UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
OLEH
PEMBIMBING
A. Pengertian Bronchitis
Bronkitis adalah peradangan pada saluran bronkial, menyebabkan
pembengkakan yang berlebihan dan produksi lendir. Batuk, peningkatan pengeluaran
dahak dan sesak napas adalah gejala utama bronkitis. Bronkitis dapat bersifat akut atau
kronis. Bronkitis akut disebabkan oleh infeksi yang sama yang menyebabkan flu biasa
atau influenza dan berlangsung sekitar beberapa minggu (Cohen J, 2010).
Terdapat dua tipe bronkitis, yakni akut dan kronis : Bronkitis akut ditandai
dengan batuk berdahak kekuningan dan demam, seperti pada radang tenggorokan atau
influenza biasa. Tipe ini sering disebabkan oleh virus. Bronkitis akut biasanya tidak
terbatas pada bronkus, tetapi sering mengenai bagian paru lainnya yang disebut trakea,
sehingga istilah sebenarnya trakeabronkitis. Bronkitis kronis ditandai dengan batuk
lama dan berdahak banyak. Batuk terutama terjadi pada waktu tidur atau pagi hari.
Penyakit ini biasanya d idahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas
(Riyadi.2016).
( Watchie J. 2010)
B. Epidemologi
Selama dekade terakhir penderita terhadap patogenesis dan manajemen COPD
semakin meningkat karena telah diketahui bahwa penyakit ini memiliki dampak utama di
seluruh dunia. Di Amerika Serikat, perkiraan dari wawancara nasional yang diambil oleh
Pusat Nasional untuk Statistik Kesehatan , telah menunjukkan bahwa 16 juta orang
menderita COPD; sekitar 14 juta diperkirakan menderita bronkitis kronis, sementara 2
juta memiliki emfisema. Telah dinyatakan bahwa statistik ini meremehkan prevalensi
COPD sebanyak 50%, karena banyak pasien melaporkan gejala mereka dan kondisi
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
mereka tetap tidak terdiagnosis. Dengan merujuk pada data Organisasi Kesehatan Dunia,
mengatakan bahwa 23,6 juta orang dewasa (13,9% dari populasi orang dewasa)
menderita COPD. Bronkitis kronis adalah salah satu penyebab batuk yang paling sering
ditemukan dalam survei masyarakat.(Barman. 2006)
Data World Health Organization (WHO), menunjukkan bahwa pada tahun 1990
COPD menempati urutan ke-6 sebagai penyebab utama kematian di dunia, sedangkan
pada tahun 2012 telah menempati urutan ke-3 setelah penyakit kardiovaskuler dan
stroke. Hasil survey penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM dan PL di 5
rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan
Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan COPD menempati urutan pertama
penyumbang angka kesakitan (35%), diikuti asma bronkial (33%), kanker paru (30%)
dan lainnya (2%). Berdasarkan hasil survei Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun
2013, sebanyak 59% penduduk laki-laki dan 3,7% perempuan merupakan perokok. Di
Indonesia, COPD menduduki peringkat ke-3 sebagai penyebab kematian terbanyak dari
10 penyebab kematian utama. (Wayuni.2017)
C. Etiologi
Ada banyak penyebab bronkitis kronis, tetapi faktor penyebab paling penting
adalah paparan asap rokok baik karena merokok aktif atau inhalasi pasif. Banyak iritasi
yang terhirup ke saluran pernapasan seperti kabut asap, polusi industri, dan bahan kimia
beracun dapat menyebabkan bronkitis kronis. Meskipun infeksi bakteri dan virus
biasanya menyebabkan bronkitis akut, paparan berulang terhadap infeksi dapat
menyebabkan bronkitis kronis. Virus dominan yang merupakan penyebab adalah
Influenza tipe A dan B, dan agen bakteri yang dominan adalah Staphylococcus,
Streptococcus, dan Mycoplasma pneumonia. Orang-orang yang memiliki latar belakang
terkait dengan penyakit pernapasan seperti asma, cystic fibrosis, atau bronchiectasis
memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengembangkan bronkitis kronis. Orang
yang telah berulang kali terpapar polutan lingkungan seperti debu atau bahan kimia yang
ada di udara seperti amonia dan sulfur dioksida memiliki risiko lebih tinggi terkena
bronkitis kronis. Refluks gastroesofagus kronis merupakan penyebab bronkitis kronis
yang terdokumentasi dengan baik tetapi jarang terjadi (Mathew G. 2019)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
Di negara maju, merokok dianggap bertanggung jawab atas 85 hingga 90% kasus
bronkitis kronis dan PPOK. Asap rokok terdiri dari campuran kompleks dari 400 partikel
dan gas; peran etiologis spesifik dari masing-masing konstituen ini belum ditetapkan.
Banyak penelitian10,12-14 telah mengkonfirmasi hubungan merokok, batuk kronis, dan
fungsi paru-paru rendah. Kejadian bronkitis kronis berbanding lurus dengan jumlah rokok
yang dihisap. Faktor risiko lain untuk hipersekresi lendir kronis yang telah diidentifikasi
adalah bertambahnya usia, jenis kelamin laki-laki, infeksi saluran pernapasan pada masa
kanak-kanak, infeksi saluran pernapasan bawah yang sering terjadi, paparan pekerjaan,
dan asma (Barman.2006)
D. Patofisiologis
Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi.
Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel
globet meningkat jumlahnya, fungsi sillia menurun, dan lebih banyak lendir yang
dihasilkan dan akibatnya bronchioles menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang
berdekatan dengan bronchioles dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis,
mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar, yang berperan penting dalam
menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan
terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronchial lebih lanjut terjadi sebagai akibat
perubahan fibrotic yang terjadidalam jalan napas. Pada waktunya, mungkin terjadi
perubahan paru yang irreversible, kemungkinan mengakibatkan emphysema dan
bronchiectasis (Smeltzer & Bare, 2001).
E. Gejala Klinis
Serangan batuk perokok yang berbahaya, yang berlanjut menjadi batuk produktif
kronis
Dispnea saat aktivitas progresif, dengan kemungkinan gangguan pernapasan pada
penyakit lanjut
Peningkatan gejala pernapasan karena iritasi, cuaca dingin, lembab atau berkabut, dan
infeksi paru akut
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
Bunyi nafas normal dengan waktu ekspirasi yang lama dan kemungkinan kret atau
mengi
Dengan penyakit yang lebih lanjut:
o Hipoksemia dan peningkatan karbon dioksida arteri (PaCO2) (mis.,
Hiperkapnia), asidosis pernapasan
o Manifestasi klinis cor pulmonale, gagal napas, atau keduanya
( Watchie J. 2010)
o
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
ASSESSMENT
I. Identitas Pasien
a. Nama :IMA
b. TTL : 10 Januari 1968
c. Umur : 52 tahun
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Alamat : Panjer, Denpasar
f. Pekerjaan : Polisi
g. Agama : Hindu
h. Cara Bayar : BPJS
i. Tanggal MRS : 1 Mei 2020
d. Disangkal
Disangkal
e.
Pasien merupakan seorang polisi lalu lintas dan tinggal bersama keluarga
di Denpasar. Pasien membayar biaya perawatan dengan jaminan kesehatan
BPJS. Pasien dulu merupakan perokok aktif sejak umur 24 tahun
Dekstra Sinistra
Fleksi 1800 1800 FULL
ROM
Ekstensi 600 600 FULL
ROM
Abduksi 1800 1800 FULL
Shoulde
ROM
r
Adduksi 1350 1350 FULL
ROM
Eksorotasi 900 900 FULL
ROM
Endorotasi 900 900 Full ROM
Pengukuran
Pengukuran Alat ukur Hasil
Lingkar Midline Pengukuran antropometri (cm)
segmen
sangkar Axila Inspirasi Ekspirasi Selisih
thoraks : 85 cm : 84 cm 1 cm
Nippel Inspirasi Ekspirasi 0,7 cm
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
: 89,6 cm : 88,9 cm
Proc.xipoideu Inspirasi Ekspirasi 0,6 cm
s : 86 cm : 85,4 cm
Sesak Borg Scale Nilai 5 berat
Napas
Algoritma Pemeriksaan
Pasien datang sadar dengan mengeluhkan sesak saat bernapas sudah dari 2
hari lalu dan dirasakan semakin memberat dan pasien mengeluhkan sering
Anamnesis batuk disertai dahak terutama di pagi hari. sebelum MRS pasien mengtakan
sempat merasa agak panas dan tidak enak badan. dulu seorang perokok
aktif sejak umur 24 tahaun
HR : 100 x/mntSuhu : 37 C
RR : 28 x/mntSpo2 : 93 %
Vital Sign BP : 120/80 mmHgKesadaran : Composmetis
Statis:
Pasien dalam keadaan sadar terbaring di bed (elevasi bed 300).
Terpasang infus di tangan kanan dan mask oksigen
Pasien bernapas menggunakan pernafasan dada. dengan kontraksi otot asesois
Pasien batuk berdahak bewarna kuning
Suara napas mendecit
Pemeriksaan Fisik Bentuk dada barriel chest
Dinamis:
Pasien mampu menggerakkan ekstremitas atas dan bawah secara aktif.
Pola nafas teratur namun cepat dan pendek. Saat inspirasi adanya kompensasi
otot bantu pernafasan yang minimal.
Pengembangan dada simetris namun minimal
Palpasi:
Akral ekstremitas hangat
Dada kanan dan kiri dapat mengembang dan mengempis simetris pada saat
inspirasi dan ekspirasi.
Spasme otot pernapasan
Perkusi:
-Suara tumpul pada paru dextra yang mengindikasikan adanya cairan dahak
Auskultasi:
Ronchi (+), Whezzing (-)
PFGD Pasif NT : Semua regio dapat melakukan gerakan secara aktif dalam
full ROM.
Gangguan aktivitas fungsional oleh karena adanya akumulasi sputum di saluran bronkus menyebbkan
batuk berdahak dan sesak napas e.c bronchitis kronis
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
ICF Coding
I. Impairment (Body Structure & Body Function Impairment)
Body structure :
- s430 structure of respiratory system
- s4301 structure of lungs
- s4303 muscle of respiration
Body function :
- b440 respiratory function
- b4400 respiration rate
- b4402 depth respiration (volume of expansion of the lung)
- b445 respiratory muscle funcions
- b730 muscle power function
Environmental Factor
Fasilitator :
- e310 Immediate family
- e355 health profesionals
Barrier :
- e115 Products and technology for personal use in daily living
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
Diagnosis Fisioterapi
PROGNOSIS
I. Quo ad vitam
Bonam
II. Quo ad sanam
Dubia ad Malam
III. Quo ad cosmeticam
Bonam
IV
Quo ad fungsionam
Bonam
PLANNING
I. Jangka Pendek
INTERVENSI
I. Tabel Intervensi
Contextual Factor Anatomi Impairment Functional Impairment
Evaluasi
No Jenis Post inetrevnsi
Pemeriksaa
n
1. Vital Sign Absolut Tambahan*
HR : 90 x/Min Saturasi Oksien : 96%
RR : 26 x/Min Kesadaran : compos mentis
E4 V5 M6
BP : 120/80 mmHg
Suhu : 36,70Celcius
2. Lingkar Axila Inspirasi Ekspirasi Selisih
Thorak : 85 cm : 84 cm 1 cm
Nippel Inspirasi Ekspirasi 0,7 cm
: 89,6 cm : 88,9 cm
Proc.xipoideu Inspirasi Ekspirasi 0,6 cm
s : 86 cm : 85,4 cm
3 Skala Borg Nilai 5 (Berat)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
Daftar Pustaka
Bilge . 2018. The Efficacy of Flutter® and Active Cycle of Breathing Techniques in Patients
with Bronchiectasis: A Prospective, Randomized, Comparative Study. Turk
Thorac J; 19(3): 103-9
Braman, Sidney S. 2006. Chronic Cough Due to Chronic Bronchitis ACCP Evidence-Based
Clinical Practice Guidelines .CHEST : Hal 104-116
Kisner, C. and Colby L. A., 2012. Therapeutic Exercise Foundations and Technique 6th
edition. Philadelphia: F.A. Davis Company
Riyadi. 2016. Hubungan Merokok dan Paparan Polusi Dengan Kejadian Bronkitis. Jurnal
Media Kesehatan. Vol 9 (2):144-203
Riza Pahlawi. 2018. Penggunaan Pursed Lip Breathing Dan Diaphragmatic Breathing Pada
Kasus Bronkiektasis Et Causa Post Tuberkulosis Paru. Jurnal Sosial Humaniora
Terapan: Vol 2 No.1: hal 44 -50ers Elsevier
Sommers, Juulte., dkk. 2015. Physiotherapy in the Intensive Care Unit: An Evidance-Based,
Expert Driven, Practical Statement and Rehabilitation Recommendations.
Clinical Rehabilitation
Watchie. 2010. Cardiovascular and Pulmonary Physical Therapy Second Edition. St Louis.
Saund
Willy Chou. 2019. Effectiveness of early rehabilitation on patients with chronic obstructive
lung disease and acute respiratory failure in intensive care units: A case–control
study. Chronic Respiratory Disease Vol 16: 1–8