DISUSUN OLEH:
PUTRI PUSPITA MEGANINGRUM
(6511419098)
KELOMPOK 3
Diare (Bakteri)
DEFINISI
BAB dengan feses tidak berbentuk /cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24
jam.
EPIDEMIOLOGI
A. Penyebaran Kuman
Melalui fecal oral : makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak
langsung dengan tinja penderita.
B. Faktor Penjamu
Tidak memberikan ASI sampai dua tahun, kurang gizi, campak, immunodefisiensi, dan
secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.
C. Faktor Lingkungan Dan Perilaku
Faktor dominan : sarana air bersih dan pembuangan tinja.
PATOFISIOLOGI
- Malabsorbsi asam lemak dan lemak
- Gangguan permeabilitas usus
- Motilitas dan waktu transit usus abnormal
- Defek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit
- Osmolaritas intrluminal yang meninggi (diare osmotik)
- Sekresi cairan dan elektrolit yang meninggi (diare sekretorik)
- Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik)
- Infeksi dinding usus (diare infeksi)
- Diare menjadi penyebab utama kematian di Indonesia, CFRnya hamper
mencapai 1,7% pada 2009 – 2010
KLASIFIKASI
- Diare akut (disentri, kolera, akut)
- DIare kronik (persisten, kronik)
ETIOLOGI
Invasif : shigellia, salmonella, dll
Non-Invasif : e.colli, clostridium difficile, bacillus cereus, dll
Rehidras oral atau parental, antibiotic, obat anti diare, makanan probiotik. Makanan
yang melalui proses fermentasi sangat disarankan karena mengandung bakteri baik yang
bantu pencernaan.
LANGKAH PREVENTIF
Cuci tangan, jaga kebersihan, pemberian ASI, MPASI, gizi seimbang, pola hidup sehat.
a) Pemberian suplementasi seng-probiotik bersamaan berpengaruh dalam
memberikan rerata perlindungan terhadap terjadinya diare berulang lebih lama.
b) Jenis lantai rumah memiliki pengaruh terhadap penyakit diare : lantai yang tidak
kedap air akan mudah berdebu saat kemarau dan mudah basah saat hujan, hal itu
menyebabkan kuman berkembangbiak dengan cepat.
KELOMPOK 4
TUBERKULOSIS
TBC adalah penyakit menular yang menyerang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosa.
Tidak hanya menyerang paru. Namun juga selaput otak, tulang, usus.
Epidemiologi Tuberkulosis paru (TB paru) di Indonesia masih cukup tinggi. TB
merupakan salah satu dari sepuluh tertinggi penyebab kematian di seluruh dunia. TB
merupakan salah satu dari sepuluh tertinggi penyebab kematian di seluruh dunia. Sekitar
dua milyar orang atau 1/3 penduduk dunia diperkirakan terkena TB laten.
Klasifikasi TB:
Klasifikasi tuberkulosis berdasarkan organ tubuh yang terkena, yaitu:
- Tuberkulosis paru, adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim)
paru.
- Tuberkulosis ekstra paru, adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dan lain-lain.
Kronologi:
Kuman Mycobacterium tuberculosis dengan lebar 0,3-0,6 µm dan panjang 1- 4 µm
sangat mudah masuk ke paru-paru hingga mencapai alveolus. Kuman ini terkandung
dalam partikel udara yang disebut droplet, dan dihasilkan saat individu yang terinfeksi
TB batuk dan bersin. Apabila individu sehat menghirup droplet tersebut, maka kuman
TB akan masuk ke dalam saluran pernafasan hingga alveolus.
Gejala: batuk lebih dari 2 minggu disertai darah, berkeringat di malam hari tanpa
aktivitas, suhu lebih 38 derajat, bb menurun.
Dampak:
Individu :
1. Biologis, adanya kelemahan fisik secara umum sesak napas, nyeri dada, tidak
memiliki nafsu makan, berat badan menurun dan panas
2. Psikologis, mudah tersinggung, putus asa
3. Sosial, ada perasaan rendah diri
4. Produktivitas menurun oleh karena kelemahan fisik
Lingkungan:
Resiko penularan pada anggota keluarga lain atau masyarakat sekitar.
Komplikasi:
Komplikasi tuberkulosis kerap menyerang ginjal melalui infeksi bagian luar (cortex)
yang secara perlahan menginfeksi hingga ke bagian yang lebih dalam (medula). Kondisi
ini menimbulkan komplikasi lain, seperti penumpukan kalsium, hipertensi,
pembentukan jaringan nanah, hingga gagal ginjal.
KELOMPOK 5
DEMAM TIFOID
Tifoid adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi kuman
Salmonella thypi dan Salmonella parathypi, yang banyak ditemukan pada makanan
terkontaminasi, air dan selokan.
Epidemiologi: Di Indonesia, tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun, sehingga tidak
terlihat adanya hubungan antara perubahan musim dan peningkatan jumlah kasus tifoid.
Dari data CDC tahun 2013, Demam tifoid di negara maju terjadi mencapai 5.700 kasus
setiap tahunnya, sedangkan di negara-negara berkembang demam tifoid mempengaruhi
sekitar 21,5 juta orang per tahun. Prevalensi demam tifoid di negara Indonesia sebesar
1,60% tertinggi terjadi pada kelompok usia 5-14 tahun.
Distribusi: Salah satu kelompok bakteri fekal-oral yang menyebabkan penyakit yang
kejadiannya ditentukan oleh standart higiene. Kejadiannya dapat digunakan sebagai
indikator tingkat higiene masyarakat. Di Indonesia banyak ditemukan, pada semua umur
(terutama umur 5-9 tahun).
Klasifikasi :
- Demam tifoid akut non komplikasi
- Demam tifoid dengan komplikasi: demam tifoid akut keadaan mungkin dapat
berkembang menjadi komplikasi parah.
- Keadaan karier: tergantung umur pasien. Karier tifoid bersifat kronis dalam hal
sekresi "almenella typhi difeses.
Etiologi:
- Tifoid disebabkan oleh bakteri S. typhi, S. paratyphi A, B, dan C.
- Mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan kuman
Salmonella.
- Melalui kotoran manusia yang memang terinfeksi oleh kuman Salmonella.
Pathways:
Penularan terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh tinja dan
urin penderita/carier. Lalat dapat juga berperan sebagai vektor mekanis merupakan
perantara penularan, memindahkan mikroorganisme dari tinja ke makanan. Di
dalam makanan, mikroorganisme berkembang biak memperbanyak diri. Bakteri S.
typhi dapat bertahan lama dalam makanan.
Bakteri yang masuk ke dalam lambung, sebagian akan dimusnahkan oleh asam
lambung, sebagian lagi akan masuk ke dalam usus, kemudian berkembang biak.
Apabila respon immunitas (Imunoglobulin A) usus kurang baik maka bakteri akan
menembus sel-sel epitel (terutama sel M), selanjutnya ke lamina propria. Bakteri
berkembang biak dan ditelan oleh sel-sel fagosit terutama makrofag. Bakteri dapat
hidup di dalam makrofag, kemudian dibawa ke Plaques peyeri di illeum distal.
Selanjutnya ke kelenjar getah bening mesenterika. Melalui duktus torasikus, bakteri
yang terdapat di dalam makrofag masuk ke dalam sirkulasi darah mengakibatkan
bakteremia pertama yang tidak menimbulkan gejala. Selanjutnya menyebar ke organ
retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini bakteri
meninggalkan sel-sel fagosit dan berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid,
kemudian masuk lagi ke dalam sirkulasi darah dan menyebabkan bakteremia yang
kedua yang menimbulkan gejala dan tanda penyakit infeksi.
Faktor Risiko
- Kebiasaan jajan
- Cara makan
- Pengetahuan
- Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
- Kebiasaan makan sayuran mentah
- Riwayat demam tifoid
Pencegahan:
- Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan.
- Beri penjelasan yang cukup kepada penderita, penderita yang sudah sembuh, dan
carrier.
- Buanglah kotoran pada jamban yang saniter dan tidak terjangkau oleh lalat.
- Lindungi sumber air masyarakat dari kemungkinan terkontaminasi.
Penatalaksanaan (Trilogi penatalaksanaan):
- Istirahat tirah baring dan perawatan profesional
- Diet
- Pemberian antibiotic
Kebutuhan Nutrisi
Keadaan pasien: diet yang diberikan ialah makanan yang mengandung cukup cairan,
rendah serat, tinggi protein, dan tidak menimbulkan gas.
Jika keadaan pasien masih baik, diberikan makanan lunak. Penyebab kekurangan nutrisi
pada pasien demam typhoid adalah penurunan nafsu makan yang di tandai dengan mual,
muntah karena adanya rangsangan di medulla oblongata.
Pada mulanya penderita typhoid, dapat diberikan bubur saring kemudian bubur kasar
untuk menghindari komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus.
Manifestasi Klinis
- Masa inkubasi demam tifoid antara 3-21 minggu
- Pada minggu pertama ditemukan keluhan dengan gejala yang mirip penyakit
infeksi akut pada umumnya, seperti : demam, nyeri kepala, anoreksia, mual,
batuk dan epitaksis
- Pada minggu kedua gejala lebih jelas berupa demam bradikardi relatif, lidah
yang berselaput, hepatomegali, splenomegali, dan gangguan mental.
- Pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh meningkat.
Komplikasi
- Pendarahan saluran cerna
Kondisi tersebut juga bisa menyebabkan keluarnya darah dari anus, mual dan muntah
hebat, wajah pucat, badan lemas dan lemah, pusing, serta sesak napas.
- Hypovolemia
Kondisi ini terjadi ketika seseorang kehilangan 20% pasokan darah atau cairan dari
dalam tubuh.
KELOMPOK 6
INFLUENZA
Influenza merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA dari familia
Orthomyxoviridae.
Epidemiologi influenza
Serangan penyakit ini tercatat paling tinggi pada musim dingin di negara beriklim
dingin dan pada waktu musim hujan di negara tropik. Pada saat ini sudah diketahui
bahwa pada umumnya dunia dilanda pandemi oleh influenza 2-3 tahun sekali. Jumlah
kematian pada pandemi ini dapat mencapai puluhan ribu orang dan jauh lebih tinggi
dari pada angka-angka pada keadaan non-epidemik.
1. Variasi musim
Influenza menyebar ke seluruh dunia dalam epidemi musiman, yang menimbulkan
kematian 250.000 dan 500.000 orang setiap tahunnya, bahkan sampai jutaan orang pada
beberapa tahun pandemik.
Pada contoh kasus di Amerika Serikat Rata-rata 41.400 orang meninggal tiap tahunnya
dalam kurun waktu antara tahun 1979 sampai 2001 karena influenza. Saat ini mereka
melaporkan bahwa terdapat kisaran angka kematian mulai dari 3.300 sampai 49.000
kematian per tahunnya.
2. Penyebaran Epidemi dan Pandemi
Karena influenza disebabkan berbagai spesies dan galur virus setiap tahunnya, beberapa
galur dapat musnah sementara galur yang lainnya menimbulkan epidemi, sementara
galur yang lainnya menyebabkan pandemi.
Biasanya, dua musim flu tahunan . terdapat tiga sampai lima juta kasus berat dan sampai
500.000 kematian di seluruh dunia, yang memenuhi kriteria epidemi influenza tahunan.
Kurang lebih tiga kali dalam satu abad, terjadi pandemi, yang akan menginfeksi
sebagian besar populasi dunia dan dapat menyebabkan kematian jutaan orang. Satu
penelitian memperkirakan apabila suatu galur dengan virulensi yang sama dengan
influenza 1918 muncul saat ini, maka virus tersebut dapat membunuh 50 sampai 80 juta
orang.
Klasifikasi Influenza
1. Influenza A
Virus tipe A merupakan patogen manusia paling virulen di antara ketiga tipe influenza
dan menimbulkan penyakit yang paling berat. Semua subtipe dari virus influenza A ini
dapat menginfeksi unggas yang merupakan pejamu alaminya, sehingga virus influenza
tipe A disebut juga sebagai avian influenza atau flu burung. Sebagian virus influenza A
juga menyerang manusia, anjing, kuda dan babi. Variasi virus ini sering dinamai dengan
hewan yang terserang, seperti flu burung, flu manusia, flu babi, flu kuda dan flu anjing.
2. Influenza B
Jenis influenza ini mengalami mutasi 2-3 kali lebih lambat dibandingkan tipe A dan
oleh karenanya keragaman genetiknya lebih sedikit, hanya terdapat satu serotipe
influenza B. walaupun Tipe B memiliki tingkat bahaya yang lebih rendah dibandingkan
dengan A, akan tetapi masih memiliki kemungkinan untuk berkembang menjadi virus
mematikan. Influenza tipe ini digolongkan tidak memiliki potensi untuk menjadi wabah.
3. Influenza C
Merupakan jenis virus yang paling ringan diantara virus A dan B. hanya menyerang
manusia dan tidak menyebabkan epidemi.
Etiology
Etiologi penyakit influenza adalah virus influenza. Ada 3 tipe virus influenza, yaitu tipe
A, B, dan C. Penyakit influenza terjadi akibat infeksi virus influenza tipe A atau B.
Virus influenza memiliki 2 antigen protein pada permukaannya, yang dikenal dengan
komponen hemagglutinin (HA) dan neuraminidase (NA).Perubahan pada kedua antigen
tersebut membuat virus ini labil. Antigenic shift atau perubahan kecil pada kedua
antigen tersebut terjadi setiap musim.
Chronology
Pada awalnya influenza ditularkan melalui udara lewat batuk atau bersin, yang akan
menimbulkan aerosol yang mengandung virus. Influenza juga dapat ditularkan melalui
kontak langsung dengan tinja burung atau ingus, atau melalui kontak dengan permukaan
yang telah terkontaminasi. Aerosol yang terbawa oleh udara diduga menimbulkan
sebagian besar infeksi, walaupun jalur penularan mana yang paling berperan dalam
penyakin ini belum jelas betul. Virus influenza dapat diinaktivasi oleh sinar matahari,
disinfektan, dan deterjen. Sering mencuci tangan akan mengurangi risiko infeksi karena
virus dapat diinaktivasi dengan sabun.
Cara penyebaran :
- Melalui uap air udara pernapasan (batuk atau bersin).
- Melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi (selimut atau pegangan
pintu).
- Melalui air liur (berciuman atau minuman bersama).
- Melalui kontak kulit (jabat tangan atau pelukan).
Secara sederhana, virus influenza mudah tersebar melalui perantara udara. Orang yang
memiliki sakit influenza bisa menularkannya ke orang lain yang sehat hingga sekitar 2
meter jauhnya. Banyak orang beranggapan bahwa penyebaran influenza ini terjadi
karena tetesan liur yang keluar dari pengidap ketika batuk atau bersin, bahkan ketika
berbicara. Tetesan liur ini menempel di hidung atau mulut orang lain yang berada di
sekitarnya, bisa juga terhirup dan masuk ke dalam paru-paru. Cara virus ini menular
bisa dengan menyentuh permukaan atau benda yang telah terkontaminasi virus dan
kemudian menyentuhkan pada mulut atau hidung. Cara penularan yang kedua ini lebih
jarang terjadi.
Penularan terjadi pada seseorang dalam tiga hingga empat hari setelah terjadinya
kontaminasi untuk kasus flu yang berat. Kebanyakan orang dewasa sehat bisa
menginfeksi orang lain mulai dari sehari sebelum gejala muncul dan antara 5 hingga 7
hari setelah penyakit sepenuhnya menginfeksi tubuh. Anak-anak dan orang dengan
sistem imunitas tubuh yang lemah bisa menularkan virus selama lebih dari 7 hari.
Gejala influenza mulai muncul sekitar 2 hari setelah penularan, bisa juga antara 1
hingga 4 hari. Artinya, penularan virus ini dapat terjadi bahkan sebelum kamu tahu telah
terinfeksi, bisa juga ketika kamu sudah mengalami flu ini. Pasalnya, beberapa orang
yang terinfeksi influenza tidak menunjukkan adanya gejala, dan selama periode ini
penularan dan penyebaran virus masih mungkin terjadi.
Clinical Manifestation
Gejala dan tanda dari influenza dapat dimulai dengan cepat, satu sampai dua hari setelah
infeksi. Biasanya gejala pertama adalah menggigil atau perasaan dingin, tetapi demam
juga sering terjadi pada awal infeksi, dengan temperatur tubuh berkisar 38-39°C
(kurang lebih 100-103 °F). Banyak orang merasa begitu sakit sehingga mereka tidak
dapat bangun dari tempati tidur selama beberapa hari, dengan rasa sakit dan nyeri
sekujur tubuh, yang terasa lebih berat pada daerah punggung dan kaki.
2. Penanganan Pertama
3. Banyak beristirahat dan hindari kontak dengan orang lain
4. Cukupi kebutuhan cairan dengan banyak minum
5. Konsumsi paracetamol atau ibuprofen untuk mengurangi gejala sistemik
Risk factors and Prevention (including in the area of nutrition)
Faktor Risiko Influenza
a) Secara umum, vaksinasi influenza disarankan untuk semua individu berusia
diatas 6 bulan. Namun, pada individu yang berisiko tinggi mengalami
komplikasi atau kontak langsung dengan individu yang berisiko tinggi tersebut,
prioritas vaksinasi harus dipertimbangkan ulang:
b) Usia 6-59 bulan dan diatas 50 tahun
c) Memiliki komorbiditas berupa riwayat penyakit paru kronik (termasuk asma),
penyakit jantung, ginjal, hati, kelainan darah (termasuk anemia sel sabit),
gangguan metabolik (termasuk diabetes melitus 1 atau diabetes melitus 2),
penyakit saraf, neuromuskular, dan gangguan perkembangan (termasuk kelainan
pada otak, saraf spinal, saraf tepi, dan otot; seperti palsi serebral, epilepsi, stroke,
retardasi mental), keterlambatan perkembangan, distrofi otot, dan cedera spinal
d) Dalam kondisi imunosupresi (terkait obat maupun infeksi HIV)
e) Dalam kondisi hamil saat musim flu
f) Usia 6 bulan hingga 18 tahun dan menerima terapi aspirin jangka Panjang
g) Tinggal di rumah perawatan, panti jompo, atau fasilitas perawatan kronik lain
h) Indeks massa tubuh (IMT) ≥ 40 kg/m2 untuk dewasa; atau IMT > +2.33 standar
deviasi untuk anak-anak
i) Petugas kesehatan yang merawat pasien berisiko tinggi influenza
j) Kontak erat dari anak di bawah usia 5 tahun atau dewasa diatas 50 tahun
k) Kontak erat dari individu yang memiliki komorbiditas.
Prevention
Edukasi upaya pencegahan influenza mengharuskan menjaga kebersihan seperti
kebiasaan mencuci tangan dan menghindari menyentuh hidung dan mulut perlu
digalakkan, bersama dengan orang-orang yang terinfeksi influenza yang menghindari
kontak dekat dengan orang lain seperti izin tidak masuk kantor atau sekolah.
KELOMPOK 7
VARICELLA (CACAR AIR)
Varicella adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh varicella zoster virus
(VZV). Infeksi berulang dapat mengakibatkan terjadinya herpes zoster, dimana telah
dikenal sejak lama. Infeksi varicella primer (cacar air) susah dibedakan dengan cacar
sampai akhir abad ke-19. Pada tahun 1875, Steiner menunjukkan bahwa cacar air
disebabkan oleh cairan vesikula yang berasal dari pasien dengan akut varicella.
Secara epidemiologi global Sebelum adanya vaksin varicella, tercatat sekitar 4 juta
kasus epidemi varicella di Amerika Serikat setiap musim dingin dan musim semi . Sejak
diperkenalkan vaksin varicella anak pada tahun 1995, angka kejadian varicella di
Amerika Serikat menurun hingga 90% disertai penurunan angka mortalitas sekitar
66%. Dan juga jika di tinjau dari epidemiologi di Indonesia Di Indonesia sendiri belum
ada pencatatan data mengenai angka kejadian varicella secara nasional. Pada tahun
2011, Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro mencatat 1.370 warga terkena infeksi
cacar air (varicella) .
Etiologi varicella :
Etiologi cacar air (varicella) adalah infeksi varicella-zoster virus (VZV). Varicella-
zoster virus (VZV). merupakan salah satu dari 8 jenis Herpesvirus dari famili
Herpesviridae. Inang dari virus ini hanya terbatas pada manusia dan primata
(simian). Stuktur partikel virus (virion) varicella-zoster berukuran 120-300 nm.
Genom virus ini berukuran 125 kb (kilo-basa). Virion terdiri dari glikoprotein,
kapsid, amplop (selubung) virus, dan nukleokapsid yang melindungi bagian inti
berisi DNA genom utas ganda.
Kronologi varicella :
1. Fase prodoromal
Fase prodromal infeksi dapat dimulai empat sampai enam hari setelah terpapar
ketika virus berpindah dari tempat awal infeksi (saluran pernapasan dan/atau
mata) ke kelenjar getah bening. Dari sana, virus akan menyebar ke aliran darah
dan memicu gejala awal seperti flu. Ini disebut sebagai viremia primer.
2. Viremia Sekunder (Stadium Blister)
Ini adalah tahap di mana virus akan menyerang lapisan kulit paling atas, yang
dikenal sebagai epidermis, serta pembuluh darah kecil yang melintasi lapisan
epidermis. Infeksi ini akan memicu penumpukan cairan secara cepat tepat di
bawah permukaan kulit dan pembentukan lepuh kecil berisi cairan yang dikenal
sebagai vesikel.
Demam merupakan karakteristik dari viremia sekunder, biasanya ringan dan
mudah diobati dengan Tylenol (acetaminophen/paracetamol).
3. Luka mulut ( enathem )
Bahkan sebelum perkembangan vesikel kulit, mungkin ada wabah lepuh pada
selaput lendir mulut (disebut sebagai enathem). Sementara mereka dipicu
dengan cara yang sama seperti pada kulit, lesi oral . sering terlihat seperti butiran
kecil pasir putih yang dikelilingi oleh cincin merah.
4. Ruam tahap awal
Ruam akan mulai sebagai titik-titik merah kecil di wajah, kulit kepala, dada, dan
lengan serta kaki bagian atas. Setelah itu, lepuh akan menyebar dengan cepat,
menutupi sebagian besar tubuh dalam waktu 10 hingga 12 jam. Gatal pada tahap
ini akan sering menjadi intens.
5. Pembentukan pustula
Saat infeksi berlanjut, pertempuran kekebalan tubuh dapat menyebabkan
pembentukan nanah di lenting. Nanah pada dasarnya terdiri atas sel darah putih
dan kuman yang dikombinasikan dengan sisa-sisa jaringan dan cairan tubuh.
6. Umbilikasi dan bekas luka
Setelah empat sampai lima hari, lepuh akan pecah dan mulai mengerut lalu
mengering membentuk sedikit lekukan yang disebut umbilikasi. Risiko
penularan penyakit akan berangsur-angsur berkurang dan penyembuhan akan
dimulai. Namun, kita harus tetap waspada karena luka terbuka atau ulserasi
rentan terhadap infeksi. Paling sering infeksi ikutan ini disebabkan bakteri
stafilokokus atau streptokokus.
Tanda tanda dan gejala pada penyakit cacar air :
• Gejala : Demam , Pilek , cepat merasa lelah, lesu, dan lemah .
• Tanda – tanda : Terdapat ruam kemerahan pada kulit, lalu berubah menjadi
lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam terasa agak nyeri atau gatal .
Munculnya ruam/ bintil tidak dalam waktu yang bersamaan
Komplikasi pada penyakit vericela :
Pada orang dewasa demam dan gejala konstitusi biasanya lebih berat dan berlangsung
lebih lama, ruam varicella lebih luas, dan komplikasi lebih sering terjadi. Varicella
pada kehamilan mengancam ibu dan janinnya.
Pengobatan dan rehabilitas pada penyakit varicella dapat di lakukan dalam beberapa
cara yaitu dengan Penggunaan obat Antipruritic topikal (Mengurangi rasa gatal pada
kulit) dan Penggunaan obat Analgetik dan obat Antiinflamasi (Membantu mengurangi
demam dan mengurangi peradangan) .
Beberapa cara yang di lakukan untuk mecegah terjadinya varicella adalah dengan
mengdeukasi masyrakat tentang ap aitu varicella dan melakukan vaksinasi untuk virus
varicella .