Anda di halaman 1dari 18

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

MAKALAH STATUS KLINIS KASUS BRONCHITIS


STASE KARDIOPULMONAL RSUP SANGLAH DENPASAR

OLEH

I Made Dwi Nova Mahendra (1902631011)

PEMBIMBING

Ni Komang Ayu Juni Antari, S. Ft., M. Fis.


Wahyudi Argo Susuilo, S.Ft.
I Ketut Darmayasa, S.Ft.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

A. Pengertian Bronchitis
Bronkitis adalah peradangan pada saluran bronkial, menyebabkan
pembengkakan yang berlebihan dan produksi lendir. Batuk, peningkatan pengeluaran
dahak dan sesak napas adalah gejala utama bronkitis. Bronkitis dapat bersifat akut atau
kronis. Bronkitis akut disebabkan oleh infeksi yang sama yang menyebabkan flu biasa
atau influenza dan berlangsung sekitar beberapa minggu (Cohen J, 2010).
Terdapat dua tipe bronkitis, yakni akut dan kronis : Bronkitis akut ditandai
dengan batuk berdahak kekuningan dan demam, seperti pada radang tenggorokan atau
influenza biasa. Tipe ini sering disebabkan oleh virus. Bronkitis akut biasanya tidak
terbatas pada bronkus, tetapi sering mengenai bagian paru lainnya yang disebut trakea,
sehingga istilah sebenarnya trakeabronkitis. Bronkitis kronis ditandai dengan batuk
lama dan berdahak banyak. Batuk terutama terjadi pada waktu tidur atau pagi hari.
Penyakit ini biasanya d idahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas
(Riyadi.2016).

( Watchie J. 2010)

B. Epidemologi
Selama dekade terakhir penderita terhadap patogenesis dan manajemen COPD
semakin meningkat karena telah diketahui bahwa penyakit ini memiliki dampak utama di
seluruh dunia. Di Amerika Serikat, perkiraan dari wawancara nasional yang diambil oleh
Pusat Nasional untuk Statistik Kesehatan , telah menunjukkan bahwa 16 juta orang
menderita COPD; sekitar 14 juta diperkirakan menderita bronkitis kronis, sementara 2
juta memiliki emfisema. Telah dinyatakan bahwa statistik ini meremehkan prevalensi
COPD sebanyak 50%, karena banyak pasien melaporkan gejala mereka dan kondisi
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

mereka tetap tidak terdiagnosis. Dengan merujuk pada data Organisasi Kesehatan Dunia,
mengatakan bahwa 23,6 juta orang dewasa (13,9% dari populasi orang dewasa)
menderita COPD. Bronkitis kronis adalah salah satu penyebab batuk yang paling sering
ditemukan dalam survei masyarakat.(Barman. 2006)
Data World Health Organization (WHO), menunjukkan bahwa pada tahun 1990
COPD menempati urutan ke-6 sebagai penyebab utama kematian di dunia, sedangkan
pada tahun 2012 telah menempati urutan ke-3 setelah penyakit kardiovaskuler dan
stroke. Hasil survey penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM dan PL di 5
rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan
Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan COPD menempati urutan pertama
penyumbang angka kesakitan (35%), diikuti asma bronkial (33%), kanker paru (30%)
dan lainnya (2%). Berdasarkan hasil survei Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun
2013, sebanyak 59% penduduk laki-laki dan 3,7% perempuan merupakan perokok. Di
Indonesia, COPD menduduki peringkat ke-3 sebagai penyebab kematian terbanyak dari
10 penyebab kematian utama. (Wayuni.2017)

C. Etiologi
Ada banyak penyebab bronkitis kronis, tetapi faktor penyebab paling penting
adalah paparan asap rokok baik karena merokok aktif atau inhalasi pasif. Banyak iritasi
yang terhirup ke saluran pernapasan seperti kabut asap, polusi industri, dan bahan kimia
beracun dapat menyebabkan bronkitis kronis. Meskipun infeksi bakteri dan virus
biasanya menyebabkan bronkitis akut, paparan berulang terhadap infeksi dapat
menyebabkan bronkitis kronis. Virus dominan yang merupakan penyebab adalah
Influenza tipe A dan B, dan agen bakteri yang dominan adalah Staphylococcus,
Streptococcus, dan Mycoplasma pneumonia. Orang-orang yang memiliki latar belakang
terkait dengan penyakit pernapasan seperti asma, cystic fibrosis, atau bronchiectasis
memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengembangkan bronkitis kronis. Orang
yang telah berulang kali terpapar polutan lingkungan seperti debu atau bahan kimia yang
ada di udara seperti amonia dan sulfur dioksida memiliki risiko lebih tinggi terkena
bronkitis kronis. Refluks gastroesofagus kronis merupakan penyebab bronkitis kronis
yang terdokumentasi dengan baik tetapi jarang terjadi (Mathew G. 2019)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Di negara maju, merokok dianggap bertanggung jawab atas 85 hingga 90% kasus
bronkitis kronis dan PPOK. Asap rokok terdiri dari campuran kompleks dari 400 partikel
dan gas; peran etiologis spesifik dari masing-masing konstituen ini belum ditetapkan.
Banyak penelitian10,12-14 telah mengkonfirmasi hubungan merokok, batuk kronis, dan
fungsi paru-paru rendah. Kejadian bronkitis kronis berbanding lurus dengan jumlah rokok
yang dihisap. Faktor risiko lain untuk hipersekresi lendir kronis yang telah diidentifikasi
adalah bertambahnya usia, jenis kelamin laki-laki, infeksi saluran pernapasan pada masa
kanak-kanak, infeksi saluran pernapasan bawah yang sering terjadi, paparan pekerjaan,
dan asma (Barman.2006)

D. Patofisiologis
Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi.
Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel
globet meningkat jumlahnya, fungsi sillia menurun, dan lebih banyak lendir yang
dihasilkan dan akibatnya bronchioles menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang
berdekatan dengan bronchioles dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis,
mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar, yang berperan penting dalam
menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan
terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronchial lebih lanjut terjadi sebagai akibat
perubahan fibrotic yang terjadidalam jalan napas. Pada waktunya, mungkin terjadi
perubahan paru yang irreversible, kemungkinan mengakibatkan emphysema dan
bronchiectasis (Smeltzer & Bare, 2001).

E. Gejala Klinis
 Serangan batuk perokok yang berbahaya, yang berlanjut menjadi batuk produktif
kronis
 Dispnea saat aktivitas progresif, dengan kemungkinan gangguan pernapasan pada
penyakit lanjut
 Peningkatan gejala pernapasan karena iritasi, cuaca dingin, lembab atau berkabut, dan
infeksi paru akut
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

 Bunyi nafas normal dengan waktu ekspirasi yang lama dan kemungkinan kret atau
mengi
 Dengan penyakit yang lebih lanjut:
o Hipoksemia dan peningkatan karbon dioksida arteri (PaCO2) (mis.,
Hiperkapnia), asidosis pernapasan
o Manifestasi klinis cor pulmonale, gagal napas, atau keduanya
( Watchie J. 2010)
o
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

ASSESSMENT
I. Identitas Pasien
a. Nama :IMA
b. TTL : 10 Januari 1968
c. Umur : 52 tahun
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Alamat : Panjer, Denpasar
f. Pekerjaan : Polisi
g. Agama : Hindu
h. Cara Bayar : BPJS
i. Tanggal MRS : 1 Mei 2020

II. Pemeriksaan Subjektif


a. Keluhan Utama (KU) saat MRS

b. Sesak napas dan batuk


Pasien datang sadar dengan mengeluhkan sesak saat bernapas sudah dari 2
hari lalu dan dirasakan semakin memberat . Pasien mengeluhkan sering
batuk disertai dahak terutama di pagi hari sejak 3 bulan lalu. Sebelum MRS
pasien mengatakan sempat merasa agak panas dan tidak enak badan.

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

c. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) & Penyakit Penyerta

d. Disangkal

Riwayat Kesehatan Keluarga

Disangkal

e.

Pasien merupakan seorang polisi lalu lintas dan tinggal bersama keluarga
di Denpasar. Pasien membayar biaya perawatan dengan jaminan kesehatan
BPJS. Pasien dulu merupakan perokok aktif sejak umur 24 tahun

Riwayat Sosial Ekonomi


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

III. Pemeriksaan Objektif


a. Vital Sign
Absolut Tambahan*
HR : 95 x/Min Saturasi Oksien : 93%
RR : 28 x/Min Kesadaran : compos mentis
E4 V5 M6
BP : 120/80 mmHg
Suhu : 37 0Celcius
b. Pemeriksaan Per-Kompetensi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil

Inspeksi Statis - Pasien dalam keadaan sadar terbaring di bed (elevasi


bed 300).
- Terpasang infus di tangan kanan dan mask oksigen
- Pasien bernapas menggunakan pernafasan dada
terdapat kontraksi otot asesoris.
- Pasien batuk berdahak bewarna kuning
- Suara napas mendecit
- Bentuk dada barrel chest
Inspeksi Dinamis - Pasien mampu menggerakkan ekstremitas atas dan
bawah secara aktif.
- Pola nafas teratur namun cepat dan pendek. Saat
inspirasi adanya kompensasi otot bantu pernafasan.
- Pengembangan dada simetris namun minimal.
Palpasi - Akral ekstremitas hangat
- Dada kanan dan kiri dapat mengembang dan
mengempis simetris pada saat inspirasi dan ekspirasi.
- Spasme otot pernapasan
Perkusi - Suara tumpul pada paru dextra yang mengindikasikan
adanya cairan dahak
Auskultasi - Ronkhi (+)
- Wheezing (-)

Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar


Pemeriksaan Hasil
Aktif
Regio Gerakan ROM Intepretasi
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Dekstra Sinistra
Fleksi 1800 1800 FULL
ROM
Ekstensi 600 600 FULL
ROM
Abduksi 1800 1800 FULL
Shoulde
ROM
r
Adduksi 1350 1350 FULL
ROM
Eksorotasi 900 900 FULL
ROM
Endorotasi 900 900 Full ROM

Fleksi 1450 1350 Full ROM


Ekstensi 50 50 Full ROM
Elbow Supinasi 900 900 Full ROM
Pronasi 850 850 Full ROM

Palmar 600 600 Full ROM


fleksi
Wrist
Dorso 600 600 Full ROM
fleksi

Fleksi 1200 1200 Full ROM


Ekstensi NT NT NT
Hip
Abduksi 450 450 Full ROM
Adduksi 300 300 Full ROM

Fleksi 1350 1350 Full ROM


Knee
Ekstensi 50 50 Full ROM

Plantar 500 500 Full ROM


Ankle Dorso 200 200 Full ROM

Pasif Tidak dilakukan karena sebagian besar regio dapat


melakukan gerakan secara aktif dalam full ROM kecuali
shoulder kanan terbatas akibat nyeri.
Isometrik Dapat melawan tahanan maksimal

Pengukuran
Pengukuran Alat ukur Hasil
Lingkar Midline Pengukuran antropometri (cm)
segmen
sangkar Axila Inspirasi Ekspirasi Selisih
thoraks : 85 cm : 84 cm 1 cm
Nippel Inspirasi Ekspirasi 0,7 cm
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

: 89,6 cm : 88,9 cm
Proc.xipoideu Inspirasi Ekspirasi 0,6 cm
s : 86 cm : 85,4 cm
Sesak Borg Scale Nilai 5 berat
Napas

Kekuatan MMT 5555 5555


Otot
5555 5555

Aktivitas Bartel Aktivitas Score


Fungsional Index Makan 10
Mandi 0
Merawat diri sendiri 0
Mengenakan pakaian 10
BAB 10
BAK 10
Penggunaan Toilet 5
Transfer (berpindah dari 15
tempat tidur ke kursi dan
sebaliknya)
Mobilitas (di permukaan 15
datar)
Naik turun tangga 5
TOTAL 75
(Ketergantungan
sedang)
Resiko Morse No. Item penilaian Skor
Jatuh 1 Riwayat jatuh (Tidak 0
pernah jatuh)
2 Memiliki lebih dari satu 0
penyakit?
3 Alat bantu jalan 0
4 Terpasang infus? 20
5 Mobility 0
6 Status mental 0
Total nilai 20 (Resiko rendah)
Integritas Braden PENILAIAN SKOR
Kulit Sensori persepsi 4
Kelembaban kulit 4
Aktivitas 2
Mobilisasi 2
Status Nutrisi 3
Pergerakan 3
Total 18 (Rendah)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

IV. Pemeriksaan Penunjang


Jenis Kesan Keterangan
Pemeriksaan
X-Ray Disarankan
Laboratorium Disarankan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Algoritma Pemeriksaan

Sesak napas dan batuk berdahak pada pagi hari


Ho: Bronchitis

Pasien datang sadar dengan mengeluhkan sesak saat bernapas sudah dari 2
hari lalu dan dirasakan semakin memberat dan pasien mengeluhkan sering
Anamnesis batuk disertai dahak terutama di pagi hari. sebelum MRS pasien mengtakan
sempat merasa agak panas dan tidak enak badan. dulu seorang perokok
aktif sejak umur 24 tahaun
HR : 100 x/mntSuhu : 37 C
RR : 28 x/mntSpo2 : 93 %
Vital Sign BP : 120/80 mmHgKesadaran : Composmetis

Statis:
Pasien dalam keadaan sadar terbaring di bed (elevasi bed 300).
Terpasang infus di tangan kanan dan mask oksigen
Pasien bernapas menggunakan pernafasan dada. dengan kontraksi otot asesois
Pasien batuk berdahak bewarna kuning
Suara napas mendecit
Pemeriksaan Fisik Bentuk dada barriel chest
Dinamis:
Pasien mampu menggerakkan ekstremitas atas dan bawah secara aktif.
Pola nafas teratur namun cepat dan pendek. Saat inspirasi adanya kompensasi
otot bantu pernafasan yang minimal.
Pengembangan dada simetris namun minimal
Palpasi:
Akral ekstremitas hangat
Dada kanan dan kiri dapat mengembang dan mengempis simetris pada saat
inspirasi dan ekspirasi.
Spasme otot pernapasan
Perkusi:
-Suara tumpul pada paru dextra yang mengindikasikan adanya cairan dahak
Auskultasi:
Ronchi (+), Whezzing (-)

Aktif AGA : Full ROM , Nyeri (-)


AGB : Full ROM , Nyeri (-)

PFGD Pasif NT : Semua regio dapat melakukan gerakan secara aktif dalam
full ROM.

Isometrik Dapat melawan tahanan maksimal

Ekspansi thorax : terjadi penurunan pengembangan thorax


Pengukuran MMT : 5 Normal
Scala borg : 5 (berat)
Index bartel : 75 (Ketergatungan sedang)
Morse : 20 (resiko ringan)
Braden: 18 (resiko ringan)
Penunjang
NT

Gangguan aktivitas fungsional oleh karena adanya akumulasi sputum di saluran bronkus menyebbkan
batuk berdahak dan sesak napas e.c bronchitis kronis
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

ICF Coding
I. Impairment (Body Structure & Body Function Impairment)

Body structure :
- s430 structure of respiratory system
- s4301 structure of lungs
- s4303 muscle of respiration
Body function :
- b440 respiratory function
- b4400 respiration rate
- b4402 depth respiration (volume of expansion of the lung)
- b445 respiratory muscle funcions
- b730 muscle power function

II. Activity Limitation

- d469 walking and moving, other specified and unspecified


- d530 toileting
- d510 washing one self
- d540 dressing

III. Participation of Restriction

- d859 work and employment, other specified and unspecified


- d920 recreation and leasure
- d930 religion and spirituality
- d999 community, social and civic life, unspecified

IV. Contextual Factor


a. Personal Factor
b.
Pasien kooperatif mengikuti instruksi latihan yang diberikan.

Environmental Factor

Fasilitator :
- e310 Immediate family
- e355 health profesionals
Barrier :
- e115 Products and technology for personal use in daily living
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Diagnosis Fisioterapi

Gangguan aktivitas fungsional oleh karena adanya akumulasi sputum di saluran


bronkus menyebabkan batuk berdahak dan sesak napas e.c bronchitis kronis

PROGNOSIS
I. Quo ad vitam
Bonam
II. Quo ad sanam

Dubia ad Malam
III. Quo ad cosmeticam

Bonam

IV
Quo ad fungsionam

Bonam

PLANNING
I. Jangka Pendek

- Mengurangi sesak napas


- Meningkatkan ekspansi thorak
- Mengeluarkan sputum
- Menjaga lingkup gerak sendi
- Mencegah efek tirah baring

II. Jangka Panjang

- Meningkatkan aktivitas fungsional


- Meningkatkan ventilasi paru
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

III. Clinical Reasoning

Spesifik Batuk produktif saat cuaca


Non Spesifik dingin / pagi hari
Brochitis Sesak napas
Demam

INTERVENSI
I. Tabel Intervensi
Contextual Factor Anatomi Impairment Functional Impairment

Personal factor Intervensi Metode Pelaksanaan Dosis Evidence Based


Activity Limiation
Diafragma + Tujuan: Peradangan Bronchus 5-15 menit Riza Pahlawi.
Motivasi Berjalan jauh
Usia Pursed Lip Meningkatkan kemapuan 2 kali sehari 2018. Penggunaan Toileting
Breathing paru-paru , meningkatka Pursed LipDressing
ekspansi
Penurunan thorax, Batuk Breathing Dan
Environmental factor fungsi silia
meminimalkan efek tirah Diaphragmatic
Participation retriction
Gaya Hidup baring pada pernapasan pasien. Breathing Pada
Dukungan keluarga Obtruksi Bekerja dan bersososialisasi dalam masya
Prosedur :
Akumulasi PengeluaranKasus
Tenaga kesehatan bronhcus
sekret
Diafragma breathing diberikan energy Bronkiektasis Et
Pekerjaan meingkat
dengan cara menaruh tangan Causa Post
terapis diatas rectus Udaraabdominis Tuberkulosis Paru.
Active Cycling Pembersihan terperangkapcostae,
dibawah cartilage Intoleransi aktivitas
Breathing Chest jalaninstrusikan
napas di dalam menarik Jurnal Sosial
Kelemahan fisik
pasien
Physiotherapy tidknapas
efektif alveolus Humaniora
i dalam dan
mengembangkan perut, sambil Terapan: Vol 2 Bed rest
Suplai O2 terapis berikan tekanan
i dan saat Inflamasi pada No.1: hal 44 -50
PaO2 rendah i
kejaringan rendah perut naik.PaCO2 Pasientinggi
diinstrusikan alveolus
i
bernapas melalui hidung.
Mobilisasi di bed
Setelah diafragma breathing
Gangguan Positioning
dilanjutkan dengani pursed lip Sesak napas
pertukaran gas
breathing
i dengan menarik
napas Spasme otot
dalam danPola napas tidak Diafragma+
pernapasan
menghembuskannya denganefektif Pulsed lip
mencucukan mulut. Breathing
Active Cycling Tujuan : Mengeluarkan
Penurunan ekspansi sputum 1 periode Bilge . 2018. The
Breathing dan thoraxmeningkatkan ekspansi berlangsung Efficacy of
i
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Chest thorax 2 menit dan Flutter® and


Physiotherapy Prosedur : dilakukan Active Cycle of
(ACBT) 1. Breathing control: pasien selama 15 Breathing
diposisikan duduk rileks Menit Techniques in
diatas tempat tidur atau di Patients with
kursi, kemudian dibimbing Bronchiectasis: A
untuk melakukan inspirasi Prospective,
dan ekspirasi secara teratur Randomized,
dan tenang, yang diulang Comparative
sebanyak 3 – 5 kali oleh
Study. Turk
pasien. Tangan terapis
Thorac J; 19(3):
diletakkan pada bagian
103-9
belakang toraks pasienuntuk
merasakan pergerakan yang
naik turun selama pasien
bernapas.
2. Thoracic Expansion
Exercises: masih dalam
posisi duduk yang sama,
pasienkemudian dibimbing
untuk menarik napas dalam
secara perlahan lalu
menghembuskannya secara
perlahan hingga udara dalam
paru-paru terasa kosong.
Langkah ini diulangi
sebanyak 3 – 5 kali oleh
pasien, jika pasien merasa
napasnya lebih ringan, pasien
dibimbing untuk mengulangi
kembali dari kontrol
pernapasan awal.
3. Forced Expiration
Technique: setelah
melakukan dua langkah
diatas, selanjutnya
pasiendiminta untuk
mengambil napas dalam
secukupnya lalu
mengkontraksikan otot
perutnya untuk menekan
napas saat ekspirasi dan
menjaga agar mulut serta
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

tenggorokan tetap terbuka.


Huffing dilakukan sebayak 2
– 3 kali dengan cara yang
sama, lalu ditutup dengan
batuk efektif untuk
mengeluarkan sputum.
Mobilisasi di Tujuan : 2 kali sehari Willy Chou. 2019.
bed (Aktif menjaga dan memelihara Effectiveness of
ROM dan mobilitas dari persendian, early rehabilitation
duduk di bed) mencegah efek bed rest on patients with
Prosedur : chronic
- Pasien diberikan instruksi obstructive lung
melakukan ROM exercise disease and acute
pada extremitas. ROM respiratory failure
exercise dilakukan dalam in intensive care
posisi tidur terlentang. ROM units: A case–
exercise dapat dilakukan control study.
pada ektemitas yang sehat Chronic
untuk menjaga LGS pasien
Respiratory
selama dirawat.
Disease Vol 16: 1–
- Instruksikan pasien untuk
8
memiring badan terlebih
dahulu kesisi yang sehat lalu
minta pasien untuk dorong
badan dengan menggunakan
tumpuan tangan dan dengan
bantaun terapis perhatikan
dosisi pasien apabila pasien
merasakan pusing atau sesak
napas posisikan pasien
kembali tidur di bed.

Positioning Perubahan posisi ini bertujuan Selama 15 Kisner, C. and


untuk mencegah decubitus, menit dan 2 Colby L. A., 2012.
mencegah komplikasi paru, jam sekali. Therapeutic
mencegah timbulnya batu Exercise
kandung kemih, mencegah Foundations and
terjadinya thrombosis, Technique 6th
mengurangi komplikasi akibat edition.
imobilisasi Philadelphia: F.A.
Davis Company
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Edukasi Evidence Based


1. Menjaga asupan nutrisi untuk membantu proses Sommers, Juulte.,
penyembuhan dkk. 2015.
2. Menjaga kebersihan lingkungan Physiotherapy in the
3. Mengedukasi pasien untuk miring kanan miring kiri Intensive Care Unit:
kurang lebih setiap 2 jam An Evidance-Based,
4. Sering duduk untuk mencegah efek tirah baring Expert Driven,
Practical Statement
and Rehabilitation
Recommendations.
Clinical Rehabilitation

II. Home Program

1. Lanjutkan program latihan yang telah diberikan fisioterapi, terutama pada


aktif ROM exercise dan latihan breathing untuk mempercepat pemulihan

Evaluasi
No Jenis Post inetrevnsi
Pemeriksaa
n
1. Vital Sign Absolut Tambahan*
HR : 90 x/Min Saturasi Oksien : 96%
RR : 26 x/Min Kesadaran : compos mentis
E4 V5 M6
BP : 120/80 mmHg
Suhu : 36,70Celcius
2. Lingkar Axila Inspirasi Ekspirasi Selisih
Thorak : 85 cm : 84 cm 1 cm
Nippel Inspirasi Ekspirasi 0,7 cm
: 89,6 cm : 88,9 cm
Proc.xipoideu Inspirasi Ekspirasi 0,6 cm
s : 86 cm : 85,4 cm
3 Skala Borg Nilai 5 (Berat)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Daftar Pustaka

Bilge . 2018. The Efficacy of Flutter® and Active Cycle of Breathing Techniques in Patients
with Bronchiectasis: A Prospective, Randomized, Comparative Study. Turk
Thorac J; 19(3): 103-9

Braman, Sidney S. 2006. Chronic Cough Due to Chronic Bronchitis ACCP Evidence-Based
Clinical Practice Guidelines .CHEST : Hal 104-116

Kisner, C. and Colby L. A., 2012. Therapeutic Exercise Foundations and Technique 6th
edition. Philadelphia: F.A. Davis Company

Mathew. G. 2019. Chronic Bronchitis. University Of Pelita Harapan.

Riyadi. 2016. Hubungan Merokok dan Paparan Polusi Dengan Kejadian Bronkitis. Jurnal
Media Kesehatan. Vol 9 (2):144-203

Riza Pahlawi. 2018. Penggunaan Pursed Lip Breathing Dan Diaphragmatic Breathing Pada
Kasus Bronkiektasis Et Causa Post Tuberkulosis Paru. Jurnal Sosial Humaniora
Terapan: Vol 2 No.1: hal 44 -50ers Elsevier

Sommers, Juulte., dkk. 2015. Physiotherapy in the Intensive Care Unit: An Evidance-Based,
Expert Driven, Practical Statement and Rehabilitation Recommendations.
Clinical Rehabilitation

Wahyuni. Dwi.2017. Aspek Imunologi Chronic Obstructive Pulmonary Diseases (COPD)


Medika Tadulako, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 (1): 59-77

Watchie. 2010. Cardiovascular and Pulmonary Physical Therapy Second Edition. St Louis.
Saund

Willy Chou. 2019. Effectiveness of early rehabilitation on patients with chronic obstructive
lung disease and acute respiratory failure in intensive care units: A case–control
study. Chronic Respiratory Disease Vol 16: 1–8

Anda mungkin juga menyukai