Anda di halaman 1dari 3

1.

Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau
bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) dasar atau
bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan.
Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif ( Abdul
Chaer, 2003: 177). Afiksasi adalah bentuk( morfem) terikat yang dipakai
untuk menurunkan kata ( Anton Moeliono, 26-27).
Afiksasi adalah bentuk atau morfem terikat secara morfologis yang
terdiri dari awalan (prefiks), sisipan ( infiks), akhiran ( sufiks) dan
gabungan dari prefiks dan sufiks, konfiks, simulfiks.
( Abdul Chaer).
Simulfiks sebagiannya terletak di muka bentuk dasar, dan sebagian
terletak di belakangnya. Afiks meN-kan, meN-i, di-kan, dan di-i tidak
merupakan simulfiks karena afiks-afiks tersebut tidak melekat bersama-
sama pada satu bentuk dasar, dan tidak bersama-sama mendukung
satu fungsi.

2. Infleksi dan Derivasi


Katamba (1993) menjelaskan bahwa infleksi adalah pembentukan kata
yang berkaitan dengan perilaku sintaksis, atau berkaitan dengan
ketentuan proses afiksasi secara sintaktikal; sedangkan derivasi adalah
proses pembentukan kata yang digunakan untuk membentuk item
leksikal baru. Verhaar (2004:143) menjelaskan bahwa infleksi adalah
perubahan morfemis dengan mempertahankan identitas leksikal dari
kata yang bersangkutan, dan derivasi adalah perubahan morfemis yang
menghasilkan kata dengan identitas morfemis yang lain. Misalnya kata
tulis, menulis, dan ditulis merupakan proses infleksi karena tidak
terjadi perubahan identitas leksikal. Kata penulis merupakan proses
derivasi karena telah terjadi perubahan identitas leksikal(bukan tentang
tulisan tetapi orang yang menulis)

4. Kata dan Leksem


Matthews (1974) membedakan pengertian kata sebagai berikut: (a) kata
adalah apa yang disebut kata fonologis atau ortografis (phonological or
orthographical word ), (b) kata adalah apa yang disebut leksem, dan (c)
kata adalah apa yang disebut kata gramatikal (gramatic word). Edi
Subroto (1996:269) menjelaskan pengertian tersebut bahwa kata
menurut pengertian (a) semata-mata didasarkan atas wujud fonologis
atau ortografisnya saja, sedangkan menurut pengertian (b) dan (c)
berhubungan dengan konsep infleksi dan derivasi, sehingga apabila kita
berbicara mengenai leksem, tidak dapat dipisahkan dengan konsep
infleksi dan derivasi. Katamba (1993:17) mengemukakan bahwa kita
bisa menggunakan istilah kata untuk mengacu pada realisasi fisik dari
suatu leksem dalam berbicara atau menulis, jadi kita bisa menganggap
tulisan, menulis, ditulis, menuliskan sebagai empat kata yang berbeda
dari leksem yang sama, yaitu leksem tulis.

5. Stem, Base, dan Root


Katamba (1993:45) menjelaskan bahwa stem adalah bagian kata yang
berada sebelum afiks infleksional. Base merupakan bentuk apa saja
yang dapat ditambahkan dengan afiks, baik afiks infleksional yang
diseleksi dengan alasan sintaktik maupun afiks derivasional yang
mengubah makna atau katagori gramatikal base-nya. Root adalah inti
kata yang tidak dapat direduksi dan tidak ada hal lain yang
menempel padanya.
6. Analisis Unsur Langsung
Sebuah bentuk dapat berupa bentuk tunggal yang berupa root saja,
tetapi ada juga yang berupa bentuk kompleks, yaitu bentuk yang sudah
mendapat afiks atau beberapa afiks maupun proses reduplikasi atau
komposisi. Untuk menganalisis unsur langsung, lazim digunakan
diagram pohon, karena dengan diagram pohon ini akan lebih mudah
dilihat unsur bawahan langsungnya, disamping juga sederhana.
Contoh:
1. kemanusiaan

ke-an + manusia

2. berkedaulatan

ber- + kedaulatan

ke-an + daulat

3. Berperikemanusiaan

ber- +perikemanusiaan

peri + kemanusiaan

ke-an+ manusia

Anda mungkin juga menyukai