Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN EKOLOGI HEWAN

AREA JELAJAH DALAM MENCARI MAKAN PADA HEWAN


(FORAGING AREA)

Nama : Fira Safitri


Nim : 19032127
Prodi / Kelas : Biologi C
Dosen : 1. Dr. Abdul Razak S.Si.,M.Si
2. Dr. Fitra Arya Dwi Nugraha
S.Si.,M.Si
Asisten Dosen : 1.Gilang Leonardo
2.Mallvino Kentino
3.Nur Aqsha
4.Ridwan Syarif
5.Yunico Amardi

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
PRAKTIKUM III
AREA JELAJAH DALAM MENCARI MAKAN PADA HEWAN  
(FORAGING AREA) 

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengetahui konsep area jelajah dalam mencari makan pada hewan.
2. Mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi area jelajah pada suatu
hewan.
B. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Selasa/20 Oktober 2020
Waktu : 09.41-12.20 WIB
Tempat : Rumah Fira
C. Dasar Teori
Semua hewan harus makan untuk hidup. Untuk kebanyakan organisme, mereka
harus makan dalam porsi yang besar sehingga setiap hari hewan harus melakukan
penjelajahan untuk mendapatkan makanan. Proses untuk menemukan lokasi makanan
disebut perilaku mencari makan (foraging behavior). Hewan menghadapi beberapa kondisi
berikut ini:
1. Apa jenis makanan hewan tersebut?
2. Bagaimana mereka menerapkan strategi mencari makan?
3. Apa keuntungan hidup berkelompok dalam mencari makan?
4. Bagaimana mereka berkompetisi dalam mencari makan ini?
5. Bagaimana perilaku hewan jika makanan berada dalam lokasi-lokasi tertentu saja pada
jarak yang berjauhan. Setiap hewan menerapkan suatu cara/metode untuk dapat
menemukan makanan. Strategi ini disebut strategi mencari makan (foraging strategy).
Dalam foraging strategy ini hewan akan menerapkan strategi mendapatkan makanan secara
efektif dan efisien, konsep yang dikenal dengan istilah mencari makan secara optimal
(optimal foraging) yang landasannya ialah efisiensi(Saroyo sumarto.2016).
Home range (Daerah jelajah) merupakan daerah dimana hewan tersebut hidup.
Home range adalah suatu tempat di mana hewan-hewan tersebut menutupi atau berkisaran
pada tempat tersebut untuk mencari makan, dan lain-lainnya. Daerah jelajah ini tidak hanya
dihuni oleh satu spesies saja. Didalam home range (Daerah jelajah) tidak terjadi tingkah
laku yang agresif. Sebuah home range mungkin akan dipertahankan oleh sebagian atau
seluruh spesies yang berada pada wilayah tersebut. Home range umumnya tidak
mempunyai batas yang jelas. Distribusi makanan tidak beraturan. Ukuran home range
bergantung pada ukuran tubuh hewan. Umumnya mamalia dengan tubuh besar memiliki
home range yang lebih draipada mamalia yang bertubuh kecil (Pudyo, 2008).
Perilaku adalah kebiasaan-kebiasaan hewan dalam aktivitas hariannya seperti sifat
kelompok, waktu aktif, wilayah pergerakan, cara mencari makan, cara membuat sarang,
hubungan sosial tingkah laku bersuara, interaksi dengan spesies lainnya, cara kawin dan
melahirkan anak. Wilayah jelajah merupakan daerah yang dikunjungi satwaliar secara tetap
karena dapat mensuplai pakan, minuman serta mempunyai fungsi sebagai tempat
berlindung, berbunyi, tempat tidur dan tempat kawin. Jelajah harian adalah jarak yang
ditempuh hewan, sejak meninggalkan sarang tidur sampai kembali ke sarang tidur dalam
sehari. Teritori adalah tempat yang khas yang selalu dipertahankan dengan aktif misalnya
tempat tidup untuk primate, tempat beristirahat untuk binantang pengerat dan tempat
bersarang untuk burung (George H, 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi daerah jelajah yaitu antara lain :
1. Distribusi makanan dan perlindungan Distribusi makan dan perlindungan yang
tidak teratur akan membuat daerah jelajah juga menjadi tidak tidak teratur.
2. Kedatangan musuh atau spesies lain Kedatangan spesies lain dalam suatu daerah
jelajah tidak terjadi setiap hari, namun apabila spesies tersebut tidak bisa mempertahankan
daerah kekuasaannya, daerah tersebut akan diambil alih oleh spesies lain.
3. Ukuran tubuh Hewan yang mempunyai ukuran tubuh besar maka memiliki home
range yang lebih besar, dan karnivora pada umumnya memiliki home range yang lebih
besar daripada herbivore dan omnivore dari ukuran yang sama. Penjantan dan hewan yang
sudah dewasa memiliki home range yang lebih besar daripada betina dan hewan yang
masih muda. Berat badan sendiri kurang memberikan kontribusi terhadap pertambahan laju
yang mendekati konstan sebagai masa pertambahan berat tubuh diantara karnivora home
range bertambah pertambahan laju berat tubuh yang lebih besar (Alikondra, 1990).
Kebutuhan nutrisi sangat penting bagi tercapainya kelangsungan hidup dan
perkembangbiakan atau reproduksi. Seleksi alam diharpkan mampu menyaring tingkah
laku yang dapat mempertinggi ketangkasan dalam mendapatkan makanan. Tingkah laku
dalam mencari makan atau berburu (foraging) tidak hanya menyangkut proses makan akan
tetapi juga mneyangkut beberapa mekanisme dari hewan untuk dapat mengenali, mencari
dan menangkap mangsanya. Mekanisme (feeding) merupakan slah satu proses dimana
organisme khususnya hewan membutuhkan makanan yang bertujuan untuk memperoleh
bahan atau materi dan pengumpulan atau perolehan energy. Dengan makanan yang
diperolehnya suatu hewan akan memperoleh energy untuk efektivitas hidupnya.
Sedangkan pencarian makanan (foraging) adalah suatu usaha organisme dalam
memperoleh makanan untuk kelangsungan hidupnya. Mencari makan memiliki
keuntungan dan kesulitan. Keuntungannya adalah mengumpulkan materi dan energy, yang
dapat digunakan dalam pertumbuhan, pemeliharaan dan reproduksi (Lanrin, 2002).
Aktivitas makan merupakan perilaku yang terjadi dari seekor hewan sasaran untuk
menggapai, mengolah, mengekstrasi (menghasilkan), memegang, mengunyah dan
menelan makanan pada suatu sumber makanan misalnya pohon, tanaman, serangga.
Lamanya aktivitas makan ini sangat berkaitan dengan ketersedianya makan pada suatu
sumber. Kadang-kadang seekor hewan melewatkan waktunya berjam-jam pada suatu
tempat pohon, tetapi aktivitas makannya berlangsung singakat. Hewan mencari makan
dengan berbagai cara beberapa hewan merupakan tipe generalis (umum) dan yang lainnya
adalah tipe spesialis (khusus) (Piankan, 1974).
Hewan memiliki berbagai strategi untuk mencari makanan, beberapa hewan
bersifat generalis dalam memakan makanan(euryphagous), hewan jenis ini memakan
berbagai jenis makanan hampir tidak terbatas. sedangkan hewan jenis lainnya memakan
makanan hanya pda beberapa jenis makanan saja (stenophagus). Tingkah laku hewan yang
mempelajari strategi makanan seringkali, memperhatikan model penacarian makanan yang
optimal yang dilakukan oleh hewan. Hal ini sangat dipertimbangkan karena hewan harus
memasukkan energy yang lebih banyak daripada yang dikeluarkannya, sementara itu, pada
saat mencari makanana, energy yang dikelurkan harus diperhitungkan jika mereka tidak
ingin kehabisan tenaga saat mencari makan dan kemudian mati sebelum memperoleh
makanan tersebut (Sukarsono, 2012).
Kualitas makanan sangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan serangga. Pad
akondisi makanan yang dalam keadaan baik dengan jumlah yang cukup dan cocok bagi
sistem pencernaan serangga akan menunjang perkembangan populasi, sebaliknya makanan
yang berlimpah dengan gizi yang tidak bagus dan tidak cocok akan menekan
perkembangan populasi serangga. Ketidakcocokan faktor makanan dapat ditimbulkan oleh
hal-hal seperti kurangnya kandungan unsure yang diperlukan serangga, rendahnya kadar
air bahan, permukaan terlalu keras, dan bentuk material bahan yang kurang disenangi oleh
serangga tersebut. Secara alami serangga akan mampu memilih sumber makanan yang
disenangi. Serangga akan mempunyai suatu kecenderungan tertentu dalam mengakses
sumber makananya. Perbedaan dalam hal tekstur dan struktur, jenis varietas dan komposisi
kimia yang terkandung dalam suatu bahan akan berpengaruh s\besar pada sifat preferensi
tersebut. Adanya perbedaan individu dan populasi, serta kekayaan jenis dari suatu
organisme tidak hanya dibedakan berdasarkan kondisi tempat tinggal, tetapi juga
disebabkan faktor lain misalnya sumber makanan. Selain itu jumlah jenis suatu organisme
dapat meningkat atau menurun yang dapat berhubungan dengan kemampuan beradaptasi
jenis hewan tertentu terhadap lingkungan. Perbedaan jumlah individu yang tertangkap di
suatu lokasi diantaranya juga disebabkan adanya perbedaan lamanya waktu koleksi
(Elfidasari,2005).
D. Alat dan Bahan
 Alat:
Termometer
Botol sampel
Sling hygrometer
Lup
Pinset
Label
Label pancang
Meteran
Buku dan alat tulis
Kertas milimeter
 Bahan:
Keju bubuk
Ethanol 70%
E. Cara Kerja
F.
Pilih area pengamatan

Buat transek dengan ukuran 1x1 m

Letakkan keju disetiap sudut transek

Mengamati hewa Setelah 10 m,amati setiap jenis semut

Ikuti setiap jenis semut yang membawa umpan ke dalam


sarangnya

Setiap pintu masuk dari sarang semut 

Ukur jarak dari umpan yang diletakkan ke sarnag semut

Pengamatan dilakukan selama satu jam

Ukur suhu dan kelembapan pada area pengamatan


Individu yang diamatai dikoleksi kedalam botol sampel yang berisi
ethanol 70 persen

  Catat jumlah individu ,jenis,kolono,dan jarak jelajah

F. Hasil Pengamatan

Hari/Tanggal      : Rabu/21 Oktober 2020  

Waktu Pengamatan    : 13.20 – 14. 20 

Suhu        : 24 – 31 derjat celcius 

Kelembaban udara    : 85 % 

Cuaca        : Berawan 

Deskripsi lokasi pengamatan  : ‐Selama musim semi hingga musim panas, tanaman mekar  

dengan bunga merah jingga yang sangat mencolok. Daun 
mahkota kuning cerah, dengan beberapa garis atau bintik 
merah, kira‐kira dua kali panjang kelopak, dengan tabung 
sempit dan lobus melebar. Daun mahkota berumur pendek, 
hanya bertahan satu atau dua hari, tetapi kelopak berwarna 
sangat tahan lama dan dekoratif. Daunnya besar, berwarna 
hijau tua dengan sentuhan coklat dan sangat hias. Batang yang 
tebal dan berair biasanya tumbuh tegak. Bunganya dibentuk 
rapat sebagai seikat dedaunan. 

Jumlah  Jarak 
No.  Spesies  Koloni  Keterangan 
individu  jelajah 

1  Solenopsis  1  25  13 cm   


invicta 

2  Minimorium  2  15  43 cm   


minimum 

3  Solenopsis  3  34  21 cm   


invicta 

4  Solenopsis  4  27  365 cm   


invicta 
5  Solenopsis  5  26   8 cm   
invicta 

G. Pembahasan
Area jelajah hewan adalah daerah dimana hewan tersebut hidup. Area jelajah hewan
adalah suatu tempat di mana hewan–hewan tersebut menutupi/berkisaran pada tempat
tersebut untuk mencari makan, kawanan, dan lain–lainnya. Daerah jelajah ini tidak
hanya dihuni oleh satu spesies saja. Di dalan area jelajah hewan tidak terjadi tingkah
laku yang agresif. Sebuah area jelajah mungkin akan dipertahankan oleh sebagian atau
seluruh spesies yang berada pada wilayah tersebut. Bagaimanapun, dominansi
mungkin terjadi antara individu dengan banyak area jelajah dan individu yang tidak
dominan menjaga jarak dari individu yang dominan.
Sifat – Sifat dari Daerah Jelajah adalah :
- Daerah jelajah dikatakan tidak nyata jika manusia yang mengatur statistik dari
kegiatan hewan – hewan tersebut misalnya dalam hal pergerakan hewan tiap waktu,
misalnya suatu daerah konservasi hewan – hewan yang dibuat manusia.
- Daerah jelajah dikatakan nyata jika hal ini terjadi pada hutan yang belum terjamah
manusia, karena hewan – hewan sudah memiliki instink untuk mengenali daerah
jelajahnya sendiri.
- DaerahDaerah jelajah bersifat dinamais, yang berarti statistiknya akan berubah – ubah
dari tiap waktu ke waktu.
Dari praktikum mandiri yang telah dilakukan pada hari Rabu,21 Oktober 2020 terhadap
individu semut dimana pada praktikum tersebut terdapat 2 spesies semut yaitu
Solenopsis invicta dan Minimorium minimum. Ditemukan 5 koloni. Pada koloni 1
ditemukan 25 ekor semut yang membawa makanan ke sarangnya dengan jarak jelajah
13 cm. Pada koloni 2 ditemukan spesies yang berbeda yaitu Minimorium minimum
berjumlah 15 ekor semut yang membawa makanan ke sarangnya dengan jarak jelajah
43 cm. Pada koloni ke 3 ditemukan jenis Solenopsis invicta lagi berjumlah 34 ekor
dengan jarak jelajah 21 cm , pada koloni ke 4 masih sama spesiesnya dengan koloni
sebelumya dengan jumlah individu yaitu 27 ekor dengan jarak jelajah 365 cm.
Kemudian pada koloni terakhir di temukan 26 ekor Solenopsis invicta dengan jarak
jelajah 8 cm.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Daerah Jelajah :
1. Distribusi makanan dan perlindungan
Distribusi makanan dan perlindungan yang tidak teratur akan membuat daerah jelajah
juga menjadi tidak teratur.
2. Kedatangan musuh atau spesies lain
Kedatangan spesies lain dalam suatu daerah jelajah tidak terjadi setiap hari, namun
apabila spesies tersebut tidak bisa mempertahankan daerah kekusaannya, daerah
tersebut akan diambil alih oleh spesies lain.
3. Ukuran tubuh
Hewan yang mempunyai ukuran tubuh besar maka memiliki home range yang lebih
besar, dan karnivora pada umumnya memiliki home range yang lebih besar daripada
herbivora dan omnivora dari ukuran yang sama. Pejantan dan hewan yang sudah
dewasa memiliki home range yang lebih besar daripada betina dan hewan yang masih
muda. Berat badan sendiri kurang memberikan kontribusi terhadap pertambahan laju
yang mendekati konstan sebagai masa pertambahan berat tubuh diantara karnivora
home range bertambah pertambahan laju berat tubuh yang lebih besar.
Adapun faktor lingkungan yang diukur adalah suhu, kelembapan udara dan cuaca.
Suhu dari pengamatan tersebut adalah 30⁰C dengan kelembapan udara 66% dan cuaca
berawan.
H. Kesimpulan
1) Spesies semut yang saya temui pada lima koloni tersebut adalah Solenopsis invicta
dan Solonosis richteri, di kehidupan sehari-hari kita lebih akrab dengan nama semut
api merah dan hitam.
2) Semut akan mengeluarkan feromon untuk mengetahui tempat mencari makanan.
3) Semut menjadikan matahari sebagai kompas dan cabang pohon atau tanda alam
lainnya sebagai penunjuk jalan.
4) Makanan yang disukai oleh semut: makanan dan minuman yang manis, makanan
yang berprotein, jamur yang merupakan sumber nutrisi.
Daftar Pustaka

Alikondra, HS. 1990. Studi Ekologi (Nasalis Larvatus) Laporan Penelitian Kerjasama
Depdikbud dan JICA. Surabaya : Airlangga University Press
Piankan, Erick R. 1974. Evolutionary Ecology. New York : Harper and Row Publisher.
Geoge, H. 2005. Biology Seventh Edition. San fransisco : Benjamin Cummings
Publisher.
Dewi, Elfidasari. 2005. Pengaruh Perbedaan Lokasi Mencari Makan Terhadap
Keragaman Mangsa Jenis Kuntul di Cagar Alam Pulau Dua Serang : Casmerodius
albus, Egretta garzetta, Bubulcus ibis. Makara Sains.
Sigit, pudyono. 2008. Preferensi Semut Pemukiman Terhadap Berbagai Jenis Umpan.
Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Sukarsono. 2012. Pengantar Ekologi Hewan. Malang : UMM Press
Sumarto,Saroyo dkk.2016.Ekologi Hewan.Bandung : CV.Patra Media Gravindo
Bandung
Latoantja, Lanrin. 2002. Biologi : Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup. Jakarta :
Salemba Teknika
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai