Anda di halaman 1dari 13

Isolasi dan Kultur Protoplas Mesofil…… (H. Fitriani, dkk.

ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS MESOFIL DAUN DARI


BEBERAPA GENOTIP UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)
(Isolation and Protoplas Culture of Leaf Mesophyll from Some Genotypes of
Cassava (Manihot Esculenta Crantz))

Hani Fitriani, Nurhamidar Rahman, Siti Kurniawati, Pramesti Dwi


Aryaningrum dan N. Sri Hartati
Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI, Jl. Raya Bogor KM 46, Cibinong 16911, Bogor, Indonesia
e-mail: hfitriani76@yahoo.com
Naskah diterima 29 Agustus 2018, revisi akhir 12 November 2018, setuju diterbitkan 15 Februari 2019

ABSTRAK. Bibit ubi kayu unggul sangat dibutuhkan oleh petani atau penggiat ubi
kayu dan dapat diperoleh melalui teknik fusi protoplas. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan protoplas dari mesofil daun tiga jenis ubi kayu yaitu Gajah, Mentega 2
dan Ubi Kuning koleksi in vitro dengan perlakuan komposisi enzim selulase, maserozim
dan pektoliase serta media kultur protoplas. Isolasi protoplas dilakukan dengan
menginkubasi daun ubi kayu in vitro dari genotip Mentega 2, Ubi Kuning dan Gajah
pada media cair yang terdiri dari beberapa campuran enzim. Protoplas berhasil
diperoleh dari ketiga genotip ubi kayu setelah inkubasi pra-plasmolisis sel pada larutan
campuran enzim perlakuan LE3 yaitu 0,4 M manitol, 2% selulase, 1% maserozim dan
0,1% pektoliase selama 18 jam. Protoplas berhasil membentuk mikrokalus pada media
semi padat Murashige & Skoog (MS) dengan penambahan vitamin Kao & Michayluk
(KM) dan bahan organik KM serta diperkaya dengan 2 µM CuSO4, 2 mg/L BAP, 1
mg/L IAA, 2% sukrosa dengan variasi agar Phytagel 0,5% (M1) dan 1% (M2).
Pembentukan kalus dari mikrokalus terjadi pada semua media perlakuan. Secara
keseluruhan, perlakuan terbaik ditunjukkan pada media P4, yaitu media MS yang
mengandung 1,0 mg/L 2,4-D dan 2 mg/L BAP, dimana kalus yang diperoleh berukuran
lebih besar dibanding media lainnya.
Kata kunci: mikrokalus, protoplas, selulase, ubi kayu

ABSTRACT. Superior cassava seedlings can be obtained through protoplast fusion


techniques. This study aimed to obtain protoplasts from leaf mesophyll of three types of
cassava namely Mentega 2, Ubi Kuning and Gajah. Protoplast was successfully
obtained from three cassava genotypes after incubation of pre-plasmolysis cells in a
mixture of LE3 treatment enzymes, i.e 0.4 M mannitol, 2% cellulase, 1% maserozyme
and 0.1% pectoliase for 18 hours. Protoplast succeeded in forming microcaluses in
Murashige & Skoog (MS) semi-solid media with the addition of vitamin Kao &
Michayluk (KM) and KM organic matter and enriched with 2 µM CuSO4, 2 mg/L BAP,
1 mg/L IAA, 2% sucrose with Phytagel agar variations were 0.5% (M1) and 1% (M2).
Callus from microcalus occurred in all treatment media. The best treatment was shown
on P4 media, namely MS media containing 1.0 mg/L 2,4-D and 2 mg/L BAP, where the
callus obtained was larger than other media.
Keywords: cassava, cellulase, microcalus, protoplast

1. PENDAHULUAN lama atau tahan terhadap pembusukan


Bibit ubi kayu dengan sifat unggul yang dikenal dengan istilah PPD
yaitu produktivitas tinggi, kaya nutrisi, (postharvest physiological deterioration)
tahan terhadap cekaman abiotik (terutama sangat dibutuhkan oleh petani atau
kekeringan) dan cekaman biotik (hama dan penggiat ubi kayu. Bibit ubi kayu dengat
penyakit), serta umbi dengan daya simpan sifat unggul dapat diperoleh melalui teknik

1
BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019 : 1-13
: 1-13

fusi protoplas. Teknik fusi protoplas mendapatkan kondisi morfogenesis in-


merupakan salah satu metode yang vitro yang efisien (Shahin & Shepard,
digunakan pada perakitan tanaman untuk 1980).
mendapatkan sifat unggul yang diinginkan. Menurut Suryowinoto (1996),
Metode fusi protoplas atau hibridisasi isolasi protoplas adalah teknik untuk
somatik merupakan salah satu metode menghasilkan protoplas yang utuh dan
yang dapat mengatasi permasalahan dalam viable dari jaringan tanaman hidup dengan
pemuliaan tanaman dengan sifat unggul cara menghilangkan dinding selnya.
yang disandi oleh banyak gen (Milliam et Teknik ini merupakan tahap awal dari
al., 1995). beberapa tahapan dalam melakukan fusi
Mariska & Husni (2006) protoplas atau hibridisasi somatik untuk
melaporkan bahwa beberapa hasil merakit bibit unggul (Suryowinoto, 1989;
penelitian dengan fusi protoplas telah Kanchanapoom et al., 2001). Kultur
berhasil meningkatkan keragaman genetik protoplas telah dimanfaatkan untuk
tanaman, produktivitas, perbaikan sifat memanipulasi genetik tanaman melalui
ketahanan terhadap hama, penyakit dan fusi protoplas, transformasi protoplas dan
nematoda, serta perbaikan sifat-sifat variasi somaklonal/protoklonal pada
kualitatif seperti kandungan minyak yang tingkat protoplas.
tinggi. Teknik ini diperlukan dalam Faktor penentu keberhasilan dalam
pemuliaan tanaman untuk menyeleksi dan prosedur isolasi protoplas tanaman adalah
merakit varietas hibrida secara lebih cepat. proses penghilangan atau pelisisan dinding
Kemajuan pesat dalam penelitian produksi sel dan mendapatkan protoplas yang utuh.
hibrida somatik dan sibrida dalam transfer Dinding sel yang masih muda biasanya
DNA tidak terlepas dari keberhasilan tersusun dari zat pektin dan selulosa,
teknik isolasi, kultur dan regenerasi sehingga untuk melisiskan zat penyusun
protoplas menjadi tanaman (Riyadi, 2010). dinding sel tersebut diperlukan zat yang
Protoplas dapat diisolasi dari hampir dapat menghancurkan atau melarutkannya.
semua bagian tanaman seperti akar, daun, Penghilangan dinding sel dapat dilakukan
nodul akar, koleoptil, kultur kalus dan secara mekanis maupun enzimatis (Tomar
mesofil daun asal tanaman in-vitro (Husni & Dantu, 2010). Secara enzimatis, jenis
et al., 2003). Mesofil daun tanaman yang dan konsentrasi enzim yang digunakan
dikulturkan secara in-vitro paling banyak sangat mempengaruhi perolehan protoplas
digunakan sebagai sumber protoplas (Riyadi, 2006). Umumnya, untuk
karena kondisi fisiologis daun tanaman melisiskan zat penyusun dinding sel pada
dari kultur in-vitro lebih konstan teknik isolasi protoplas dilakukan secara
dibandingkan daun tanaman di rumah enzimatis dengan jenis dan konsentrasi
kaca. Jaringan mesofil pada daun enzim yang digunakan bervariasi.
merupakan jaringan yang paling mudah Beberapa jenis enzim yang biasa
diisolasi karena sel-selnya tersusun secara digunakan adalah selulase R-10, pektoliase
renggang sehingga enzim-enzim mudah Y-23, hemiselulose dan maserozim. Sejak
mencapai dinding sel. Selain itu, ditemukan oleh Cocking pada tahun 1960,
keseragaman daun in-vitro yang lebih isolasi protoplas secara enzimatik hampir
tinggi dan dapat tersedia setiap saat serta selalu digunakan untuk setiap jenis
produksi protoplas yang dihasilkan lebih tanaman sampai sekarang. Pemakaian
tinggi jika menggunakan mesofil daun enzim pektoliase dan selulase telah
Musa sp. (Khatri et al., 2010); berhasil dilakukan untuk mengisolasi
Dendrobium crumenatum (Tee et al., protoplas tanaman Solanum sp. (Tan,
2010); dan Brachypodium distachyon 1987), Dendrobium pompadoum
(Hong et al., 2012) sebagai sumber (Kanchanapoom et al., 2001), Arabidopsis
protoplas. Isolasi protoplas dari mesofil ubi thaliana (Sheen, 2002) dan Panicum
kayu kultivar Mexico No. 35 juga telah virgatum L. (Mazarei et al., 2008).
dilakukan dan dilaporkan berhasil Populasi protoplas yang dihasilkan melalui
membentuk tunas namun belum teknik ini memiliki kerapatan yang tinggi

2
Isolasi dan Kultur Protoplas Mesofil…… (H. Fitriani, dkk.)

(2,5 x 106 protoplas/gram jaringan daun).


Isolasi protoplas jenis tanaman asal Eksplan Sebagai Sumber Protoplas
Indonesia telah berhasil dilakukan Material tanaman yang digunakan
diantaranya anggrek (Utami & Hariyanto, dalam penelitian ini adalah kultur ubi kayu
2015), kacang panjang dan kecipir (Riyadi, genotip Mentega 2, Gajah dan Ubi Kuning
2006; 2010), kentang (Purwito, dkk., yang merupakan koleksi Pusat Penelitian
1999), talas (Martin dkk., 2015), pegagan Bioteknologi LIPI (Gambar 1). Ketiga
(Prihastanti dkk., 2001) dan padi genotip ubi kayu tersebut memiliki
(Sukmadjaja dkk., 2007). keunggulan yaitu kaya kandungan beta
Isolasi dan kultur protoplas jenis ubi karoten (Mentega 2 dan Ubi Kuning) serta
kayu lokal Indonesia sampai saat ini belum daya hasil tinggi (genotip Gajah). Kultur
ada dilaporkan, sehingga optimasi metode ubi kayu pada media MS (Murashige &
isolasi dan regenerasi protoplas ubi kayu Skoog, 1962) tanpa hormon atau MS-0
sangat penting untuk dilakukan. Penelitian yang mengandung 40 g/L sukrosa dan 8
ini bertujuan untuk mendapatkan protoplas g/L pemadat dipelihara hingga menjadi
dari mesofil daun tiga jenis ubi kayu yaitu plantlet yang memiliki daun lengkap dan
Gajah, Mentega 2 dan Ubi Kuning koleksi siap digunakan sebagai bahan isolasi
in-vitro dengan perlakuan komposisi enzim protoplas. Kultur diinkubasi di ruang
selulase, maserozim dan pektoliase serta kultur pada temperatur 25-27 oC dengan
media kultur protoplas. Metode isolasi penyinaran 1000 lux selama 24 jam.
protoplas mesofil yang diperoleh dari Plantlet berumur 1-1,5 bulan sementara
penelitian ini diharapkan dapat digunakan daunnya digunakan sebagai sumber
untuk penelitian lebih lanjut yaitu fusi protoplas.
protoplas antara ketiga jenis ubi kayu
tersebut. Larutan Enzim dan Media Kultur
Protoplas
2. METODE PENELITIAN Larutan enzim yang digunakan pada
Jenis ubi kayu yang digunakan penelitian ini terdiri dari empat variasi,
dipilih berdasarkan keunggulan- yaitu kombinasi dari enzim selulase,
keunggulan karakteristik genetik yang maserozim dan pektoliase (Tabel 1).
diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya Keempat kombinasi larutan enzim tersebut
yaitu seleksi kandidat ubi kayu unggul disterilisasi dengan filter syringe
yang terdapat di Kebun Plasma Nutfah ubi (Millipore) berukuran 0,22 µM (Gorsser et
kayu Puslit Bioteknologi LIPI. Tahap awal al., 2010). Media dasar yang digunakan
penelitian adalah memilih enzim yang untuk kultur protoplas ubi kayu adalah
paling sesuai untuk melisis sel ubi kayu, media 0,4 M BH3 (Grosser et al., 2010)
serta media kultur yang tepat pada isolasi yang telah dimodifikasi.
dan kultur protoplas ubi kayu di
laboratorium.
A B C

Gambar 1. Tanaman kultur in vitro ubi kayu sebagai sumber eksplan untuk isolasi protoplas; A. Ubi
Kuning, B. Mentega 2 dan C. Gajah

3
BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019 : 1-13
: 1-13

Tabel 1. Komposisi larutan enzim sebagai perlakuan


Jenis Bahan LE1 LE2 LE3 LE4
Sellulase Onozuka RS (Phytotech) 0,8 g 0,8 g 0,8 g 0,8 g
Macerozyme R-10 (Phytotech) 0,8 g 0,8 g 0,4 g 0,4 g
Pectolyase y-23 (Phytotech) - 0,04 g 0,04 g 0,08 g
Mannitol 0,5 M 0,5 M 0,5 M 0,5 M
NaH2PO4 37 mM 37 mM 37 mM 37 mM
CaCl2.2H2O 1M 1M 1M 1M
MES 0,246 M 0,246 M 0,246 M 0,246 M
Aquadestilata 40 mL 40 mL 40 mL 40 mL
pH 5,6 5,6 5,6 5,6

Isolasi Protoplas hati-hati agar homogen kemudian


Mesofil daun ubi kayu diambil dari ditambahkan 2 mL larutan 13% manitol
koleksi kultur in-vitro (plantlet) dan dengan nutrien CPW ke atas larutan
disayat hingga kecil dengan jarak irisan sukrosa. Pada tahapan ini, kedua larutan
0,1-0,3 cm. Daun ubi kayu dengan total diusahakan agar tidak bercampur satu
ukuran ± 100 cm2 yang telah diiris-iris lalu dengan lainnya, sehingga terbentuk dua
dimasukkan ke dalam erlenmeyer fase larutan pada tabung. Larutan
berukuran 100 mL yang berisi 12 mL kemudian disentrifugasi dengan kecepatan
campuran larutan enzim dan media BH3 600 rpm selama 5 menit.
dengan perbandingan 1:1 (Grosser et al., Protoplas yang viable membentuk
2010). Campuran diinkubasi selama 18 fase diantara larutan sukrosa dan larutan
jam di ruang gelap pada suhu 28 oC dan manitol. Protoplas pada fase antara
dikocok dengan kecepatan 50 rpm untuk tersebut diambil dengan cara dipipet
membantu agar protoplas terlepas selama menggunakan pipet pasteur dan
tahap inkubasi. dimasukkan ke dalam larutan pemurnian
0,4 M BH3 sebanyak 10 kali ukuran pelet
Purifikasi Protoplas (Khentry et al., 2006) kemudian
Protoplas hasil isolasi selanjutnya kerapatannya diukur menggunakan
dipurifikasi pada gradien sukrosa/manitol hemositometer.
(Grosser et al., 2010). Setelah inkubasi, Pada pengukuran kerapatan,
campuran dilewatkan pada filter nilon protoplas diambil menggunakan
berukuran 100 µM untuk menyaring debris mikropipet kemudian diletakkan di atas
atau sisa jaringan hasil inkubasi dan hemositometer dan ditutup dengan gelas
ditempatkan pada tabung erlenmeyer 25 penutup. Jumlah protoplas dihitung di
mL. Campuran protoplas selanjutnya bawah mikroskop inverted pada
kembali disaring dengan filter nilon pembesaran 10×10 (Tee et al., 2010).
CellTrics® (Partec) berukuran 30 µM Densitas protoplas ditentukan dengan
untuk menyeragamkan ukuran protoplas menggunakan Persamaan 1 (Marienfield
dan disimpan pada tabung sentrifus laboratory glassware, Germany) yang
Corning® ukuran 15 mL. Campuran mana S = jumlah protoplas, X = rata-rata
kemudian disentrifugasi pada kecepatan jumlah protoplas dari bilik yang diamati, L
600 rpm selama 6 menit hingga = 1 mm2 (luas haemocytometer 1 mm2/25
membentuk pelet. Supernatan selanjutnya bilik hitung × 25 bilik yang dihitung), t =
dibuang dan protoplas diresuspensi dengan 0,1 mm (tinggi haemocytometer), P =
7 mL larutan 25% sukrosa dengan pengenceran dan 103 = konstanta
penambahan nutrien CPW (Frearson et al., perubahan dari mm3 menjadi mL.
1973). Larutan CPW terdiri dari 27,2 mg/L
KH2PO4; 100 mg/L KNO3; 150 mg/L X
S ………….…………… (1)
CaCl2; 250 mg/L MgSO4; 0,16 mg/L KI; L tP
dan 0,00025 mg/L CuSO4 (pH 5,8). Setelah
itu, campuran protoplas dipipet dengan

4
Isolasi dan Kultur Protoplas Mesofil…… (H. Fitriani, dkk.)

Kultur Protoplas memerlukan komposisi larutan enzim yang


Media dasar yang digunakan adalah lain untuk melisiskan mesofil daunnya.
media dasar MS dengan penambahan Pektin dan selulosa merupakan
vitamin KM (Kao & Michayluk, 1975), komponen penyusun dinding sel mesofil
bahan organik KM serta diperkaya dengan daun muda. Oleh karena itu, enzim yang
zat pengatur tumbuh (ZPT), 2 mg/L BAP, paling cocok digunakan untuk melisiskan
1 mg/L IAA, 2 µM CuSO4, 2% sukrosa dinding sel mesofil daun ubi kayu dari tiga
dengan variasi agar Phytagel 0,5% (M1) genotip ubi kayu yang digunakan adalah
dan 1% (M2). Kedua media tersebut diatur pektinase atau maserozim dan selulase.
hingga memiliki osmolaritas 0,4 M dan pH Enzim pektinase atau maserozim berfungsi
5,8. Media disterilisasi dengan filter untuk menghancurkan lamela tengah yang
ukuran 0,22 µM. Masing-masing medium tersusun dan zat pektin, sehingga sel satu
(M1 dan M2) diambil dengan mikropipet dengan sel lainnya terpisah (Riyadi, 2006).
dan dicampurkan dengan larutan protoplas Perlakuan LE3 dengan penambahan
hasil purifikasi. Kultur protoplas disimpan 0,4 M BH3 (menggunakan manitol sebagai
pada cawan petri plastik steril (Corning®) senyawa osmotikum) menghasilkan
ukuran 60 mm x 15 mm dan diinkubasi kerapatan protoplas yang berbeda pada dua
pada keadaan gelap dengan suhu 25 oC. genotip ubi kayu. Kerapatan protoplas
tertinggi pada Gajah sekitar 0,6 x 106
Pengolahan Data protoplas/gram berat bersih mesofil (Tabel
Data hasil isolasi, purifikasi dan 2). Kerapatan yang diperoleh masih lebih
kultur protoplas dianalisis dengan sedikit jika dibandingkan hasil isolasi Wu
membandingkan jumlah dan kondisi et al. (2017) terhadap mesofil ubi kayu
protoplas yang berhasil diisolasi dan SC8 asal China Selatan dengan
dikultur untuk mengetahui komposisi menggunakan komposisi enzim selulase
larutan enzim dan media kultur protoplas 1,6% dan maserozim 0,8% tanpa
yang paling tepat. pektoliase yang memperoleh protoplas
dengan kerapatan tinggi yaitu mencapai
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 4,4 x 107 protoplas/gram berat bersih
Isolasi dan Purifikasi Protoplas mesofil dengan viabilitas sekitar 92,6%.
Protoplas telah berhasil diisolasi dari Demikian pula hasil penelitian yang
jaringan mesofil daun ubi kayu genotip dilaporkan oleh Shahin & Shepard (1980)
Gajah dan Ubi Kuning menggunakan menggunakan komposisi larutan enzim
campuran larutan enzim pada perlakuan selulase 1% dan maserozim 0,5% tanpa
LE3, sedangkan perlakuan lainnya (LE1, pektoliase berhasil melisiskan dinding sel
LE2 dan LE4) sebagian besar belum mesofil daun ubi kayu Mexico No. 35 dan
mampu menghasilkan protoplas utuh CMC 76 milik CIAT yang diperoleh
(viable). Protoplas ubi kayu genotip kerapatan protoplas relatif tinggi yaitu
Mentega 2 pada keempat perlakuan sekitar 5,6 x 106 protoplas/gram berat
inkubasi larutan enzim banyak mengalami bersih mesofil ubi kayu.
plasmolisis dan hanya sebagian kecil Hasil penelitian ini menunjukkan
protoplas utuh yang berhasil diisolasi bahwa jenis dan komposisi enzim berperan
sehingga kerapatan protoplas tidak penting untuk melisiskan mesofil daun ubi
terhitung karena protoplas tidak terdeteksi kayu dari ketiga genotip yang diujikan. Hal
di hemositometer. Perlakuan LE3 dengan ini mengindikasikan bahwa keberhasilan
komposisi 2% selulase, 1% maserozim dan isolasi protoplas dipengaruhi antara lain
0,1% pektoliase dapat digunakan untuk komposisi enzim (jenis dan konsentrasi),
melisiskan dinding sel mesofil daun ubi kondisi jaringan dan genotip dari tanaman.
kayu dari genotip Gajah dan Ubi Kuning Komposisi perlakuan enzim LE3 dengan
meskipun pada sebagian kecil masih penambahan 0,4 M BH3 pada proses
terdapat protoplas yang mengalami purifikasi menghasilkan fase lapisan
plasmolisis sedangkan mesofil Mentega 2 protoplas murni berwarna hijau
membentuk pita yang terpisah diantara dua

5
BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019: 1-13
: 1-13

larutan sukrosa dan Mannitol setelah yang diuji yaitu Mentega 2, Gajah dan Ubi
disentrifugasi pada ketiga genotip ubi kayu Kuning.

Tabel 2. Kerapatan (densitas) protoplas asal jaringan mesofil daun ubi kayu genotip Gajah dan Ubi
Kuning pada empat perlakuan komposisi enzim
Komposisi enzim
Jenis ubi kayu
LE1 LE2 LE3 LE4
Gajah 6
0 0 0,6 x 10 protoplas/mL 0
Ubi Kuning 0 0 0,197 x 106 protoplas/mL 0
Mentega 2 0 0 0 0
Ket.: LE1 = selulase 2% RS (w/v), pektoliase 0% (w/v), maserozim 2% (w/v);
LE2 = selulase 2% RS (w/v), pektoliase 0,1% (w/v), maserozim 2% (w/v);
LE3 = selulase 2% RS (w/v), pektoliase 0,1% (w/v), maserozim 1% (w/v);
LE4 = selulase 2% RS (w/v), pektoliase 1% (w/v), maserozim 0.2% (w/v).

A B

C D

Gambar 2. Protoplas dari mesofil daun ubi kayu genotip Gajah (A) dan Ubi Kuning (B) sebelum
proses pemurnian dan genotip; Gajah (C) dan Ubi Kuning (D) setelah proses pemurnian
(Perbesaran 40x)

6
Isolasi dan Kultur Protoplas Mesofil…… (H. Fitriani, dkk.)

Berdasarkan hasil pengamatan Protoplas disebut viable apabila ukuran


mikroskopis terhadap protoplas hasil protoplasnya seragam dan bentuknya bulat
isolasi dari ketiga genotip ubi kayu, terlihat sempurna serta tidak mengalami
bahwa protoplas yang terisolasi umumnya plasmolisis atau pecah karena over
berbentuk intact atau bulat, utuh dan viable digestion (Gambar 2D). Tahapan purifikasi
dengan membran plasma yang tipis, dalam penelitian ini menggunakan larutan
transparan dan berbentuk cincin sehingga sukrosa 25% dan manitol 13% (Grosser et
organela atau bagian dalam sel terlihat al., 2010).
jelas. Hal ini menunjukkan bahwa sel-sel
telah kehilangan dinding selnya. Organel Kultur Protoplas
yang terlihat paling jelas adalah klorofil Setelah protoplas genotip Mentega
yang menampakkan butiran warna hijau 2, Ubi Kuning dan Gajah diinkubasi tanpa
dengan jumlah relatif banyak dan pencahayaan di ruang dengan suhu 25±2
o
berukuran relatif besar (Gambar 2C). Oleh C selama 4 minggu pada larutan 0,4 M
karena itu, klorofil dapat dijadikan sebagai BH3 dengan perbandingan 1:1 antara
marker atau penanda dalam identifikasi komposisi protoplas dan larutan BH3,
penghitungan rendemen protoplas hasil protoplas menunjukkan pertumbuhan dan
isolasi (Patnaik & Cocking, 1982 dan mengalami proses mitosis beragregasi
Suryowinoto, 1989). (Gambar 3A-B) sehingga terdapat
Proses selanjutnya setelah isolasi penambahan jumlah protoplas. Sementara
protoplas adalah purifikasi. Purifikasi itu, protoplas dari Mentega 2 tidak
diperlukan untuk mendapatkan protoplas berkembang sehingga tidak dilanjutkan ke
yang viable tanpa adanya sisa jaringan tahap selanjutnya.
setelah isolasi dilakukan di tahap awal.

A B

C D

Gambar 3. Agregasi koloni protoplas pada media semi solid M2 umur 4 minggu setelah tanam
(MST) (A-B) dan pertambahan ukuran mikrokalus ubi kayu genotip Ubi Kuning hingga
18 minggu setelah tanam (MST) (C-D) (perbesaran 20x)

7
BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019 : 1-13
: 1-13

Protoplas dari mesofil daun ubi kayu pemadat Phytagel 1% mampu membentuk
Mentega 2 tidak berkembang, koloni protoplas menjadi bentuk
kemungkinan dikarenakan viabilitas mikrokalus yang kompak padat berwarna
protoplas rendah atau mengalami lisis putih seperti kapas (Tabel 3; Gambar 3C).
selama masa inkubasi pada media kultur. Mikrokalus semakin menunjukkan
Masa inkubasi yang lama dapat pertumbuhan yang baik hingga 18 MST
menyebabkan terjadinya kerusakan pada dan mengalami penambahan ukuran
membran protoplas. Ling et al. (2009) (Gambar 3D).
menyatakan bahwa waktu inkubasi Waktu pertumbuhan dan
merupakan faktor yang menentukan perkembangan mikrokalus pada dua
keberhasilan isolasi protoplas. Viabilitas genotip ubi kayu yang diuji menunjukkan
protoplas mengalami penurunan seiring perbedaan. Respon genotip sangat
dengan semakin lamanya waktu inkubasi. berpengaruh terhadap media tumbuh yang
Hasil yang sama pada isolasi protoplas dari digunakan. Mikrokalus genotip Gajah
Lotus corniculatus untuk perlakuan waktu berkembang menjadi kalus berwarna
inkubasi 8 jam menunjukkan penurunan kuning dan membentuk nodul-nodul pada
protoplas viable dibanding waktu inkubasi media kultur semipadat (Gambar 4A).
6 jam (Raiker et al., 2008). Mikrokalus dari protoplas ubi kayu genotip
Berdasarkan Hendaryono & Gajah mengalami perkembangan mulai
Wijayani (1994), medium pertumbuhan dari bentuk seperti selaput putih hingga
protoplas yang mengandung BH3 tanpa adanya bentuk yang menyerupai nodul-
adanya penambahan ZPT menyebabkan nodul berwarna kuning bening pada 8 HST
protoplas tidak tumbuh sama sekali. (hari setelah tanam) dan jumlah nodul-
Pengaruh ZPT terutama akusin terhadap nodul ini semakin bertambah pada 10
pertumbuhan protoplas menunjukkan minggu setelah tanam (MST). Nodul kalus
adanya indikasi tekanan osmotik, hanya mengalami proliferasi yang semakin
meningkatkan sintesa protein, bertambah namun tidak mengalami
meningkatkan permeabilitas sel terhadap perkembangan bentuk yang mengarah ke
air dan melunakkan dinding sel yang organogenesis tunas hingga 12 MST
diikuti dengan menurunnya tekanan pada (Gambar 4B). Pengamatan pertumbuhan
dinding sel sehingga air dapat masuk ke mikrokalus yang semakin membesar pada
dalam sel dan meningkatkan volume sel. genotip Gajah hanya dapat dilakukan
Mikro koloni protoplas Ubi Kuning hingga 20 MST (Gambar 4C). Pada 28
dan Gajah berubah bentuk menjadi MST, kalus dari genotip Gajah yang
mikrokalus pada media kultur semi padat dihasilkan mengalami kontaminasi bakteri.
perlakuan M2 pada hari ke-4 (Ubi Kuning) Semakin lama periode subkultur,
dan minggu ke-6 (Gajah). Media semi akumulasi nutrisi pada eksplan menjadi
padat perlakuan M2 yaitu media MS yang tinggi sehingga bakteri tumbuh dengan
mengandung 2 µM CuSO4, 2 mg/L BAP, 1 lebih cepat.
mg/L NAA dan larutan 0,4 M BH3 serta

Tabel 3. Kondisi protoplas ubi kayu genotip Gajah dan Ubi Kuning 18 minggu setelah tanam (MST)
pada media perlakuan semi padat
Perlakuan
Genotip
M1 M2
Gajah Tidak berkembang Utuh dan membentuk mikrokalus yang berwarna putih
seperti kapas
Ubi Kuning Tidak berkembang Utuh dan membentuk mikrokalus yang berwarna putih
seperti kapas
Ket.: M1 = Media MS + 2 µM CuSO4 + 2 mg/L BAP +1 mg/L NAA + 0,4 M BH3 + 0,5% Phytagel
M2 = Media MS + 2 µM CuSO4 + 2 mg/L BAP +1 mg/L NAA + 0,4 M BH3 + 1% Phytagel

8
Isolasi dan Kultur Protoplas Mesofil…… (H. Fitriani, dkk.)

A B C

D E F

Gambar 4. Perkembangan protoplas asal mesofil daun menjadi mikrokalus ubi kayu genotip Gajah
umur 20 minggu setelah tanam (MST) (A-C); dan genotip Ubi Kuning umur 4 hingga 6
minggu setelah tanam (MST) (D-E) pada media semipadat MS + 2 µM CuSO4 + 2 mg/L
BAP + 1 mg/L NAA + 0,4 M BH3 + 1% Phytagel (perbesaran 8x)

Leifert & Cassel (2001) menyatakan Sebanyak 1-2 µL mikrokalus dipindahkan


bahwa kontaminasi oleh mikroba ke delapan jenis media perlakuan induksi
merupakan salah satu masalah serius kalus. Setelah berumur 4 MST di media
dalam kultur in vitro tanaman. Sinta dkk. perlakuan, terjadi perubahan bentuk dari
(2014) menyatakan bahwa kontaminasi mikrokalus menjadi nodul-nodul
menjadi penyebab utama hilangnya kultur menyerupai kalus. Pembentukan kalus
tanaman. Berdasarkan Kristina (2017), pada media perlakuan (P1 hingga P4) yaitu
setiap kondisi kultur yang terkontaminasi media perlakuan dengan pemadat terjadi
dipengaruhi oleh banyak faktor, lebih cepat dibandingkan pembentukan
diantaranya kebersihan lingkungan kerja, kalus pada media perlakuan C1 hingga C4
jenis eksplan, cara sterilisasi, serta kondisi yaitu media perlakuan tanpa pemadat
suhu dan iklim pada saat kultur. Kondisi (cair). Mikrokalus pada media perlakuan
aseptik diperoleh melalui pemanasan alat- P1, P2, P3 dan P4 mengalami perubahan
alat tanam dan media dengan autoklaf, bentuk menjadi nodul-nodul menyerupai
desinfektan atau lampu ultraviolet kalus berwarna kuning (Gambar 5A-D
sehingga mikroba-mikroba pengganggu atas) sedangkan kalus pada media
dapat dimatikan. perlakuan C1, C2, C3 dan C4 bentuknya
Pertumbuhan dan perkembangan belum berupa nodul-nodul sempurna yang
protoplas Ubi Kuning lebih lambat jika menyerupai kalus dan masih berwarna
dibandingkan dengan genotip Gajah. putih seperti mikrokalus pada media
Mikrokalus genotip Ubi Kuning yang semipadat sebelumnya dengan ukuran
terbentuk di media kultur protoplas yang lebih kecil (Gambar 5A-D bawah).
semipadat masih tetap berbentuk mikro Setelah 8 MST, mikrokalus tampak
kalus dan bersih dari kontaminan. berproliferasi membentuk kalus pada
Mikrokalus Ubi Kuning tidak berkembang semua jenis media (Tabel 4). Kalus yang
dan tidak menunjukkan perubahan baik terbentuk pada 8 MST secara visual
bentuk maupun ukuran (Gambar 4D-F). terlihat perbedaan yang nyata dari bentuk
Pada 16 MST, mikrokalus Ubi dan warna kalus pada media perlakuan
Kuning disubkultur dari media semipadat padat (P1, P2, P3 dan P4) dengan media
ke media perlakuan pembentukan kalus. perlakuan cair (C1, C2, C3 dan C4).

9
BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019 : 1-13
: 1-13

Bentuk dan ukuran kalus antar media perlakuan padat P1, P2, P3 dan P4 terlihat
A B C D

Media padat
A B C D

Media cair
Gambar 5. Bentuk kalus asal protoplas ubi kayu genotip Ubi Kuning umur 4 minggu setelah tanam
(MST) di media perlakuan padat (atas) dan media cair (bawah); Gresshoff & Doy (GD)
(A), 1/2MS + 1/2GD + L-tyrosine (B), MS + 2,4-D 0,5 mg/L + BAP 2 mg/L (C), dan MS
+ 2,4-D 1,0 mg/L + BA 2 mg/L (D)

Tabel 4. Bentuk mikrokalus genotip Ubi Kuning pada 8 minggu setelah tanam (MST) di media
perlakuan induksi kalus
No. Perlakuan Komposisi media Kondisi protoplas
Media Padat
1. P1 Gresshoff & Doy (GD) Nodul menyerupai kalus
2. P2 1/2MS + 1/2GD + L-tyrosine Nodul menyerupai kalus
3. P3 MS + 2,4-D 0,5 mg/L + BA 2 mg/L Nodul menyerupai kalus
4. P4 MS + 2,4-D 0,1 mg/L + BAP 2 Nodul membentuk kalus
mg/L
Media Cair
5. C1 Gresshoff & Doy (GD) Kontaminasi
6. C2 1/2MS + 1/2GD + L-tyrosine Nodul menyerupai kalus dengan ukuran
lebih kecil
7. C3 MS + 2,4-D 0,5 mg/L + BAP 2 Kontaminasi
mg/L
8. C4 MS + 2,4-D 0,1 mg/L + BAP 2 Nodul menyerupai kalus dengan ukuran
mg/L lebih kecil

sama pada 4 MST dengan 8 MST. Kalus (Martin dkk., 2015). Selain itu, koloni
yang terbentuk pada media perlakuan P4 mikrokalus ubi kayu yang dihasilkan dapat
tampak pertambahan diameter kalus jika berkembang lebih lanjut menyerupai kalus
dibandingkan dengan media perlakuan fase nodular berwarna putih susu. Ubi
padat lainnya seperti P1, P2 dan P3 kayu merupakan salah satu tanaman yang
(Gambar 6A-D). Kalus pada media sulit dalam hal kultur protoplas dan
perlakuan P4 menyerupai bentuk nodular regenerasinya. Berdasarkan Wu et al.
kalus embriogenik pada tahapan somatic (2017), saat ini hanya ada dua laporan
embryogenesis. Kalus yang berkembang mengenai kultur protoplas dan
pada media cair C1 dan C3 mengalami regenerasinya yang telah dipublikasikan.
kontaminasi bakteri (Gambar tidak Shahin & Shepard (1980) melaporkan hasil
ditampilkan). penelitiannya tentang regenerasi tunas
Protoplas hasil isolasi pada hasil isolasi protoplas asal mesofil daun
penelitian ini dapat berkembang menjadi ubi kayu. Sofiari et al.(1998)
mikro kalus seperti halnya isolasi protoplas mempublikasikan tentang regenerasi tunas
dari jenis tanaman umbi lainnya yaitu talas hasil isolasi protoplas asal friabe

10
Isolasi dan Kultur Protoplas Mesofil…… (H. Fitriani, dkk.)

embryogenic callus. Anthony et al.(1995) mengindikasikan bahwa diperlukan


mengembangkan protokol mengenai kultur optimasi jenis media untuk proliferasi
protoplas dari daun ubi kayu. kalus. Media proliferasi kalus yang tepat
Kalus berumur 48 minggu dan dari protoplas ubi kayu dari genotip lokal
mengalami 3-4 subkultur, bentuk kalus belum diperoleh. Masih diperlukan
masih sama dan belum menunjukkan ke percobaan lebih lanjut untuk mendapatkan
arah perbanyakan kalus. Hal ini media proliferasi kalus yang optimal.

Media padat
A B C D

Media cair
B D
Gambar 6. Bentuk kalus asal protoplas ubi kayu genotip Ubi Kuning pada 8 minggu setelah tanam
(MST) di media perlakuan Gresshoff & Doy (GD) (A), 1/2MS + 1/2GD + L-tyrosine (B),
MS + 2,4-D 0,5 mg/L + BAP 2 mg/L (C), dan MS + 2,4-D 1,0 mg/L + BAP 2 mg/L (D)

4. KESIMPULAN Media perlakuan P4 yang mengandung


Protoplas utuh dari mesofil ubi kayu media dasar MS dengan penambahan 1,0
genotip Mentega 2, Ubi Kuning dan Gajah mg/L 2,4-D dan 2,0 mg/L BAP
telah diisolasi menggunakan larutan enzim menunjukkan pertumbuhan kalus yang
dengan komposisi 2% selulase, 1% lebih baik dimana kalus yang diperoleh
maserozim dan 0,1% pektoliase terlihat berukuran lebih besar dibanding
menghasilkan protoplas berkisar antara media lainnya. Perkembangan
0,197-0,6 x 106 protoplas/mL. Protoplas pembentukan mikrokalus yang berasal dari
dapat tumbuh membentuk mikrokalus pada mesofil daun ubi kayu ke tahap selanjutnya
media semipadat MS mengandung 2 µM merupakan suatu kemajuan yang sangat
CuSO4, 2 mg/L BAP, 1 mg/L IAA, 2% penting bagi penelitian protoplas ubi kayu
sukrosa dan pemadat 1% Phytagel. terutama genotip lokal Indonesia.
Mikrokalus selanjutnya dapat berkembang
menjadi kalus pada delapan media UCAPAN TERIMA KASIH
perlakuan yang terdiri dari empat media Penulis mengucapkan terima kasih
padat dan empat media cair yaitu media kepada Andri Fadhillah Martin, M.Si
Gresshoff and Doy (GD); MS dan GD untuk diskusi perihal jenis media dan
masing-masing dengan konsentrasi teknis isolasi protoplas, Suwinaryani untuk
setengah; MS dengan penambahan 2,4-D pemeliharaan kultur ubi kayu dan M. Usen
(0,1 dan 0,5 mg/L) dan BAP 2 mg/L. untuk bantuan teknis di laboratorium.
Kedelapan media pertumbuhan kalus dapat Penelitian ini merupakan bagian dari
membuat mikrokalus tumbuh dan kegiatan DIPA Tematik Puslit
berkembang secara kuantitas dan ukuran Bioteknologi LIPI Tahun Anggaran 2015-
menjadi nodul-nodul menyerupai kalus. 2016.
Mikrokalus tumbuh lebih cepat pada media
padat dibandingkan pada media cair.

11
BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019 : 1-13
: 1-13

DAFTAR PUSTAKA Catharanthus roseus (L.) G. Don.


Anthony, P., Davey, M.R., Power, J.B. & Jurnal Mipa Unsrat Online, 6(1), 47-
Lowe, K.C. (1995). An improved 52.
protocol for the culture of cassava leaf Leifert, C. & Cassells, A.C. (2001). Microbial
protoplasts. Plant Cell, Tissue and hazards in plant tissue and cell cultures.
Organ Culture, 42, 229-302. In Vitro Cell Dev Biol-Plant, 37, 133-
Frearson, E.M., Power, J.B. & Cocking, E.C. 138.
(1973). The isolation, culture and Mariska, I. & Husni, A. (2006). Perbaikan sifat
regeneration of Petunia leaf protoplast. genotip melalui fusi protoplas pada
Dev. Biol, 33, 1130-1137. tanaman lada, nila dan terung. Jurnal
Grosser, J.W., Calovic, M. & Louzada, E.S. Penelitian dan pengembangan
(2010). Protoplast fusion technology. In Pertanian, 25(2), 55-60.
Davey, M.R. and Anthony, P. (Ed), Martin, A.F., Wulansari, A., Hapsari, B.W. &
Plant Cell Culture: Essential Methods. Ermayanti, T.M. (2015). Isolasi,
(pp. 175–198). Chichester: John Wiley purifikasi dan kultur protoplas mesofil
& Sons. Ltd. daun talas (Colocasia esculenta (L.)
Hendaryono, D.P.S. & Wijayani, A. (1994). Shott.). Prosiding Seminar Nasional
Teknik kultur jaringan pengenalan dan Bioteknologi III.UGM (pp. 1-17).
petunjuk perbanyakan tanaman secara Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
vegetatif modern. Yogyakarta: Kanisius. Mazarei, M., Al-Ahmad, H., Rudis, M.R. &
Hong, S.Y., Seo, P.J., Cho, S.H. & Park, C.M. Stewart, C.N.Jr., (2008). Protoplast
(2012). Preparation of leaf mesophyll isolation and transient gene expression
protoplasts for transient gene expression in switchgrass, Panicum virgatum L.
in Brachypodium distachyon. Journal of Biotechnology Journal, 3(3), 354-359.
Plant Biology, 55(5), 390-397. Milliam, S., Payne, L.A. & Mackay, G.R.
Husni, A., Mariska, I., Wattimena, G.A. & (1995). The integration of protoplast
Purwito, A. (2003). Keragaman genetik fusion, derived material into a potato
tanaman terung hasil kultur protoplas. breeding programme. A review progress
Jurnal Bioteknologi Pertanian, 8(2), 52- and problems. Euphytica, 85, 451-455.
59. Murashige, T. & Skoog, F. (1962). A revised
Kanchanapoom, K., Jantaro, S. & Rakchad, D. medium for rapid growth and bio assays
(2001). Isolation and fusion of with tobacco tissue cultures.
protoplasts from mesophyll cells of Physiologia plantarum, 15(3), 473-497.
Dendrobium pompadour. Sci. Asia, 27, Patnaik, G. & Cocking, E.C. (1982). A new
29-34. enzyme mixture for the isolation of leaf
Kao, K.N. & Michayluk, M.R. (1975). protoplasts.Z. Pflanzen-physiol. Bd.,
Nutritional requirements for growth of 107(5), 41-45.
Vicia hajastana cells and protoplasts at a Prihastanti, E., Soegihardjo, C.J. &
very low population density in liquid Purbaningsih, S. (2001). Kultur suspensi
media. Planta, 126(2), 105-110. sel mesofil daun pegagan (Centella
Khatri, A., Dahot, M.A., Khan, I.A. & asiatica (L.) urban) dan analisis
Nizamani, G.S. (2010). An efficient kualitatif senyawa asiatikosida. Majalah
method of protoplast isolation in Farmasi Indonesia, 12(1), 10-19.
Banana (Musa spp). Pakistan Journal Purwito, A., Wattimena, G.A. & Suwanto, A.
Botany, 42(2), 1267-1271. (1999). Isolasi dan regenerasi protoplas
Khentry, Y., Paradornuvat, A., Tantiwiwat, S., dari mesofil daun kentang (Solanum
Phansiri, S. & Thaveechai, N. (2006). tuberosum L.) dihaploid. Buletin
Protoplast isolation and culture of Agronomi, 27(1), 1-9.
Dendrobium Sonia “Bom 17”. Kasetsart Riyadi, I. (2006). Isolasi protoplas tanaman
Journal (Natural Science), 40, 361-369. kacang panjang secara enzimatis.
Kristina, M., Oratmangun, Dingse, P., & Buletin Plasma Nutfah, 12(2), 62-68.
Febby, K. 2017. Deskripsi jenis-jenis
kontaminan dari kultur kalus

12
Isolasi dan Kultur Protoplas Mesofil…… (H. Fitriani, dkk.)

Riyadi, I. (2010). Isolasi Protoplas secara Tan, M.L.M., Boerrigter, H.S. & Kool, A.J.
Enzimatis pada Tanaman Kecipir. (1987). A rapid procedure for plant
Buletin Plasma Nutfah, 16(1), 57-63. regeneration from protoplasts isolated
from suspension cultures and leaf
Shahin, E.A. & Shepard, J.F. (1980). Cassava
mesophyll cells of wild Solanum species
Mesophyll Protoplasts: Isolation,
and Lycopersicon pennellii. Plant
Proliferation, and Shoot Formation.
Science, 49(1), 63-72.
Plant Science Letters, 17, 459-465. doi:
10.1016/0304-4211(80) 90133-9. Tee, C.S., Lee, P.S., Kiong, A.L.P. &
Mahmood, M. (2010). Optimisation of
Sinta, M.M., Riyadi, I. & Sumaryono. 2014.
protoplasts isolation protocols using in
Identifikasi dan pencegahan
vitro leaves of Dendrobium crumenatum
kontaminasi pada kultur cair sistem
(pigeon orchid). African Journal of
perendaman sesaat. Menara
Agricultural Research, 5(19), 2685-
Perkebunan. 82(2), 64-69.
2693.
Sofiari, E., Raemakers, C.J.J.M., Bergervoet,
Tomar, U.K. & Dantu, P.K. (2010). Protoplast
J.E.M., Jacobsen, E. & Visser, R.G.F.
Culture and Somatic Hybridization. In:
(1998). Plant regeneration from
Tripathi. G. (ed) Cellular and
protoplasts isolated from
Biochemical Science. (pp. 876-891).
friableembroygenic callus of cassava.
New Delhi: I.K. International House Pvt
Plant Cell Reports, 18, 159-165.
Ltd.
Sukmadjaja, D., Sunarlim, N., Lestari, E.G.,
Utami, E.S.W. & Hariyanto, S. (2015).
Roostika, I. & Suhartini, T.
Optimasi Isolasi Protoplas Mesofil
(2007).Teknik Isolasi dan Kultur
Daun Anggrek Paraphalaenopsis
Protoplas Tanaman Padi. Jurnal
laycockii. AGROTROP, 5(1), 21–29.
AgroBiogen, 3(2), 60-65.
Wu, J.Z., Liu, Q., Geng, X.S., Li, K.M., Luo,
Suryowinoto, M. (1989). Fusi protoplas. PAU
L.J. & Liu, J.P. (2017). Highly efficient
Bioteknologi. Yogyakarta: Universitas
mesophyl protoplast isolation and PEG-
Gadjah Mada.
mediated transient gene expression for
Suryowinoto, M. (1996). Prospek kultur rapid and large-scale gene
jaringan dalam perkembangan characterization in cassava (Manihot
pertanian modern. Yogyakarta: esculenta Crantz). BMC biotechnology,
Universitas Gadjah Mada. 17(1), 29.

13

Anda mungkin juga menyukai