Trigger 1
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
TAHUN AJARAN 2020/2021
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warrahmatullah wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari Diskusi
Kelompok dengan judul: ‘’ Lumpuh Sebelah Kanan Secara Tiba-Tiba Dan Bicara
Meracau’’
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Fasilitator Tutorial XVIII yang telah membimbing dalam menulis makalah
ini
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Trigger 2............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
Step 1.......................................................................................................................3
Step 2.......................................................................................................................3
Step 3.......................................................................................................................5
Step 4.......................................................................................................................8
Step 5.......................................................................................................................8
Step 6.......................................................................................................................9
Step 7.......................................................................................................................9
BAB III KESIMPULAN......................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
LAMPIRAN..........................................................................................................27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Arman seorang mahasiswa kedokterang mengalami hari yang sangat berat dikarenakan kedua orang
tuanya sakit dalam waktu berdekatan.
Ayah Arman, Tn. Yudi, berusia 50 tahun diantar ke IGD RS karena lumpuh sebelah kanan sejak 2
jam sebelum masuk rumah sakit. Kejadiannya sangat cepat dan berlangsung tiba-tiba saat Tn.Yudi sedang
bekerja di kantor. Tn.Yudi juga tidak bisa bicara dan tidak mengerti isi pembicaraan. Pemeriksaan tanda
vital diperoleh tekanan darah: 120/80 mmHg dan terdapat pulsus deficit (denyut nadi 80x/menit, Heart
rate=110x/menit). Pada pemeriksaan neurologis ditemukan kesadaran komposmentis, hemiplegi dekstra dan
parese nervus fasialis dektra tipe UMN. Pemeriksaan EKG diperoleh gambaran atrial fibrilasi. Pasien
diberikan oksigen dan pemasangan akses intra vena serta pemasangan monitor EKG, dan segera dilakukan
pemeriksaan labor rutin, kimia klinik, dan selanjutnya Brain CT Scan tanpa kontras.
Satu hari sebelumnya, ibu Arman, Ny. Natri juga dirawat di RS. Ibu Natri dikonsulkan ke Bagian
Psikiatri dengan keluhan bicara kacau, berteriak dan mengatakan ada ular di tempat tidurnya. Saat pagi hari,
Ny. Natri terlihat normal namun malam hari gelisah dan sulit tidur. Tiga hari ini, Ny.Natri kurang nafsu
makan, minum juga sedikit. Pemeriksaan tanda vital diperoleh tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 84
kali/menit. Pada pemeriksaan status mental diperoleh kesadaran fluktuatif, disorientasi dan halusinasi visual.
Tidak ditemukan adanya hemiparesis. Pemeriksaan gula darah sewaktu didapatkan 180 mg/dL, elektrolit
Natrium 108 mg/dL. Ibu Arman tidak dilakukan pemeriksaan Brain CT Scan.
Dokter memberikan penjelasan kepada Arman tentang penyakit yang dialami Tn.Yudi. Arman
bertanya kenapa Bapaknya bisa mengalami serangan seperti ini padahal tidak pernah menderita hipertensi
ataupun DM. Arman juga meminta penjelasan untuk hasil Brain CT Scan tanpa kontras Tn.Yudi. Arman
juga menanyakan kenapa ibunya tidak dilakukan Brain CT Scan tanpa kontras?
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 STEP 1 Clarify Unfamiliar Term
1. Pulsus deficit : Denyut jantung yang tidak adekuat untuk menimbulkan denyut
nadi , sehinggga HR lebih kuat dari pada denyut nadinya
2. Komposmentis : Kesadaran normal
3. Hemiplegi dextra : Kondisi kelumpuhan atau kemampuan otot untuk bergerak yang
terjadi pada sisi kanan tubuh
4. Artial Fibralasi : irama jantung yang abnormal dengan aktivitas listrik jantung yang
cepat dan tidak beraturan
5. Parese nervus fasialis : suatu keadaan yang ditandai oleh lemahnya gerak badan
(gangguan gerak)
6. Fluktuatif : keadaan/kondisi yang tidak tetap atau berubah-ubah
7. Disorientasi : keadaan yang dirasakan seseorang berbeda dengan kebenaran yang
terjadi, sehingga kerap menyebabkan kebingungan dan ilusi
8. Halusinasi visual : gangguan persepsi yang membuat seseorang mendengar, merasa,
mencium aroma dan melihat sesuatu yang kenyataannya tidak ada
9. Hemiparesis : kondisi ketika salah satu sisi tubuh mengalami kelelahan sehingga
sulit untuk digerakkan
10. Brain Scan : Pemeriksaan penunjang diagnostik imaging yang menggunakan
teknologi komputer berbasis x-ray dengan insan melintang
Anamnesa: Omar merasakan nyeri dan sulit digerakkan pada beberapa sendinya sejak 1 bulan yang lalu,
dan tidak selalu tetap di satu sendi, tetapi berpindah-pindah. Ibu mengatakan bahwa Omar pernah
mengalami demam sekitar 1 bulan yang lalu, selama 3 hari dengan batuk dan sakit tenggorokan yang
sembuh dengan hanya membeli obat warung. Saat itu ditemukan ada beberapa sendi Omar yang
bengkak, kemerahan dan ketika diraba terasa hangat padahal suhu tubuhnya ketika diukur 36,6 oC
Demam reumatik
Diagnosis pasien
Penyakit jantung reumatik
2. Delerium
a. Definisi
b. Etiologi
c. Faktor resiko
d. Patogenesis
e. Manifestasi klinis
f. Diagnosis
g. Diagnosis banding
h. Tatalaksana
***
1.7 STEP 7 Share The Result Of Information Gathering And Private Study
b. Etiologi
Stroke kardioemboli terjadi ketika jantung memompa bahan material yang
tidak diinginkan yang berasal dari jantung ke dalam sirkulasi otak yang
mengakibatkan oklusi dari pembuluh darah otak dan kerusakan pada jaringan
otak. Pembentukan materi emboli dapat berupa agregasi platelet, thrombus,
kolesterol, kalsium, bakteria, dan lain-lain. Kebanyakan sumber emboli
merupakan agregasi platelet. Meski demikian, tidak ada satu mekanisme tertentu
yang pasti menyebabkan pembentukan emboli kardio (Schneck, 2015).
Penyebab dari stroke kardioemboli dapat digolongkan menjadi 3 kelompok (Leary et
al., 2008):
1. Aritmia terutama AF
2. Dinding jantung dan kelainan ruang jantung – kardiomiopati, seperti
aneurisma septum atrium, aneurisma ventrikel, myxoma atrium, paten
foramen ovale
3. Gangguan katup mitral rheumatik dan penyakit katup aorta, katup buatan,
endokarditis bakteri
c. Faktor resiko
Faktor risiko yang dapat dimodifikasikan
Risiko mayor untuk serangan jantung dan faktor risiko terpentingnya pada stroke
2. Abnormal blood lipids
Total kolestrol tinggi, LDL-kolestrol dan kadar trigliserida, dan kadar HDL-kolestrol rendah
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan stroke iskemik.
3. Perokok
Meningkatkan risiko penyakit jantung, terutama pada orang muda dan perokok berat. Perokok
pasif
mempunyai risiko yang sama.
4. Inaktifitas fisik
Rendah konsumsi buah-buahan dan sayuran diperkirakan menyebabkan 31% penyakit jantung
dan
11% stroke. Asupan saturasi lemak yang tinggi meningkatkan risiko penyakit jantung dan
stroke
akibat efek pada lipid darah dan trombosis
7. Diabetes melitus
Faktor risiko mayor yang tidak dapat dimodifikasikan
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Genetik
d. Patogenesis
Emboli yang berasal dari jantung merupakan penyebab yang paling umum yang dapat
diidentifikasi pada pasien stroke iskemik. Angka kejadiannya sekitar 15-30% dari seluruh stroke
iskemik. Emboli jantung dapat menuju ke sirkulasi otak dan menyumbat aliran darah otak dengan
mengoklusi arteri, yang mana diameter lumen arteri sama dengan ukuran dari emboli.
Sumber paling umum dari kardioemboli trombus intrakardiak dan mural yang dapat disebabkan
oleh fibrilasi atrium, kardiomiopati dengan pengurangan fraksi ejeksi dan abnormalitas
pergerakan dinnding yang mengikuti infark miokardium. Penyakit jantung katup terutama akibat
penyakit jantung rematik, regurgitasi atau stenosis mitral berat, katup jantung buatan dan
endokarditis, juga merupakan salah satu penyebab yang cukup sering. Penyebab yang jarang
adalah atrial myxoma, yang mana emboli sebagian besar merupakan sel neoplastik. Partikel
lainnya dapat menuju sirkulasi vena dan mengembolisasi melalui defek pada jantung, sebagai
contoh lemak dari fraktur tulang, udara dari trauma atau prosedur pembedahan paru, sinus
duramater, atau vena jugularis.
Kardioemboli menyebabkan penyumbatan cabang arteri besar dan kecil dari arteri serebral utama,
tergantung dari ukuran partikel emboli. Sumbatan kardioemboli biasanya mengalami rekanalisasi
yang dapat mengakibatkan transformasi hemoragik.
e. Manifestasi klinis
a. Penurunan kesadaran pada saat onset stroke
b. Onset yang tiba-tiba dari keluhan gejala yang maksimal
c. Temuan segera dari gejala defisit hemisfer yang luas
d. Dicetuskan oleh manuver valsava
e. Gejala memperlihatkan keterlibatan tertori vaskular yang berbeda dari otak
f. Tidak ditemukannya kejang ataupun nyeri kepala pada saat onset
g. Emboli kardiogenik (terutama dari sumber kelainan katup)
f. Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Beberapa faktor dapat membuat anamnesis menjadi sedikit sulit untuk mengetahui gejala
atau onset stroke seperti:
1. Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak didapatkan hingga pasien
bangun
(wake up stroke).
2. Stroke mengakibatkan seseorang sangat tidak mampu untuk mencari pertolongan
3. Penderita atau penolong tidak mengetahui gejala-gejala stroke.
4. Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai stroke seperti kejang, infeksi
sistemik, tumor serebral, perdarahan subdural, ensefalitis dan hiponatremia.
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL), Gula Darih Sewaktu (GDS), Fungsi
Ginjal (Ureum, Kreatinin dan Asam Urat), Fungsi Hati (SGOT dan SGPT), Protein darah
(Albumin, Globulin), Hemostasis, Profil Lipid (Kolesterol,Trigliserida, HDL, LDL),
Homosistein, Analisa Gas Darah dan Elektrolit
2. EKG
Elektrokardiogram dilakukan untuk mendeteksi infark miokard atau aritmia jantung, misalnya
atrial fibrilasi, yang merupakan factor predisposisi untuk resiko emboli.
3. Radiologi
h. Prognosis
Pada umumnya, stroke kardioemboli memiki prognosis jelek dan lebih banyak mengakibatkan
kelumpuhan akibat stroke dari pada sub tipe stroke iskemik lainnya. Pada pengamatan umum ini
berasal dari emboli yang berasal dari ruang jantung yang rata-rata berukuran besar.
i. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
1. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak.
Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan.
Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hemotokrit pada
tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
2. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas
pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin
penurunan vesikositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau
hipotensi ekstrem perlu perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah
serebral dan potensi meluasnya area cedera.
3. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau
dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah keotak dan
selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.
2. Delerium
a. Definisi
Sebuah sindrom neuropsikiatrik yang kompleks dengan onset akut dan berfluktuasi yang biasanya
berkembang pada lansia.Perubahan kesadaran dan kognisi dengan berkurangnya kemampuan
untuk fokus, mempertahankan, atau mengahlikan perhatian. Gangguan fungsi memori, dan
kemampuan perencanaan dan organisasi, pola tidur yang berubah, gangguan proses pikir, afek,
persepsi, dan tingkat keaktifan.
b. Etiologi
Delirium mempunyai berbagai macam penyebab. Semuanya mempunyai pola gejala
serupa yang berhubungan dengan tingkat kesadaran dan kognitif pasien. Penyebab
utama adalah berasal dari penyakit susunan saraf pusat (seperti epilepsy), penyakit
sistemik (seperti gagal jantung), dan intoksikasi atau reaksi putus obat maupun zat
toksik. Penyebab delirium terbanyak terletak diluar sistem saraf pusat, misalnya gagal
ginjal dan hati. Neurotransmiter yang dianggap berperan adalah asetilkolin, serotonin,
serta glutamat. Area yang terutama terkena adalah formasio retikularis.
c. Faktor resiko
1. Faktor predisposisi
- Demensia
- Obat-obatan multiple
- Umur lanjut
- Kecelakaan otak seperti stroke, penyakit parkinson
- Gangguan penglihatan dan pendengaran
- Ketidakmampuan fungsional
- Hidup dalam institusi
- Ketergantungan alkohol
- Isolasi social
- Kondisi komorbid multiple
- Depresi
- Riwayat delirium post-operative sebelumnya
2. Faktor presipitasi
1. Modikasi
2. Penyakit
- Infeksi
- Metabolik
- Kelainan SSP
- Perubahan lingkungan
- Penurunan rangsangan sensoris
- Lainnya : bedah, syok, demam, hipotermia, anemia
d. Patogenesis
Delirium diketahui disebabkan oleh berbagai faktor yang merupakan
interaksi pasien rentan dengan faktor predisposisi dan faktor yang
memperparah.Faktor predisposisi yang paling umum adalah usia (lebih
dari 70 tahun), demensia, disabilitas fungsional, jenis kelamin laki-laki,
pendengaran dan penglihatan yang buruk, dan gangguan kognitif
ringan.Faktor yang mempercepat adalah obat-obatan, seperti obat
sedatif-hipnotik dan antikolinergik, nonbenzodiazepines, antihistamin
(terutama antihistamin generasi pertama), alkohol, antikonvulsan,
antidepresan trisiklik, histamine H2-receptor blockers, antiparkinsonian,
antipsikotik, barbiturate, digoxin, dan antibiotik. Faktor lainnya adalah
tindakan operasi, anestesi, anemia, infeksi, serta penyakit akut dan kronik.
e. Manifestasi klinis
Gejala yang dapat ditemui antara lain gangguan kognitif global berupa gangguan
memori (recent memory= memori jangka pendek), gangguan persepsi (halusinasi, ilusi),
atau gangguan proses piker (disorientasi waktu, tempat,orang). Gejala yang mudah
diamati namun justru terlewatkan adalah bila terdapat komunikasi yang tidak relevan,
atau autonamnesis yang sulit dipahami; kadang-kadang pasien terlihat seperti
mengomel terus atau terdapat ide-ide pembicaraan yang melompat-lompat. Gejala lain
meliputi perubahan aktifitas psikomotor baik hipoaktif(25%), hiperaktif (25%) maupun
campuran keduanya (35%); sebagian pasien (15%) menunjukkan aktivitas psikomotor
normal; gangguan siklus tidur (siang hari tertidur sedangkan malam hari terjaga).
Rudolph dan marcantonio (2003) memasukkan gejala perubahan aktifitas psikomotor
ke dala klelompok perubahan kesadaran, yakni setiap kondisi kesadaran selain compos
mentis, termasuk didalamnya keadaan hipoaktivitas dan hiperaktivitas
f. Diagnosis
Anamnesis
Gejala delirium dapat dibagi menjadi hipoaktif, hiperaktif, dan campuran.
1. Delirium hiperaktif ditandai dengan peningkatan aktivitas motorik, agitasi, marah, atau euforia.
Tipe hipoaktif lebih sulit dikenali dan sering didiagnosis sebagai depresi.
3. Gejala utama delirium adalah gangguan atensi dan kognitif. Gejala muncul dalam beberapa jam
hingga hari dan dapat bertahan beberapa bulan, serta berfluktuasi dalam satu hari. Kadang,
pasien
mengalami fase prodromal yang ditandai dengan kelelahan, gangguan tidur, depresi, cemas,
iritabilitas, dan sensitif terhadap suara atau cahaya.
Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan kesadaran : neurologis/psikologis/sosial
2. Pemeriksaan tanda vital dan status generalis
pasien memiliki gangguan fungsi kongnitif dan sebagai acuan untuk menilai perjalanan
penyakit
apakah terdapat perbaikan/perburukan dalam fungsi kongnitif.
Pemeriksaan penunjang
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang ditemukan, dan indikasi sesuai dengan
klinis
yang ditemukan :
1. Pemeriksaan darah : darah lengkap, elektrolit, fungsi hepar, fungsi ginjal, kadar glukosa darah,
h. Tatalaksana
Penatalaksanaan delirium sangat kompleks sehingga di simpulkan seperti tabel
dibawah:
1. Pengobatan etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak
dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang menetap.
2. Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah),
bila perlu diberi stimulansia.
3. Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi.
Hati-hati dengan sedativa dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab
kadang-kadang tidak menolong, tetapi dapat menimbulkan efek
paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang, tetapi bertambah gelisah.
4. Penderita harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab
berbahaya untuk dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari
jendela dan sebagainya) ataupun untuk orang lain.
5. Dicoba menenangkan pasien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya
menurun) atau dengan kompres es. pasien mungkin lebih tenang bila
ia dapat melihat orang atau barang yang ia kenal dari rumah.
Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap , pasien tidak tahan terlalu
diisolasi.
6. Terdapat gejala psikiatrik bila sangat mengganggu dapat diberikan
neroleptika, terutama yang mempunyai dosis efektif tinggi
Penatalaksanaan Tiga tujuan utama terapi delirium yaitu:
a. Mencari dan mengobati penyebab delirium (diperlukan pemeriksaan
fisik yang cermat dan pemeriksaan penunjang yang adekuat.
Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, analisis gas darah, fungsi hati,
dan fungsi ginjal, serta EEG atau pencitraan otak bila terdapat indikasi
disfungsi otak)
b. Memastikan keamanan pasien
c. Mengobati gangguan perilaku terkait dengan delirium, misalnya
agitasi psikomotor.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing;
2014.
2. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. VI.
Jakarta: InternaPublishing; 2014.
3. Luiza Guilherm, dkk. Molecular Mimicry in The Autoimmune Pathogenesis of Rheumatic Heart
Disease. Autoimmunity 2006; 39(1): 31 –39. 8.
4. Hasanah, Z. U., & Suryati, E. (2020). Penyakit Jantung Rematik pada Anak. Medical Profession
Journal of Lampung, 10(3), 484-490.
5. Kumar, Vinay dkk. Valvular Heart. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Philadelpia:
Elsevier Inc. 2010.
6. Kliegman, Robert M, dkk. Rheumatic Heart Disease. Nelson Textbook of Pediatrics, Edisi 18.
Elsevier. 2007: 438.
7. Premana, p. M. I., suardamana, k., & pd-kai, s. Penyakit jantung rematik.
8. Bernstain. D and Shelove. S ( 2014 ). ILMU KESEHATAN ANAK. Jakarta. Pp 280
9. Made. PIP. ( 2018 ). PENYAKIT JANTUNG REMATIK. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. Denpasar