MALASSEZIA FOLIKULITIS
Oleh:
Muhammad Octa Pernadi
Lisa Giovany
Wilda Septi Pratiwi
Wirdhatul Jannah
Meisa Audina
T. Widya Wira Utami
Pembimbing:
dr. Yuni Eka Anggraini, M.Med., Ed., MSc., SpKK
0
MALASSEZIA FOLIKULITIS
1
Fakultas Kedokteran Universitas Riau / RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru
2
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
ABSTRACT
Malassezia folliculitis also known as Pityrosporum folliculitis is a chronic
disease that affecting the pilosebaceous follicles caused by a fungus. Fungus that
cause the disease is a Malassezia species which identical with Malassezia furfur.
Symptoms are itching accompanied with form lesion appear in the form
papulopustule at predilection areas such as chest, back, upper arm and
sometimes in the neck area, but rarely in the face. Diagnosis is based on
complaints, location of itching, morphology of lessions and confirmed by KOH
examination. Other investigations is to find organisms in histophatological
preparations and sometimes accompanied by follicular rupture and inflammatory
markers. Approach of the treatment is by eliminating both the predisposing
factors and provide treatment.
Keyword: Malassezia folliculitis, Pityrosporum folliculitis, Pityrosporum, Malassezia
furfur, papulopustule
ABSTRAK
Malassezia folikulitis dikenal juga dengan pitirosporum folikulitis
merupakan penyakit kronik yang mengenai folikel pilosebasea yang disebabkan
oleh jamur. Jamur penyebab adalah spesies Malassezia yang identik dengan
Malassezia furfur. Gejala yang ditimbulkan berupa gatal yang disertai muncul lesi
dalam bentuk papulopustul pada daerah predileksi yaitu dada, punggung, lengan
atas dan kadang di daerah leher, namun jarang di wajah. Diagnosis berdasarkan
keluhan gatal, lokasi, morfologi lesi dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan KOH.
Pemeriksaan penunjang antara lain adalah dengan menemukan organisme dalam
ostium folikel rambut pada sediaan histopatologi yang kadang disertai ruptur
folikel dan tanda peradangan. Pendekatan tatalaksana akan baik dengan
menghilangkan faktor predisposisi dan pemberian pengobatan.
Kata kunci: Malassezia folikulitis, Pitirosporum folikulitis, Pitirosporum, Malassezia
furfur, papulopustul
1
PENDAHULUAN
Malassezia folikulitis dikenal juga dengan pitirisporum folikulitis
merupakan penyakit kronik yang mengenai folikel pilosebasea yang disebabkan
oleh spesies Malassezia. Spesies predominan jamur penyebab yang ditemukan
pada lesi adalah Malassezia globosa, Malassezia sympodialis dan Malassezia
restricta.1 Gejala yang ditimbulkan berupa gatal yang disertai muncul lesi dalam
bentuk papulopustul pada daerah predileksi yaitu dada, punggung, lengan atas
dan kadang di daerah leher, namun jarang di wajah.2 Gejala klinis dari malassezia
folikulitis ini mirip dengan akne vulgaris, sehingga sering mengalami kesalahan
diagnosis yang akan mempengaruhi kesalahan penatalaksanaan.3 Referat ini akan
membahas lebih lanjut mengenai malassezia folikulitis, sehingga diagnosis
menjadi tepat dan tidak terjadi kesalahan dalam penatalaksanaan.
EPIDEMIOLOGI
Malassezia merupakan flora normal yang hidup di kulit manusia sehat
sekitar 75%-98%. Kolonisasi Malassezia globosa, Malassezia sympodialis dan
Malassezia restricta dimulai segera sejak lahir, remaja hingga dewasa seiring
dengan pertumbuhan kelenjar sebasea. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, malassezia folikulitis tersering
mengenai pria dari pada wanita sebesar 46,7 %; dengan kelompok usia terbanyak
15 – 24 tahun sebesar 51,1%.3 Pertumbuhan Malassezia ini meningkat pada suhu
panas atau daerah tropis sehingga meningkatkan insidensi malassezia folikulitis.4
ETIOLOGI
Malassezia folikulitis disebabkan oleh jamur spesies Malassezia yang
identik dengan Malassezia furfur. Penyakit ini sebelumnya dikenal dengan
pitirosporosis, namun sekarang dikenal sebagai malaseziosis setelah ditemukan 7
spesies Malassezia, yaitu Malassezia furfur, Malassezia pachydermatous,
Malassezia sympodialis, Malassezia globosa, Malassezia obtusa, Malassezia
restricta, dan Malassezia slooffiae.2
PATOGENESIS
2
Spesies Malassezia penyebab malassezia folikulitis merupakan flora
normal kulit yang mempunyai sifat dimorfik yaitu lipofilik dan komensal.4
Spesies yang predominan ditemukan pada lesi adalah M. globosa dan M.
sympodialis, meskipun peneliti lain menemukan juga M. restricta.1 Spesies ini
ditemukan dalam stratum korneum dan folikel rambut yang merupakan tempat
peningkatan aktivitas kelenjar sebasea, seperti pada daerah dada dan punggung.
Faktor predisposisi terjadinya malassezia folikulitis adalah suhu dan
kelembaban udara yang tinggi, keringat berlebihan, pakaian yang ketat,
penggunaan bahan-bahan berlemak untuk pelembab badan yang berlebihan,
penggunaan antibiotik, kortikosteroid lokal atau sistemik, sitostatik dan penyakit
serta keadaan tertentu misalnya diabetes melitus, keganasan, kehamilan, keadaan
imunokompromais dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) serta
sindrom down.1 Faktor predisposisi tersebut akan mengakibatkan terjadinya
penyumbatan folikel yang disertai pertumbuhan berlebih dari spesies Malassezia
di kelenjar sebasea.
Malassezia sp membutuhkan asam lemak bebas untuk bertahan hidup
dengan cara menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak bebas, kemudian
menghasilkan asam lemak rantai panjang dan rantai sedang. Hal tersebut akan
merespon sel mediator inflamasi dan mengakibatkan terjadinya aktivasi jalur
komplemen alternatif yang menyebabkan terjadinya peradangan.4 Ruam dikulit
akan tampak sebagai bercak putih atau merah, kemudian akan terjadi penyebaran
ruam akibat jamur yang tumbuh dan bermultiplikasi sehingga menimbulkan rasa
gatal dan membentuk papul serta pustul.4
DIAGNOSIS
Diagnosis malassezia folikulitis ditegakkan berdasarkan keluhan gatal dan
lokasi serta morfologi lesi yang dikonfirmasi dengan beberapa pemeriksaan
penunjang khususnya dengan pemeriksaan KOH. Malassezia folikulitis
memberikan keluhan gatal pada tempat predileksi, yaitu dada, punggung, dan
lengan atas. Kadang - kadang dapat dileher dan jarang diwajah. Gatal bersifat
sedang (moderate) terjadi secara episodik tapi sering dan dirasakan ada sensasi
menyengat.1,5 Morfologi klinis terlihat papul dan pustul perifolikular berdiameter
3
2-3 mm dengan peradangan minimal, tidak ada atau sedikit ditemukan komedo
dan tidak ada kista.1,5 Gambaran lesi malassezia folikulitis lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 1.
2. Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan KOH merupakan pemeriksaan yang cepat, berguna dan
efektif untuk infeksi jamur. Pada pemeriksaan ini akan menemukan kelompokan
4
sel ragi dan spora bulat atau blastospora Malassezia pada pemeriksaan isi folikel
yang dikeluarkan dengan ekstraktor komedo. Gambaran mikroskopik akan terlihat
spaghetti and meatballs dengan spora dan pseudohifa pendek. Pemeriksaan
dilakukan dengan larutan KOH dan tinta Parker® biru hitam. Tahap pemeriksaan
KOH adalah sebagai berikut:
1. Isi folikel yang telah dikeluarkan diambil dan letakkan di kaca objek
yang bersih dan bebas lemak
2. Tetesi dengan KOH 10-20%, lalu ditutup dengan kaca penutup
3. Tunggu selama 5 menit dan lewatkan di atas api bunsen
4. Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x dan 40x
Malassezia spp merupakan flora normal kulit, berdasarkan kriteria Jacinto-
Jamora dianggap malassezia folikulitis jika jumlah organisme ≥ 3+ yaitu lebih
dari 2-6 spora dalam kelompok atau 3-12 spora tunggal tersebar.1
3. Kultur
Kultur Malassezia spp hanya tumbuh pada media yang kaya asam lemak
yaitu Mycobiotic agar yang ditambahkan minyak zaitun (olive oil). Pertumbuhan
spora dilihat selama 7 hari.1
4. Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan ini menemukan organisme dalam ostium folikel rambut pada
sediaan histopatologi yang kadang disertai rupture folikel dan tanda peradangan.1
DIAGNOSIS BANDING5,7-10
Diagnosis banding dari malassezia folikulitis adalah akne vulgaris,
folikulitis bakterialis, dan erupsi akneformis untuk lebih jelasnya mengenai
perbedaan diagnosis banding penyakit tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
5
Tabel 1. Diagnosis banding Malassezia folikulitis5,7-10
Diagnosa Malassezia
Akne Vulgaris Folikulitis Bakterialis Erupsi Akneiformis
Banding Folikulitis
Definisi Penyakit kronik Penyakit radang kronik Penyakit kronik yang Reaksi kulit berupa
yang mengenai dari folikel pilosebasea mengenai folikel peradangan folikular akibat
folikel pilosebasea pilosebasea yang adanya iritasi epitel duktus
yang disebabkan disebabkan oleh bakteri pilosebasea yang terjadi
oleh jamur karena ekskresi substansi
penyebab (obat) pada
kelenjar kulit
Etiologi M. globosa, Propionibacterium Staphylococcus aureus Obat-obatan seperti
M. sympodialis dan acnes kortikosteroid, INH,
M. restricta barbiturat, bromida, yodida,
difenilhidantoin,
trimetadon, ACTH dan
lainnya
Prevalensi Usia Usia 15 – 24 tahun. Umumnya terjadi pada Mengenai semua umur, Umur penderita bervariasi,
remaja tetapi lebih sering di dari remaja sampai orang
jumpai pada anak – tua.
anak.
Daerah Dada, punggung, Wajah (terutama), dada Semua daerah yang Hampir di seluruh bagian
Predileksi lengan atas, leher atas dan punggung terdapat folikel rambut tubuh, namun jarang di
dan jarang di wajah wajah
6
Lanjutan Tabel 1. Diagnosis banding Malassezia folikulitis 7-12
Deskripsi Papul dan pustul perifolikuler Komedo, papul, pustul, nodul Papul dan pustul eritematosa Erupsi papulo pustul timbul
Lesi berdiameter 2-3 mm dengan dan kista mendadak tanpa adanya komedo
peradangan minimal
7
Diagnosa Malassezia Folikulitis Akne Vulgaris Folikulitis Bakterialis Erupsi Akneiformis
Banding
Pemeriksaa Pemeriksaan lampu Eskohleasi Sebum dan Pemeriksaan bakteriologis Pemeriksaan histopatologi
n Penunjang wood akan terlihat histopatologi. dari sekret lesi dan terlihat infiltrat inflamasi
berwarna kuning kalau mendukung bisa perivascular superfisial
kehijauan. dilakukan pemeriksaan dengan banyak ditemukan
Pemeriksaan KOH, histopatologi. eusinofil pada erupsi obat.
menemukan organisme
penyebab di ostium
folikel rambut,
histopatologi.
Kultur ditemukan
spesies Malassezia.
Gambar 6 Gambaran
spaghetti and meatballs
dengan spora dan Gambar 7 Gambaran Gambar 8 Histopatologi
pseudohifa pendek mikroskopik pewarnaan Erupsi akneiformis
gram pada Folikulitis
bakterialis
8
PENATALAKSANAAN1
Pendekatan tatalaksana pada malassezia folikulitis baik dengan
menghilangkan faktor predisposisi maupun memberikan pengobatan. Obat yang
digunakan dapat berupa: antimikotik oral, misalnya: Ketokonazol 200 mg / hari
selama 4 minggu, Itrakonazol 200 mg / hari selama 2 minggu, Flukonazol 150 mg
seminggu selama 4 minggu. Antimikotik topikal biasanya kurang efektif,
walaupun dapat menolong dalam penatalaksanaan malassezia folikulitis, misalnya
sampo ketokonazol 2%, lotion selenium sulfide 2,5% dan ciclopirox cream
0,77%.2,4 Hammer dkk menemukan bahwa ketokenazol lebih aktif terhadap
M.furfur dibandingkan ekonazol dan mikonazol sehingga ketokonazol dijadikan
pilihan obat awal, tapi M. Sympodialis, M. Sloofiae, M. Glabosa, dan M. Obtuse
memiliki efek yang sama terhadap ketiga obat tersebut.13
PENCEGAHAN
Malassezia folikulitis dapat dicegah dengan cara menghindari faktor-faktor
predisposisi berupa suhu dan kelembaban udara yang tinggi, keringat berlebihan,
pakaian oklusif, penggunaan bahan-bahan berlemak untuk pelembab badan yang
berlebihan, penggunaan antibiotik, kortikosteroid lokal atau sistemik, sitostatik
dan penyakit serta keadaan tertentu, misalnya: diabetes melitus, keganasan,
kehamilan, keadaan imunokompromais dan Acquired Immunodeficiency
2
Syndrome (AIDS), serta Sindrom Down Penyakit ini sering terjadi pada iklim
lembab sehingga penggunaan pendinginan udara dapat digunakan apabila
kelembaban udara sedang tinggi. Tidak berolahraga di luar ruangan apabila cuaca
terlalu panas atau lembab dan mandi menggunakan sabun yang tidak antibakteri
karena hal ini akan memperberat infeksi jamur. Penggunaan pakaian yang ketat
dihindari terutama saat berolahraga karena hal ini juga akan memperberat infeksi
jamur. Apabila infeksi ini terjadi bersamaan dengan akne yang tidak berat, hindari
penggunaan antibiotik karena akan membunuh flora normal di kulit dan memicu
pertumbuhan jamur semakin berat.14
PROGNOSIS
Secara umum prognosis dari malassezia folikulitis ini baik. Kekambuhan
dapat terjadi jika faktor predisposisi tidak dapat diatasi. 1
9
10
DAFTAR PUSTAKA
7. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew’s disease of the skin clinical
dermatology. Edisi 11. London : ElsevierInc. 2011. 542-4.
8. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS. Acne Vulgaris and
Acneiform Eruptions. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw Hill; 2008. h.690-703.
11
11. Stulberg, et al.2002. Common bacterial skin infection. Diunduh
dari:http://www.aafp.org/afp/2002/0701/p119.html (Diakses 27 Agustus
2016)
12