Oktober 2019
i
Daftar Isi
1. Pendahuluan .................................................................................................... 1
1.1 Letak Geografis ............................................................................................. 1
1.2 Orang Baduy ................................................................................................. 1
1.3 Kesamaan Kearifan Pengelolaan Lingkungan Baduy dan Bali ..................... 2
2. Eksplorasi Budaya ............................................................................................ 4
2.1. Kosmologi Sunda .......................................................................................... 4
2.2. Kosmologi Hindu Bali .................................................................................... 5
1.1.1. Pencetus Model Kosmologi Tri Hita Karana .............................................. 6
1.2. Diskusi .......................................................................................................... 7
3. Ekplorasi Perkembangan Kepercayaan ........................................................... 8
3.1. Proses Indianisasi Indonesia dan Kaum Baduy ............................................ 8
3.2. Tujuan datang ke Sungai Ciujung ............................................................... 10
3.3. Kesimpulan ................................................................................................. 13
4. Candi Candi Di Batujaya ................................................................................ 13
4.1. Letak Geografis ........................................................................................... 13
4.2. Latar Belakang ............................................................................................ 14
4.3. Kaitan Batujaya dengan Baduy Dalam ........................................................ 15
Daftar Tabel
Tabel 1 Persamaan antara Trihita Karana dan Tri Tangtu ......................................... 7
Daftar Gambar
ii
1. Pendahuluan
1
menyamakan kaum ini sebagai orang pedalaman yang tertutup dengan budaya
Sunda yang unik.
Asal usul kaum ini belum diketahui secara pasti tetapi yang jelas dari berbagai
referensi kaum ini mempunyai formula manajemen lingkungan yang
―sophisticated‖ canggih luar biasa.
Dimana Zona Bawah adalah Wilayah di lembah bukit yang relatif datar
merupakan zona bawah digunakan oleh masyarakat Baduy sebagai
zona permu-kiman. Masyarakat Baduy menamakan zona ini sebagai
zona ―dukuh lembur‖ yang artinya adalah hutan kampung. Mereka
mendirikan rumah di zona ini secara berkelompok.
Zona kedua atau zona tengah berada di atas hutan kampung, lahan ini
digunakan sebagai lahan pertanian intensif, seperti ladang kebun dan
kebun campuran. Cara berladang mereka masih tradisional yaitu
dengan membuka hutan-hutan untuk digu-nakan sebagai lahan
pertanian dan kebun.
Zona ketiga atau zona atas merupakan daerah di puncak bukit. Wilayah
ini meru-pakan daerah konservasi yang tidak boleh dibuat untuk
1
sumber: Johan Iskandar, 1998, Feri Prihantoro 2006 dalam Suparmini, Sriadi Setyawati,( 2013)
2
ladang, hanya dapat dimanfaat-kan untuk diambil kayunya secara
terbatas. Masyarakat Baduy menyebut kawasan ini sebagai ―leuweung
kolot‖ atau ―leuweung titipan‖ yang artinya hutan tua atau hutan titipan
yang harus dijaga kelestariannya. Mereka sangat patuh terhadap
larangan un-tuk tidak masuk ke wilayah hutan tua tanpa seizin petinggi
adat.
Bagi yang gemar traveling di Bali ada konsep kearifan lokal yang sama ada di
Bali dengan nama Trihita Karana yang secara spasial membagi wilayah
menjadi 3 yaitu :
Secara spasial hal ini dapat di gambarkan seperti pada gambar dibawah
3
Dengan pembagian regional planning seperti ini diharapkan manusia yang
menganutnya akan bahagia menurut Tri Hita Karana.
2. Eksplorasi Budaya
Mengenai hal konsmologi, dalam masyarakat Sunda asli alam di bagi tiga
macam alam yaitu:
4
dari bakteri, fungi , Animalia (binatang dan manusia) dan Plantea yaitu segala
tanaman yang ada yang terjebak dalam suatu siklus rantai makanan yang
maha rumit. Dengan demikian penyatuan langit dan bumi adalah suatu yang
amat sakral dan yang menghasilkan kehidupan untuk seluruh makhluk hidup
di bumi.
Kehidupan masyarakat Sunda yang masih terikat pada tradisi adat biasanya
cenderung masih sangat terikat dengan alam dilingkungan tempat tinggalnya.
Masyarakat adat secara khusus memiliki sistem kepercayaan yang terikat dan
secara struktural tersusun dalam hubungan antara dunia nyata dan tidak
nyata dalam kaitan eksistensi mereka dalam hubungannya dengan
lingkungan alam sekitarnya. Secara empirik biasanya lingkungan tempat
tempat tinggal mereka dibagi dalam batasan lingkungan alam yang berupa :
Konsep ini yang disebut Tri Tangtu telah diterapkan masyarakat asli selama
ribuan tahun jauh sebelum agama Hindu dan Buddha masuk. Secara umum
konsep yang sama ada secara umum di semua budaya autronesia.
Di Bali ada konsep yang serupa yang disebut sebagai Trihita karana.
Bagaimana dari Falsafah Badui ini sampai ke Bali??
5
Kuturan. Ada beberapa petunjuk yang mengarahkan bahwa beliau adalah
seorang pendeta agama Budha. Namun tidak tertutup kemungkinan bahwa
beliau adalah seorang pendeta Hindu yang pada saat pemerintahan raja
Airlangga, bersinergi secara berdampingan dengan agama Hindu.
Tampaknya Mpu Kuturan mengayomi kedua agama tersebut dan
mengembangkan toleransi yang sangat kuat terhadap penganutnya baik
selama beliau di di Jawa maupun di Bali.
Pada dasarnya hakikat ajaran tri hita karana menekankan tiga hubungan
manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi:
Ke tiga hubungan yang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan
memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip
pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila
keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan menghindari daripada
segala tindakan buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai.
3
https://id.wikipedia.org/wiki/Tri_Hita_Karana
6
memupus pandangan yang mendorong konsumerisme, pertikaian dan
gejolak.
Secara spasial pola hubungan ini diterjemahkan sebagai berikut (lihat bab
diatas):
1.2. Diskusi
Kalau melihat Tri Tangtu dengan Tri Hita Karana terdapat kesamaan Hal ini
dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Dari sini dapat dilihat bahwa konsep menuju keselarasan dalam kehidupan
adalah sama di Budaya Sunda dan Budaya Bali.
Apakah Budaya Bali mengikuti Budaya Sunda atau Budaya Sunda mengikuti
Bali atau memang ada di tradisi asli orang autronesia?
Apakah konsep ini merupakan manifestasi budaya saja atau juga manifestasi
politik dimana hal ini mempunyai pengaruh.
Untuk menjawab ini ada beberapa ahli yang menerawang jauh sampai ke masa
Sriwijaya dan memakainya sebagai model
7
3. Ekplorasi Perkembangan Kepercayaan
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa agama Hindu berkembang dari India
Bagian Timur atau wilayah Tamil sekarang atau Pali zaman dahulu kearah
Asis Tenggara. Menurut sejarah yang tertulis di Carita Parahyangan 4 dan
Wangsa Kerta5 yang diulas lagi oleh Mas Wiki (pedia); kerajaan Hindu
pertama di Pulau Jawa adalah Salakanegara yang terletak di Pandeglang
tepatnya terletak di daerah Teluk Lada, Pandeglang, Banten dimuara sungai
Ciujung lihat peta pada gambar diatas. Penguasanya adalah Aki Tirem,
sebagai penghulu atau penguasa kampung setempat dan DAS6 Ciujung.
Beliau pada saat itu kedatangan kaum India dari Pallawa entah sebagai
petualang, bangsawan atau mungkin juga peziarah bernama tidak tau tetapi
bergelar Dewawarman.
4
Mas Wiki : Carita Parahiyangan merupakan nama suatu naskah Sunda kuno yang dibuat pada
akhir abad ke-16, yang menceritakan sejarah Tanah Sunda, utamanya mengenai kekuasaan di dua
ibu kota Kerajaan Sunda yaitu Keraton Galuh dan keraton Pakuan.
5
Mas Wiki : Naskah Wangsakerta adalah istilah yang merujuk pada sekumpulan naskah yang
disusun oleh Pangeran Wangsakerta secara pribadi atau oleh "Panitia Wangsakerta". Menurut isi
Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara parwa (bagian) V sarga (jilid/naskah) 5 yang berupa daftar
pustaka, setidaknya perpustakaan Kesultanan Cirebon mengoleksi 1703 judul naskah, yang 1213 di
antaranya berupa karya Pangeran Wangsakerta beserta timnya.
6
DAS Daerah Aliran Sungai
8
Dewawarman adalah komandan ekpedisi ke Asia Tenggara yang berlayar
dari India bagian Timur. Negara asalnya adalah Pallawa suatu negara dengan
agama Hindu Wisnu. Hal ini terllihat dari nama raja raja mereka pada Pallava
Pertengahan, Visnugopa (340–355) (Yuvamaharaja Vishnugopa),
Kumaravisnu I (355–370), Kumaravisnu II (c. 500–510), Kumaravisnu III (c.
520–530).
Salakanegara
Baduy Dalam
Aki Tirem mempunyai puteri yang cuantik bernama Dewi Pohaci Larasati
yang kemudian kecantol oleh Dewawarman yang kemudian diperistri. Hal ini
membuat semua pengikut dan bala tentara Dewawarman ikut ikutan menikah
9
dengan wanita setempat dan tak ingin kembali ke kampung halamannya nun
jauh di India sana.
Fakta sejarah dari ceritera ini masih diragukan tetapi hal ini memicu ―trickle down
effect‖ yang luar biasa. Ada beberapa pertanyaan yang timbul dari ceritera siraja
misterius ini :
Menurut Mas Wiki Sungai Ciujung merupakan suatu DAS (Daerah Aliran
Sungai) yang subur yang berada di di wilayah Provinsi Banten. Sungai ini
berhulu di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak tepatnya di
Gunung Halimun Utara (1.929 Mdpl) Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya,
Kabupaten Bogor dan bermuara ke Laut Jawa. Selain itu juga berasal dari
juga berhulu dari Gunung Karang (1.778 Mdpl) dan Gunung Endut (1.220
Mdpl). Luas sungai Ciujung kurang lebih 1.850 km2 dengan panjang sungai
142 Km mengalir dari selatan ke utara.
10
(please use your imagination). Dalam kepercayaan kaum Hindu India dan
tertuang dalam Purana, Śalākā. ( ) adalah Istri maharṣi Dhanañjaya,
yang termasuk dalam Vasiṣṭha gotra. Hal mana Wasista10 (Sanskerta:
; Vasiṣṭha) adalah nama seorang tokoh dalam mitologi Hindu yang
dikenal sebagai pemimpin tujuh orang suci atau Saptaresi. Ia juga
bertindak sebagai pendeta istana Dinasti Surya dalam kisah Ramayana. Ia
sendiri merupakan manasaputra dari Dewa Brahma. Selain itu, tokoh ini juga
dikenal sebagai leluhur dari Wyasa, seorang maharesi penyusun kisah
Mahabharata.
Pada saat ini di hulu Sungai Ciujung bermukim penduduk asli yang umum
dinamakan kaum Baduy yang berkepercayaan Sunda Wiwitan. Sekilas
etnologi Kaum Baduy ini sepert telah diceriterakan pada bab sebelumnya
telah mempunyai pandangan kosmologi yang khas. Asal usul kaum Baduy
secara genetika adalah kaum Austronesia Proto Melayu.
Masyarakat Baduy sampai saat ini apabila ditanya dari mana asalnya orang
Baduy penjaga Ujung DAS Ciujung selalu mengaku keturunan dari Batara
Cikal (Wasista), salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke
bumi. Kemudian diberi tugas suci utuk bertapa atau asketik (mandita) untuk
menjaga harmoni dunia11. Tentunya sampai saat ini mereka taat menjaga
sebatas DAS Ciujung dikawasan Baduy Dalam. Apakah istilah tujuh dewa
tersebut ini dapat dikaitkan dengan Saptaresi?
Kaum Baduy ini sampai saat ini percaya sekali Nyi Pohaci, Yaitu anak Aki
Tirem dan Istri Dewawarman sebagai panutan mereka. Hal ini disebabkan
karena Nyi Pohaci telah Moksa di Parahyangan di hulu Sungai Ciujung dan
menjadi pelindung kaum Baduy dan seluruh jagad alam semesta.
Scenery dari DAS Sungai Ciujung dalam konteks kearifan lokal diperkirakan
sesuai dengan kaidah pengelolaan lingkungan kaum Austronesia yang
kemudian dimodifikasi secara lebih sophisticated. Demikian memang sampai
sekarang tradisi pengelolaan lingkungan DAS Ciujung adalah seperti
skenario yang telah diterangkan pada awal tulisan ini.
Kaum Baduy sampai saat ini terdiri dari dua sub kaum besar yaitu Kaum
Baduy Dalam dan Baduy Luar. Kaum Baduy Luar adalah warga biasa dan
10
https://id.wikipedia.org/wiki/Wasista
11
Kalau ga percaya lihat saja https://id.wikipedia.org/wiki/Urang_Kanekes
11
kaum Baduy dalam dianggap sebagai orang Suci yang menjaga tempat
keramat atau mandala.
Sesuai dengan tradisi di India ritual mandala parahyangan harus dijaga oleh
kaum brahmana yang umumnya seperti juga di India dan Bali berpakaian
putih.
12
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/prasasti-cidanghiang-pandeglang/
12
Prince of the world
grandfather Purnawarman
3.3. Kesimpulan
Jadi kesimpulannya adalah :
Tujuan beliau Dewawarman pergi dari India ke Pulau Jawa ke Muara Ciujung
Banten adalah untuk mencari tempat yang paling penting di dunia dan
menjaga keseimbangan dunia sepanjang segala abad, dan tidak mungkin
untuk berdagang.
13
Titisan dewa atau yang menguasi Ilmu Dewa
13
Gambar 8 Letak Lokasi Candi Batujaya
4.2. Latar Belakang
Sidarta Gautama sebagai Buddha sekitar abad ke 4 di anggap sebagai titisan
Dewa Wisnu yang kesembilan, dengan demikian dengan mudah penganut
mazhab Wsnu dan Buddha hidup berdampingan.
Candi Candi di Batujaya sesuai dengan tradisi yang ada adalah gerbang
untuk mencapai Parahyangan. Dimana parahyangan tersebut terletak di hulu
Sungai Ciujung. Lalu para penganut Wisnu tetap mengeksplore hulu sungai
dalam rangka menjaga keseimbangan dunia.
Candi itu harus mengikat secara geomanetik dan biomagnetik antara Puncak
di Kanekes dan Tanggupan Perahu.
14
4.3. Kaitan Batujaya dengan Baduy Dalam
Kalau kita amati benar posisi salah satu candi di Batu jaya yaitu Candi
Blandongan berada pada koordinat UTM (738358m,9330175m) mempunyai
maka tangga atau entrance yang menghadap selatan menuju langsung ke
Gunung Tanggupan Perahu pada koordinat UTM (787905.34m,9251825.6m)
dan elevasi +/- 2000m. Sedangkan tangga yang menghadap kebarat
menghadap ke Bukit pada Wilayah Kabuyutan Kanekes yaitu hulu Ciujung
pada koodinat UTM (638350m,9266530m) pada elevasi +/- 500 m.
N
Candi Blandongan
Batujaya
90O
Gn Salak
90O
Gn Tanggupan
Kanekes perahu
15
1. DAS Sungai Ciujung dengan sebutan kemandalaan Salaknegara atau
secara harafiah berarti Negara Pionir (Salaka=anak panah) dengan
ibukota di Rajatapura. Dengan Mandala di hulu Sungai di Desa Kanekes.
2. DAS Sungai Cihaliwung (Ciliwung) dengan sebutan kemandalaan
Pajajaran atau secara harafiah berarti posisi berjajar dengan ibukota di
daerah Bogor sekarang. Dengan Mandala di hulu Sungai di Gunung
Salak(a).
3. DAS Sungai Citarum dengan sebutan kemandalaan Taramanegara atau
secara harafiah berarti kerajaan tiada tara dengan ibukota di Batujaya.
Dengan Mandala di hulu Sungai Citarum di Gunung Tanggupan Perahu
yang disebut (sampai sekarang) Parahyangan.
16
Referensi
Damayanti, N., Adriati, I., & Ramadina, S. P. (2014). Perupaan dan Sinkronisasi
Artefak Percandian Batujaya di Karawang, Jawa Barat dengan Borobudur di
Jawa Tengah dan Mon-Dwarawati di Thailand. ITB Journal of Visual Art and
Design, 6(2), 89–107. https://doi.org/10.5614/itbj.vad.2014.6.2.2
Murphy, S. A. (2016). The case for proto-Dva ı : A review of the art historical and
archaeological evidence, 47(October), 366–392.
https://doi.org/10.1017/S0022463416000242
Muslichin. (2011). Orang Kalang Dan Budayanya: Tinjauan Historis Masyarakat
Kalang Di Kabupaten Kendal. Paramita: Historical Studies Journal, 21(2).
https://doi.org/10.15294/paramita.v21i2.1037
Richard Foltz. (2010). RELIGIONS OF THE SILK ROAD.
Smith, M. L. (2015). " Indianization " from the Indian Point of View : Trade and
Cultural Contacts with Southeast Asia in the Early First Millennium C . E,
(August). https://doi.org/10.1163/1568520991445588
Suparmini, Sriadi Setyawati, dan D. R. S. S. (2013). Pelestarian Lingkungan
Masyarakat Baduy Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol.
18, No.1, April 2013: 8-22.
Susetyo, S. (2015). Situs kesuben: suatu bukti peradaban hindu-buddha di pantai
utara jawa tengah, 89–102.
Zaman, G. K. (2008). PERWUJUDAN AVATAR.
17