Makalah DM
Makalah DM
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
WHO memiliki misi khusus untuk menangani DM yaitu pencegahan
diabetes tipe 2 dan meminimalisir komplikasi serta memaksimalkan kualitas hidup
untuk orang yang DM (WHO, 2016). Peraturan menteri kesehatan RI No 1575
tahun 2005, telah dibentuk direktorat pengendalian PTM yang mempunyai tugas
pokok memandirikan masyarakat untuk hidup sehat melalui pengendalian faktor
resiko penyakit tidak menular, khususnya diabetes (Depkes, 2009). Konsesus
PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) tahun 2015 tentang
pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia menghasilkan
standar penatalaksanaan yang juga memiliki tujuan yang mirip dengan misi WHO
yaitu memperbaiki kualitas hidup, dan mencegah atau menghambat komplikasi
dengan tujuan akhir turunnya angka morbiditas dan mortalitas DM di Indonesia.
Penatalaksanaan yang di gagas PERKENI berupa 5 pilar penatalaksanaan khusus
untuk DM tipe 2 yaitu edukasi, terapi nutrisi medis (diet DM), latihan jasmani,
terapi farmakologis, dan monitoring (PERKENI, 2015).
B. Rumusan Masalah
2
Muara dua didapatkan penderita belum mengetahui penyebab dan faktor risiko
DM seperti obesitas, dan gaya hidup kurang gerak. Pengetahuan yang kurang tepat
seperti tidak perlu monitor kadar gula darah dan tidak memakai alas kaki saat
berolahraga juga ditemukan pada saat studi pendahuluan. Mengetahui bahwa
pendidikan kesehatan memiliki tujuan untuk mengubah perilaku mulai dari
perubahan pengetahuan, membuat peneliti tertarik untuk melihat bagaimana
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan penderita DM tipe 2
tentang DM di desa Kecamatan Muara Dua.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
d) Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan Terhadap Tingkat
Pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus pada penderita diabetes
melitus tipe 2 di desa Kecamatan Muara Dua.
D. Manfaat Penulisan
1. Pelayanan Kesehatan
Hasil dari penyuluhan ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan
penyuluhan lebih lanjut terkait diabetes melitus di Indonesia.
3. Masyarakat
Penuluhan ini diharapkan dapat menjadi awal agar penderita diabetes melitus
tipe 2 di desa Kecamatan Muara Dua menjalankan pengobatan dengan baik
dan benar, dan menjadi pedoman bagi masyarakat untuk semakin
meningkatkan pengetahuammya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Klasifikasi
5
maturity-onset diabetes of the young (MODY)).
c) Dan diabetes yang diinduksi oleh obat atau bahan kimia (seperti
penggunaan glukokortikoid, pada treatment HIV/AIDS atau setelah
transplantasi organ)
C. Etiologi
1. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia,
gangguan autoimun, dll) yang menjadi penyebab dari diabetes tipe 1.
D. Faktor Resiko
a) Usia
6
Kelompok usia < 45 tahun memiliki resiko 72% lebih rendah
dibandingkan kelompok usia ≥ 45 tahun. Dalam penelitian lain juga
mendapatkan hasil bahwa kelompok usia yang paling banyak
menderita diabetes adalah 45-52 tahun (Trisnawati & Setyorogo,
2013).
1) Jenis kelamin
2) Tingkat pendidikan
3) Jenis pekerjaan
7
E. Patofisiologi
8
F. Manifestasi Klinis
1. Hiperglikemi
2. Poliuria
3. Polidipsi
4. Poliphagia
9
dipecah secara terus menerus untuk mendapatkan glukosa, proses ini
disebut wasting (Bare & Suzanne, 2002).
6. Asidosis
7. Kelelahan
G. Diagnosis
H. Komplikasi
1. Komplikasi Akut
10
regulasi hormon, serta iatrogenik hipoglikemi yang merupakan komplikasi
dari pengaturan glukosa yang terlalu kuat (Chawla, 2012).
2. Komplikasi Kronis
Keadaan hiperglikemi yang lama pada penderita DM menimbulkan efek
adanya kerusakan mikrovascular yang menyebabkan gangguan pada mata
(retinopati), ginjal (nefropati), dan sistem saraf (neuropati). Bersamaan dengan
itu resiko mengalami keruusakan makrovaskular (coronary, cerebrovascular,
dan penyakit arteri perifer) pada orang DM meningkat (Wass & Stewart,
2011).
I. Penatalaksanaan
11
Dalam menggapai tujuan tersebut, terdapat lima langkah- langkah
penatalaksanaan khusus yang juga dikenal sebagai pilar penatalaksanaan DM tipe
2 yaitu edukasi, Terapi Nutrisi Medis (TNM), latihan jasmani, terapi
farmakologis, dan monitoring (PERKENI, 2015).
a. Edukasi
Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi
edukasi tingkat lanjutan (PERKENI, 2015). Materi edukasi tingkat awal
dilaksanakan di pelayanan kesehatan primer yang meliputi:
1) Materi tentang penyakit DM.
2) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkelanjutan.
3) Penyulit DM dan risikonya.
4) Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target pengobatan.
5) Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat
antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain.
6) Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah
atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak
tesedia).
7) Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia.
8) Pentingnya latihan jasmani yang teratur
9) Pentingnya perawatan kaki
10) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
12
5) Kondisi khusus yang dihadapi (ex. hamil, puasa, hari-hari sakit).
6) Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi
mutakhir tentang DM.
7) Pemeliharaan/perawatan kaki (PERKENI, 2015).
13
pengetahuan diabetes dan skill yang dibutuhkan mengenai self
care pada diabetes, memanagement keadaan gawat, dan membuat
perubahan gaya hidup. Hasil pada edukasi ini, diharapkan pasien
mempunyai pengetahuan dan aktif dalam menanggulangi DM-nya
(Melmed, 2011).
14
5) Pemanis alternatif, aman digunakan oleh penderita diabetes tipe
2 selama tidak melebihi batas aman. Pemanis alternatif berkalori
seperti glukosa alkohol, dan fruktosa perlu diperhitungkan
kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori.
Fruktosa tidak aman digunakan karena dapat meningkatkan
kadarLDL, namun fruktosa alami yang terkandung dalan buah
dan sayuran tidak perlu dihindari (PERKENI, 2015).
c. Latihan jasmani
d. Terapi Farmakologis
15
melalui beberapa mekanisme :
e. Monitoring
Pada praktik sehari-hari, hasil pengobatan DM tipe 2 harus dipantau
secara terencana dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan jasmani, dan
pemeriksaan penunjang meliputi pemantauan kadar gula darah,
pemeriksaan HbA1C setiap 3 bulan atau setiap 1 bulan pada pasien dengan
kadar HbA1C sangat tinggi yaitu > 10%, pemantaian glukosa darah mandiri
(PGDM), dan Glycated Albumin (GA) untuk menilai indeks kontrol
glikemik.
16
BAB III
PEMBAHASAN
17
2013). Kebanyakan wanita mengalami peningkatan berat badan dan obesitas
setelah usia 45 tahun yang menjadi faktor predisposisi DM. Lebih dari setengah
pasien diabetes merupakan middle aged pada kedua usia, dan seiring peningkatan
usia mencapai rata- rata tertinggi pada usia wanita yang sangat tua (Willaer,
Alexandra kautzky. 2016).
18
dengan simpangan baku 5,14. Dari uji homogenitas menggunakan uji ANOVA
tidak didapatkan adanya variasi responden masyarakat desa dalam penyuluhan ini
yang berarti bahwa seluruh responden memiliki karakteristik pengetahuan yang
berbeda, yaitu rata-rata memiliki pengetahuan yang rendah dan responden yang
memiliki pengetahuan masih minim.
19
seminar yang diikuti dan dari kemampuan menggunakan internet (Jasper,
2014). Pengetahuan yang rendah dalam penelitian ini mungkin disebabkan oleh
karakteristik responden yang mayoritas memiliki pekerjaan yang tidak
memungkinkan adanya penambahan informasi melalui seminar dan minimnya
penggunaan internet sebagai sarana untuk mendapatkan informasi.
20
seseorang untuk belajar. Seseorang mempunyai kemampuan yang berbeda
bergantung pada faktor fisik dan kognitif, tingkat perkembangan, kesehatan
fisik, dan proses belajar intelektual (Potter dan Perry, 2012).
D. Keterbatasan Penyuluhan
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
22
kemudian responden di uji dengan mengisi kuisioner, dari hasil jawaban
yang didapat responden / masyarakat desa ± 89 % mereka mampu
menjawab dengan benar dan lainnya masih kurang.
B. Saran
1. Pelayanan Kesehatan
3. Bagi Masyarakat
23
Daftar Pustaka
Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti
Sehati.2006. Buku Ajar Imu Penyakit dalam. Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakt dalam Fkultas Kedokteran Uinversitas
Indonesia. Hal. 1890.
Bare dan Suzzanne.2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 10 volume 2.
Jakarta EGC.
Bensley, Robert J. 2009. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Ed. 2.
Jakarta: EGC.
Brunner dan Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 10
volume 2. Jakarta EGC.
24
Burns, Nancy and Grove K Susan. 2005. The Practice of Nursing Research
Conduct, Critique and Utilization. USA: Elsevier,
Buse, Jhon B., Kenneth S. Polonsky., Charles F. Burant. 2011. Type 2 Diabetes
Mellitus., in Melmed, Shlomo., Kenneth S. Polonsky., P. Reed Larsen.,
Henry M. Kronenberg. Williams Textbook of Endocrinology, 12th ed.
Philadelphia: Elsevier.
Carl j Caspersen, Daerlene Thomson dkk, 2012.Aging, Diabetes, and The Public Health
Depkes. 2009. Tahun 2030 Prevalensi diabetes melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta
orang. Depkes.go.id diakses pada 22 Januari 2017 pukul 15.30 WIB
Eisenbarth, George S dan Jhon b. Buse. 2011. Type 1 Diabetes Mellitus., in Melmed,
Shlomo., Kenneth S. Polonsky., P. Reed Larsen., Henry M. Kronenberg.
Williams Textbook of Endocrinology, 12th ed. Philadelphia: Elsevier.
25
Fatimah, Restyana Noor. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. J Majority vol 4 no 5 pg 101-93.
Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Greenstein, Ben dan Diana Wood. 2010. At Glance: Sistem Endokrin ed 2.Jkt: Erlangga
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Medika Salemba
Irawan DEdy. 2010. Prevalensi dan Faktor Resiko Kejadian Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisis Data Sekunder Riskesdas
2007). Tesis. Depok: FKMUI.
Kusrini, 2006. Sistem Pakar, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
26
M Use Kikman dkk. 2012.Diabetes In Older Adult. Diabetes Care 35 (12) 2650- 2664.
Doi : 10.2337/dc12-1801
Manya, K., Champion, B., & Dunning, T. 2012. The Use Of Complementary
And Alternative Medicine Among People Living With Diabetes In
Sydney. BioMed Central Complementary and Alternative Medicine,
12(2), 1-5.
Potter, P.A, Perry, A.G. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih bahasa : Renata Komalasari, dkk. Jakarta: EGC
Trisnawati, S. K., & Setyorogo, S. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe
II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 6-11.
Wass, John A. H dan Stewart, Paul. 2011. Oxford Textbook Of Endocrinology And
Diabetes. New York: Oxford University press.
Willaer, Alexandra kautzky. 2016. Sex and Gender Differences in Risk,
Pathophysiology and Complications of Type 2 Diabetes Mellitus. Endocrine
reviews.37(3) : pg 278-316. DOI : 10.1210/er.
World Health Organization (WHO).2016.Global Report On Diabetes
27
http://www.who.int/diabetes diakses pada 14 Desember 2016.
Wu, Yanlin, dkk. 2014. Risk Factor Contributing to Type 2 Diabetes and Recent
Advances in the Treatment And Prevention. International Journal of Medical
Siences. 11(11). pg 1185-1200.
28