Anda di halaman 1dari 5

Nama : Risal Fadhil R.

No : 26
Kelas : XII IPS 3
BATIK ECO PRINT

LINK YOUTUBE : https://youtu.be/F7zPTcR1bFE

Identifikasi Batik Eco Print


Batik ECO print dapat dikategorikan ke dalam jenis batik yang dibuat dengan cara
mereplika tumbuhan ke dalam kain untuk menciptakan warna serta pola motif yang menarik.
Bagian tumbuhan yang digunakan untuk mewarnai kain batik inipun sangat beragam bisa
berupa dedaunan, bunga, batang bahkan ranting. Sedikit berbeda dengan kain batik tulis dan
kain batik cap yang pada tahap tertentu banyak melibatkan bahan kimia, kain batik ECO print
justru dibuat menggunakan unsur-unsur alami tanpa bahan sintetis atau kimia. Karena itulah
batik ini sangat ramah lingkungan dan tidak menimbulkan pencemaran air, tanah atau udara.
Seperti halnya kain tradisional Indonesia yang dibuat dengan teknik tulis, teknik cap,
teknik ikat celup maupun teknik membatik yang lainnya kain batik ECO print pada
prinsipnya juga memiliki keistimewaan tersendiri.
1. Tampilan motif batik yang dibuat dengan teknik ECO print secara umum akan terkesan
unik karena pola yang dihasilkan jadi tidak menentu.
2. Motif kain kain baik ECO print justru bersifat lebih eksklusif dan berbeda dari kebanyakan
batik lainnya karena tidak ada yang menyamai.
3. Dengan corak dan nilai motif yang alami, produk batik ECO print juga bernilai ekonomis
cukup tinggi bahkan harganya hampir sama dengan batik tulis.
Alat dan Bahan
Beberapa alat dan bahan yang dimaksud diantaranya:
1. Selembar kain polos berwarna putih sebagai bahan utama batik ECO print.
2. Kertas koran sebagai alas lantai agar tidak kotor selama proses pembatikan berlangsung.
3. Palu untuk memukul-mukul bahan kain dan mengeluarkan zat warna alami dari tanaman.
4. Tawas untuk mordanting dan ksasi kain batik.
5. Daun, bunga, batang dan bagian tanaman lainnya yang masih segar sebagai bahan pewarna
kain.
6. Plastik
7. Larutan tunjung
8. 500 gram kayu pewarna alam.
9. 5 liter air
10. Pewarna kayu tingi/manggis
Syarat Bahan
Untuk menentukan apakah sebuah tanaman bisa dijadikan pewarna kain batik ECO print atau
tidak anda bisa mengujinya berdasarkan aroma, warna tanaman dan kandungan airnya.
1. Tanaman yang mengeluarkan aroma tajam menjadi salah satu indikasi bahwa tanaman
tersebut dapat dipakai sebagai pewarna alam.
2. Gosokkan daun dengan tangan atau ke permukaan kain. Bila meninggalkan noda maka
daun tersebut potensial untuk dijadikan pewarna alam.
3. Rendam daun pada air panas selama 10 menit. Bila air berubah warna maka tanaman
tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk pewarna alam.
Cara Membuat Batik ECO Print
Cara singkat
1. Pilih daun daun yang bertekstur
2. Daun direndam air panas 10 menit, tiriskan(lap dengan tissue), rendam lagi 10 sampai 15
menit dengan larutan Tunjung, tiriskan lagi
3. Kain yang akan digunakan di scoring dengan larutan tawas(14 gr tawas ; 1 liter air) rebus
selama 1 jam dan direndam 1 malam kemudian dibilas dan siap digunakan
4. Bentangkan kain sutera (sudah di scoring) sesuai ukuran yang dibutuhkan dan daun daun
siap disusun
5. Daun daun disusun dengan komposisi penuh.
6. Beri sentuhan “rasa” yang sempurna pasti akan membentuk suatu pettern yang indah
7. 500 gram kayu pewarna alam ditambah 5 liter air direbus dengan api kecil sampai tersisa
2,5 liter.
8. Blanked(kain yang sudah di rendam dengan pewarna alami ) dibentangkan menutupi kain
utama (sutra)
9. Kain dibungkus plastik dan digulung rapi
10. Diikat rapi.
11. Dikukus selama 2 jam
12. Diangkat. Pewarna kayu tingi cenderung coklat atau maroon.
13. Kain blanked di lepas, daun disisihkan
14. Kain dikeringkan terlebih dahulu
15. Kain siap digunakan sebagai bahan baju, tas, ataupun kreasi yang lain.
Penjelasan
1. Menyiapkan Kain Mori
Tahap paling awal yang harus dilakukan untuk membuat batik ECO print yaitu
mempersiapkan kain mori. Gunakan kertas koran sebagai alas agar lantai tidak kotor
kemudian bentangkan kain di atasnya dan ratakan.
2. Mordanting Kain Mori
Proses pembuatan batik ECO print harus diawali dengan pengolahan kain atau mordanting
yakni dengan merendam kain mori terlebih dulu dengan menggunakan campuran tawas dan
air selama satu jam. Selesai proses mordanting selanjutnya kain mori dikeringkan di bawah
sinar matahari. Tujuan dilakukannya proses mordanting antara lain:

 Meningkatkan kemampuan bahan kain untuk menyerap zat warna.


 Menghilangkan komponen dalam serat seperti minyak, lemak, lilin dan kotoran-
kotoran lain yang dapat menghambat proses masuknya zat warna ke dalam serat kain.
Sebagai penguat warna agar kain lebih tahan terhadap luntur.
 Meningkatkan daya tarik zat warna alam terhadap bahan tekstil agar menghasilkan
kerataan dan ketajaman warna yang baik.
 Membentuk jembatan kimia antara zat warna alam dengan serat kain sehingga anitas
(daya tarik) zat warna meningkat terhadap serat.

Sukses tidaknya suatu proses pewarnaan kain batik dapat dikatakan sangat tergantung dari
proses mordanting. Karena alasan itulah sebaiknya mordanting harus dilakukan secara hati-
hati, akurat dan tidak terlalu cepat, agar warna yang dihasilkan juga lebih stabil.
3. Proses Pencetakan
Kain mori yang sudah dikeringkan selanjutnya dapat diproses lebih lenjut dengan cara
pencetakan. Mula-mula kain dibagi menjadi dua sisi simetris, satu sisi menjadi alas semntara
sisi yang lain berfungsi seperti kaca. Setelah itu letakkan bagian dari tumbuhan yang
mengandung pigmen warna di atas bahan kainnya.

 Jika ingin memunculkan efek cermin lipat kain menutupi daun, sehingga pola akan
tampak pada bagian kain di bawah daun dan di atas daun.
 Jika ingin membuat motif di satu sisi gunakan potongan kain lain untuk menutupi
daun sebelum dipukul agar pola terbentuk dengan baik.

Daun, bunga, batang atau bagian tumbuhan lain yang sudah ditata sedemikian rupa pada
bahan kain selanjutnya dipukul-pukul dengan menggunakan palu.

 Pukul-pukul bahan kain serta tanaman dengan menggunakan palu untuk megeluarkan
pigmen warna.
 Kekuatan dalam memukul harus dikontrol, agar daun, bunga, batang atau bagian
tumbuhan lain tidak hancur.
 Semakin rata pukulan yang dilakukan maka warna yang dihasilkan akan semakin
baik.
 Selesai dipukul-pukul kemudian kain tersebut dilipat menjadi bagian yang lebih kecil
dengan tetap mempertahankan posisi daun agar tidak bergeser. Kain yang sudah
terlipat diikat kencang dengan tali kenur.

4. Mengukus Kain Mori


Berlanjut ke tahap berikutnya yakni pengukusan bahan kain. Pada tahap ini kain yang sudah
dilipat dan diikat harus dikukus selama setengah jam dengan suhu 100 derajat celcius.
Panaskan steamer atau mesin pengukus di atas kompor dengan api sedang. Masukkan
gulungan kain ke dalam mesin steamer kemudia kukus selama dua jam untuk memindahkan
corak alami daun pada bahan kain. Setelah dikukus selama kurang lebih setengah jam
selanjutnya keluarkan gulungan kain dari mesin steamer lalu diamkan hingga benar-benar
dingin.
5. Melepas Ikatan Kain
Lepaskan ikatan benang yang terdapat pada bahan kain dan lihat hasilnya. Dari proses
pengukusan ini akan didapatkan motif batik yang tercetak cantik pada bahan kain.
6. Fiksasi Kain Batik
Tahap terakhir dari proses pembuatan kain batik ECO print yakni ksasi untuk mengikat motif
dan warna yang sudah tercetak di atas kain. Proses ksasi dilakukan dengan merendam kain
yang sudah dibatik dengan air campuran tawas selama kurang lebih satu jam setelah itu kain
dijemur di bawah terik matahari.
7. Mencuci Kain Batik
Sampai di sini produk kain batik ECO print sebenarnya sudah siap untuk digunakan. Tapi
aangkah baiknya jika setelah semua tahapan selesai dilakukan anda mencuci kain batik ECO
print dan menjemurnya sampai kering.

 Kain tradisional batik yang sudah melalui proses ksasi bisa dicuci dengan air biasa.
 Proses pencucian tidak perlu menggunakan sabun cucian, cukup dengan air yang
mengalir agar motif batiknya tetap terjaga dengan baik.
 Selesai melakukan pencucian, bahan kain batik ECO print tinggal dikeringkan dengan
cara di dijemur.

Anda mungkin juga menyukai