Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Strategi Pembelajaran BMB3 Dalam Pengembangan Karakter Cerdas


Olahraga”

Di susun Oleh :

Kelompok 5
ALDO : A42119022
ALDI : A42119023
MUH IKSAN SETIAWAN : A42119024
RUSNDA : A42119094
ARY RAHMAN : A42119084
ABINENO D MUNDI : A42118281
MOH IKBAL I TJAMBARU : A42118128
AHMAD SANDI : A42118082
DIMAS : A4217151

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS KEGURUAN DAN IMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT sehingga penyusunan


makalah tentang “Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu” ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Selain itu kami ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah ”
STRATEGI PEMBELAJARAN PENJASKES” atas bimbingan dan motivasinya.

Penulis menyadari akan kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena


itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi

Halaman Judul..................................................................................................

Kata Pengantar .................................................................................................

Daftar Isi...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

1.1 Latar Belakang .........................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................

1.3 Tujuan ......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................

2.1 Pengertian Strategi Pembelajaran BMB3 ..............................................

2.3 Stategi Pembelajaran Konvensional ..........................................................

2.3 Pendidikan Karakter Cerdas ......................................................................

2.4 Pengertian Serta Pengembangan Karakter Cerdas…………………….

BAB III PENUTUP………………………………………………………..


3.1 Kesimpulan ............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah investasi masa depan. Melalui pendidikan maka mental


dan karakter dapat terbangun. Hal tersebut seiring dengan pepatah dalam dunia
olahraga, “Men Sana in Corpora Sanno” yaitu didalam tubuh yang kuat akan
terdapat jiwa yang sehat pula. Falsafah tersebut menggambarkan bahwa dalam
rangka peningkatan kualitas hidup baik secara batiniah dan kualitas kerja
jasmaniah, pencapaian sehat bugar sangat dibutuhkan. Dalam situasi tersebut,
olahraga merupakan media pendidikan yang seharusnya dan selayaknya menjadi
pilar keselarasan serta keseimbangan hidup sehat dan harmonis. Olahraga
merupakan pilar penting karena jiwa fairplay, sportivitas, team work, dan
nasionalisme dapat dibangun melalui olahraga. Melalui aktivitas olahraga kita
banyak mendapatkan hal-hal yang positif. Olahraga bukan sekedar kegiatan yang
berorientasi kepada faktor fisik belaka, olahraga juga dapat melatih sikap dan
mental kita.
Pembentukan karakter bangsa dapat dilakukan salah satunya melalui olahraga.
Dengan olahraga kita bisa kembangkan karakter bangsa, sportivitas sekaligus
merekatkan persatuan bangsa. Atas dasar tersebut, semua komponen bangsa harus
memberikan andil dalam memajukan olahraga nasional. Menurut Irwan Prayitno
(2008), secara normatif dan sebagaimana telah hampir dapat diterima oleh
umumnya kita sekalian, pembentukan karakter bangsa merupakan hal yang amat
penting bagi generasi muda dan bahkan menentukan nasib bangsa dimasa yang
akan datang.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan
seseorang karena melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kecerdasan,
keterampilan, mengembangkan potensi diri dan dapat membentuk pribadi yang
bertanggung jawab, cerdas dan kreatif.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Strategi Pembelajaran


BMB2 ?
2. Apa yang dimaksud dengan Strategi Pembelajaran Konvensional ?
3. Apa yang dimaksud Dengan Pendidikan Karakter Cerdas ?
4. Apa Dimaksud dengan Pengertian Serta Pengembangan Karakter Cerdas
?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Strategi Pembelajaran BMB2


2. Untuk Mengetahui Strategi Pembelajaran Konvensional
3. Untuk Mengetahui Pendidikan Karakter Cerdas
4. Untuk Mengetahui Pengertian Serta Pengembangan Karakter Cerdas
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Strategi Pembelajaran Bmb3

strategi BMB3 (berpikir, merasa, bersikap, bertindak dan bertanggung


jawab). Strategi ini hendaknya dapat dipahami dan dipraktekkan dalam proses
pembelajaran oleh seluruh tenaga kependidikan yang terdiri atas guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur dan fasilitator.

Dengan strategi ini pemberian materi pembelajaran akan meresap lebih


salam, bukan hanya sekedar menyentuh pikiran (kognitif), tetapi juga membentuk
sikap (afektif) dan tindakan (psikomotor). Hal yang positif adalah juga
meningkatkan nilai rasa, serta tanggung jawab. Maka lengkaplah pendidikan itu
dalam membentuk manusia seutuhnya yang dapat meningkatkan harkat dan
martabatnya.

Berpikir adalah proses kerja otak memikirkan materi pelajaran guna


menambah ilmu, pengetahuan dan wawasan untuk membentuk intelektual peserta
didik. Aktifitas ini berlangsung setiap saat, tetapi biasanya hanya
transaksional atau hanya sekedar pemindahan materi dari tenaga kependidikan
kepada peserta didik dan belum transformatif dalam rangka perubahan diri peserta
didik.

Selanjutnya dalam strategi BMB3 proses ditingkatkan pada tahap merasa,


yaitu dapat merasakan apa yang terkandung dalam materi pelajaran dan
merasakan pentingnya materi tersebut dalam kehidupan.

Proses sikap adalah menentukan sikap yang dapat dilakukan peserta didik
yang terinspirasi dari materi pelajarannya. Kemudian dapat pula bertindak sesuai
dengan hasil proses berfikir, merasa, dan bersikap yang telah dilaluinya.
Akhirnya peserta didik juga diajak bertanggung jawab terhadap materi
yang telah dikuasainya agar dapat digunakan untuk kebaikan, mengangkat harkat
dan martabat manusia. Jadi strategi BMB3 ini bersifat komprehensif dalam
membentuk manusia yang berkualitas melalui proses pembelajaran.

Strategi BMB3 tidak hanya dipakai pada dunia pendidikan, tetapi juga
dapat diaplikasikan dalam kehidupan yang telah dimulai dari dunia kependidikan.
Apabila peserta didik telah dibiasakan belajar dengan strategi BMB3 maka akan
terbentuk pola apikir yang holistik memikirkan semua kepentingan dan semua
unsur yang ada.

Fenomena saat ini banyak sekali orang cerdas dan pintar sebagai hasil dari
pendidikan, tetapi mereka belum tentu memiliki nilai rasa atau sensitifitas yang
tinggi, sikap yang positif, tindakan yang baik serta tanggungjawab atau
perbuatannya.

Apabila BMB3 telah dimiliki maka tentu kehidupan ini akan terasa lebih
nyaman karena kepintaran dan kecerdasan digunakan untuk kebaikan mengangkat
harkat dan martabat manusia. Untuk itu tenaga kependidikan hendaknya
memahami dan mempraktikkan BMB3. Terutama guru, dosen dan konselor.

2.1 Pengertian Strategi Konvensional

Strategi pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang paling


lama sudah dilakukan di sekolah-sekolah baik di Sekolah Dasar (SD) maupun
Sekolah Menengah. Hal ini disebabkan karena pendekatan ini merupakan sebuah
pendekatanyang sangat mudah dilakukan oleh guru. Pada hakekatnya ceramah
adalah suatu metode pembelajaran dimana guru berada di depan kelas, memimpin,
menentukan dan jalannya pelajaran serta mentransfer segala rencana yang akan
diberikan pada siswa. Sedangkan pengertian pendekatan pembelajaran
konvensional menurut Sudirman, dkk (1992) adalah cara penyajian pelajaran yang
dilakukan oleh guru dengan penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.
Surakhmad (1994) juga mengungkapkan bahwa pendekatan pembelajaran
konvensional ialah bentuk interaksi seseorang terhadap sekelompok pendengar.

Dalam pengajaran matematika konvensional ini menurut Silver dan Smith


(1996) tugas dan peran guru secara esensial hanya memindahkan atau
menyalurkan pengetahuan dan memvalidasi jawaban siswa, sedangkan siswa
diharapkan untuk belajar sendiri dalam keadaan kelas yang tenang dan sunyi.

Merujuk kepada definisi strategi pembelajaran yang dirumuskan


Ruseffendi yang telah dibicarakan di bagian awal serta gambaran dari kedua
alinea di atas, maka seperangkat kebijaksanaan terpilih dalam strategi
pembelajaran konvensional ini adalah pemilih dan penyaji materi dilakukan oleh
guru atau peneliti, cara materi disajikan secara ekpositori, dan penerima materi
adalah siswa secara klasikal.

Secara lengkapnya, strategi pembelajaran konvensional ini diatur sebagai berikut:

1. Guru memberikan informasi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.


Kemudian menjelaskan konsep dari materi pokok pembelajaran.
2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mencatat materi yang telah
diterangkan dan bertanya hal-hal yang dirasakan belum jelas. Kemudian
memeriksa apakah siswa sudah mengerti atau belum dengan cara
memberikan pertanyaan lanjutan.
3. Guru memberi contoh aplikasi konsep dan latihan soal-soal.
4. Guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan secara individual atau
mempersilahkan siswa untuk bekerja sama dengan teman sebangku.
5. Guru meminta satu siswa atau lebih untuk menuliskan jawaban dari latihan
yang diberikan di papan tulis.
6. Guru memberikan sejumlah soal untuk pekerjaan rumah.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa yang


disebut pendekatan strategi pembelajaran konvensional adalah suatu metode
penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan
lisan secara langsung terhadap siswa guna mentransfer segala ilmu pengetahuan
yang dimilikinya.

2.3 Pendidikan Karakter Cerdas

Tidak dapat disangkal bahwa hanya melalui pendidikan diharapakan


terjadinya transformasi perubahan menuju insan yang maju, cerdas dan
kompetitif. Dan sungguh diyakini bahwa dengan Sumber Daya Manusia yang
berkarakter kuat insan maju, cerdas dan kompetitif dapat diraih. Oleh karenanya
penyelenggaraan pendidikan karakter perlu menjadi perhatian sehingga visi dan
cita-cita pendidikan nasional 2025 dapat diwujudkan. Adapun makna Insan
cerdas Indonesia sesuai dengan visi Pendidikan Nasonal 2025 adalah cerdas
spirutual, cerdas emosi dan sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetik.
(Renstra Diknas 2010- 2014).

Adapun makna insan cedas dan kompetitif tersebut adalah: Cerdas


spiritual, beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan dan
memperkuat ke- imanan, ketakwaan dan akhlak mulia, termasuk budi pekerti
luhur dan kepribadian unggul. Cerdas emosional dan sosial, beraktualisasi diri
melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiativitas akan
kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta kompetensi untuk meng-
ekspresikannya; Beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang (a) membina dan
memupuk hubungan timbal balik; (b) demokratis; (c) empatik dan simpatik; (d)
menjunjung tinggi hak asasi manusia; (e) ceria dan percaya diri; (d) menghargai
kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara; (e) berwawasan kebangsaan
dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara.

Cerdas intelektual, Beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk


memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif, inovatif dan imajinatif. Cerdas
kinestetis, Beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan yang
sehat, bugar, berdaya-tahan, sigap,terampil, dan trengginas.
2.4 Pengertian serta pengembangan Karakter cerdas

A. Pengerian Karakter cerdas


Karakter cerdas yang dimaksud adalah segenap sifat pribadi yang relatif
stabil pada diri individu yang menjadi suatu landasan dalam penampilan perilaku
dengan standar norma dan nilai yang tinggi diiringi tindakan yang mampu untuk
menghadapi berbagai kondisi untuk sukses mencapai tujuan (Prayitno & Khaidir,
2011). Indikator karakter yang tercermin dalam perilaku individu diantaranya
iman dan takwa, sabar, pengendalian diri, disiplin, kerja keras, ulet, bertanggung
jawab, jujur, membela kebenaran, sopan santun, taat pada peraturan, demokratis,
loyal, sikap kebersamaan, musyawarah, gotongroyong, toleran, tertib, damai, anti
kekerasan, hemat dan konsisten. Sedangkan indikator kecerdasan yang mengiringi
perilaku berkarakter tersebut yakni aktif, dinamis dan terarah, analitis dan
objektif, aspiratif, kreatif dan inovatif, antisipatif, berpikiran terbuka dan maju,
serta mencari solusi (Prayitno & Khaidir, 2011).

Pendidikan karakter-cerdas tersebut akan terlaksana dengan baik salah


satunya melalui proses pembelajaran yang memuat nilai-nilai tersebut (Arjanggi,
2012; Prayitno & Khaidir, 2011). Dengan demikian, rasional pelaksanaan
pendidikan karakter-cerdas melalui proses pembelajaran merupakan salah satu
stategi yang dirasa tepat untuk diterapkan. Perlu adanya berbagai unsur penting
dalam pelaksanaan pembelajaran yang menanamkan nilai-nilai karakter-cerdas
tersebut, seperti strategi pembelajaran, pendekatan, maupun materi dari
pembelajaran tersebut sehingga isi/konten karakter-cerdas dimaksud benarbenar
dapat diterima oleh mahasiswa dalam proses transformasi pembelajaran.

Untuk menumbuhkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa perlu menggunakan strategi

sehingga terbentuk karakter yang idealis. Menurut Anifral Hendri (2008),

ada beberapa strategi dalampembentukan karakter, antara lain:

1. Keteladanan; Memiliki Integritas Tinggi serta Memiliki Kompetensi:


Pedagogik,kepribadian, sosial, dan profesional

2. Pembiasaan

3. Penanaman kedisiplinan

4. Menciptakan suasana yang konduksif

5. Integrasi dan internalisasi

6. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai

dalam pendidikanjasmani.

7. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cintai damai, sikap

sosial dantoleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama.

8. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-

tugas ajar dalampendidikan jasmani.

9. Mengembangkan keterampilan untuk melakukan aktivitas jasmani dan

olahraga, sertamemahami alasan-alasan yang melandasi gerak dan kinerja.

10. Menumbuhkan kecerdasan emosi dan penghargaan terhadap hak-hak

asasi orang lainmelalui pengamalan fairplay dan sportivitas.

11. Menumbuhkan self-esteem sebagai landasan kepribadian melalui

pengembangankesadaran terhadap kemampuan dan pengendalian gerak

tubuh.

12. Mengembangkan keterampilan dan kebiasaan untuk melindungi

keselamatan dirisendiri dan keselamatan orang lain.

13. Menumbuhkan cara pengembangan dan pemeliharaan kebugaran

jasmani dan polahidup sehat.

14. Menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif


secara teraturdalam aktivitas fisik dan memahami manfaat dari

keterlibatannya.

15. Menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu

luang denganaktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.

Sedangkan menurut Stefan Sikone (2006), dalam melaksanakan

pengembangan karakter, generasi muda memiliki 3 peran penting yaitu:

1. Sebagai pembangun kembali karakter bangsa (charater builder).

Peran generasi muda adalah membangun kembali karakter positif bangsa.

Hal ini tentunya sangat berat, namun esensinya adalah adanya kemauan

keras dan komitmen dari generasi muda untuk menjunjung nilai-nilai

moral diatas kepentingan-kepentingan sesaat sekaligus upaya kolektif

untuk menginternalisasikannya.

2. Sebagai pemberdaya karakter (character enabler).

Generasi muda dituntut untuk mengambil peran sebagai pemberdaya

karakter. Bentuk praktisnya adalah kemauan dan hasrat yang kuat dari

generasi muda untuk menjadi role model dari pengembangan karakter

bangsa yang positif.

3. Sebagai perekayasa karakter (character engineer).

Peran yang terakhir ini menuntut generasi muda untuk terus melakukan

pembelajaran. Harus diakui bahwa pengembangan karakter positif bangsa

bagaimanaupun juga menuntut adanya modifikasi dan rekayasa yang tepat

disesuaikan dengan perkembanganjaman.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Olahraga merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai


alat pembentukan karakter manusia. Olahraga dengan slogan sport for all,
merupakan langkah awal yang strategis menuju pembentukan karakter.
Pembentukan karakter selain dilandasi oleh budaya nasional juga diwarnai oleh
budaya dan ciri khusus cabang olahraga yang dilakukan. Oleh karena itu untuk
mengangkat citra Indonesia di mata dunia maka salah satu cara adalah
membangun kebesaran Indonesia kembali: bangunlah olahraganya.
Dengan berolahraga, banyak karakter positif yang dapat terbentuk pada
perilaku olahraga tersebut. Melalui olahraga, seseorang akan memiliki
tanggungjawab, rasa hormat dan memiliki kepedulian dengan sesama. Nilai-nilai
ketekunan, kejujuran dan keberanian juga dapat diperoleh dari aktivitas olahraga
dan tentu masih banyak lainnya. Selain itu merupakan langkah awal untuk
memosisikan kembali olahraga dalam pembentukan karakter.
DAFTAR PUSTAKA

Anifral Hendri. 2008. Ekskul Olahraga Upaya Membangun Karakter


Siswa. Jambi Pos, Sabtu 13 September 2008.

Stefan Sikone. 2006. Pembentukan Karakter Dalam sekolah. Pos Kupang,


Kolom Opini. Jumat, 12 Mei 2006.

Anda mungkin juga menyukai