Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PEMBELAJARAN DARING ABAD 21 BERBASIS LITERASI IPS SD


Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran IPS
Sekolah Dasar Oleh Dosen/Asisten Dosen :
Dr. H. Dadang Iskandar, M. Pd., / Abdul Mu’min Saud, S.Sos., M.Pd

Disusun oleh Kelompok 8 :


Rosidah Nurhasanah 195060036
Kiki Wahyuni 195060037
Yuan Oemar Surindani 195060038
Sa’adah Afifah 195060039
Raden Deby Cyntia Dinanti 195060040

Kelas 5A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan pada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami diberikan kesehatan dan dapat membuat
tugas makalah berjudul “Pembelajaran Daring Abad 21 Berbasis Literasi IPS SD”
ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Terimakasih juga kepada Bapak Dr. H. Dadang Iskandar, M. Pd.,/Abdul
Mu’min S.Sos., M.Pd selaku Dosen/Asisten mata kuliah Inovasi Pembelajaran
IPS Sekolah Dasar di kelas kami yang telah memberikan ilmu yang sangat banyak
dan bermanfaat bagi kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai kemampuan kami dan terselesaikan tepat pada waktunya.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih juga kepada teman-teman anggota
kelompok yang telah meluangkan waktu dan memberikan tenaga, ide serta
ilmunya dalam proses pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat
terselesaikan, meskipun terpisah oleh jarak.
Kami menyadari betul makalah yang kami buat jauh dari kata baik, maka
dari itu kami meminta para pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun agar makalah yang kami buat selanjutnya dapat meningkat lebih
baik. Terimakasih.

Bandung, 05 Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3

1.3 Tujuan........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

2.1 Pembelajaran daring abad 21 berbasis literasi IPS SD...................................4

2.2 Model Pembelajaran Daring Berbasis literasi IPS SD...................................6

2.3 Langkah – Langkah model pembelajaran daring berbasis literasi IPS SD....8

2.4 Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Daring Berbasis Literasi IPS SD


10

BAB III PENUTUP...............................................................................................12

3.1 Kesimpulan...................................................................................................12

3.2 Saran.............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemerintah Indonesia menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) yang dilanjutkan dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) untuk memutus mata rantai pandemi COVID-19.
Masyarakat mendukung kebijakan tersebut dengan membatasi pertemuan,
pekerjaan, dan bahkan di dunia pendidikan mengganti aktivitasnya dari belajar
tatap muka menuju pembelajaran dalam jaringan.
Selama 20 tahun belakangan ini, dunia pendidikan di Indonesia terus
berupaya merubah arah pembelajaran konvensional menuju pembelajaran
modern dengan metode dan model pembelajaran yang lebih bervariatif sesuai
paradigma pembelajaran modern di abad 21. Metode klasikal seperti ceramah
bertransformasi dengan metode diskusi maupun presentasi yang lebih
berorientasi pada pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Penggunaan sumber belajar diarahkan pada segala jenis sumber belajar
dan peserta didik diharapkan mampu menguasai literasi digital yang
merupakan salah satu aspek dalam keterampilan abad 21. Beberapa pakar
pendidikan telah menyusun dan merangkai aspek pembelajaran abad 21
seperti yang diungkapkan oleh Farisi (2016) bahwa pendidikan abad 21 harus
memenuhi aspek Learning and Inovation, Digital Literacy, Carrer and Life
Skill.
Harapan yang ditumpukan pada pembelajar di abad 21 harus memiliki
keterampilan Learning and Inovation yang terdiri dari; 1) Critical Thinking
and Problem Solving; 2) Communication; 3) Collaboration; 4) Creativity and
Inovation (Ratna Hidayah, dkk. 2017: 127). Digital Literacy terkait
kemampuan siswa memilah dan mengolah informasi dari sumber digital,
seperti dari internet baik yang diakses menggunakan smartphone atau dari alat

1
bantu lainnya serta dapat memenuhi tuntutan Carrer and Life Skill dimana
dalam kehidupan yang

1
berkelanjutan dibutuhkan kepribadian peserta didik yang berakhlak, jujur,
berintegritas tinggi dalam menggunakan keilmuan untuk mengarungi
kehidupan selanjutnya baik dalam dunia pekerjaan ataupun dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Pembelajaran secara daring membawa implikasi terhadap interaksi
sosial di lingkungan sekolah. Interaksi siswa dengan guru dalam hal
komunikasi cenderung menurun bahkan komunikasi verbal antar siswa sudah
jarang dilakukan, komunikasi dilakukan melalui alat bantu teknologi,
sedangkan pembelajaran yang dilakukan terpaksa menggunakan aplikasi
seperti google classroom dan WhatsApps (WA).
Jenjang pendidikan sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan
formal bagi anak pada usia 6 sampai 13 tahun. Fungsi dari pendidikan usia
sekolah dasar yaitu, membekali kemampuan dasar pada peserta didik terkait
berpikir kritis dan pembentukan kepribadian yang sesuai karakter bangsa.
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, pada jenjang pendidikan
dasar merupakan landasan menuju pendidikan menengah, tanpa jenjang
pendidikan dasar siswa tidak akan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
pendidikan menengah. Saat ini pada jenjang pendidikan sekolah dasar materi
pelajaran disederhanakan dengan menggunakan pendekatan tematik terpadu.
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang berlandaskan
dari sebuah makna kemudian dikembangkan oleh guru dan siswa dengan
keterkaitannya dengan mata pelajaran lain yang relevan. Dalam pembelajaran
tematik terpadu, termuat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah
dasar. Materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada jenjang pendidikan
dasar lebih banyak mengkaji tentang kehidupan manusia di dalam masyarakat
(Siska, 2016). Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu ilmu yang
mempelajari kehidupan manusia sebagai makhluk individu maupun sosial,
serta interaksi dengan alam sekitar. Menurut Siska (2016:7) adanya Ilmu
Pengetahuan Sosial ini akan membantu siswa dalam berhubungan baik dengan
sesama manusia maupun lingkungannya sehingga memiliki pengetahuan,
keterampilan dan nilai yang dapat digunakan dalam berbagai kegiatan
masyarakat

2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari atar belakang di atas yaitu :
1. Apa pengertian dari pembelajaran daring abad 21 berbasis Literasi?
2. Apa saja macam- macam model pembelajaran daring berbasis literasi IPS
SD?
3. Apa saja Langkah – Langkah model pembelajaran daring berbasis literasi
ips SD?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran daring berbasis literasi
ips sekolah dasar?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang di dapat dari rumusan masalah di atas yaitu :
1. Dapat mengetahui ap aitu pembelajaran daring abad 21 berbasis literasi
IPS SD!
2. Dapat mengetahui model pembelajaran daring berbasis literasi IPS SD!
3. Dapat mengetahui Langkah – Langkah model pembelajaran daring
berbasis literasi IPS SD!
4. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran daring berbasis
literasi ips sd!

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembelajaran daring abad 21 berbasis literasi IPS SD


1. Pembelajaran Daring
Pembelajaran daring sederhananya dapat diartikan sebagai
sebuah sistem kegiatan pembelajaran yang dilakukan tanpa melalui tatap
muka secara langsung melainkan melalui jaringan internet. 
Kusumawardani menyebut pembelajaran daring sebagai bagian dari E-
Learning  atau pembelajaran elektronik. E-Learning menurutnya
merujuk pada sebuah proses pembelajaran yang memanfaatkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai mediumnya. E-
Learning merupakan hasil integrasi yang sistematis atas komponen-
komponen pembelajaran yang tetap memperhatikan mutu, sumber
belajar, serta berciri  khas adanya interaksi pembelajaran (engagement)
lintas waktu juga ruang.
Daring sendiri merupakan sebuah singkatan dari frasa “dalam
jaringan” sebuah terjemahan dari kata online  untuk menyebut perangkat
elektronik yang terhubung ke dalam jaringan internet. Pembelajaran
daring berarti kegiatan belajar mengajar yang dilakukan melalui medium
internet. Sebenarnya istilah pembelajaran daring sudah dari dulu ada
bahkan sebelum populer seperti sekarang. Kegiatan pembelajaran daring
dianggap sebagai sebuah inovasi pembelajaran di tengah kemajuan
teknologi yang kian pesat. Istilah ini semakin populer di masa pandemi
COVID-19 sebagai sebuah solusi dari kebijakan pemerintah dunia yang
melarang aktivitas atau kegiatan dengan jumlah banyak orang. 
Kegiatan pembelajaran daring dilakukan melalui
berbagai platform  komunikasi khusus yang memungkinkan aktivitas
pembelajaran selayaknya di dalam kelas dapat dilakukan.
Seperti Google Classroom, Google Meet, Zoom, Edmodo,  dan lain
sebagainya. Melalui platform  tersebut interaksi antara pengajar dengan

4
siswa pun dapat berjalan, materi pelajaran hingga ujian atau tes pun
dapat

4
dilakukan.  Adanya pembelajaran daring menunjukkan kepada kita
betapa pentingnya kegiatan belajar mengajar untuk tetap dilaksanakan
meskipun keadaan yang tidak memungkinkan untuk bertemu secara
langsung. 

2. Literasi
Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan
memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis.
Dalam perkembangannya, definisi literasi selalu berevolusi sesuai dengan
tantangan zaman. Jika dulu definisi literasi adalah kemampuan membaca
dan menulis. Saat ini, istilah Literasi sudah mulai digunakan dalam arti
yang lebih luas. Dan sudah merambah pada praktik kultural yang berkaitan
dengan persoalan sosial dan politik.
Definisi baru dari literasi menunjukkan paradigma baru dalam
upaya memaknai literasi dan pembelajaran nya. Kini ungkapan literasi
memiliki banyak variasi, seperti Literasi media, literasi komputer, literasi
sains, literasi sekolah, dan lain sebagainya. Hakikat ber-literasi secara
kritis dalam masyarakat demokratis diringkas dalam lima verba:
memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi
teks. Kesemuanya merujuk pada kompetensi atau kemampuan yang lebih
dari sekedar kemampuan membaca dan menulis. Dan secara etimologis
istilah literasi sendiri berasal dari bahasa Latin “literatus” yang dimana
artinya adalah orang yang belajar. Dalam hal ini, literasi sangat
berhubungan dengan proses membaca dan menulis.
Education Development Center (EDC) menyatakan bahwa Literasi
lebih dari sekedar kemampuan baca tulis. Namun lebih dari itu, Literasi
adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill
yang dimiliki dalam hidupnya. Dengan pemahaman bahwa literasi
mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia.
Jadi dapat di simpulkan bahwa pembelajaran daring berbasis
literasi IPS SD ini yaitu pembelajaran ips yang menggunakan media
digital dengan kemampuan membaca suatu materi pembelajaran dengan

5
cara mengakses materi pembelajaran menggunakan website-website yang
telah di sediakan

5
oleh guru pengajar agar siswa mampu menguasai dan memahami pembelajaran
yang ada pada abad 21 saat ini.

2.2 Model Pembelajaran Daring Berbasis literasi IPS SD


A. Model Inquiry Learning

1) Pengertian

Model pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang


menekankan pada keaktifan siswa untuk memiliki pengalaman belajar dalam
menemukan konsep-konsep materi berdasarkan masalah yang diajukan (Shoimin,
2017: 85). Artinya dalam model ini pembelajaran yang lebih dipusatkan pada
siswa, dimana mereka harus menggunakan keaktifannya sehingga menemukan
konsep, sedangkan guru lebih bertugas untuk mengawasi dan mendorong siswa
menemukan konsep tersebut.

B. Model Project Based Learning

1) Pengertian

Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada


permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan
insvestigasi dan memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing
peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai
subjek (materi) dalam kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta
didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang
bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif (Sufairoh,
2016: 123).

C. Model pembelajaran berbasis masalah

1) Pengertian

Duch dalam Shoimin (2017: 130) menjelaskan bahwa problem based learning
atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang bercirikan
adanya pemasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar

6
berpikir kritis keterampilan memcahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.
Pendekatan

6
PBM berkaitan dengan penggunaan kecerdasan dari dalam individu yang berada
dalam sebuah kelompok atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang
bermakna, relevan dan kontekstual (Rusman, 2016: 247). Artinya secara umum
model pembelajaran ini menuntut siswa untuk memecahkan masalah
menggunakan kecerdasannya secara bijak.

2) Karakteristik

Min Liu dalam Shoimin (2017: 130-131) berdasrkan terori yang dikembangkan
Barrow menjelaskan beberapa karakteristik dari PMB yaitu.

a) Learning is student-centered Proses pembelajaran dalam PBL lebih


menitikberatkan kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu PBL
didukung juga oleh teori kontruktivisme dimana siswa didorong untuk
mengembangkan pengetahuannya sendiri.

b) Authentic problems form the organizing focus for learning Masalah yang
disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa mampu
dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam
kehidupan profesionalnya nanti

c) New information is acquired through self-directed learning Dalam proses


pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua
pengetahuan prasyaratnya sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui
sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.

d) Learning occurs in small grup Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran
dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan
dalam kelompok kecil.

e) Teachers act as facilitators Pada pelaksanaan PBM guru hanya berperan sebagai
fasilitator. Meskipun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas
siswa dan mendorong mereka agar mencapai target yang hendak dicapai

7
2.3 Langkah – Langkah model pembelajaran daring berbasis literasi IPS SD
Penggunaan Model Pembelajaran E-Learning dan Media Sosial di dalam
pembelajaran IPS SD merupakan salah satu langkah dalam menerapkan model
pembelajaran daring berbasis literasi IPS SD.Literasi disini lebih dimaksudkan
kepada literasi digital sebagai media pembelajaran kepada siswa.
Ada beberapa langkah yang dapat menjadi renungan bersama dalam perbaikan
sistem pendidikan kita khususnya terkait pembelajaran daring:
1. Semua guru harus bisa mengajar jarak jauh yang notabene harus
menggunakan teknologi. Peningkatan kompetensi pendidik di semua
jenjang untuk menggunakan aplikasi pembelajaran jarak jauh mutlak
dilakukan. Memang jumlahnya sangat banyak, untuk memastikan sekitar 3
jutaan guru di Indonesia memiliki kompetensi yang memadai dalam
memanfaatkan teknologi tentu bukan perkara mudah. kompetensi minimal
TIK guru level 2 harus segera diwujudkan termasuk kemampuan
melakukan vicon (video conference) dan membuat bahan ajar online.
Level 2 ini merupakan pengelompokan komptensi TIK guru yang ideal
berdasarkan Teacher ICT Competencies Framework oleh UNESCO. Level
tertinggi adalah level 4 dimana guru sudah mampu menjadi trainer bagi
guru yang lain. Jika kompetensi guru sudah level2, maka guru akan
mampu menyiapkan sistem belajar, silabus dan metode pembelajaran
dengan pola belajar digital atau online.Pemerintah tidak harus sendiri,
upaya menggandeng banyak pihak penyedia portal daring sangat tepat
dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun leading
sektor urusan kebijakkan pembelajaran daring harus dikendalikan
dibawah kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Pemakaian teknologipun juga tidak asal-asalan, ada ilmu khusus agar
pemanfaatan teknologi dapat menjadi alat mewujudkan tujuan Pendidikan
yakni teknologi Pendidikan (TP). Pembelajaran online tidak hanya
memindah proses tatap muka menggunakan aplikasi digital, dengan
disertai tugas-tugas yang menumpuk. Ilmu teknologi pendidikan

8
mendesain sistem agar pembelajaran online menjadi efektif, dengan
mempertimbangkan

8
tujuan pendidikan secara khusus. Prinsip-prinsip pemanfaatan teknologi
yang harus menjadi acuan guru dalam meamanfaatkan teknologi yaitu
mampu menghadirkan fakta yang sulit dan langka ke dalam kelas,
memberikan ilustrasi fenomena alam dan ilmu pengetahuan, memberikan
ruang gerak siswa untuk bereksplorasi, memudahkan interaksi dan
kolaborasi antara siswa-guru dan siswa-siswa, serta menyediakan layanan
secara individu tanpa henti. Namun sangat sedikit guru yang memahami
prinsip-prinsip diatas. Hal ini menuntut stakeholder terkahit utamanya para
Pengembang Teknologi Pembelajaran harus lebih banyak berinovasi dan
mencari terobosan pembelajaran di masa darurat seperti Covid-19 saat ini.
3. Pola pembelajaran daring harus menjadi bagian dari semua pembelajaran
meskipun hanya sebagai komplemen. Intinya supaya guru membiasakan
mengajar online. Pemberlakuan sistem belajar online yang mendadak
membuat sebagian besar pendidik kaget. Ke depan, harus ada kebijakan
perubahan sistem untuk pemberlakuan pembelajaran online dalam setiap
mata pelajaran. Guru harus sudah menerapkan pembelajaran berbasis
teknologi sesuai kapasitas dan ketersediaan teknologi. Inisiatif
kementerian menyiapkan portal pembelajaran daring Rumah Belajar patut
didukung meskipun urusan daring saat covid 19 yang memaksa siswa dan
guru menjalankan aktifitas di rumah tetap perlu dukungan penyedia
layanan daring yang ada di Indoesia
4. Guru harus punya perlengkapan pembelajaran online. Peralatan TIK
minimal yg harus dimiliki guru adalah laptop dan alat pendukung video
conference. Keberadaan pernagkat minimal yang harus dimiliki guru
sangat perlu dipikirkan Bersama baik pemerintah kab/kota, provinsi dan
pusat termasuk ortang tua untuk sekolah yang diselenggarakan oleh
masyarakat. Sudah banyak fintech yang bergerak dibidang pemberian
bantuan pengadaan perangkat teknologi baik untuk siswa, guru maupun
sekolah.
5. Ketimpangan infrastruktur digital antara kota besar dan daerah harus
dijembatani dengan kebijakan teknologi afirmasi untuk daerah yang

9
kekurangan. Akses internet harus diperluas dan kapasitas bandwithnya
juga harus ditingkatkan. Pemerintah Indonesia sudah berhasil membangun

9
infrastruktur komunikasi Palapa Ring yang diresmikan Bapak Presiden Joko
Widodo di akhir tahun 2019 menjadi tulang punggung infrastruktur digital
dari Aceh hingga Papua. Tapi, jangkauan akses harus diperluas agar sebanyak
mungkin sekolah, pendidik dan siswa merasakan manfaatnya

2.4 Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Daring Berbasis Literasi IPS


SD
Kekurangan pembelajaran daring (online) adalah:

1. Sulit untuk mengontrol mana siswa yang serius mengikuti pelajaran dan
mana yang tidak.
2. Pembelajaran lebih banyak bersifat teoretis dan minim praktik karena
tidak dimungkinkan adanya interaksi langsung dengan siswa.
3. Bagi mereka yang tinggal di lokasi yang infrastruktur komunikasinya
masih kurang baik tentu akan kesulitan untuk mengakses internet.
4. Tidak semua siswa memiliki dan mampu mengakses peralatan yang
dibutuhkan (entah itu komputer, laptop, atau gawai lainnya) untuk
pembelajaran online.
5. Terlalu banyak distraksi yang bisa mengganggu konsentrasi siswa saat
belajar.

Kelebihan pembelajaran daring/online adalah:

1. Waktu dan tempat lebih efektif. Siswa bisa langsung mengikuti proses
belajar dari rumah.

2. Siswa tidak hanya bergantung pada guru, tapi juga bisa belajar untuk
melakukan riset sendiri melalui internet

10
3. Otomatis siswa dilatih untuk lebih menguasai teknologi informasi yang
terus berkembang

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Di era pandemi covid-19 seperti yang terjadi sekarang memang suatu tantangan
bagi pendidik dan peserta didik. Dengan begitu mendorong guru untuk
menggunakan strategi yang mumpuni guna meningkatkan kualitas
pembelajarannya, agar bisa menyesuaikan keadaan sekarang dan sesudah pandemi
covid-19, termasuk memperbaiki pembelajaran IPS SD. Pembelajaran IPS yang
bermakna diharapkan dapat memberikan konsep pemahaman kepada siswa dalam
mempelajari bahkan menemukan berbagai alternatif solusi terkait pandemi covid-
19 dan fenomena sosial maupun masalah sosial menuju era society 5.0. Maka dari
itu sikap dan presepsi guru dan siswa didalam pembelajaran IPS SD perlu
ditingkatkan sebagai dasar ketercapaian pembelajaran IPS SD seperti
mengkolaborasikan dengan media sosial yang sering di pakai, salah satunya
Instagram dan Youtube

3.2 Saran
Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sevima, A. (2020, Oktober 14). sevima. Diambil kembali dari Pengertian Literasi
Menurut Para Ahli, Tujuan, Manfaat, Jenis dan Prinsip:
https://sevima.com/pengertian-literasi-menurut-para-ahli-tujuan-manfaat-
jenis-dan-prinsip/

Salmaa. (2021, April 14). deepublis, Cerdas, sukses, mulia, lintas generasi.
Retrieved from Pengertian, Kendala, Manfaat dan Strategi Pembelajaran
Daring: https://penerbitdeepublish.com/pembelajaran-daring/

Azlansyah, E. M. (2021). Penggunaan Model Pembelajaran E-Learning dan


Media Sosial di Dalam Pembelajaran IPS SD Selama dan Setelah Pandemi
Covid-19. Indonesian Journal of Primary Education, Vol. 5, No. 1 hlm.
93-104.

12

Anda mungkin juga menyukai