MINI RISET
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mini Riset Mata Kuliah Pendidikan Politik Pada
Jurusan Pendidikan Panasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Medan
Disusun Oleh :
PPKn Reguler V 2019
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mini Riset Mata Kuliah Pendidikan Politik Pada
Jurusan Pendidikan Panasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Medan
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Mata Kuliah Pendidikan Politik Pada
Jurusan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Medan.
Judul Mini Riset : Implementasi Aspek-Aspek Pendidikan Politik Untuk Pemilih Cerdas
Dan Cermat Dalam Pemilu Bagi Pemilih Pemula Di SMA NEGERI 1 PERBAUNGAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tulisan yang kami serahkan ini benar-benar
merupakan hasil karya kami sendiri, terkecuali kutipan-kutipan dari ringkasan yang
semuanya telah kami jelaskan sumber informasinya. Apabila dikemudian hari hasil tulisan ini
terbukti merupakan hasil jiplakan orang lain, maka kami siap menerima konsekuensinya.
Penulis
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Mini Riset Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pendidikan Politik
Dosen Pengampu
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur alhamdullilah penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, karena telah melimpahkan rahmatnya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
laporan proposal mini riset ini dapat diselesaikan pada waktunya.
Adapun isi dari proposal mini riset kami ini berisikan mengenai pengajuan untuk
melakukan penelitian mengenai implementasi aspek-aspek pendidikan politik yang bisa
dilakukan untuk pemilih cerdas dan cermat dalam pemilu terkhusus bagi pemilih pemula.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua yang sudah membantu
serta mendukung penulis hingga sampai saat ini. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Drs.Halking, M.Si selaku dosen mata kuliah Pendidikan Politik yang
telah memberi kesempatan dan kepercayaannya kepada penulis untuk membuat dan
menyelesaikan laporan modul in sehingga penulis memperoleh banyak ilmu, informasi dan
pengetahuan selama penulis membuat dan menyelesaikan tugas ini. Tidak lupa penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan yang membantu penyelesaian tugas ini baik
berupa bantuan moril maupun materil.
Penulis berharap semoga tugas ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik seta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya hasil yang lebih baik lagi.
Penulis
iv
ABSTRAK
Dari observasi terhadap tugas Miniriset kami, Mata Kuliah Pendidikan Politik
berjudul Implementasi Aspek-aspek Pendidikan Politik Untuk Pemilihan Cerdas Dan
Cermat Dalam Pemilu Bagi Pemilih Pemula Di SMA NEGERI 1 PERBAUNGAN.
Pemuda merupakan ujung tombak pembangunan suatu bangsa. Pemuda memiliki peran
besar untuk membawa perubahan ke dalam suatu program pembangunan yang gemilang.
Pendidikan politik adalah untuk meningkatkan pengetahuan rakyat agar mereka dapat
berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya. Sesuai paham kedaulatan rakyat
atau demokrasi, rakyat harus mampu menjalankan tugas partisipasi. Dan pendidikan
politik juga bentuk pendidikan orang dewasa dengan menyiapkan kader-kader untuk
pertarungan politik dan mendapatkan penyelesaian politik, agar menang dalam
perjuangan politik.Untuk membentuk generasi muda khususnya para pemilih pemula
yang memiliki peran besar dalam membawa tumbuh kembangnya suatu bangsa, maka
para pemilih pemula tidak hanya kita serahkan pada pendidikan formal saja. Semua
komponen yang ada harus ikut serta membangun kondisi yang mapan, kondusif dan
menyenangkan supaya para pemilih pemula bisa belajar pendidikan politik sejak dini.
Pendidikan politik yang baik diharapkan akan mampu menbangkitkan para generasi muda
untuk ikut aktif dalam kegiatan politik baik secara pasif maupun aktif sesuai dengan
kemampuan dan cita-citanya. Untuk dasar dalam pendidikan politik bagi warga negara di
dalam masyarakat yang demokrasi adalah kecakapan warga negara. Kecakapan-
kecakapan warga negara terdiri dari dua kecakapan yaitu kecakapan intelektual yakni
kecakapan berpikir kritis dan kecakapan partisipatoris. Dan dalam pendidikan politik juga
mencakup tiga keahlian yakni keahlian berinteraksi, memantau isu publik format dan
kalian mempengaruhi kebijakan publik. Metode Penelitian yang kami lakukan dengan
menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iv
ABSTRAK................................................................................................................................v
DAFTAR ISI............................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah........................................................................................................2
C. Pembatasan Masalah.......................................................................................................2
D. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1. Rumusan Masalah Umum...........................................................................................2
2. Rumusan Masalah Khusus..........................................................................................2
E. Tujuan Penelitian............................................................................................................3
1. Tujuan Umum..............................................................................................................3
2. Tujuan Khusus.............................................................................................................3
F. Manfaat Penelitian..........................................................................................................3
vi
C. Kerangka Berfikir..........................................................................................................15
BAB V PENUTUP......................................................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan suatu langkah awal sebelum menentukan rumusan
masalah dalam suatu penelitian. Menurut Suriasumantri, identifikasi masalah adalah tahap
permulaan dari penguasaan masalah di mana objek dalam suatu jalinan tertentu bisa kita
kenali sebagai suatu masalah. Kami melakukan penelitian yang telah kami rencanakan
mengenai Implementasi Aspek-Aspek Pendidikan Politik untuk Pemilih Cerdas dan Cermat
Pemilu bagi Pemilih Pemilu di Indonesia. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini
ialah:
1. Mengetahui bagaimana konsep dasar pendidikan politik
2. Mengetahui bagaimana peran pemilih pemula sebagai target pendidikan politik
3. Mengetahui bagaimana agen-agen sosialisasi politik bagi pemilih pemula
4. Mengetahui bagaimana bentuk penyuluhan pendidikan politik bagi pemilih pemula
C. Pembatasan Masalah
Melihat luasnya ruang lingkup yang akan kami bahas dalam melakukan penelitian, dalam
hal ini kami selaku peneliti membatasi masalah agar lebih terarah secara sistematis, sehingga
memudahkan kami selaku peneliti dalam melakukan penelitian tersebut. Dalam hal ini, kami
selaku peneliti membatasi masalah mengenai Implementasi Aspek-Aspek Pendidikan Politik
untuk Pemilih Cerdas dan Cermat Pemilu bagi Pemilih Pemilu di Indonesia.
D. Rumusan Masalah
Perumusan masalah adalah pernyataan rinci dan lengkap mengenai ruang lingkup
permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Pada
penelitian dengan jenis kualitatif studi pustaka ini, kami menggunakan 2 rumusan masalah,
yaitu:
1. Rumusan Masalah Umum
Secara umum, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimana
Implementasi Aspek-Aspek Pendidikan Politik untuk Pemilih Cerdas dan Cermat Pemilu
bagi Pemilih Pemilu di Indonesia.
2
c. Bagaimana agen-agen sosialisasi politik bagi pemilih pemula?
d. Bagaimana bentuk penyuluhan pendidikan politik bagi pemilih pemula?
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana Implementasi Aspek-
Aspek Pendidikan Politik untuk Pemilih Cerdas dan Cermat Pemilu bagi Pemilih Pemilu
di Indonesia.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus, penelitian ini bertujuan:
a. Mengetahui bagaimana konsep dasar pendidikan politik
b. Mengetahui bagaimana peran pemilih pemula sebagai target pendidikan politik
c. Mengetahui bagaimana agen-agen sosialisasi politik bagi pemilih pemula
d. Mengetahui bagaimana bentuk penyuluhan pendidikan politik bagi pemilih
pemula
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang dapat di peroleh
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam memahami
bagaimana Implementasi Aspek-Aspek Pendidikan Politik untuk Pemilih Cerdas
dan Cermat Pemilu bagi Pemilih Pemilu di Indonesia..
Untuk pribadi diharapkan dapat menambah wawasan dan lebih memahami tentang
bagaimana Implementasi Aspek-Aspek Pendidikan Politik untuk Pemilih Cerdas
dan Cermat Pemilu bagi Pemilih Pemilu di Indonesia.. Untuk kalangan yang lebih
luas (masyarakat) dan juga kalangan akademisi dapat menjadi bahan masukan
bagi setiap orang agar lebih memahami tentang Implementasi Aspek-Aspek
Pendidikan Politik untuk Pemilih Cerdas dan Cermat Pemilu bagi Pemilih Pemilu
di Indonesia.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Pengertian Pendidikan Politik
Istilah pendidikan politik dalam Bahasa Inggris sering disamakan dengan istilah
political sucialization. Istilah political sosialization jika diartikan secara harfiah ke
dalam bahasa Indonesia akan bermakna sosialisasi politik. Oleh karena itu, dengan
menggunakan istilah political sosialization banyak yang mensinonimkan istilah
pendidikan politik dengan istilah Sosialisasi Politik, karena keduanya memiliki makna
yang hampir sama. Dengan kata lain, sosialisasi politik adalah pendidikan politik dalam
arti sempit (Alex).
Menurut Poerwadarminta (dalam Suardi, 2019), kata pendidikan berasal dari kata
“didik” yang dapat berarti “memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. sehingga dalam kata pendidikan itu
mengandung beberapa arti, yaitu: 1) Perbuatan (hal, cara dan sebagainya); 2) Mendidik
(ilmu didik dan ilmu mendidik); 3) Pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya), badan
, batin dan sebagainya.
Di Indonesia, pendidikan politik diatur oleh Inpres Nomor 12 Tahun 1982 tentang
Pendidikan Politik Generasi Muda dijelaskan bahwa pada prinsipnya pendidikan politik
generasi muda merupakan rangkaian usaha untuk meningkatkan dan memantapkan
kesadaran politik dan kenegaraan guna menunjang kelestarian Pancasila dan UUD 1945
sebagai budaya politik bangsa. Pendidikan politik juga harus merupakan bagian proses
pembaruan kehidupan politik bangsa Indonesia yang sedang dilakukan dewasa ini dalam
rangka usaha menciptakan suatu sistem politik yang benar-benar demokratis, stabil,
dinamis, efektif, dan efisien.
Pendidikan politik adalah kegiatan edukatif yang intensional dan sistematis untuk
mengarahkan individu pada proses belajar berpartisipasi dalam kehidupan politik.
Pendidikan politik sebagai upaya yang disengaja untuk memengaruhi individu agar lebih
aktif dalam perjuangan politik dan memiliki tanggung jawab etis yang tinggi dalam
kegiatan politiknya (Cholisin, 2013).
Menurut Gabriel Almond dalam (Mas"oed, 1986) pendidikan politik adalah bagian
dari sosialisasi politik yang khusus membentuk nilainilai politik, yang menunjukkan
bagaimana seharusnya masing-masing masyarakat berpartisipasi dalam sistem
4
politiknya. Mohammad Nuh sebagaimana dikutip dalam (Ramlan, 2018) mengatakan,
pendidikan politik tidak terbatas pada pengenalan seseorang terhadap peran individu
dalam partisipasinya dalam pemerintahan, partai politik dan birokrasi. Tetapi pada
hakikatnya adalah terbangunnya proses pendawasaan dan pencerdasan seseorang akan
tanggung jawab individu dan kolektif untuk menyelesaikan permasalahan bangsa sesuai
otoritasnya yang mengandung makna mentalitas dan etika dalam berpolitik.
Alfian (1990) mengidentifikasi pendidikan politik dalam arti kata yang longgar yaitu
sosialisasi politik adalah bagian langsung dari kehidupan masyarakat sehari-hari.
Disenangi ataukah tidak, diketahui ataukah tidak, disadari ataukah tidak, hal itu dialami
oleh anggota-anggota masyarakat, baik penguasa ataupun orang awam. Jadi kalau boleh
disimpulkan, pendidikan politik (dalam arti kata yang ketat) dapat diartikan usaha yang
sadar untuk mengubah proses sosialisasi masyarakat sehingga mereka memahami dan
menghayati betul nilai– nilai politik yang terkandung dalam suatu sistem politik yang
ideal yang hendak dibangun. Hasil penghayatan itu akan menghasilkan/melahirkan sikap
dan tingkah laku politik baru yang mendukung sistem politik yang ideal itu, dan
bersamaan dengan itu lahir pula kebudayaan politik baru.
Menurut Kantaprawita (2004) pendidikan politik yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan rakyat agar mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem
politiknya. Sesuai paham kedaulatan rakyat atau demokrasi, rakyat harus mampu
menjalankan tugas partisipasi. Bentukbentuk pendidikan politik dapat dilakukan melalui:
a) Bahan bacaan seperti surat kabar, majalah, dan lainlain bentuk publikasi massa yang
biasa membentuk pendapat umum; b) Siaran radio dan televisi serta film (audio visual
media); c) Lembaga atau asosiasi dalam masyarakat seperti masjid atau gereja tempat
menyampaikan khotbah, dan juga lembaga pendidikan formal ataupun informal.
Ruslan (2000) memaknai pendidikan politik sebagai upayaupaya yang dicurahkan
oleh lembaga-lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal, yang berusaha
membentuk dan menumbuhkan kepribadian politik yang sejalan dengan kultur politik
orang-orang yang bergerak di lembaga-lembaga tersebut pada setiap warga negara,
membentuk dan menumbuhkan kesadaran politik dengan segala tingkatannya, yang
warga negara menjadi sadar dan mampu memperoleh sendiri kesadarannya, membentuk
dan menumbuhkan kemampuan partisipasi politik secara aktif, dalam ikut memecahkan
persoalan-persoalan umum mzasyarakatnya dengan segala bentuk partisipasi yang
memungkinkan dan yang mengantarkan kepada perubahan menuju yang lebih baik (Eko
5
& Puji, 2017). Beberapa definisi mengenai pendidikan politik adalah sebagai berikut:
6
Menurut Afandi (2012) dalam (Edwin, 2015) dari aspek pengetahuan seseorang
dikatakan melek politik apabila menguasai tentang 1) informasi tentang siapa yang
memegang kekuasaam, dari mana uang berasal, bagaimana sebiuah institusi bekerja. 2)
bagaimana melibatkan diri secara aktif dalam memenfaatkan pengetahuan. 3) kemampuan
memprediksi secara efektif bagaimana cara memutuskan sebuah isu. 4) kemampuan
mengenal tujuan kebijakan secara baik yang dapat dicapai ketika isu telah dipecahkan
atau diselesaikan. 5) kemampuan memahami pandangan orang lain dan pembenahan
mereka tentang tindakan dirinya sendiri.
Aspek yang membentuk melek politik berkenaan dengan sikap tentang kebebasam,
toleransi, menghargai kebenaran, menghargai pemikiran, dan aspek lainnya yang disebut
dengan nilai procedural. Dari segi aspek keterampilan seseorang dikatakan melek politik
apabila ia mampu berpartisipasi aktif dan memiliki toleransii terhadap pandangan orang
lain dan dapat memikirkan perubahan.
7
setiap warga negara sebagai salah satu bentuk pengetahuan dasar warga negara
atau (Civic knowledge). Pertanyaan-pertanyaan tersebut yaitu :
Apakah demokrasi itu ?
Mengapa memilih demokrasi ?
Hal apa saja yang membuat demokrasi dapat bekerja ?
Bagaimana demokrasi bekerja, apakah citizenship dalam demokrasi itu ?
Bagaimana masyarakat menjadi dan meninggalkan demokrasi peran
apakah yang dimainkan demokrasi dalam hubungan global ?
2) Kedaulatan rakyat
Muatan dalam tema kedaulatan dan konstitusi mengandung hal berikut : 1)
kedaulatan dalam berbagai perspektif teori, 2) batas-batas kedaulatan rakyat dan
konstitusi, pengetahuan mengenai citizenship dan kehidupan politik, 3) persoalan
krusial yang terjadi dalam relasi antara kedaulatan dan konstitusionalisme.
Dari keempat tema di atas bisa dikembangkan beberapa pertanyaan mengenai
kedaulatan rakyat yaitu :
Apakah kedaulatan itu ?
Bagaimana kedaulatan rakyat dijalankan ?
3) Sistem kelembagaan negara
Muatan yang terkandung dalam tema sistem kelembagaan negara yaitu penjelasan
mengenai sistem kelembagaan tinggi dalam negara modern, hubungan antara
kelembagaan politik negara untuk menjalankan mekanisme demokratis, posisi
kedaulatan rakyat dalam mekanisme yang dijalankan oleh lembaga-lembaga
negara tersebut titik tujuan dari penjelasan tema ini yaitu untuk mengetahui
mekanisme demokrasi yang dijalankan sistem kelembagaan modern dan
mengetahui sejauh mana demokrasi dijalankan secara optimal oleh lembaga-
lembaga politik dalam sistem negara modern.
Terdapat beberapa pertanyaan yang harus diajukan untuk mengembangkan tema
di atas seperti :
Apakah yang dimaksud dengan lembaga eksekutif itu ?
Apakah yang dimaksud dengan lembaga legislatif itu?
Apakah yang dimaksud dengan lembaga yudikatif itu ?
4) Hubungan kekuasaan pusat dan daerah
8
Muatan dalam tema hubungan kekuasaan pusat dan daerah mengandung hal-hal
seperti : 1) mekanisme politik pengaturan pemerintah daerah di Indonesia; 2)
sistem konstitusi yang mengatur hubungan-hubungan tersebut; 3) sistem
pembagian pendapatan antara daerah di Indonesia.
Tujuan penjelasan ini adalah sebagai berikut yaitu ;
1) Menjelaskan mekanisme politik di Indonesia yang mengatur hubungan antara
pemerintah pusat dan daerah berikut UU yang mengaturnya.
2) Mencari pemahaman sejauh mana sistem pembagian kekuasaan tersebut
melibatkan partisipasi masyarakat.
3) Mengevaluasi berbagai kelemahan sistem politik yang mengatur hubungan
antara pemerintah pusat dan daerah.
Beberapa pertanyaan dasar untuk mengembangkan tema-tema
Bagaimana sistem pemerintahan dalam berbagai tingkat diatur dalam
pemerintahan republik Indonesia ?
Bagaimana sistem pengaturan pemerintah daerah di Indonesia ?
5) Sistem ekonomi
Dalam sistem demokrasi ekonomi merupakan bagian terpenting disamping politik
muatan penting dalam tema sistem ekonomi adalah sebagai berikut :
1) Penjelasan peran pemerintah dalam usaha meningkatkan perekonomian
nasional
2) Mekanisme pemerintah dalam menegakkan rakyat di bidang ekonomi
3) Upaya-upaya negara dalam mempertahankan hubungan yang proporsional
antara kedaulatan rakyat dibidang politik dan ekonomi.
Tujuan dari pemaparan ini adalah untuk memberikan pengertian penting
kedaulatan rakyat di bidang ekonomi dan memberikan pengetahuan sistem-sistem
ekonomi dunia dan untung-ruginya dalam menegakkan demokrasi. Beberapa
pertanyaan yang harus dikembangkan untuk memperdalam wawasan tema sistem
ekonomi yaitu :
Apakah yang dimaksud dengan sistem ekonomi itu ?
Bagaimana model sistem perekonomian nasional di Indonesia?
Peranan apa sajakah yang dimainkan pemerintah dalam mengatur sistem
perekonomian nasional untuk kesejahteraan rakyat
9
Bagaimana sistem seperti ini dapat dipertahankan dalam kompetisi
dengan negara lain ?
Apa hubungannya antara keadilan ekonomi dan kebebasan politik?
10
1. Sebagai anggota masyarakat, ia mandiri titik mandiri berarti tidak mudah
dipengaruhi atau dimobilisasi teguh pendirian dan bersikap kritis pada
keputusan.
2. Memiliki tanggung jawab pribadi, politik dan ekonomi sebagai warga negara
khususnya di lingkungan masyarakatnya yang terkecil misalnya di lingkungan
RT RW desa dan seterusnya.
3. Menghargai martabat manusia dan kehormatan pribadi artinya yaitu
menghormati hak-hak asasi dan privasi pribadi orang per orang tanpa
membedakan ras warna kulit golongan ataupun warga negara yang lain.
4. Berpartisipasi dalam urusan kemasyarakatan dengan pemikiran dan sikap yang
santun.
5. Mendorong berfungsinya demokrasi konstitusional yang sehat tidak ada
demokrasi tanpa aturan hukum dan konstitusi. Tanpa konstitusi demokrasi
akan menjadi anarki oleh karena itu warga negara yang otonom harus
melakukan tiga hal untuk mewujudkan demokrasi konstitusional yaitu :
Menciptakan kultur tata hukum yang sehat dan aktif (cultur of law)
Ikut mendorong proses pembuatan hukum yang aspiratif (proses of low
making)
Mendukung pembuatan materi materi hukum yang responsif (content of
law)
Ikut menciptakan aparat penegak hukum yang jujur dan bertanggung
jawab (structure of law).
11
dipisahkan dalam materi pendidikan politik. Kemampuan warga negara untuk
memikirkan isi politik secara kritis yaitu memahami isu itu, sejarahnya,
keterkaitannya dengan masa kini serta merangkainya dengan piranti-piranti
intelektual untuk membuat berbagai pertimbangan yang akan bermanfaat dalam
menangani isu tersebut.
Prasyarat penting pendidikan politik warga negara dalam konteks membangun
kecakapan berpikir kritis adalah perlunya dibangun kesadaran kritis di kalangan
warga negara titik kesadaran kritis akan membawa warga negara untuk dapat
memiliki cara pandang yang lebih luas tentang suatu persoalan sehingga suatu
persoalan bisa diidentifikasi dan dianalisis secara cepat. Unsur dari kecakapan
intelektual meliputi kemampuan mendengar, kemampuan mengidentifikasi dan
mendeskripsikan persoalan, kemampuan menganalisis, dan kemampuan
melakukan suatu evaluasi isu-isu publik.
b. Kecakapan partisipatoris
Pendidikan politik untuk warga negara tidak hanya sekedar membahas mengenai
kesadaran kritis dan jiwa demokratis serta sikap keberpihakan warga negara.
Untuk dapat berpartisipasi dengan efektif dan bertanggung jawab serta dilandasi
dengan pengetahuan yang cukup, warga negara perlu memiliki kemampuan
tertentu untuk berpartisipasi atau disebut sebagai kecakapan partisipatoris atau
political skill keterlibatan yang tidak efektif apalagi ketiadaan partisipasi akan
mengakibatkan perubahan harkat kehidupan yang tidak signifikan bahkan
mungkin tidak ada artinya sama sekali.
Dalam pendidikan politik kecakapan partisipatoris mencakup tiga kecakapan atau
keahlian yaitu keahlian berinteraksi (interacting), keahlian memantau (mentoring)
isu public, keahlian mempengaruhi (influencing) kebijakan publik.
4. Pemilih Pemula
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum
“Pemilih adalah Warga Negara Indonesia yang sudah genap berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau lebih, sudah kawin, atau sudah pernah kawin, purnawirawan/ sudah tidak lagi
menjadi anggota TNI/Kepolisian, dan tidak dicabut hak politiknya oleh pengadilan”.
Dapat dikatakan bahwa pemilih pemula merupakan Warga Negara Indonesia yang telah
memiliki hak pilih berusia 17 tahun, sudah pernah kawin, purnawirawan TNI dan POLRI
12
dan terdaftar sebagai pemilih saat hari pemungutan suara untuk pertama kalinya pada saat
pemilihan tersebut berlangsung. (Rinda, 2020)
Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 2008 Bab IV pasal 19 ayat 1 dan 2 serta pasal
20 menyebutkan bahwa pemilih pemula adalah warga Indonesia yang pada hari pemilihan
atau pemungutan suara adalah warga Negara Indonesia yang sudah genap berusia 17
tahun dan atau lebih atau sudah/pernah kawin yang mempunyai hak pilih, dan
sebelumnya belum termasuk pemilih karena ketentuan Undang-Undang Pemilu.
Sedangkan menurut Suhartono (2009:6) pemilih pemula khususnya remaja mempunyai
nilai kebudayaan yang santai, bebas, dan cenderung pada hal-hal yang informal dan
mencari kesenangan, oleh karena itu, semua hal yang kurang menyenangkan akan
dihindari. (Asmika, 2018)
Dalam Modul Komisi Pemilihan Umum (KPU) bahwa, Pemilih Pemula adalah
pemilih yang baru pertama kali akan melakukan penggunaan hak pilihnya. Pemilih
pemula terdiri dari masyarakat yang telah memenuhi syarat untuk memilih. Adapun
syarat-syarat yang harus dimiliki untuk menjadikan seseorang dapat memilih adalah: 1.
Umur sudah 17 tahun; 2. Sudah / pernah kawin; dan 3. Purnawirawan / sudah tidak lagi
menjadi anggota TNI / Kepolisian (Tri, 2018). Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa pemilih pemula adalah warga negara Indonesia berusia 17 tahun dan sudah/pernah
kawin yang di daftar penyelenggara pemilu dalam daftar pemilih dan baru mengikuti
(memberikan suara) pertama kali dalam pemilu.
13
dilakukan dengan sepenuh hati. Dengan begitu, siapa pun yang menduduki kursi
kepemimpinan adalah mereka yang benar-benar berkualitas, memiliki integritas tinggi,
jujur, adil, amanah, dan terhindar dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Pemilih muda pada Pemilu adalah generasi baru pemilih yang memiliki sifat dan
karakter, latar belakang, pengalaman dan tantangan yang berbeda dengan para pemilih di
generasi sebelumnya Perbedaan sifat dan karakter, latar belakang, pengalaman dan
tantangan para pemilih muda Pemilu perlu dipahami dengan baik, terutama untuk
mempersiapkan pemilih muda yang cerdas, kritis dan berorientasi masa depan. Pemilih
pemula dalam kategori politik adalah kelompok yang baru pertama kali menggunakan
hak pilihnya. Orientasi politik pemilih pemula ini selalu dinamis dan akan berubah-ubah
mengikuti kondisi yang ada dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Namun terlepas
dari semua itu, keberadaan pemilih pemula tentu menjanjikan dalam setiap ajang
pemilihan umum, sebagai jalan untuk mengamankan posisi strategis yang ingin dicapai
oleh setiap kandidat yang maju dalam pemilihan. Pemilih pemula yang terdiri atas pelajar,
mahasiswa atau pemilih dengan rentang usia 17-21 tahun menjadi segmen yang memang
unik, seringkali memunculkan kejutan dan tentu menjanjikan secara kuantitas.
Generasi muda saat ini memang sangat memerlukan pengetahuan akan pentingnya
politik bagi kehidupan nantinya. Pendidikan politik sarana pembentukan karakter bagi
generasi muda, penanaman nilai-nilai pancasila sangat penting ditanamkan sejak dini.
Implementasi pendidikan politik ini, ada tiga tujuan dari pembangunan pendidikan politik
pertama, membentuk kepribadian politik, kedua kesadaran politik, ketiga partisipasi
politik. Kepribadian politik adalah sebuah sikap individu terhadap suatu permasalahan
politik yang akan menentukan tingkat kesadaran politik seseorang , hal ini dapat kita lihat
melalui tingkat pendidikan atau pengetahuan individu dalam permasalahan politik
sehingga dia mampu memposisikan diri dari kondisi tersebut dalam sebuah partisipasi
positif. Tingkat partisipasi dan kecerdasan publik akan berkolerasi pada kualitas
demokrasi dan produk-produk demokrasi seperti peraturan perundang-undangan yang
baik bagi kualitas pelayanan publik
14
menghindari terjadinya plagiasi. Untuk itu penulis melampirkan hasil penelitian
terdahulu sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Iwan Satriawan, Yordan Gunawan, King Faisal
Sulaiman, M. Bima Aoron Hafiz (2020) dengan judul “Pemilih Pemula Cerdas
Pemilu”. Metode yang digunakan adalah pendekatan berbasis partisipatif aktif dan
interaktif dengan model ceramah, pelatihan, dan participatory learning/role playing
disertai diskusi interaktif dan bedah kasus seperti kasus-kasus Hoax, money politics,
dan negative campaign. Pola ini lebih menempatkan mitra sebagai mitra/partsipan
aktif, dalam suasana kegiatan yang non formal/atraktif sehingga mampu
menghasilkan serapan pengetahuan pendidikan politik yang mencedaskan.
Terpenuhinya pemahaman dan perilaku pemilih pemula yang cerdas akan mendorong
terwujudnya hasil Pemilu 2019 yang berkualitas dalam menghasilkan pemimpin dan
para wakil rakyat yang amanah dan berjiwa negarawan. Persamaan penelitian yang
dilakukan oleh Iwan Satriawan, Yordan Gunawan, King Faisal Sulaiman, M. Bima
Aoron Hafiz dimana kedua penelitian sama-sama mengkaji tentang pemilih cerdas
bagi pemilih pemula, dan kontribusi penelitian ini terhadap penelitian yang akan
dilakukan adalah sebagai referensi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Amsori (2017) dengan judul “Penyuluhan Pendidikan
Politik Bagi Pemilih Pemula Guna Meningkatkan Partisipasi Hak Pilih Pada
Pemilihan Gubernur DKI Jakarta Tahun 2017”. Metode yang digunakan adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa artikel ini adalah semua pihak harus dapat mendukung upaya penyelenggara
Pemilu dalam hal meningkatkan kualitas proses pemilu; Meningkatkan partisipasi
pemilih; Meningkatkan kepercayaan publik terhadap proses demokrasi; dan
Membangkitkan kesukarelaan masyarakat sipil dalam agenda pemilu dan
demokratisasi. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Amsori yaitu mengkaji
tentang Pemilih cerdas bagi pemilih pemula. Perbedaan penelitian diatas adalah
lokasi, penelitian ini berlokasi di kecamatan Tanjung Priok. Kontibusi penelitian ini
terhadap penelitian yang dilakukan adalah sebagai referensi.
15
C. Kerangka Berfikir
IMPLEMENTASI ASPEK-ASPEK
PENDIDIKAN POLITIK UNTUK PEMILIK
CERDAS DAN CERMAT PEMILU BAGI
PEMILIH PEMULA DI..
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang memberi gambaran yang lebih jelas
tentangsituasi-situasi sosial. Penelitian deskriptif (descriptive research), yang biasa
disebut juga penelitian taksonomik (taxonomic research), dimaksudkan untuk eksplorasi
dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaandengan masalah dan unit yang diteliti
(Mulyadi. 2012:73).
Penelitian deskriptif berakar pada filsafat fenomenologi/postpostivis yang pertama
kali dikembangkan oleh seorang matematikawan Jerman Edmund Husserl (1850-1938).
Menurut Husserl bahwa filsafat fenomenologi berupaya untuk memahami makna yang
sesungguhnya atas suatupengalaman dan menekankan pada kesadaran yang disengaja
(intentionallity of consciousness) atas pengalaman, karena pengalaman mengandung
penampilan ke luar dan kesadaran di dalam, yang berbasis pada ingatan, gambaran dan
makna. Penelitian ini berakar pada tradisi dalam sosiologi dan antropologi yang bertujuan
untuk memahami suatu gejala seperti apa adanya tanpa harus mengontrol variabel dan
tidak berusaha menggeneralisasi gejala tersebut dalam gejala-gejala yang lain. Termasuk
dalam penelitian ini adalah etnografi, studi kasus, studi naturalistik, sejarah, biografi, teori
membumi (grounded theory), dan studi deskriptif (Creswell 1994, 50). Jenis penelitian ini
tidak sampai mempersoalkan hubungan antar-variabel yang ada; tidak dimaksudkan
untuk menarik generalisasi yang menjelaskan variabel-variabel antecedent/independent
yang menyebabkan sesuatu gejala kenyataan sosial terjadi (consequence/dependent).
Karenanya, pada suatu penelitian deskriptif, tidak menggunakan dan tidak melakukan
pengujian hipotesis (seperti yang dilakukan dalam penelitian eksplanasi); berarti tidak
dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori. Dalam
pengolahan dan analisis data, lazimnya menggunakan pengolahanstatistik yang bersifat
deskriptif (Mulyadi. 2012:73).
17
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode penelitian
deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2017:14) metode penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel
pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan.
3. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi yang dipilih peneliti adalah di kecamatan Perbaungan, tepatnya di
SMA Negeri 1 Perbaungan. Kecamatan Perbaungan adalah salah satu dari 17 kecamatan
yang berada di kabupaten Serdang Bedagai, provinsi Sumatra Utara, Indonesia.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan salah satu unsur pemusatan yang sangat penting dalam
penelitian. Hal tersebut harus dilakukan dengan cara eksplisit agar kedepannya dapat
meringankan peneliti sebelum turun atau melakukan observasi/pengamatan. Fokus
penelitian merupakan garis terbesar dalam jantungnya penelitian mahasiswa, sehingga
observasi dan analisa hasil penelitian bakal menjadi lebih terarah.
Dalam hal ini peneliti menentukan fokus penelitian melalui beberapa tahapan
observasi yang dilakukan untuk menarik masalah yang ditemukan secara rasional dan
fleksibilitas, sehingga tercapai fokus penelitian yang akan dilalui oleh peneliti dalam
rancangan penelitiannya.
Dengan begitu peneliti dapat memfokuskan masalah terlebih dahulu agar tidak terjadi
perluasan permasalahan yang nantinya tidak sesuai dengan tujuan penelitian ini. Maka
peneliti memfokuskan untuk meneliti tentang “Implementasi Aspek-Aspek Pendidikan
Politik Untuk Pemilih Cerdas Dan Cermat Dalam Pemilu Bagi Pemilih Pemula”. Dalam
hal ini, penelitian kami berfokus pada bagaimana bentuk penyuluhan agar menciptakan
pemilih yang cerdas dan cermat khusus bagi pemilih pemula ketika pelaksanaan
pemilihan umum.
18
C. Konseptualisasi Penelitian
Konseptualisasi adalah proses pembentukan konsep dengan bertitik tolak Pada gejala-
gejala pengamatan. Proses ini berjalan secara efektif dengan mengamati sejumlah gejala
secara individual kemudian merumuskannya dalam bentuk konsep. Konsep itu sifatnya
abstrak Sedangkan gejala itu bersifat konkrit. Konsep berada dalam bidang logika atau
teoretis Sedangkan gejala itu berada dalam dunia empirik atau faktual. Memberikan
konsep pada gejala itulah yang disebut dengan konseptualisasi dan konsep itu sendiri
bersifat abstrak dan dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal yang khusus.
Konseptualisasi penelitian tidak hanya merumuskan masalah tapi juga mengungkapkan
cara-cara tentang bagaimana masalah tersebut akan diteliti. Dengan demikian terdapat dua
masalah pokok yang akan dijelaskan dalam konseptualisasi penelitian yaitu penjelasan
tentang substansi yang diteliti atau aspek substantif dan penjelasan tentang
operasionalisasi penelitiannya atau aspek metodologis.
a. Definisi Konseptual
Definisi konseptual yaitu suatu definisi yang masih berupa konsep dan maknanya
masih sangat abstrak walaupun secara intuitif masih bisa dipahami maksudnya (Azwar,
2007: 72).
a. Pendidikan Politik
Istilah pendidikan politik dalam Bahasa Inggris sering disamakan dengan istilah
political sucialization. Istilah political sosialization jika diartikan secara harfiah ke
dalam bahasa Indonesia akan bermakna sosialisasi politik. Pendidikan politik adalah
bentuk pendidikan orang dewasa dengan menyiapkan kader-kader untukpertarungan
politik dan mendapatkan penyelesaian politik, agar menang dalam perjuangan politik.
b. Pemilih Pemula
Modul KPU (2010) menjelaskan bahwa pemilih pemula adalah pemilih yang baru
pertama kali akan melakukan penggunaan hak pilihnya, berusia 17-21 tahun.
b. Definisi Operasional
a. Pendidikan Politik
Pendidikan politik itu adalah suatu proses penanaman nilai-nilai politik yang
dilakukan secara sengaja, trencana, bisa bersifat formal maupun informal, dilakukan
secara terus menerus dari generasi ke generasi, agar warganegara mau berpartisipasi
dalam politik, serta memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban secara bertanggung
jawab.
19
b. Pemilih Pemula
Pemilih pemula terdiri atas masyarakat yang telah memenuhi syarat untuk
memilih, telah didaftarkan melalui pendataan yang dilakukan oleh petugas yang
ditunjuk oleh penyelenggara pemilihan umum.
20
data yang ditetapkan (Sugiyono, 2017:308). Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan pada peelitian ini yaitu menggunakan angket atau kuesioner dan observasi.
E. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2017:333) dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang
digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji
hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Karena datanya kuantitatif, maka teknik
analisis data menggunakan metode statisik yang sudah tersedia. Analisa data dilakukan
menggunakan metode kuantitatif dengan cara interpretasi data dan informasi yang telah
dikumpulkan melalui pemahaman mendalam dengan prinsip validitas, objektifitas dan
rebilitas. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan sejak awal sampai
sepanjang proses penelitian berlangsung. Pengolahan dan analisis data, dilakukan dengan
menggunakan analisis statistik deskriptif yaitu analisis tabel frekuensi dan
persentase.Perhitungan persentase adalah dengan rumus sebagai berikut.
p = f/n x 100%
di mana :
p = Nilai persentase yang dicari;
f = Frekuensi, yaitu banyaknya nilai pada setiap kategori data;
n = Sampel, yaitu jumlah sampel.
Berdasarkan persentase jawaban responden yang akan dating, ditentukan kategori
tingkat pemahaman dan implementasi nilai-nilai Pancasila sebagai berikut.
s.d. 59 % = kategori rendah
60 s.d. 79 % = kategori sedang
80 s.d. 100% = kategori tinggi
21
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Penetapan lokasi
penelitian merupakan tahap yang sangat penting dalam penelitian kuantitatif, karena
dengan ditetapkannya lokasi penelitian berarti objek dan tujuan sudah ditetapkan
sehingga mempermudah peneliti dalam mealakukan penelitian. Adapun lokasi
penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Perbaungan yang merupakan salah satu
satuan pendidikan dengan jenjang Sekolah Menengah Atas di Perbaungan. Dalam
menjalankan kegiatannya, SMA Negeri 1 Perbaungan berada di bawah naungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. SMA Negeri 1 Perbaungan berlokasi
tepat di Jl. H. Tengku Rizal Nurdin, Batang Terab, Kecamatan Perbaungan,
Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, dengan kode pos 20986.
SMA Negeri 1 Perbaungan telah memiliki akreditasi A, berdasarkan sertifikat
694/BAP-SM/LL/XI/2017.
Benar Salah
1 10 10 50% 50%
2 16 4 80% 20%
3 12 8 60% 40%
4 10 10 50% 50%
5 9 11 45% 55%
22
6 14 6 70% 30%
7 15 5 75% 25%
8 17 3 85% 15%
9 19 1 95% 5%
10 14 6 70% 30%
Dalam hal ini, peneliti telah merangkum semua data dengan cara menganalisis
menggunakan metode analisis data guna menjamin vailidasi data dan
mengelompokkan suatu data tersebut. Hal ini peneliti akan menggunakan rumus
analisi data yaitu :
f
P= x100
N
Keterangan :
P : Presentase Jawaban
f : Frekuensi nilai yang diperoleh dari seluruh item
N : Jumlah responden
23
Analisis pertanyaan no. 2
16
P= x100 = 80 %
20
Analisis pertanyaan no. 3
12
P= x100 = 60%
20
Analisis pertanyaan no. 4
10
P= x100 =50 %
20
Analisis pertanyaan no.5
9
P= x100 = 45 %
20
Analisis pertanyaan no. 6
14
P= x100 = 70%
20
Analisis pertanyaan no. 7
15
P= x100 = 75 %
20
Analisis pertanyaan no. 8
17
P= x100= 85 %
20
Analisis pertanyaan no. 9
19
P= x100 = 95 %
20
Analisis pertanyaan no. 10
14
P= x100 = 70%
20
24
20
18
16
14
12
10 Benar
Column1
8
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. Asas Pemilu
Dari pertanyaan tersebut telah didapatkan data bahwa sebanyak 16 peserta
didik Kelas X-3 SMA Negeri 1 Perbaungan menjawab benar dengan persentase 80%.
Selebihnya menjawab salah dengan persentase 20%. Maka dapat di defenisikan
25
bahwa peserta didik Kelas X-3 SMA Negeri 1 Perbaungan sangat memahami tentang
asas pemilu yakni asas adil.
3. Lembaga Pemilu
Dari pertanyaan tersebut telah didapatkan data bahwa sebanyak 12 peserta
didik Kelas X-3 SMA Negeri 1 Perbaungan menjawab benar dengan persentase 60%.
Selebihnya menjawab salah dengan persentase 40%. Maka dapat di defenisikan
bahwa peserta didik Kelas X-3 SMA Negeri 1 Perbaungan memahami tentang
lembaga Pemilu.
6. Tujuan Pemilu
Dari pertanyaan tersebut telah didapatkan data bahwa sebanyak 14 peserta
didik Kelas X-3 SMA Negeri 1 Perbaungan menjawab benar dengan persentase 70%.
Selebihnya menjawab salah dengan persentase 30%. Maka dapat di defenisikan
bahwa peserta didik Kelas X-3 SMA Negeri 1 Perbaungan memahami tentang tujuan
Pemilu.
26
Selebihnya menjawab salah dengan persentase 25%. Maka dapat di defenisikan
bahwa peserta didik Kelas X-3 SMA Negeri 1 Perbaungan memahami tentang
perbuatan warga Negara yang mencerminkan tanggungjawab dalam Pemilu.
27
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan politik itu adalah suatu proses penanaman nilai-nilai politik yang
dilakukan secara sengaja, trencana, bisa bersifat formal maupun informal, dilakukan
secara terus menerus dari generasi ke generasi, agar warganegara mau berpartisipasi
dalam politik, serta memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban secara bertanggung
jawab. Hal ini dimaksudkan agar dapat mewujudkan kesadaran dan partisipasi
berdemokrasi dalam kehidupan bernegara.
Pemilih pemula yang terdiri atas pelajar, mahasiswa atau pemilih dengan rentang usia
17-21 tahun menjadi segmen yang memang unik, seringkali memunculkan kejutan
dan tentu menjanjikan secara kuantitas. Pemilih muda pada Pemilu adalah generasi
baru pemilih yang memiliki sifat dan karakter, latar belakang, pengalaman dan
tantangan yang berbeda dengan para pemilih di generasi sebelumnya Perbedaan sifat
dan karakter, latar belakang, pengalaman dan tantangan para pemilih muda Pemilu
perlu dipahami dengan baik, terutama untuk mempersiapkan pemilih muda yang
cerdas, kritis dan berorientasi masa depan.
Para pemilih pemula ini umumnya tidak memiliki pendidikan politik yang memadai.
Pendidikan politik di sekolah dapat diberikan melalui pendidikan pemilih (voters
education) bagi siswa sebagai pemilih pemula yang memiliki jumlah sangat signifikan
dalam kegiatan pemilihan. Pendidikan pemilih/politik memiliki peranan yang sangat
penting dalam membangkitkan kesadaran dan daya kritis siswa tentang hak pilihnya,
sehingga siswa memiliki pemahaman akan pelaksanaan pemilu/pilkada yang
merupakan bagian dari proses demokrasi yang dilakukan dengan sepenuh hati.
B. Saran
Maka berdasarkan hasil penelitian miniriset ialah Pendidikan politik harus dilakukan
secara konsisten dan terus menerus. Karena pendidikan politik itu bukan hanya
terletak pada aspek milih-memilih namun lebih dari itu. Pendidikan politik mencakup
segala aspek kehidupan. Pendidikan politik yang baik akan menghasilkan masyarakat
yang baik yang terdidik secara politik.
28
DAFTAR PUSTAKA
Alex, V. ,. (n.d.). Pentingnya Pendidikan Politik Generasi Muda Terhadap Pelksanaan
Partisipasi Politik Distrik Samofora Kabupaten Biak Numfor.
Amsori. (2017). Penyuluhan Pendidikan Politik Bagi Pemilih Pemula Guna Meningkatkan
Partisipasi Hak Pilih Pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta Tahun 2017. Jakarta.
Journal Of Empowerment
Asmika, R. (2018). Konsep Dasar Pendidikan Politik Bagi Pemilih Pemula. Jurnal Ilmu-Ilmu
Sosial, 44-51.
Edwin, N. (2015). Implementasi Pendidikan Politik Bagi Wrga Negara Dalam Rangka
Mewujudkan Demokratisasi Di Indonesia. Jurnal Bhineka Tunggal Ika, 54-58 ; Vol 2
No 1.
Eko, H., & Puji, L. (2017). Pendidikan Politik . Yogyakarta: Pohon Cahaya.
Ramlan. (2018). Konsep Dasar Pendidikan Politik Bagi Pemilih Pemula Melalui Pendidikan
Kewarganegaraan. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial.
Rinda, E. S. (2020). Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Kalimantan Timur Tahun 2018 di Kabupaten Paser. Jurnal Pemerintah
Integratif, 516-527.
Satriawan, Gunawan, Sulaiman, Hafiz. (2020) Pemilih Pemula Cerdas Pemilu. Yogyakarta:
Jurnal Pengabdian Masyarakat
29
Lampiran 1
1. Para pemilih diharuskan untuk memberikan suaranya secara langsung, tanpa perantara dan
tidak boleh diwakilkan oleh orang lain. Asas ini berguna untuk menghindari kecurangan atau
jual beli suara jika ada sistem perwakilan dalam pemungutan suara. Adapun asas pemilu yang
dimaksud adalah...
A. Langsung
B. Bebas
C. Rahasia
D. Jujur
E. Adil
2. Peserta Pemilu bersama pemilih diperlakukan secara sama tanpa ada pengistimewaan
ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Penyelenggara pemilu harus
memastikan keadilan bagi semua pihak selama proses pemilihan umum. Adapun asas pemilu
yang dimaksud adalah...
A. Langsung
B. Bebas
C. Rahasia
D. Jujur
E. Adil
30
D. Bawaslu, DKKP, BPK
E. KPU, Bawaslu, BPK
4. Untuk melaksanakan Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota di tingkat kecamatan dan desa/kelurahan masing-masing dibentuk PPK dan
PPS. KPPS dibentuk oleh PPS. Berikut ini manakah pernyataan yang benar...
A. PPK berkedudukan di pusat pemerintahan kecamatan. PPS berkedudukan di
kecamatan bersama PPK. KPPS berkedudukan di tempat pemungutan suara.
B. PPK berkedudukan di tempat pemungutan suara. PPS berkedudukan di
desa/kelurahan. PPk berkedudukan di pusat pemerintahan kecamatan.
C. PPK berkedudukan di pusat pemerintahan kecamatan. PPS berkedudukan di
desa/kelurahan. KPPS berkedudukan di tempat pemungutan suara.
D. PPK berkedudukan di desa. PPS berkedudukan di kecamatan. KPPS berkedudukan di
pusat pemerintahan kecamatan.
E. PPK, PPS, KPPS berkedudukan di pusat pemerintahan kecamatan
7. Contoh perbuatan warga negara yang mencerminkan rasa tanggung jawab terhadap
pelaksanaan pemilu adalah….
A. Menjadi saksi partai politik tertentu
B. Ikut memilih dalam pemilu
C. Membantu menghitung perolehan suara
D. Ikut kampanye dengan atribut lengkap
E. Membantu menjalankan money politik
8. Komisi yang bertanggung jawab akan pelaksanaan pemilihan umum di indonesia adalah….
A. Komisi Yudisial
B. Mahkamah Konstitusi
C. Komisi Pemilihan Umum
D. Komisi Pemberantasan korupsi
31
E. Dewan Perwakilan Rakyat
9. Syarat untuk terlibat menjadi pemilih dalam Pemilu adalah genap berusia…
A. 17 tahun
B. 18 Tahun
C. 19 Tahun
D. 20 Tahun
E. 21 Tahun
10. Pemilu dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil . Pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota…
A. DPR
B. MPR
C. MA
D. DPR,DPD,DPRD Provinsi,dan DPRD kabupaten/kota
E. KY
32
Lampiran 2
KUNCI JAWABAN
SOAL DARI ANGKET
2 E 7 B
3 C 8 C
4 C 9 A
5 C 10 D
33
Lampiran 3
DOKUMENTASI
34
35
Lampiran 4
a. AYAH : Suhardi
36