Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

PEMISAHAN SENYAWA FENOLIK DALAM MINYAK CENGKEH

I. TUJUAN
1. Dapat memahami prinsip ekstraksi cair-cair dengan corong pisah.
2. Dapat melakukan pemisahan senyawa fenolik dalam minyak cengkeh.
3. Dapat memahami dan melakukan analisis kualitatif senyawa fenolik dengan metode
metode penggaraman.
II. DASAR TEORI

Senyawa fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Fenolik
memiliki cincin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi (OH -) dan gugus-gugus lain
penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama senyawa induknya, fenol. Senyawa
fenol kebanyakan memiliki gugus hidroksil lebih dari satu sehingga disebut polifenol. Senyawa
feniolik dialam terdapat sangat luas, mempunyai variasi struktur yang luas, mudah ditemukan di
semua tanaman, daun, bunga dan buah. Ribuan senyawa fenolik alam telah diketahui strukturnya
antara lain flavonoid, fenol monosiklik sederhana, fenil propanoid, polifenol (lignin, melanin,
tannin), dan kuinon fenolik (Indrawati,2013).

Minyak cengkeh adalah minyak yang berasal fari tanaman cengkeh. Minyak cengkeh
merupakan bahan aktif sebagai herbisida dimana efektif dalam membasmi berbagai jenis hama
tanaman. Selain itu, minyak cengkeh dapat digunakan untuk obat nyamuk. Minyak cengkeh
dianggap sangat aman dalam jumlah kecil (<1500ppm) sebagai makanan tambahan. Namun,
minyak cengkeh dapat berbahaya, termasuk menyebabkan distress sindrom pernafasan akut dan
system saraf pusat depresi (Anonim, 2009). Kandungan dalam cengkeh dapat dibedakan dari
jenis-jenis minyak cengkeh. Ada tiga jenis minyak cengkeh yaitu :

1. Minyak yang berasal dari bunga S. aromaticum


Kandungan dalam minyak cengkeh ini terdiri dari 60-90% eugenol, eugenyl
asetat, dan lainnya caryophyllena kecil konstituen.
2. Minyak yang berasal dari daun S. aromaticum
Kandungan dalam minyak cengkeh ini terdiri dari 82-88% eugenol dengan sedikit
atau tanpa eugenyl acetate, kecil dan konstituen.
3. Minyak yang berasal dari batang S. aromaticum
Kandungan dalam minyak cengkeh ini terdiri dari 90-95% eugenol, dengan
kontituen kecil lainnya (Kardinan, 2005).

Eugenol (C10H12O2), merupakan turunan guaiakol yang mendapat tambahan rantai alil,
dikenal dengan nama IUPAC 2-metoksi-4-(2-propenil) fenol. Ia dapat dikelompokkan dalam
keluarga alilbenzena dari senyawa-senyaw fenol. Warnanya bening hingga kuning pucat, kental
seperti minyak . Eugenol memiliki titik didih 256oC, titik leleh -9oC, densitas 1,06 g/cm3.Sumber
alaminya dari minyak cengkeh. Terdapat pula pada pala, kulit manis, dan salam. Eugenol sedikit
larut dalam air namun mudah larut pada pelarut organik. Aromanya menyegarkan dan pedas
seperti bunga cengkeh kering, sehingga sering menjadi komponen untuk menyegarkan mulut.
Senyawa ini dipakai dalam industri parfum, penyedap, minyak atsiri, dan farmasi sebagai
penyuci hama dan pembius lokal. Ia juga menjadi komponen utama dalam rokok kretek. Dalam
industri, eugenol dapat dipakai untuk membuat vanilin. Campuran eugenol dengan seng oksida
(ZnO) dipakai dalam kedokteran gigi untuk aplikasi restorasi (prostodontika). Turunan-turunan
eugenol dimanfaatkan dalam industri parfum dan penyedap pula. Metil eugenol digunakan
sebagai atraktan. Turunan lainnya dipakai sebagai penyerap UV, analgesika, biosida, dan
antiseptika. Pemanfaatan lainnya adalah sebagai stabilisator dan antioksidan dalam pembuatan
plastik dan karet. (Guenther,1987).

Secara umum ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan material lainnya, sedangkan ekstraksi senyawa bahan alam adalah
penyarian metabolit sekunder dari bagian tanaman atau organisme yang lain. Ekstraksi adalah
proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, biasanya dengan menggunakan pelarut.
Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada
kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran menyatakan bahwa pelarut polar
akan melarutkan solut yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar
atau disebut dengan “like dissolve like” (Vogel,1989).

Ekstraksi cair-cair (corong pisah) atau asam-basa merupakan pemisahan komponen kimia
di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase
pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi
dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair,
dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat
kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap (Vogel,1989).

Kromatografi melibatkan pemisahan terhadap campuran berdasarkan perbedaan-


perbedaan tertentu yang dimiliki oleh senyawanya. Perbedaan yang dapat dimanfaatkan meliputi
kelarutan dalam berbagai pelarut serta sifat polar. Kromatografi biasanya terdiri dari fase diam
(fase stasioner) dan fase gerak (fase mobile). Fase gerak membawa komponen suatu campuran
melalui fase diam, dan fase diam akan berikatan dengan komponen tersebut dengan afinitas yang
berbeda-beda. Jenis kromatografi yang berlainan bergantung pada perbedaan jenis fase, namun
semua jenis kromatografi tersebut berdasar pada asas yang sama(Michael,2005)

III. ALAT DAN BAHAN


Alat:

1. Corong pisah (1) 6. Pipet tetes (1)


2. Statif (1) 7. Lampu UV 254,366 (1)
3. Cawan porselin (1) 8. Kaca arloji (1)
4. Pipa kapiler (1) 9. Gelas ukur (2)
5. Chamber (1) 10. Beaker glass (1)

Bahan:
1. Minyak cengkeh 50 ml 5. Aquadest secukupnya
2. Petroleum Eter 10 ml 6. Silika gel GF254 1 buah
3. NaOH secukupnya 7. N-heksana 4 ml
4. HCl pekat secukupnya 8. Kloroform 6 ml

Gambar Alat:
statif
corong pisah

keran

beaker glass

IV. CARA KERJA


1. Pemisahan Senyawa Eugenol

V Minyak Cengkeh

dimasukkan ke

Corong Pisah

ditambahkkan

NaOH

hingga

Campuran pH 9

dikocok selama

10 menit

diambil

lapisan bawah
(garam)

ditambahkan

HCl

hingga

Campuran pH 3

dikocok hingga KLT


terbentuk
dilakukan uji
kabut
Eugenol Bebas
diambil (murni)

Lapisan atas tersisa


ditambahkan Petroleum eter
+ sisa garam
Petroleum Eter
menguap
(10 mL)

dikocok+dimasukan hingga
ke
Waterbath
cawan petri
diuapkan
diatas
2.Kromatografi Lapis Tipis

Eugenol bebas Fase Gerak


Kloroform : N-
heksana (2:3)
ditotolkan
ditambahkan ke
Fase diam
(Silika GF254) Chamber

hingga
dimasukkan ke
Chamber jenuh

spot naik
(fase gerak menyampai batas)

dihitung

RF

V. HASIL PENGAMATAN

NO PERLAKUAN HASIL
1. Penambahan NaOH ( 13ml ) pH = 9
2. Pengocokan ( Kurang Lebih 10 Lapisan terpisah menjadi 2 bagian, lapisan atas
Menit ) agak bening berwarna kuning dan lapisan bawah
agak pekat, lalu diambil lapisan bawah
3. Penambahan HCl 2 tetes Larutan berubah menjadi warna abu abu
4. Penambahan PE 1 ml Terpisah menjadi 2 lapisan. Lapisan atas lebih
bening dibandingkan lapisan bawah, dan yang
diambil lapisan bawah
5. Evaporasi pada waterbath Terbentuk cairan kental berwarna kuning kehijauan
6. KLT Terbentuk jarak tempuh noda 6,5 cm.
Nilai Rf = o,8125

VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum pemisahan senyawa fenolik dalam minyak cengkeh bertujuan untuk
memahami prinsip ekstraksi cai-cair dengan corong pisah, dapat melakukan pemisahan senyawa
fenolik dalam minyak cengkeh, dan dapat memahami serta melakukan analisis kualitatif senyawa
fenolik dengan metode metode penggaraman.

Pada praktikum ini akan dilakukan pemisahan senyawa fenolik dari minyak cengkeh
dengan menggunakan metode ekstraksi cair-cair. Prinsip dari ekstraksi cair-cair adalah
pemisahan komponen kimia diantara dua fase pelarut yang saling tidak bercampur dimana
sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase
yang mengandung zat terdispersi di kocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna
dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.
Kelebihan dari metode ekstraksi ini adalah kehilangan pelarutnya sedikit, waktu ekstraksinya
pendek dan dapat digunakan untuk ekstraksi dalam skala kecil maupun besar. Sementara
kekurangan dari ektraksi ini adalah dibutuhkan ketelitian dalam melakukan ekstraksi. Dalam
ekstraksi ini digunakan alat berupa corong pisah, prinsip dari pemisahan dengan menggunakan
corong pisah didasarkan pada perbedaan berat jenis dan kepolaran suatu senyawa. Untuk
mendapatkan senyawa eugenol, digunakan metode penggaraman. Minyak daun cengkeh
mengandung senyawa utama lain selain eugenol dan kariofilena. Eugenol yang merupakan
senyawa paling banyak terkandung dalam minyak daun cengkeh. Dapat dipisahkan/diisolasi dari
komponen minyak daun cengkeh yang lain. Penambahan NaOH dalam minyak daun cengkeh
mengubah eugenol menjadi garam Na-eugenolat. Dengan bentuk garam yang memiliki sifat
polar, maka eugenol dalam bentuk Na-eugenolat dapat dengan mudah terpisah dari komponen
minyak daun cengkeh lain yang bersifat non polar. Perlakuan awal adalah penambahan NaOH ke
dalam minyak daun cengkeh. Pada reaksi antara NaOH dengan minyak daun cengkeh ini timbul
panas yang berarti reaksi berjalan eksotermis yaitu melepaskan panas. Reaksi yang terjadi
merupakan pembentukan garam Na-eugenolat. Reaksi penggantian gugus H+ dengan Na+ yang
berasal dari NaOH melepaskan energi yang muncul berupa panas.

Pada pemisahan senyawa eugenol, terjadi reaksi sebagai berikut:

NaOH + minyak cengkeh  Na eugenol (garam) + kariofillen (minyak)

Na eugenol + HCl  eugenol bebas (minyak) + garam

Penambahan NaOH bertujuan untuk membentuk garam fenolat yaitu Na eugenol yang
larut dalam air, penambahan ini dilakukan hingga pH larutan 9 agar kariofilen terpisah. NaOH
digunakan karena ion Na+ lebih kuat mengikat eugenol. Garam fenolat (Na Eugenol) memiliki
berat jenis lebih besar sehingga berada pada lapisan bawah, sementara kariofilen berada pada
lapisan atas. Garam fenolat yang berada dibawah diambil kemudian ditambah dengan HCl, HCl
yang ditambahkan bertujuan untuk mengikat senyawa non eugenol sehingga diperoleh eugenol
bebas,

Ekstraksi pelarut adalah metode pemisahan yang didasarkan pada kelarutan dua jenis
pelarut yang tidak saling campur, misalnya benzena, karbon teta klorida atau kloroform. Batasan
dari ekstraksi pelarut adalah dapat di transforkannya zat terlarut pada jumlah yang berbeda dalam
kedua fase terklorat. Bila dalam suatu sistem terdapat dua lapisan cairan yang tidak dapat
bercampur dan kemudian dimasukkan senyawa yang lain, maka senyawa tersebut akan
terdistribusi dalam dua lapisan cairan tersebut. Menurut hukum distribusi Nerst, jika C 1 adalah
konsentrasi zat terlarut dalam fase I dan C 2 adalah konsentrasi zat terlarut dalam fase 2, maka
perbandingan senyawa baru yang terdapat dalam larutan 1 dan 2 adalah:
K = C1/C2, dengan K = tetapan distribusi

Proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap, yaitu:

1. Pembentukan kompleks tak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi.


2. Distribusi dari kompleks yang tereksitasi.

3. Interaksinya yang mungkin dalam fase organik.

Hasil ekstraksi yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang kali
dengan jumlah pelarut sedikit demi sedikit. Ekstraksi pertahap baik digunakan jika perbandingan
distribusi besar. Alat yang digunakan pada ekstraksi ini adalah corong pemisah ( Underwood,
1986 ).

Dilakukan pengocokan pada setiap penambahan reagen bertujuan untuk mempercepat


pencampuran salain itu agar terjadi difusi antara pelarut dengan ekstrak sehingga senyawa yang
berbeda kepolarannya dapat terpisah. Lalu dilakukan pendiaman setelah proses pengocokan yang
berfungsi untuk memberikan waktu sehingga terbentuk dua fase larutan dengan kepolaran yang
berbeda. Pada saat proses pendiaman, tutup corong pisah dibuka bertujuan untuk mempercepat
reaksi. Pada percobaan ini digunakan petroleum eter sebagai pelarut yang dapat mengikat garam
residu (pengotor) yang masih terdapat dalam eugenol bebas. Proses selanjutnya adalah
menguapkan petroleum eter dengan penangas air sehingga diperoleh eugenol yang bebas dari
pelarut.

Setelah didapatkan hasil senyawa eugenol, kemudian dilakukan KLT. KLT adalah teknik
pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen tersebut
diantara 2 fase yaitu fase diam dan fase gerak. Prinsip kerja dari KLT adalah memisahkan
sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dan pelarut yang digunakan. Sebelum
dilakukan proses KLT dilakukan penjenuhan dengan cara memasukkan kertas saring ke dalam
gelas dan ditunggu sampai seluruh bagian kertas saring terbasahi oleh fase gerak. Tujuan dari
penjenuhan adalah menyamakan tekanan antara chamber denga fase gerak, sehingga proses elusi
dapat berjalan dengan cepat dan hasil Rf yang diperoleh dapat sesuai dengan standar. Pada
proses KLT ini menggunakan fase diam silika gel GF 254 yang bersifat polar karena eugenol
yang akan dipisahkan bersifat non polar sehingga tidak terikat kuat oleh fase diam dan dapat
terelusi dengan fase gerak. Fase gerak yang digunakan adalah N-heksan dan kloroform dengan
perbandingan 3:2 . Silika gel GF 254 merupakan gel pengikat dan indikator fluoresensi. Silika
gel ini bila ditambahkan pada sampel zat berfluoresensi saat diperiksa dibawah lampu UV .
Angka 254 menunjukkan panjang gelombang yang digunakan 254 nm Digunakan n- heksan
dengan perbandingan yang lebih besar karena n-heksan bersifat lebih non polar dibandingkan
dengan kloroforom dan dapat mengikat eugenol, sedangkan kloroform dapat membawa senyawa
lain ikut terelusi bersama eugenol. Hal tersebut menyebabkan spot yang didapatkan lebih dari
satu.

Dari proses KLT diperoleh hasil yang tidak langsung terlihat secara kasat mata, maka plat
KLT diamati menggunakan UV dengan panjang gelombang 254 nm. Dari pengamatan dibawah
UV 254 nm dapat terlihat plat KLT yang berpendar dan spot noda menutup pendaran plat
sehingga berwarna lebih gelap. Rf dapat dihitung dengan cara membandingkan jarak tempuh
noda dengan jarak tempuh pelarut pada plat KLT. Diperoleh rf sebesar 0,8125 sedangkan
menurut literatur Rf minyak atsiri yang mengandung eugenol adalah 0,33. Hal ini tidak sesuai
dengan literature. Jadi kemungkinan spot yang ada belum diperoleh eugenol bebas yang murni.
Hal ini dapat dikarenakan karena saat praktikum terdapat kesalahan dari mulai pemisahannya
serta penjenuhan fase gerak untuk KLT.

VII. KESIMPULAN
1. Digunakan metode ekstraksi cair-cair dengan corong pisah dalam pemisahan
senyawa fenolik minyak cengkeh.
2. Senyawa fenolik yang terkandung dalam minyak cengkeh yaitu eugenol bebas.
3. Reaksi yang digunakan yaitu penggaraman dengan penambahan NaOH dan HCl.
4. Digunakan Klt dalam penentuan senyawa dengan fase diam silika gel GF254 dan
fase gerak n-heksana:kloroform (3:2).
5. Hasil KLT didapatkan nilai Rf sebesar 0,8125
6. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, Eugenol, Wikipedia.


Anonim, 2009, Minyak cengkeh, Wikipedia.
Guenther, E.1987. Minyak Astiri Jilid IV. Jakarta : Universitas Indonesia
Kardinan,A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Michael, Heinrich.2005. Farmakognosi dan Fitoterapi.Yogyakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Underwood, 1986, Analisis Kimia Kualitatif, Erlangga, Jakarta.
Vogel. 1989. Text Book of Practical Organic Chemestry Longman Book Co, London,  pp
161-162

Mengetahui, Surakarta, 8 Mei 2017


Asisten Pembimbing Praktikan

( ) (Nashinta Laksmi P)
.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai