Anda di halaman 1dari 8

PENGELOLAAN LIMBAH DI APOTEK

NAMA KELOMPOK :

 WENY ANGGRAENI (19012010) RK.A


 ANNISA SITI NURJANAH (19012023) RK.A
 SRI HANDAYANI (19012046) RK.B
 MUHAMAD RHIVAN MAULANA (19012031) RK.A
 DESI KRISTINA PUTRI (19012037) RK.B

DOSEN PENGAMPU :

 NANANG HERMAWAN, S.T, M.KM

JURUSAN FARMASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI & FARMASI


BOGOR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Obat-obatan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia di era
modern ini. Selain berperanan penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia, limbah dari
obat-obatan tetap dapat memberikan dampak buruk terhadap lingkungan, margasatwa bahkan
kehidupan manusia sepeti yang dilaporkan pada perairan kanal kota di Vietnam Utara, telah
ditemukan cemaran antibiotik sulfonamid serta 94,1% anak-anak di Australia pernah terpapar
sampah obat di rumah mereka karena pembuangan sampah obat yang tidak benar (Ozanne-Smith
et al., 2001; Hoa et al., 2011; Singleton et al., 2014). Di Indonesia, profil penggunaan obat
tergolong cukup tinggi. Dilaporkan pada tahun 2014 bahwa penggunaan obat pada penduduk
Indonesia mencapai 90,54% dari total 255.129.004 penduduk (The World Bank, 2014; BPSRI,
2016).
Menurut regulasi di Indonesia, tertera pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016
tentang Pelayanan Kefarmasian di Apotek bahwa (a) standar pelayanan kefarmasian di apotek
meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan
(b) pelayan farmasi klinik. Pengelolaan yang tertera pada huruf (a) meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
Regulasi tersebut menunjukkan bahwa sediaan farmasi merupakan tanggung jawab apoteker
seluruhnya termasuk dalam proses pemusnahannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan limbah?
2. Apa yang di maksud dengan limbah farmasi?
3. Apa saja yang termasuk ke dalam limbah farmasi di apotek?
4. Bagaimana pengelolaan limbah farmasi di apotek?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengerti yang di maksud dengan limbah
2. Dapat mengerti yang di maksud dengan limbah farmasi
3. Dapat mengetahui jenis-jenis limbah farmasi yang ada di apotek
4. Dapat mengetahui cara pengelolaan limbah farmasi di apotek agar tidak merusak
lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Limbah
Limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada
skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat
berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat
beracun atau berbahaya yang dikenal sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah
B3). Berdasarkan BAPEDAL (1995), limbah B3 ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan
proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat toxicity,
flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan
kesehatan manusia. Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan
berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung,
dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.
Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak
digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang
memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila
memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat
reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan
toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
2.2 Pengertian Limbah Farmasi
Limbah Farmasi adalah limbah yang mencakup produk farmasi yang sudah kadaluwarsa, tidak
digunakan, tumpah, atau terkontaminasi sehingga harus dibuang. Contoh produk farmasi
tersebut, antara lain:
1. Senyawa kimia dan produk botani yang digunakan dalam pengobatan
2. Sediaan farmasi (tablet, kapsul, sirup, injeksi, salep, krim, infus, dll)
3. Produk diagnostik in vitro dan in vivo
4. Produk biologi seperti vaksin dan sera.
Kategori ini juga mencakup barang yang akan dibuang setelah digunakan untuk menangani
produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, selang
penghubung dan ampul obat. Jadi limbah medis dapat dikategorikan sebagai limbah infeksius
dan masuk pada klasifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya
dampak negatif limbah medis tersebut terhadap masyarakat atau lingkungan, maka perlu
dilakukan pengelolaan secara khusus (BAPEDAL, 1999). Dampak negatif limbah medis
terhadap masyarakat dan lingkungan terjadi akibat pengelolaan yang kurang baik. Limbah medis
jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan patogen yang dapat berakibat buruk terhadap
manusia dan lingkungan. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah
medis noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis, karena limbah
nonmedis diperlakukan sama dengan limbah padat lainnya. Artinya, dikelola Dinas Kesehatan
dan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) limbah seperti di Bantar Gebang Bekasi.
Percampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis. Banyak pihak yang
menyadari tentang bahaya ini, namun lemahnya peraturan pemerintah tentang pengelolaan
limbah farmasi mengakibatkan hanya sedikit pihak farmasi yang memiliki IPAL khusus
pengolahan limbah cairnya sampai saat ini.

2.3 2.3 Jenis Limbah Yang Ada Di Apotek

Limbah Farmasi Di Apotek yaitu limbah yang mencakup produk farmasi yang sudah
kadaluwarsa, tidak digunakan, tumpah, atau terkontaminasi sehingga harus dibuang. Contoh
produk farmasi tersebut, antara lain: tablet, capsule, pil, sirup, suspensi, injeksi, spuit, infusan,
cairan,

2.4 Cara Pengelolaan Limbah Farmasi Di Apotek

Metode atau cara pemusnahan ada berbagai macam dan harus sesuai dengan kriteria produk serta
mempertimbangkan keefektifan biaya dan metode, berikut metode pemusnahan yang digunakan
untuk limbah farmasi :

 Return to donor or manufacture


Pengembalian kembali kepada pabrik pembuat obat, terutama pada obat-obatan yang
menimbulkan masalah pembuangan seperti obat antineoplastik. Jika obat-obatan tersebut
masih dalam masa kadaluwarsa dan dianggap bermanfaat harus dipisahkan dan segera
digunakan oleh institusi dan dialokasikan sesuai dengan kebutuhan.

 Landfill
Landfill atau tempat pembuangan dalam tanah tanpa pengolahan sebelumnya, metode
landfill adalah metode pembuangan limbah padat tertua dan paling banyak dipraktikkan,
berikut merupakan metode landfill:

– Open uncontrolled non-engineered dump: Tempat pembuangan sampah non


rekayasa merupakan metode pembuangan yang paling umum digunakan pada
Negara berkembang, limbah yang tidak diolah akan langsung dibuang ke tempat
pembuangan terbuka yang tidak terkontrol dan tidak melindungi lingkungan
setempat.
– Engineered landfill: Engineered landfill memiliki beberapa fitur untuk melindungi
dari terserapnya bahan kimia ke dalam akuifer.
– Highly engineered sanitary landfill: Tempat pembuangan yang terdiri dari lubang
yang dievakuasi dan terisolasi dari aliran air dan diatas permukaan air, sampah
padat akan dipadatkan dan ditutup dengan tanah untuk dirawat sanitasinya.

 Imobilisasi limbah: Enkapsulasi


Enkapsulasi dilakukan dengan menghancurkan obat-obatan dalam blok padat di dalam
drum plastik atau baja. Drum harus dibersihkan sebelum digunakan dan tidak boleh berisi
bahan yang mudah meledak atau berbahaya sebelumnya, drum tersebut diisi hingga 75%
dari kapasitasnya dengan obat-obatan sediaan padat dan semi padat dan ruang yang
tersisa diisi dengan menuangkan media seperti campuran semen atau kapur, busa plastik
atau pasir bitumen. Perbandingan campuran kapur, semen dan air (15: 15: 5) menurut
beratnya.

 Imobilisasi limbah: inersiasi


Inersiasi adalah salah satu dari enkapsulasi yang menghilangkan bahan kemasan obat
seperti kertas, karton dan plastik. Obat-obatan tersebut kemudian digiling dan dicampur
dengan air, semen dan kapur ditambahkan untuk membentuk pasta yang homogen.
Perkiraan rasio berat yang digunakan adalah sebagai berikut: limbah farmasi 65%, jeruk
nipis 15%, semen 15% dan air 5% atau lebih untuk membentuk konsistensi cairan yang
tepat.

 Sewer
Metode ini digunakan untuk beberapa sediaan obat cair, contohnya sirup dan cairan infus
yang dapat diencerkan dengan air dan disiram ke saluran pembuangan dalam jumlah kecil
selama jangka waktu tanpa mengganggu lingkungan sekitar. Aliran air yang mengalir
deras juga dapat digunakan untuk membilas sejumlah kecil obat-obatan atau antiseptik
cair yang diencerkan dengan baik.

 Membakar dalam wadah terbuka


Obat-obatan tidak boleh dihancurkan dengan membakar pada suhu rendah dalam wadah
terbuka karena dapat menghasilkan polutan beracun dapat terlepas ke udara. Kemasan
kertas dan karton yang tidak untuk didaur ulang dapat dibakar. Namun, plastik polivinil
klorida (PVC) tidak boleh dibakar.
 Insenerasi
Insenerasi merupakan proses pembakaran tertutup dengan menggunakan insenerator dua
ruang. Suhu sedang insenerator minimum 850 ⁰C, sedangkan insenerator suhu tinggi
mencapai 1200 ⁰C dengan waktu retensi pembakaran minimal dua detik di ruang kedua.
Metode insenerasi digunakan untuk sediaan padat, setengah padat, serbuk, khusus obat
antineoplastik menggunakan insenerator dengan suhu tinggi .
 Dekomposisi Kimia
Dekomposisi kimia merupakan proses penonaktifan bahan kimia sehingga tidak
berbahaya, metode ini digunakan jika insenerator tidak tersedia, metode dekomposisi
kimia memakan waktu yang lama dan tidak praktis sehingga disarankan hanya untuk
jumlah yang kecil atau tidak lebih dari 50 kg.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Limbah farmasi apotek merupakan salah satu dari limbah medis B3 yang mencakup
produk farmasi (obat-obatan, injeksi, jarum suntik, dan lain-lain) yang sudah kadaluarsa,
tidak digunakan, tumpah, atau terkontaminasi sehingga harus dibuang. Produk farmasi
yang tidak memenuhi standar tersebut harus dikelola dan dibuang dengan cara
pengelolaan limbah yang tepat. Bila limbah farmasi tidak dikelola dengan baik, akan
menimbulkan bahaya bagi makhluk hidup maupun lingkungan. Bahaya ini dapat berupa
berbagai penyakit yang dapat menjangkit manusia seperti demam typoid, kolera, disentri
dan hepatitis. Penyakit-penyakit tersebut timbul karena adanya virus, bakteri, racun,
bahkan bahan radioaktif.

3.2 Saran

Limbah farmasi di apotek seharusnya ditangani secara tepat agar tidak membahayakan
lingkungan. Tak hanya itu, pemerintah juga sebaiknya ikut ambil alih dalam hal
mengawasi pengelolaan limbah farmasi di apotek secara sungguh-sungguh. Jangan
sampai terjadi pembuangan limbah yang asal-asalan (langsung dibuang ke tampat
sampah) tanpa mempertimbangkan resiko-resiko yang akan terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
https://farmasetika.com/2021/01/14/8-cara-memusnahkan-obat-kedaluwarsa-atau-rusak/
https://www.universaleco.id/pengolahan-limbah-farmasi-obat-obatan
Salmiyatun(2003), Panduan pembuangan limbah perbekalan farmasi,EGC;
JakartaInstalasi Pengolahan Limbah Industri.
http://www.ylki.or.id/ayo-peduli-limbah-farmasi.html
http://www.who.or.id/ind/contents/aceh/Pedoman%20Pembuangan%20Secara%20Aman
%20Obat.pdf

Anda mungkin juga menyukai