk, timbul peradangan, serta timbul nyeri.
Penyakit akibat virus
1. Hepatitis, disebabkan oleh virus hepatistis A, B, non B
2. Varisela diebabkan oleh virus herpesvirus varicellae atau (HHV3)
3. Polio disebabkan oleh virus genus enterovirus
4. Influenza disebabkan oleh virus influenza
5. AIDS disebabkan oleh virus HIV
Gejala umum infeksi virus
Infeksi virus menunjukkan gejala-gejala yang berbeda tergantung pada organ yang
terkena dan jenis virus penyebabnya. Pada umumnya orang yang terkena virus
merugikan akan menimbulkan gejala-gejala seperti demam, pusing, perasaan tidak
nyaman secara keseluruhan, batuk, mual, nyeri pada bagian tertentu
KELOMPOK 2
JAMUR DAN PARASIT
A. JAMUR
a. Definisi Jamur
Jamur adalah tumbuh-tumbuhan berbentuk sel atau benang bercabang,
mempunyai dinding dari selulosa atau kitin atau keduanya, mempunyai
protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti, tidak mempunyai klorofil
dan berkembang biak secara aseksual, seksual, atau keduanya.
Menggunakan enzim untuk mengubah zat organik untuk
pertumbuhannya. Penyakit yang disebabkan jamur dinamakan mikosis. Di
klasifikasikan menjadi 3, Tricophyton, Microsporum, dan Epidermophyton
b. Etiologi
Infeksi jamur diklasifikasikan berdasarkan derajat keterlibatan jaringan
dan cara masuk ke dalam host, superficial, subkutan, sistemik, oportunistik.
Agen penybabnya adalah
1. Trichophyton sp menginfeksi kulit, rambut, kuku
2. Microsporum sp Menginfeksi kulit, rambut, dan beberapa pada kuku
3. Epidermophyton floccosum menginfeksi kulit, kuku, dan beberapa
pada rambut
a. Jenis mikosis superficial
1. Tinea Capitis : genus Microsporum audouinii, Microsporum canis
2. Tinea Favosa : Tricophyton schoenleinii
3. Dermatophytosis (Tinea pedis, Athlete foot) : Trichophyton sp.
Kadang-kadang oleh Epidermophyton flocosum atau Candida
albicans
4. Tinea Cruris : Epidermohyton flocosum atau Trichophyton sp.
5. Tinea Versicolor (Panu) : Malassezia furfur
6. Otomycosis (myringomicosis) : Epidermophyton flocosum dan
Trichopiton sp.
b. Jenis mikosis subkutan
1. Porotrichosis : Sporothrix schenckii
c. Jenis Mikosis Sistemik
1. Nocardiosis : N. Brasiliensis dan N. Asteroides
2. Candidiasis : genus Candida
3. Actinomycosis : Actinomyces israelii dan Actinomyces bovis
4. Cryptococcosis : C. neoformans
c. Kronologi penularan jamur
1. Penularan langsung
2. Penularan tidak langsung
d. Dampak
1. 4 jenis penyakit mikotik
- Mikotoksikosis keracunan makanan yang terkontaminasi
- Misetismus Keracunan jamur
- Hipersensitivitas Reaksi alergi
- Infeksi Invasi jaringan
2. Mikosisis superficial - infeksi kulit, rambut, dan kuku
- Tinea Capitis
- Tinea Favosa
- Dermatophytosis (Tinea pedis, Athlete foot)
- Tinea Cruris
- Tinea Versicolor (Panu)
- Otomycosis (myringomicosis)
3. Mikosis Subkutan
- Sebagai contoh adalah sporotrichosis disebabkan oleh Sporothrix
schenckii, merupakan jamur dimorfik
4. Mikosis Sistemik
- Nocardiosis
- Candidiasis
- Cyptococcosis
- Actinomycosi
B. Parasit
a. Definisi
Parasit merupakan jasad yang hidup dengan cara mengambil
kebutuhan hidupnya dari jasad lain. (Ismail S. 28:2019). Parasit yang penting
dalam kedokteran berada di bawah kingdom protista dan animalia. Protista
termasuk eukariotik bersel tunggal mikroskopis yang dikenal sebagai
protozoa
b. Klasifikasi
1. Protozoa, merupakan organisme dari sel tunggal yang secara morfologi
dan fungsional dapat melakukan semua fungsi kehidupan
2. Cacing, Cacing merupakan hewan banyak sel, bilateral simetris, dan
memiliki tiga lapisan germinal.
3. Arthropoda, memiliki tubuh bilateral simetris dan bersegmen dengan
pelengkap bersendi, memiliki exoskeleton keras, yang membantu
membungkus dan melindungi otot dan organ lainnya
c. Etiologi
a. Infeksi cacing tambang (Cutaneous Larva Migrans)
b. Malaria
c. Giardiasis
d. Trikomoniasis
e. Toksoplasmosis
d. Kronologi
a. Sumber Infeksi
1. Manusia, Suatu kondisi dimana infeksi ditularkan dari satu orang ke
orang lain disebut antroponisis
2. Hewan, Suatu keadaan dimana infeksi ditularkan dari hewan ke
manusia disebut zoonosis.
e. Cara penularan
Penularan parasit dari satu host ke host yang lain, disebabkan oleh
bentuk parasite tertentu dikenal sebagai stadium infeksi
f. Dampak
a. Efek Langsung Parasit Terhadap Host
- kista hidatidosa menyebabkan penyumbatan saluran.
b. Efek Tidak Langsung Parasit Terhadap Host
- sindrom nefritis setelah infeksi Plasmodium.

KELOMPOK 3
Diare (Bakteri)

DEFINISI
BAB dengan feses tidak berbentuk /cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24
jam.
EPIDEMIOLOGI
A. Penyebaran Kuman
Melalui fecal oral : makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak
langsung dengan tinja penderita.
B. Faktor Penjamu
Tidak memberikan ASI sampai dua tahun, kurang gizi, campak, immunodefisiensi, dan
secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.
C. Faktor Lingkungan Dan Perilaku
Faktor dominan : sarana air bersih dan pembuangan tinja.
PATOFISIOLOGI
- Malabsorbsi asam lemak dan lemak
- Gangguan permeabilitas usus
- Motilitas dan waktu transit usus abnormal
- Defek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit
- Osmolaritas intrluminal yang meninggi (diare osmotik)
- Sekresi cairan dan elektrolit yang meninggi (diare sekretorik)
- Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik)
- Infeksi dinding usus (diare infeksi)
- Diare menjadi penyebab utama kematian di Indonesia, CFRnya hamper
mencapai 1,7% pada 2009 – 2010
KLASIFIKASI
- Diare akut (disentri, kolera, akut)
- DIare kronik (persisten, kronik)
ETIOLOGI
Invasif : shigellia, salmonella, dll
Non-Invasif : e.colli, clostridium difficile, bacillus cereus, dll

FAKTOR MUNCULNYA PENYAKIT DIARE


a. Faktor individu (daya tahan tubuh)
b. Faktor bakteri (kemampuan bakteri dalam melawan sistem imun)
c. Faktor lingkungan (hal lain yang menambah kerentanan tubuh)
d. Sanitasi yang buruk
e. Gaya hidup yang tidak sehat
f. Konsumsi makanan yang tidak hygenis
g. Konsumsi asupan nutrisi yang tidak seimbang
h. Non-infeksi : depresi, dll
KRONOLOGI
- Clostridium Difficile
o Datang sel darah putih di usus – pelebaran pembuluh darah – sel
permukaan usus rusak/mati – gangguan pencernaan – diare
- Shigella
o Menembus sel usus – peradangan – diare
- Vibrio Cholera
o Racun masuk ke tubuh – mengganggu penyerapan dan pengeluaran ion –
gangguan transportasi ion – diare
- E.Colli
o Pelekatan pada usus – berkembang biak – pengeluaran toksin – diare
MANIFESTASI KLINIS / GEJALA
Gelisah, demam, cengeng, tidak nafsu makan, feses cair, feses hijau, muntah, anus lecet
DAMPAK DAN KOMPLIKASI
- Dehidrasi
akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak.
- Gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa
o elektrolit ikut terbuang bersama air yang keluar saat diare.
- Maldigesti dan malabsorpsi
o Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta
kerusakan pada mikrovili.
- Sepsis
o respons sistem kekebalan tubuh yang tidak terkendali terhadap infeksi.
TINDAKAN

Rehidras oral atau parental, antibiotic, obat anti diare, makanan probiotik. Makanan
yang melalui proses fermentasi sangat disarankan karena mengandung bakteri baik yang
bantu pencernaan.
LANGKAH PREVENTIF
Cuci tangan, jaga kebersihan, pemberian ASI, MPASI, gizi seimbang, pola hidup sehat.
a) Pemberian suplementasi seng-probiotik bersamaan berpengaruh dalam
memberikan rerata perlindungan terhadap terjadinya diare berulang lebih lama.
b) Jenis lantai rumah memiliki pengaruh terhadap penyakit diare : lantai yang tidak
kedap air akan mudah berdebu saat kemarau dan mudah basah saat hujan, hal itu
menyebabkan kuman berkembangbiak dengan cepat.
KELOMPOK 4
TUBERKULOSIS

TBC adalah penyakit menular yang menyerang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosa.
Tidak hanya menyerang paru. Namun juga selaput otak, tulang, usus.
Epidemiologi Tuberkulosis paru (TB paru) di Indonesia masih cukup tinggi. TB
merupakan salah satu dari sepuluh tertinggi penyebab kematian di seluruh dunia. TB
merupakan salah satu dari sepuluh tertinggi penyebab kematian di seluruh dunia. Sekitar
dua milyar orang atau 1/3 penduduk dunia diperkirakan terkena TB laten.
Klasifikasi TB:
Klasifikasi tuberkulosis berdasarkan organ tubuh yang terkena, yaitu:
- Tuberkulosis paru, adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim)
paru.
- Tuberkulosis ekstra paru, adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dan lain-lain.
Kronologi:
Kuman Mycobacterium tuberculosis dengan lebar 0,3-0,6 µm dan panjang 1- 4 µm
sangat mudah masuk ke paru-paru hingga mencapai alveolus. Kuman ini terkandung
dalam partikel udara yang disebut droplet, dan dihasilkan saat individu yang terinfeksi
TB batuk dan bersin. Apabila individu sehat menghirup droplet tersebut, maka kuman
TB akan masuk ke dalam saluran pernafasan hingga alveolus.
Gejala: batuk lebih dari 2 minggu disertai darah, berkeringat di malam hari tanpa
aktivitas, suhu lebih 38 derajat, bb menurun.
Dampak:
Individu :
1. Biologis, adanya kelemahan fisik secara umum sesak napas, nyeri dada, tidak
memiliki nafsu makan, berat badan menurun dan panas
2. Psikologis, mudah tersinggung, putus asa
3. Sosial, ada perasaan rendah diri
4. Produktivitas menurun oleh karena kelemahan fisik
Lingkungan:
Resiko penularan pada anggota keluarga lain atau masyarakat sekitar.
Komplikasi:
Komplikasi tuberkulosis kerap menyerang ginjal melalui infeksi bagian luar (cortex)
yang secara perlahan menginfeksi hingga ke bagian yang lebih dalam (medula). Kondisi
ini menimbulkan komplikasi lain, seperti penumpukan kalsium, hipertensi,
pembentukan jaringan nanah, hingga gagal ginjal.
KELOMPOK 5
DEMAM TIFOID
Tifoid adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi kuman
Salmonella thypi dan Salmonella parathypi, yang banyak ditemukan pada makanan
terkontaminasi, air dan selokan.
Epidemiologi: Di Indonesia, tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun, sehingga tidak
terlihat adanya hubungan antara perubahan musim dan peningkatan jumlah kasus tifoid.
Dari data CDC tahun 2013, Demam tifoid di negara maju terjadi mencapai 5.700 kasus
setiap tahunnya, sedangkan di negara-negara berkembang demam tifoid mempengaruhi
sekitar 21,5 juta orang per tahun. Prevalensi demam tifoid di negara Indonesia sebesar
1,60% tertinggi terjadi pada kelompok usia 5-14 tahun.
Distribusi: Salah satu kelompok bakteri fekal-oral yang menyebabkan penyakit yang
kejadiannya ditentukan oleh standart higiene. Kejadiannya dapat digunakan sebagai
indikator tingkat higiene masyarakat. Di Indonesia banyak ditemukan, pada semua umur
(terutama umur 5-9 tahun).
Klasifikasi :
- Demam tifoid akut non komplikasi
- Demam tifoid dengan komplikasi: demam tifoid akut keadaan mungkin dapat
berkembang menjadi komplikasi parah.
- Keadaan karier: tergantung umur pasien. Karier tifoid bersifat kronis dalam hal
sekresi "almenella typhi difeses.
Etiologi:
- Tifoid disebabkan oleh bakteri S. typhi, S. paratyphi A, B, dan C.
- Mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan kuman
Salmonella.
- Melalui kotoran manusia yang memang terinfeksi oleh kuman Salmonella.
Pathways:
Penularan terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh tinja dan
urin penderita/carier. Lalat dapat juga berperan sebagai vektor mekanis merupakan
perantara penularan, memindahkan mikroorganisme dari tinja ke makanan. Di
dalam makanan, mikroorganisme berkembang biak memperbanyak diri. Bakteri S.
typhi dapat bertahan lama dalam makanan.
Bakteri yang masuk ke dalam lambung, sebagian akan dimusnahkan oleh asam
lambung, sebagian lagi akan masuk ke dalam usus, kemudian berkembang biak.
Apabila respon immunitas (Imunoglobulin A) usus kurang baik maka bakteri akan
menembus sel-sel epitel (terutama sel M), selanjutnya ke lamina propria. Bakteri
berkembang biak dan ditelan oleh sel-sel fagosit terutama makrofag. Bakteri dapat
hidup di dalam makrofag, kemudian dibawa ke Plaques peyeri di illeum distal.
Selanjutnya ke kelenjar getah bening mesenterika. Melalui duktus torasikus, bakteri
yang terdapat di dalam makrofag masuk ke dalam sirkulasi darah mengakibatkan
bakteremia pertama yang tidak menimbulkan gejala. Selanjutnya menyebar ke organ
retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini bakteri
meninggalkan sel-sel fagosit dan berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid,
kemudian masuk lagi ke dalam sirkulasi darah dan menyebabkan bakteremia yang
kedua yang menimbulkan gejala dan tanda penyakit infeksi.
Faktor Risiko
- Kebiasaan jajan
- Cara makan
- Pengetahuan
- Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
- Kebiasaan makan sayuran mentah
- Riwayat demam tifoid
Pencegahan:
- Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan.
- Beri penjelasan yang cukup kepada penderita, penderita yang sudah sembuh, dan
carrier.
- Buanglah kotoran pada jamban yang saniter dan tidak terjangkau oleh lalat.
- Lindungi sumber air masyarakat dari kemungkinan terkontaminasi.
Penatalaksanaan (Trilogi penatalaksanaan):
- Istirahat tirah baring dan perawatan profesional
- Diet
- Pemberian antibiotic
Kebutuhan Nutrisi
Keadaan pasien: diet yang diberikan ialah makanan yang mengandung cukup cairan,
rendah serat, tinggi protein, dan tidak menimbulkan gas.
Jika keadaan pasien masih baik, diberikan makanan lunak. Penyebab kekurangan nutrisi
pada pasien demam typhoid adalah penurunan nafsu makan yang di tandai dengan mual,
muntah karena adanya rangsangan di medulla oblongata.
Pada mulanya penderita typhoid, dapat diberikan bubur saring kemudian bubur kasar
untuk menghindari komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus.
Manifestasi Klinis
- Masa inkubasi demam tifoid antara 3-21 minggu
- Pada minggu pertama ditemukan keluhan dengan gejala yang mirip penyakit
infeksi akut pada umumnya, seperti : demam, nyeri kepala, anoreksia, mual,
batuk dan epitaksis
- Pada minggu kedua gejala lebih jelas berupa demam bradikardi relatif, lidah
yang berselaput, hepatomegali, splenomegali, dan gangguan mental.
- Pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh meningkat.
Komplikasi
- Pendarahan saluran cerna
Kondisi tersebut juga bisa menyebabkan keluarnya darah dari anus, mual dan muntah
hebat, wajah pucat, badan lemas dan lemah, pusing, serta sesak napas.
- Hypovolemia
Kondisi ini terjadi ketika seseorang kehilangan 20% pasokan darah atau cairan dari
dalam tubuh.
KELOMPOK 6
INFLUENZA
Influenza merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA dari familia
Orthomyxoviridae.
Epidemiologi influenza
Serangan penyakit ini tercatat paling tinggi pada musim dingin di negara beriklim
dingin dan pada waktu musim hujan di negara tropik. Pada saat ini sudah diketahui
bahwa pada umumnya dunia dilanda pandemi oleh influenza 2-3 tahun sekali. Jumlah
kematian pada pandemi ini dapat mencapai puluhan ribu orang dan jauh lebih tinggi
dari pada angka-angka pada keadaan non-epidemik.
1. Variasi musim
Influenza menyebar ke seluruh dunia dalam epidemi musiman, yang menimbulkan
kematian 250.000 dan 500.000 orang setiap tahunnya, bahkan sampai jutaan orang pada
beberapa tahun pandemik.
Pada contoh kasus di Amerika Serikat Rata-rata 41.400 orang meninggal tiap tahunnya
dalam kurun waktu antara tahun 1979 sampai 2001 karena influenza. Saat ini mereka
melaporkan bahwa terdapat kisaran angka kematian mulai dari 3.300 sampai 49.000
kematian per tahunnya.
2. Penyebaran Epidemi dan Pandemi
Karena influenza disebabkan berbagai spesies dan galur virus setiap tahunnya, beberapa
galur dapat musnah sementara galur yang lainnya menimbulkan epidemi, sementara
galur yang lainnya menyebabkan pandemi.
Biasanya, dua musim flu tahunan . terdapat tiga sampai lima juta kasus berat dan sampai
500.000 kematian di seluruh dunia, yang memenuhi kriteria epidemi influenza tahunan.
Kurang lebih tiga kali dalam satu abad, terjadi pandemi, yang akan menginfeksi
sebagian besar populasi dunia dan dapat menyebabkan kematian jutaan orang. Satu
penelitian memperkirakan apabila suatu galur dengan virulensi yang sama dengan
influenza 1918 muncul saat ini, maka virus tersebut dapat membunuh 50 sampai 80 juta
orang.
Klasifikasi Influenza
1. Influenza A
Virus tipe A merupakan patogen manusia paling virulen di antara ketiga tipe influenza
dan menimbulkan penyakit yang paling berat. Semua subtipe dari virus influenza A ini
dapat menginfeksi unggas yang merupakan pejamu alaminya, sehingga virus influenza
tipe A disebut juga sebagai avian influenza atau flu burung. Sebagian virus influenza A
juga menyerang manusia, anjing, kuda dan babi. Variasi virus ini sering dinamai dengan
hewan yang terserang, seperti flu burung, flu manusia, flu babi, flu kuda dan flu anjing.
2. Influenza B
Jenis influenza ini mengalami mutasi 2-3 kali lebih lambat dibandingkan tipe A dan
oleh karenanya keragaman genetiknya lebih sedikit, hanya terdapat satu serotipe
influenza B. walaupun Tipe B memiliki tingkat bahaya yang lebih rendah dibandingkan
dengan A, akan tetapi masih memiliki kemungkinan untuk berkembang menjadi virus
mematikan. Influenza tipe ini digolongkan tidak memiliki potensi untuk menjadi wabah.
3. Influenza C
Merupakan jenis virus yang paling ringan diantara virus A dan B. hanya menyerang
manusia dan tidak menyebabkan epidemi.
Etiology
Etiologi penyakit influenza adalah virus influenza. Ada 3 tipe virus influenza, yaitu tipe
A, B, dan C. Penyakit influenza terjadi akibat infeksi virus influenza tipe A atau B.
Virus influenza memiliki 2 antigen protein pada permukaannya, yang dikenal dengan
komponen hemagglutinin (HA) dan neuraminidase (NA).Perubahan pada kedua antigen
tersebut membuat virus ini labil. Antigenic shift atau perubahan kecil pada kedua
antigen tersebut terjadi setiap musim.
Chronology
Pada awalnya influenza ditularkan melalui udara lewat batuk atau bersin, yang akan
menimbulkan aerosol yang mengandung virus. Influenza juga dapat ditularkan melalui
kontak langsung dengan tinja burung atau ingus, atau melalui kontak dengan permukaan
yang telah terkontaminasi. Aerosol yang terbawa oleh udara diduga menimbulkan
sebagian besar infeksi, walaupun jalur penularan mana yang paling berperan dalam
penyakin ini belum jelas betul. Virus influenza dapat diinaktivasi oleh sinar matahari,
disinfektan, dan deterjen. Sering mencuci tangan akan mengurangi risiko infeksi karena
virus dapat diinaktivasi dengan sabun.
Cara penyebaran :
- Melalui uap air udara pernapasan (batuk atau bersin).
- Melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi (selimut atau pegangan
pintu).
- Melalui air liur (berciuman atau minuman bersama).
- Melalui kontak kulit (jabat tangan atau pelukan).
Secara sederhana, virus influenza mudah tersebar melalui perantara udara. Orang yang
memiliki sakit influenza bisa menularkannya ke orang lain yang sehat hingga sekitar 2
meter jauhnya. Banyak orang beranggapan bahwa penyebaran influenza ini terjadi
karena tetesan liur yang keluar dari pengidap ketika batuk atau bersin, bahkan ketika
berbicara. Tetesan liur ini menempel di hidung atau mulut orang lain yang berada di
sekitarnya, bisa juga terhirup dan masuk ke dalam paru-paru. Cara virus ini menular
bisa dengan menyentuh permukaan atau benda yang telah terkontaminasi virus dan
kemudian menyentuhkan pada mulut atau hidung. Cara penularan yang kedua ini lebih
jarang terjadi.
Penularan terjadi pada seseorang dalam tiga hingga empat hari setelah terjadinya
kontaminasi untuk kasus flu yang berat. Kebanyakan orang dewasa sehat bisa
menginfeksi orang lain mulai dari sehari sebelum gejala muncul dan antara 5 hingga 7
hari setelah penyakit sepenuhnya menginfeksi tubuh. Anak-anak dan orang dengan
sistem imunitas tubuh yang lemah bisa menularkan virus selama lebih dari 7 hari.
Gejala influenza mulai muncul sekitar 2 hari setelah penularan, bisa juga antara 1
hingga 4 hari. Artinya, penularan virus ini dapat terjadi bahkan sebelum kamu tahu telah
terinfeksi, bisa juga ketika kamu sudah mengalami flu ini. Pasalnya, beberapa orang
yang terinfeksi influenza tidak menunjukkan adanya gejala, dan selama periode ini
penularan dan penyebaran virus masih mungkin terjadi.
Clinical Manifestation
Gejala dan tanda dari influenza dapat dimulai dengan cepat, satu sampai dua hari setelah
infeksi. Biasanya gejala pertama adalah menggigil atau perasaan dingin, tetapi demam
juga sering terjadi pada awal infeksi, dengan temperatur tubuh berkisar 38-39°C
(kurang lebih 100-103 °F). Banyak orang merasa begitu sakit sehingga mereka tidak
dapat bangun dari tempati tidur selama beberapa hari, dengan rasa sakit dan nyeri
sekujur tubuh, yang terasa lebih berat pada daerah punggung dan kaki.

IMPLACT & COMPLICATION


IMPLACT
Memperburuk kondisi medis apabila penderita sudah terkena penyakit gagal jantung
kongestif, asma, maupun diabetes.
COMPLICATION
Komplikasi yang bias timbul akibat influenza, antara lain:
a.Infeksi telinga akut (otitis media)
Terjadi akibat penyebaran virus ke belakang gendang telinga. Keluhan yang dirasakan
umumnya adalah nyeri telinga.
b. Asma
Influenza dapat menjadi pencetus serangan asma.
c. Radang rongga sinus atau sinusitis
Pada influenza yang tidak tertangani dengan baik dapat terjadi peradangan pada rongga-
rongga sinus. Keluhan yang dirasakan adalah nyeri pada daerah dahi atau sekitar tulang
pipi saat bersujud
d. Infeksi penyerta atau infeksi sekunder yang ditumpangi bakteri, peradangan paru
(bronchiolitis) pada anak-anak, infeksi ini harus mendapatkan
penanganan dari dokter.
DIAGNOSIS
Penentuan Diagnosis terhadap influenza dapat ditentukan berdasarkan:
a.Anamnesis
Gejala sistemik yang muncul mendadak setelah 1-2 hari periode inkubasi, yang ditandai
oleh demam, menggigil, nyeri otot, sakit kepala, lemas, dan penurunan nafsu makan.
Keluhan pernapasan seperti batuk kering, nyeri tenggorok, dan pilek dapat terjadi
bersamaan dengan gejala sistemik, namun yang lebih menjadi keluhan utama biasanya
adalah gejala sistemik dibandingkan gejala pernapasan.
Nyeri otot terutama dikeluhkan pada tungkai dan lengan atau otot punggung. Nyeri
sendi tanpa disertai tanda-tanda radang sendi. Nyeri pada mata khususnya saat melihat
ke samping dan disertai rasa terbakar atau peningkatan produksi air mata.
b. Pemeriksaan Fisik
Status generalis umumnya menunjukkan pasien tampak lemah, flushing, kulit teraba
hangat dan lembab. Konjungtiva hiperemis dan berair, membran mukosa hidung
hiperemis, tanpa adanya eksudasi.
Pada auskultasi paru dapat ditemukan ronki kering yang transien atau ronki basah yang
terlokalisir. Pada anak-anak dapat terjadi limfadenopati servikal dan gejala croup.
[2,12,13]
c. Diagnosis Banding
Pada situasi dimana terjadi wabah influenza, diagnosis klinis cukup akurat khususnya
pada kelompok pasien dewasa dengan akurasi hingga 90%[13,14]. Namun, pada kondisi
tertentu (misalnya pada pasien yang dirawat di rumah rawat atau pada anak-anak),
diagnosis banding berikut ini perlu dipertimbangkan:
- Infeksi respiratory syncytial virus (RSV)
- Pneumonia bakterial
- Faringitis streptokokal
- Infeksi virus parainfluenza
- Infeksi adenovirus
- Infeksi virus dengue
- Infeksi HIV/AIDS
- Pertusis
- Meningitis
- Malaria
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini jarang dilakukan pada kasus influenza ringan karena diagnosis
biasanya dapat ditegakkan cukup jelas dengan menggunakan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengidentifikasi tipe strain virus
influenza yang biasanya hanya diperlakukan pada kasus epidemic ataupun pandemic.
Pemeriksaan penunjang meliputi:
a.Uji Diagnostik Cepat Influenza
Pemeriksaan immunoassay untuk mengenali antigen nukleoprotein virus tipe A dan B
dari spesimen sekret jalan napas. Sensitivitas uji diagnostik cepat influenza:
- Sensitivitas bervariasi antara 40-80% dibandingkan kultur virus
- Sensitivitas pada anak-anak lebih tinggi sehubungan dengan jumlah virus yang
dikandung dalam sekret hidung anak-anak dibanding dewasa
- Sensitivitas lebih tinggi pada hari-hari pertama sejak mulai muncul gejala
b. Uji Diagnostik Molekuler
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi asam nukleat virus dari specimen dengan
teknik hibridisasi asam nukleat dan polymerase chain reaction (PCR).
c. Pemeriksaan Serologi
Berguna dalam diagnosis retrospektif infeksi influenza menggunakan teknik fiksasi
komplemen dan inhibisi hemaglutinasi. Pemeriksaan ini memerlukan perbandingan
serum specimen akut dan konvalesen dengan jarak pengumpulan specimen 10-20 hari.
Diagnosis, Treatment, and Rehabilitation (including in the area of nutrition)
- Diagnosis influenza sering bergantung pada gambaran klinis saja, namun tes
laboratorium seperti uji diagnostik cepat influenza dapat membantu untuk
mengkonfirmasi diagnosis influenza dan untuk memantau pengembangan
epidemi.
- Anamnesis
- Gejala sistemik yang muncul mendadak setelah 1-2 hari periode inkubasi, yang
ditandai oleh demam, menggigil, nyeri otot, sakit kepala, lemas, dan penurunan
nafsu makan. Keluhan pernapasan seperti batuk kering, nyeri tenggorok, dan
pilek dapat terjadi bersamaan dengan gejala sistemik, namun yang lebih menjadi
keluhan utama biasanya adalah gejala sistemik dibandingkan gejala pernapasan.
- Nyeri otot terutama dikeluhkan pada tungkai dan lengan atau otot punggung.
Nyeri sendi tanpa disertai tanda-tanda radang sendi. Nyeri pada mata khususnya
saat melihat ke samping dan disertai rasa terbakar atau peningkatan produksi air
mata.
Treatment and rehabilitation
1. Penatalaksanaan untuk sebagian besar pasien dengan infeksi influenza adalah
pengobatan suportif dengan istirahat, paracetamol dan hidrasi cukup.
Penatalaksanaan influenza mencakup pengenalan dini komplikasi seperti
pneumonia dan pengobatan yang tepat. Obat antivirus tertentu tersedia influenza
namun memberikan sedikit pengurangan gejala atau durasi penyakit.

2. Penanganan Pertama
3. Banyak beristirahat dan hindari kontak dengan orang lain
4. Cukupi kebutuhan cairan dengan banyak minum
5. Konsumsi paracetamol atau ibuprofen untuk mengurangi gejala sistemik
Risk factors and Prevention (including in the area of nutrition)
Faktor Risiko Influenza
a) Secara umum, vaksinasi influenza disarankan untuk semua individu berusia
diatas 6 bulan. Namun, pada individu yang berisiko tinggi mengalami
komplikasi atau kontak langsung dengan individu yang berisiko tinggi tersebut,
prioritas vaksinasi harus dipertimbangkan ulang:
b) Usia 6-59 bulan dan diatas 50 tahun
c) Memiliki komorbiditas berupa riwayat penyakit paru kronik (termasuk asma),
penyakit jantung, ginjal, hati, kelainan darah (termasuk anemia sel sabit),
gangguan metabolik (termasuk diabetes melitus 1 atau diabetes melitus 2),
penyakit saraf, neuromuskular, dan gangguan perkembangan (termasuk kelainan
pada otak, saraf spinal, saraf tepi, dan otot; seperti palsi serebral, epilepsi, stroke,
retardasi mental), keterlambatan perkembangan, distrofi otot, dan cedera spinal
d) Dalam kondisi imunosupresi (terkait obat maupun infeksi HIV)
e) Dalam kondisi hamil saat musim flu
f) Usia 6 bulan hingga 18 tahun dan menerima terapi aspirin jangka Panjang
g) Tinggal di rumah perawatan, panti jompo, atau fasilitas perawatan kronik lain
h) Indeks massa tubuh (IMT) ≥ 40 kg/m2 untuk dewasa; atau IMT > +2.33 standar
deviasi untuk anak-anak
i) Petugas kesehatan yang merawat pasien berisiko tinggi influenza
j) Kontak erat dari anak di bawah usia 5 tahun atau dewasa diatas 50 tahun
k) Kontak erat dari individu yang memiliki komorbiditas.
Prevention
Edukasi upaya pencegahan influenza mengharuskan menjaga kebersihan seperti
kebiasaan mencuci tangan dan menghindari menyentuh hidung dan mulut perlu
digalakkan, bersama dengan orang-orang yang terinfeksi influenza yang menghindari
kontak dekat dengan orang lain seperti izin tidak masuk kantor atau sekolah.

KELOMPOK 7
VARICELLA (CACAR AIR)
Varicella adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh varicella zoster virus
(VZV). Infeksi berulang dapat mengakibatkan terjadinya herpes zoster, dimana telah
dikenal sejak lama. Infeksi varicella primer (cacar air) susah dibedakan dengan cacar
sampai akhir abad ke-19. Pada tahun 1875, Steiner menunjukkan bahwa cacar air
disebabkan oleh cairan vesikula yang berasal dari pasien dengan akut varicella.
Secara epidemiologi global Sebelum adanya vaksin varicella, tercatat sekitar 4 juta
kasus epidemi varicella di Amerika Serikat setiap musim dingin dan musim semi . Sejak
diperkenalkan vaksin varicella anak pada tahun 1995, angka kejadian varicella di
Amerika Serikat menurun hingga 90% disertai penurunan angka mortalitas sekitar
66%.  Dan juga jika di tinjau dari epidemiologi di Indonesia Di Indonesia sendiri belum
ada pencatatan data mengenai angka kejadian varicella secara nasional. Pada tahun
2011, Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro mencatat 1.370 warga terkena infeksi
cacar air (varicella) .
Etiologi varicella :
Etiologi cacar air (varicella) adalah infeksi varicella-zoster virus (VZV). Varicella-
zoster virus (VZV). merupakan salah satu dari 8 jenis Herpesvirus dari famili
Herpesviridae. Inang dari virus ini hanya terbatas pada manusia dan primata
(simian). Stuktur partikel virus (virion) varicella-zoster berukuran 120-300 nm.
Genom virus ini berukuran 125 kb (kilo-basa). Virion terdiri dari glikoprotein,
kapsid, amplop (selubung) virus, dan nukleokapsid yang melindungi bagian inti
berisi DNA genom utas ganda.
Kronologi varicella :
1. Fase prodoromal
Fase prodromal infeksi dapat dimulai empat sampai enam hari setelah terpapar
ketika virus berpindah dari tempat awal infeksi (saluran pernapasan dan/atau
mata) ke kelenjar getah bening. Dari sana, virus akan menyebar ke aliran darah
dan memicu gejala awal seperti flu. Ini disebut sebagai viremia primer.
2. Viremia Sekunder (Stadium Blister)
Ini adalah tahap di mana virus akan menyerang lapisan kulit paling atas, yang
dikenal sebagai epidermis, serta pembuluh darah kecil yang melintasi lapisan
epidermis. Infeksi ini akan memicu penumpukan cairan secara cepat tepat di
bawah permukaan kulit dan pembentukan lepuh kecil berisi cairan yang dikenal
sebagai vesikel.
Demam merupakan karakteristik dari viremia sekunder, biasanya ringan dan
mudah diobati dengan Tylenol (acetaminophen/paracetamol).
3. Luka mulut ( enathem )
Bahkan sebelum perkembangan vesikel kulit, mungkin ada wabah lepuh pada
selaput lendir mulut (disebut sebagai enathem). Sementara mereka dipicu
dengan cara yang sama seperti pada kulit, lesi oral . sering terlihat seperti butiran
kecil pasir putih yang dikelilingi oleh cincin merah.
4. Ruam tahap awal
Ruam akan mulai sebagai titik-titik merah kecil di wajah, kulit kepala, dada, dan
lengan serta kaki bagian atas. Setelah itu, lepuh akan menyebar dengan cepat,
menutupi sebagian besar tubuh dalam waktu 10 hingga 12 jam. Gatal pada tahap
ini akan sering menjadi intens.
5. Pembentukan pustula
Saat infeksi berlanjut, pertempuran kekebalan tubuh dapat menyebabkan
pembentukan nanah di lenting. Nanah pada dasarnya terdiri atas sel darah putih
dan kuman yang dikombinasikan dengan sisa-sisa jaringan dan cairan tubuh.
6. Umbilikasi dan bekas luka
Setelah empat sampai lima hari, lepuh akan pecah dan mulai mengerut lalu
mengering membentuk sedikit lekukan yang disebut umbilikasi. Risiko
penularan penyakit akan berangsur-angsur berkurang dan penyembuhan akan
dimulai. Namun, kita harus tetap waspada karena luka terbuka atau ulserasi
rentan terhadap infeksi. Paling sering infeksi ikutan ini disebabkan bakteri
stafilokokus atau streptokokus.
Tanda tanda dan gejala pada penyakit cacar air :
• Gejala : Demam , Pilek , cepat merasa lelah, lesu, dan lemah .
• Tanda – tanda : Terdapat ruam kemerahan pada kulit, lalu berubah menjadi
lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam terasa agak nyeri atau gatal .
Munculnya ruam/ bintil tidak dalam waktu yang bersamaan
Komplikasi pada penyakit vericela :
Pada orang dewasa demam dan gejala konstitusi biasanya lebih berat dan berlangsung
lebih lama, ruam varicella lebih luas, dan komplikasi lebih sering terjadi. Varicella
pada kehamilan mengancam ibu dan janinnya.
Pengobatan dan rehabilitas pada penyakit varicella dapat di lakukan dalam beberapa
cara yaitu dengan Penggunaan obat Antipruritic topikal (Mengurangi rasa gatal pada
kulit) dan Penggunaan obat Analgetik dan obat Antiinflamasi (Membantu mengurangi
demam dan mengurangi peradangan) .
Beberapa cara yang di lakukan untuk mecegah terjadinya varicella adalah dengan
mengdeukasi masyrakat tentang ap aitu varicella dan melakukan vaksinasi untuk virus
varicella .

Anda mungkin juga menyukai