Disusun oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Sasaran Penilaian
Psikomotorik”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Fiqh Kontemporer yang diampu oleh Ahmad Dwi Nur Khalimi, M. Pd di Institut
Ilmu Al-Qur’an An-Nur Yogyakarta.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian adalah salah satu tugas dan tanggung jawab yang harus, dilakukan oleh
guru. Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 63 ayat
1 yang menyebutkan bahwa kegiatan penilaian pendidikan pada jenjang dasar dan
menengah salah satunya dilakukan oleh pendidik selain oleh pemerintah dan satuan
pendidikan itu sendiri. Kegiatan penilaian yang dilakukan oleh guru mencakup tiga
ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi aspek yang
berkaitan dengan kemampuan berpikir, kemampuan memperoleh pengetahuan,
kemampuan yang berkaitan dengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan,
pemahaman, konseptual, penentuan, dan penalaran. Ranah afektif, berdasarkan
Krathwohl didefinisikan sebagai perhatian/penerimaan, tanggapan,
penilaian/penghargaan, pengorganisasian dn karakteristik berkaitan erat ketrampilan
fisik, motorik, maupun tangan. Baik penilaian afektif, kognitif maupun psikomotorik
wajib dilakukan guru terhadap peserta didiknya.
Penilaian psikomotorik implementasinya dapat dilakukan dengan
mengguanakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak
digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu
kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain observasi dapat
mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah
laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta
didik dalam simulasi.1
1
Jurnal pengembangan instrumen penilaian aspek psikomotorik siswa SMA/MA pada praktikum
titrasari asam basa, Jakarta, Vol. 1, 2016, hal 662
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan psikomotorik?
2. Apa saja tingkatan ranah psikomotorik?
3. Bagaimana penilaian hasil belajar psikomotorik?
4. Bagaimana konsep penilaian psikomotorik?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui psikomotorik.
2. Untuk mengetahui tingkatan ranah psikomotorik.
3. Untuk mengetahui penilaian hasil belajar psikomotorik.
4. Untuk mengetahui konsep penilaian psikomotorik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik adalah bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan
bertindak individu. Lebih lanjut Sudjana menguraikan tipe hasil belajar ranah
psikomotorik berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan untuk bertindak
setelah peserta didik menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini
merupakan tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam
kecenderungan peserta didik untuk berperilaku.
Ranah psikomotorik terdiri atas aktivitas motoric yang penting dalam
pengembangan kemampuan peserta didik dalam memanipulasi benda-benda, dan
secara umum mengambangkan keterampilan motoric peserta didik. Ranah
psikomotorik juga berkaitan dengan gerakan sengaja yang dikendalikan oleh
aktivitas otak. Dengan kata lain, psikomotorik umumnya berupa keterampilan yang
memerlukan koordinasi otak dengan beberapa otot. Berkaitan dengan
pengembangan ranah psikomotorik ini, peran guru sangat penting dan sangat
diharapkan mampu melaksanakannya.2
B. Tingkatan Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik memiliki lima tahap atau jenjang
1. Tahap menirukan, pada jenjang ini jika di aplikasikan kepada peserta didik
suatu tindakan yang dapat diamati, maka peserta didik tersebut akan mulai
membuat suatu tiruan terhadap tindakan itu smpai pada tingkat sistem otot-
ototnya dan dituntun oleh dorongan kata hati untuk menirukan. Kata kunci
yang digunakan meliputi: menirukan, pengulangan, berketetapan hati, mau, dan
minat bergairah.
2
Rinto Haasiholan Hutapea, Instrumen Penilaian Non Tes dalam penilaian Hasil Belajar Ranah
afektif dan Psikomotorik Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual, Vol 2, No 2, Desember
2019, hal 156
2. Tahapan manipulasi/menyusun, pada tahap ini peserta didik dapat
menunjukkan atau menampilkan suatu tindakan seperti yang diajarkan, serta
tindakan yang juga tidak hanya seperti yang diamati. Perserta didik mulai dapat
membedakan antara satu pola tindakan dengan yang lain, kemudian menjadi
mampu memilih tindakan yang diperlukan dan mulai memilliki keterampilan
dalam memanipulasi. Kata kunci yang dapat digunakan pada tahapan ini antara
lain: ikuti petunjuk, tetapkan mencoba-coba, dan perbaikan tindakan.
3. Tahap keseksamaan, pada tahapan ini terdiri atas kemampuan peserta didik
dalam manampilkan suatu tindakan yang telah sampai pada tingkat perbaikan
yang lebih tinggi dalam mereproduksi suatu kegiaatan tertentu. Kata kunci
yang dapat digunakan pada tahapan ini yaitu: lakukan kembali, kerjakan
kembali, dan hasulkan.
4. Tahap artikulasi, tahapan ini memiliki unsur utama, yaitu peserta didik telah
dapat mengkoordinasikan serentetan tindakan dengan menetapkan urutan
secara tepat diantara tindakan yang berbeda-beda. Kata kunci yang digunakan
pada tahapan ini adalah: dilakukan secara harmonis, serta lakukan secara unit,
5. Tahap naturalisasi, pada tahapan ini mengungkapkan bahwa apabila peserta
didik telah dapat melakukan secara alami satu tindakan atau sejumlah tindakan
yang urut, maka keterampilan penampilan tersebut telah sampai pada
kemampuan yang paling tinggi dan tindakan tersebut ditampilkan dengan
pengeluaran energy yang minimum.3
Gambaran hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik dapat dilihat pada
tabel berikut :
No Afektif Psikomotorik
1. Memiliki kemauan untuk Tindakan dengan segera
menerima pelajaran dari guru memasuki kelas pada waktu guru
datang dan duduk secara baik
3
Rinto Haasiholan Hutapea, Instrumen Penilaian Non Tes dalam penilaian Hasil Belajar Ranah
afektif dan Psikomotorik Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual, Vol 2, No 2, Desember
2019, hal 157
dengan mempersiapkan
kebutuhan belajar
2. Perhatian terhadap apa yang Memiliki catatan bahan pelajaran
dijelaskan oleh guru secara baik dan sistematis
3. Penghargaan peserta didik Sikap ramah sopan, ramah, dan
terhadap guru hormat kepada guru saat guru
menjelaskan pelajaran
4. Penghargaan menunjukkan hasrat Mengangkat tangan dan bertanya
ingin bertanya terhadap guru kepada guru mengenai bahan
pelajaran yang belum jalas
5. Peserta didik menunjukkan Memiliki perpustakaan sebagai
kemauan untuk mempelajari
tempat untuk belajar lebih lanjut
bahan pelajaran lebih lanjut
dan meminta informasi kepada
guru tentang buku yang harus
dipelajari, atau segera
membentuk kelompok diskusi
6. Kemauan peserta didik untuk Melakukan latihan diri dalam
menerapkan hasil pelajaran
memecahkan masalah
berdasarkan konsep bahan yang
telah diperoleh peserta didik atau
menggunakan dalam praktik
kehidupannya.
7. Peserta didik senang dengan guru Peserta didik akrab, mau bergaul,
dan mata pelajaran yang diberikan
mau berkomunikasi dengan guru
dan bertanya atau meminta saran
bagaimana mempelajari mata
pelajaran yang diajarkannya
4
Andi Nurwati, Penilaian Ranah Psikomotorik Siswa Dalam Pelajaran Bahasa. Edukasia:
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam. Vol. 9, No. 2, Agustus 2014, hal 393-394.
1. pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung
2. sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap
3. beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan
kerjanya.
5
Agus Dudung, Penilaian Psikomotor, (Depok: Karima, 2018) hal 45.
Dalam rangka evaluasi hasil belajar, observasi digunakan sebagai teknik
evaluasi untuk menilai kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat keterampilan atau
skill. Observasi perilaku peserta didik dapat dilakukan dengan menggunakan
buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian yang berkaitan dengan peserta
didik selama di sekolah. Hasil observasi yang dilakukan oleh guru dapat
dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu bentuk alat evakuasi jenis non-tes yang
dilkukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak
langsung dengan peserta didik.
3. Angket
Amgket atau kusioner merupakan teknik pngumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab. Dalam proses pembelajaran di kelas,
responden yang dimaksud adalah peserta didik, Guru bertindak sebagai perumus
dan pembuat angket.
4. Daftar cek (check list)
Pengertian dari daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan
aspek-aspek yang akan diamati oleh guru. Melalui daftar cek ini, dapat
memunginkan guru sebagai penilai untuk mencatat tiap-tiap kejadian yang
penting dan yang menjadi fokus penilaian dari guru. Daftar cek mudah
digunakan untuk menilai tes psikomotorik dimana guru/pengamat tinggal
memberi tanda cek pada kompetensi yang muncul. Daftar cek memiliki banyak
manfaatnya. Adapun manfaat dari daftar cek meliputi: membantu guru untuk
mengingat-ingat apa yang harus diamati, serta dapat memberikan informati
kepada stakeholder.
Penilaian unjuk kerja pada daftar cek berupa “ya” atau “tidak.” Pada
penilaian ini peserta didik mendapat nilai apabila criteria penguasaan
kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jik tidak dapat diamati, peserta
didik tidak memperoleh nilai.
5. Studi kasus
Jenis non-tes berikutnya ialah studi kasus. Arti dari studi kasus adalah
studi yang mendalam dan kompeherensif tentang peserta didik, kelas atau
sekolah yang dimiliki kasus tertentu. Indikator studi kasus misalnya, peserta
didik ada yang sangat cerdas, ada yang kesulitan dalam belajar. Dalam studi
kasus perkenalan yang penting untuk diperhatikan ialah diagnosis masalah-
masalah peserta didik dan membrikan rekomendasi untuk mengatasinya. guru di
sekolah harus mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan
berbagai teknik dan alat pengumpulan data, alat pengumpulan data yng dapat
digunakan oleh guru salah satunya adalah depth-interview, yaitu wawancara
secara mendalam.6
No Penilaian skor
Aspek Nilai
1 2 3 4 5
1 Berdiri menghadap kiblat 5
2 Bacaan niat shalat jenazah 5
3 Posisi kedua tangan takbiratul ihram 5
4 Bacaan surat alfatihah 5
5 Bacaan shalawat akhir 5
6 Bacaan doa pada takbir ketiga (do’a istighfar) 5
7 Bacaan doa pada takbir keempat (doa tahrim) 5
8 salam 5
6
Rinto Haasiholan Hutapea, Instrumen Penilaian Non Tes dalam penilaian Hasil Belajar Ranah
afektif dan Psikomotorik Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual, Vol 2, No 2, Desember
2019, hal 159-160
Jumlah 40
100
Skor yang diperoleh
(A)
Hutapea Haasiholan Rinto. 2019. Instrumen Penilaian Non Tes dalam penilaian
Hasil Belajar Ranah afektif dan Psikomotorik Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Kontekstual. Vol 2, No 2, Desember