Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MANAJEMEN ZISWAF

ANALISIS TERHADAP MANAJEMEN ZISWAF MODERN

KELOMPOK 10

AMIRUDDIN SIGALINGGING
BON BON OLOAN HUTASOIT
RENI KUMALASARI

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH & KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan ke Hadirat Alalah SWT, karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini saya membahas mengenai “ANALISIS TERHADAP MANAJEMEN ZISWAF
MODERN”
Yang mana makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun
saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN…...........................................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................
A. Pengertian Manajemen Ziswaf Modern..................................................................................
B. Beberapa Upaya Modernisasi & Profesionalisasi Ziswaf........................................................
C. Analisis SWOT Ziswaf Modern (kelebihan & kekurangan)....................................................
D. Ziswaf Potensi Ekonomi Islam..............................................................................................
BAB III PENUTUP........................................................................................................................
Kesimpulan ....................................................................................................................
Saran ..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengelolaan zakat secara modern memberikan syarat adanya manajemen yang baik. Unsur
manajemen menjadi bagian paling penting bagi kesuksesan pengelolaan zakat (Sudewo, 2004).
Dengan melakukan manajemen yang baik dalam mengelola zakat, lembaga amil zakat memiliki
kesempatan yang sama dalam meraih kesuksesan. Namun, pada kenyataannya hanya beberapa lembaga
amil zakat yang mampu mempertahankan eksistensi di tengah-tengah persaingan lembaga. Dengan
demikian, fakta tersebut memberikan arti bahwa keberhasilan lembaga zakat tidak hanya ditentukan
oleh manajemen yang baik. Penentuan brand lembaga menjadi faktor lain dalam pencapaian
keberhasilan pengelolaan zakat. Selain itu, segala sesuatu membutuhkan nama, meskipun brand tidak
selalu identik hanya dengan nama, tetap saja nama merupakan hal yang selalu melekat pada produk.
Namun tidak banyak lembaga dakwah yang memperhatikan pengemasan brand yang baik.
Brand atau merek merupakan sebuah senjata bagi perusahaan atau lembaga. Merek menjadi sangat
penting karena merupakan suatu ciri yang unik yang membedakan satu produk dengan produk lainnya.
Merek memiliki kekuatan untuk semakin dikenal dari sifat merek yang melekat pada benak
masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Ada beberapa permasalahan penting yang perlu mendapatkan jawaban terkait manajemen ziswaf
modern. Rumusan masalah makalah ini adalah: Apa-apa saja kelebihan dan kelemahan manajemen &
administrasi ziswaf.

C. Tujuan

Sesuai dengan pokok masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui proses
kelebihan & kekurangan manajemen dan administrasi ziswaf.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Ziswaf Modern

Manajemen ziswaf yang modern merupakan proses yang berhubungan dengan bimbingan kegiatan
terhadap para pengelola zakat berdasarkan atas tujuan yang jelas yang harus dicapai dengan
menggunakan sumber-sumber tenaga manusia dan bukan tenaga manusia, melalui proses tertentu dari
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan dan pengawasan untuk mencapai sesuatu
yang baru dan mutakhir, baik itu baru dalam hal cara berpikir, mupun cara bertindak. Untuk
mengimplementsikan proses ini maka memerlukan beberapa unsur penting sebagai berikut:
1. Memiliki Prinsip dalam Pengelolaan Ziswaf.
Prinsip dalam pengelolaan atau manajemen ziswaf terkini menjadi sangat
penting keberadaanya karena hal ini sangat berkaitan dengan komitmen atas kesungguh-sungguhan
dalam mengelola ziswaf itu sendiri. Terdapat beberapa prinsip-prinsip yang harus diikuti dan ditaati
agar pengelolaan dapat berhasil sesuai yang diharapkan, diantaranya:
a. Prinsip Keterbukaan, artinya dalam pengelolaan ziswaf hendaknya dilakukan secara terbuka dan
diketahui oleh masyarakat umum.
b. Prinsip Sukarela, artinya bahwa dalam pemungutan atau pengumpulan ziswaf hendaknya senantiasa
berdasarkan pada prisip sukarela dari umat Islam yang menyerahkan harta zakatnya tanpa ada unsur
pemaksaan atau cara-cara yang dianggap sebagai suatu pemaksaan.
c. Prinsip Keterpaduan, artinya dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus dilakukan secara terpadu
diantara komponen-komponen yang lainnya baik secara internal maupun ekternal.
d. Prinsip Prefesionalisme, artinya dalam pengelolaan ziswaf harus dilakukan oleh mereka yang ahli
dibidangnya, baik dalam administrasi, keuangan dan sebagainya.
e. Prinsip Kemandirian, prinsip ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari
prinsip prefesionalisme, maka diharapkan lembaga-lembaga pengelola ziswaf dapat mandiri dan
mampu melaksanakan tugas dan fungsinya tanpa perlu mengunggu bantuan dari pihak lain. (Djahuli
dan Yadi, 2002 : 45-47).
f. Prinsip keimanan dan keikhlsan dalam pengelolaan, yang dimaksudkan dengan prinsip keimanan dan
keikhlasan ini adalah pertama bahwa pekerjaan yang berkaitan dengan pengelolaan ziswaf ini perlu
dikelola karena landasan keimanan dan keikhlasan karena para muzaki tetkala menyerahkan dana
mereka juga karena berlandaskan keimanan dan keikhlasan. Yang kedua keimanan atau kepercayaan
yang teguh bisa muncul dari siapa saja yang mampu mewujudkan impian-impiannya, ia bisa mengubah
misió n imposible menjadi misió n posible. (Amin, 2010 : 101)
2. Memiliki Visi, Misi dan tujuan yang Jelas
Visi merupakan arah ke mana organissi itu akan menuju, sementara misi adalah sesutu yang
harus dilakukan untuk mencapai apa yang akan di tuju. Sedangkan tujuan adalah hasil akhir dari
semuua kegiatan yang dilakukan organisasi. Pengelolaan ziswaf maka tujuan akhirnya adalah
terangkatnya masyarakat yang berekonomi lemah menjadi masyarakat yang berekonomi kuat atau
terangkatnya masyarakat dari kemunduran kepada kemjuan. Tentunya untuk mencapai hal ini perlu
pemikiran-pemikiran terbaru yang mampu mendobrag bagi pengembangan dan peningkatan ekonomi
bagi umat.

3. Memiliki perencanan yang matang.


Sebuah perencnaan yang matang adalah perencanaan yang dilakukan melalui proses yang
benar, sehingga perencanaan yang dibuat memiliki kekuatan konsep yang akan dijadikan rujukan bagi
semua kegiatan yang akan dilakukan sesudahnya. Ada beberapa proses yang perlu dilakukan dalam
merencanakan.

4.Operasional Maksudnya adalah bahwa perencanaan yang sudah menjadi keputusan itu mampu
dioperasionalkan dan harus dioperasionalkan, karena memang keputusan yang dilakukan benar-benar
merupakan refleksi dari data dan fakta yang telah terkumpul dan sudah melalui penganalisaan yang
cermat. Lalu jika operasionlisasi sudah terwujud maka data operasional harus tersimpan dan tertata
secara teratur dan rapih, karena data operasional akan dijadikan sebagai bahan penelitian atau bahan
evaluasi untuk pengambilan keputusan pada perencanaan berikutnya, sehingga dalam perencanaan
berikutnya tentunya adalah perencanaan yang baru dan terkini yang mungkin berbeda dengan
perencanaan semula pada sisi-sisi tertentu, inilah sebuah dinamika dalam proses modernisasi
perencanaan modern.

5.Memiliki sistem keuangan yang transfaran.


Dana ziswaf yang dikumpulkan merupakan titipan dari para donatur yang mempercayakan
menyalurkan ziswaf mereka melalui lembaga. Sikap percaya para donatur semacam ini tidak
selayaknya jika dana ziswaf itu tidak dikelola dengan pengelolaan yang baik, transfaran, dan
memenuhi standar akuntansi yang benar dapat dipertanggung jawabkan baik secara pribadi maupun
organisasi, baik di dunia maupun di akherat, sehingga terhindar dari indikasi penggunaan dana ziswaf
yang tidak semestinya.

B. Beberapa Upaya Modernisasi & Profesionalisasi Ziswaf

Seperti sudah dikemukakan dia atas bahwa sudah saatnya pengelolaan ziswaf beralih dari model
yang tradisional-konvensional ke modern dan profesional. Dalam hal ini, model pengelolaan
tradisional-konvensional adalah pengelolaan yang dilakukan sambil lalu atau sekadarnya saja, temporer
(pendek terbatas), dan dikelola oleh orang-orang yang.tidak kompeten. Pengelolaan ziswaf yang
sekadar berbekal semangat seadanya ini sudah seharusnya diubah menjadi model pengelolaan ziswaf
yang berkualitas, modern-profesional.
Model pengelolaan ziswaf yang modern dan profesional memiliki beberapa ciri utama, menurut
Didin Hafidudin dan Ahmad Juwaini ada enam ciri (Amin, 2010 : 44-43) sebagai berikut:
1. Pengelolaan ziswaf secara full time,yaitu pengelolaan ziswaf yang dilakukan dalam jam kerja sehari
sekitar 8 jam dengan jumlah hari kerja minimal lima hari dalam seminggu.
2. Dikelola oleh orang-orang yang memiliki kompetensi, yaitu setiap orang yang paling memiliki
kapasitas dan kapabilitas sesuai dengan bidang tugas atau jabatan yang hendak diembannya.
3. Seluruh pengelola mendapatkan balas jasa yang wajar, yaitu bahwa seluruh pengelola yang terlibat
dalam pengelolaan ziswaf tersebut mendapatkan gaji atau upah yang wajar, sekurangkurangnya
memenuhi keperluan standar untuk hidup yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan sekitar
keberadaan lembaga pengelola ziswaf tersebut.
4. Orientasi penilaian di dalam lembaga adalah- orientasi prestasi, yaitu bahwa setiap orang yang
terlibat dalam pengelolaan ziswaf tersebut berorientasi prestasi. Lembaga juga menilai setiap orang
dengan kontribusi yang diberikan dalam pencapaian prestasi lembaga. Setiap orang yang tidak
memberikan sumbangan manfaat atau prestasi kepada lembaga, selayaknya tidak terlibat dalam
pengelolaan ziswaf di lembaga tersebut.
5. Telah menggunakan atau melakukan cara-cara sesuai standar manajemen modern, yaitu bahwa
mekanisme lembaga ziswaf tersebut telah memenuhi standar manajemen modern, seperti adanya visi
clan misi, perencanaan tahunan, pengorganisasian, penyusunan personil, penyusunan anggaran, clan
melakukan evaluasi perkembangan secara periodik.
6. Telah mengimplementasikan transparansi dan akuntabilitas lembaga, yaitu telah melakukan
pencatatan setiap kegiatan atau transaksi dengan benar, menyusun laporan dan selanjutnya
mempublikasikan laporan kegiatan dan keuangannya kepada publik, sehingga masyarakat mempunyai
kesempatan untuk mengakses informasi kegiatan dan keuangan lembaga untuk kemudian memberikan
apresiasi.

C. Analisis SWOT Ziswaf Modern (kelebihan & kekurangan)

1. Kekuatan dan kelemahan dalam Penghimpunan Ziswaf : Banyak lembaga amil zakat yang sudah
well-established dan dipercaya oleh masyarakat juga dilengkapi dengan Organisasi OPZ yang juga
secara regulasi Siradj (2011) OPZ ini dapat menjadi wadah Infaq, Sedekah dan Dana Sosial
Keagamaan Lainnya (DSKL) yang berpotensi men- jadi basis pendanaan dan portofolio penghimpunan
yang lebih kuat dan dapat diversifikasi begitu juga Wakaf telah ada instrumennya yang bersifat hybrid
dan terhubung dengna keuangan komersial, akan tetapi kelemahan yang ada yakni kebijakan Nomor
Pokok Wajib Zakat (NPWZ) belum bersifat memaksa dan tersentral sehingga cukup sulit dalam
pemetaan muzakki. Selain itu masyarakat juga masih kurang edukasi dan literasi tentang Zakat dan
Wakaf pro- duktif hingga dominasi pengelolaan wakaf yang masih par- sial dan perseorangan
BAZNAS (2018).

2. Kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan Ziswaf: prinsip-prinsip Ziswaf telah dibuat dan
dikukuhkan sebagai role model seperti adanya Zakat Core Principle (ZCP) dan Wakaf Core Principle
(WCP) dilengkapi dengan mulai dis- ertifikasinya para Amil Zakat didukung oleh divisi monitor- ing
dan evaluasi dari regulator BAZNAS sebagai pengawas yang mengontrol tata kelola Badan Amil Zakat
Nasional dan Lembaga Amil Zakat baik tingkat nasional, provinsi mapun tingkat kabupaten dan kota.
Begitu juga kekuatan pada keuangan mikro seperti Baitul Maal wat Tamwil telah diberikan ruang
untuk menghimpun dan Ziswaf melalui legalisasi Unit Pengumpul Zakat dan Nazhir wakaf den- gan
cara menginduk kepada BAZ dan LAZ yang sudah ada. Akan tetapi dari segi kelemahan dapat dilihat
bahwa belum semua lembaga zakat memiliki fungsi perencanaan yang baik serta pola integrasi dan
koordinasi antar OPZ yang tidak maksimal dalam hal pengelolaan zakat, infaq sedekah atau DSKL,
sehingga lembaga pengelola zakat saat ini terkesan berkompetisi dan kurang bersinergi Alam (2018).
Dari sisi Wakaf belum diberlakukannya sertifikasi nazir wakaf dan standar kompetensi bagi nazhir,
masih banyaknya jumlah nazir perseorangan yang tidak tercatat serta masih banyaknya jumlah nazhir
yang tidak bekerja secara full-time hingga tidak maksimal dalam hal pengelo- laan. Kelemahan utama
disisi regulator yakni BAZNAS dan Badan Wakaf Indonesia (BWI) masih menjalankan peran ganda
sebagai operator sehingga terlihat kurangnya koordi- nasi dan integrasi antar sektor pada sisi regulator.

3. Kekuatan dalam penyaluran Zakat: Penyaluran zakat baik menurut asnaf maupun program saat
ini secara umum sudah tepat sasaran hal ini terlihat dari dukungan berba- gai instrumen untuk
mengevaluasi dampak penyalu- ran/pendayagunaan dana zakat terhadap penerima (mus- tahik).
Demikian juga halnya dengan Wakaf: Penyalu- ran dan utilisasi dana wakaf secara umum lebih
fleksibel dibandingkan zakat Strengths Bersama antara zakat dan wakaf adalah Organisasi Pengelola
Zakat/Wakaf berada di bawah naungan koordinasi yang sama sehingga dapat mempermudah akses
terhadap basis data penerima man- faat. Kelemahan penyaluran zakat yang terlihat hanya pada masih
berfokus pada pengentasan kemiskinan dengan skema konsumtif demikian juga halnya dengan Wakaf
seba- gian besar dana wakaf masih kurang produktif ini juga dise- babkan Belum ada indikator tertentu
yang dapat mengeval- uasi efektivitas dana wakaf bagi penerima manfaat. Kelema- han Bersama antara
zakat dan wakaf belum adanya skema yang dapat menjadikan Zakat dan Wakaf bersifat komple-
menter, terutama dalam hal penggunaan/utilisasi El-Din (1986).

4. Peluang dalam penghimpunan Ziswaf: Tersedianya layanan zakat berbasis revolusi industri 4.0,
seperti layanan zakat berbasis mobile, crowdfunding atau internet banking pada berbagai lembaga
keuangan Syariah dan Wakaf juga Sudah terdapat sejumlah Lembaga Keuangan Syariah yang men-
jadi nazir wakaf uang (LKS-PWU), sehingga memper- luas inklusivitas dan mempermudah jangkauan
terhadap wakif yang merupakan nasabah perbankan Syariah bisa dikatakan Opportunities bersama di
era digital ini den- gan meningkatnya keberagaman layanan multipayment dalam berbagai situs e-
commerce terkemuka ditopang oleh banyaknya jumlah muslim pada kelompok menengah atas di
Indonesia sebagai potensi muzakki. Intensi berdonasi masyarakat Indonesia yang tinggi (Indonesia
menempati peringkat nomor 1 dalam World Giving Index tahun 2018) sedangkan yang masih dianggap
sebagai ancaman dalam penghimpunan: Ziswaf adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat
Indonesia untuk membayar zakat pendapatan secara rutin, penyebabnya utama karena masih kurangnya
edukasi dan pengetahuan masyarakat Indonesia tentang nishab dan haul. Begitu juga halnya dengan
wakaf yang masih kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk berwakaf uang seta Mindset
masyarakat Indonesia ter- hadap wakaf yang masih lekat dengan harta tidak berg- erak. Pada analisis
SWOT ini ada semacam threat (anca- man) pada Ziswaf yakni Gerakan ekonomi syariah masih bersifat
parsial dan masih fokus pada keuangan komer- sial saja sehingga belum optimal dalam penghimpunan.
Kendala Ziswaf yang lain adalah harta sumber zakat/wakaf yang diberikan muzakki/wakif berasal dari
sumber yang halal belum dapat dipastikan.

5. Peluang dalam pengelolaan Ziswaf antara lain sudah adanya perhatian dan pemetaan bersama
dengan lembaga inter- nasional (misalnya UNDP) untuk memaksimalkan peng- gunaan zakat dalam
mencapai target SDGs di Indone- sia. Banyak pesantren yang dibangun dari tanah wakaf, sehingga
pesantren memiliki potensi besar menjadi lab- oratorium pengelolaan wakaf produktif di Indonesia bisa
dikatakan Opportunities bersama dalam meningkatnya jumlah perguruan tinggi yang secara khusus
menga- jarkan ekonomi syariah, sehingga berpotensi menyedi- akan SDM bagi lembaga Pengelola
Zakat/Wakaf sedan- gkan dibalik peluang akan ada ancaman dalam pen- gelolaan : Ziswaf antara lain:
penyaluran dan penghim- punan sangat bergantung pada kondisi perekonomian dan sosial pada masa
tertentu, sehingga baik penghimpunan maupun penyaluran dapat menjadi sangat fluktuatif. Wakaf juga
demikian halnya, semakin meningkatnya kebutuhan pemangku kepentingan atas pengelolaan wakaf
yang pro- fesional, terutama karena adanya skema wakaf hybrid yang memerlukan tingkat
pengembalian tinggi secara komersial. Threats Bersama dapat dikatakan: Branding Lembaga Pen-
gelola Zakat/Wakaf sebagai lembaga filantropi masih kurang bersaing dibandingkan Lembaga
Keuangan lainnya, juga belum adanya regulasi yang mengintegrasikan zakat den- gan wakaf, dirasakan
hal yang sama pada saat belum terben- tuknya Sistem Informasi Zakat dan Sistem Informasi Wakaf
yang berkualitas dan terpadu . ini karena belum ada fixed arsitektur dan cetak biru bersama bagi Zakat
dan Wakaf yang juga terintegrasi.

6. Peluang dalam Regulasi dan kelembagaan Ziswaf : Sudah terdapat UU Pengelolaan Zakat No. 23
tahun 2011. Sudah terdapatnya regulasi pendukung, seperti standar pengelo- laan zakat, misalnya Zakat
Core Principle Beik (2015). Sudah terdapat berbagai lembaga pendukung, seperti Asosi- asi Pengelola
Zakat (Forum Zakat) dan organisasi sejenis lainnya. Wakaf: Sudah terdapatnya UU Wakaf No. 41
tahun 2004. Sudah adanya Waqf Core Principles (WCP) seba- gai panduan pengelolaan wakaf.
Tantangan dalam Regu- lasi dan kelembagaan Ziswaf : Masih kurangnya aturan- aturan teknis untuk
menjalankan regulasi terkait zakat, seperti aturan teknis untuk mengaudit lembaga zakat. Kurangnya
sinergi antar berbagai lembaga terkait zakat. Perlunya berbagai penyempurnaan pada UU Wakaf No 41
tahun 2004. Masih terbatasnya peran dan dukungan untuk Badan Wakaf Indonesia (BWI) Masih
terbatasnya kelem- bagan pendukung, termasuk sinergi dan harmonisasi antar berbagai lembaga terkait
wakaf.

7. Peluang SDM dalam hal pengelolaan Ziswaf di Indonesia sangat besar ini ditandai dengan telah
dibuka program studi Ziswaf di beberapa perguruan tinggi Negeri dan Swasta dan adanya aturan
tentang sertifikasi amil zakat dan nazhir wakaf . Adapun yang menjadi Tantangan dalam bidang SDM
Ziswaf ini adalah masih rendahnya kualitas (kom- petensi dan profesionalitas) dan kuantitas SDM,
kecuali di beberapa OPZ besar. Sama dengan pada sisi perwakafan masih rendahnya kualitas
(kompetensi dan profesionali- tas) dan kuantitas SDM, kecuali di beberapa lembaga pen- gelola dana
wakaf besar. Juga masih banyaknya jumlah nazir perseorangan. Tidak diragukan lagi bahwa Zakat
memiliki dampak positif terhadap perekonomian suatu bangsa khususnya pada kon- sumsi agregat,
investasi agregat dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini telah diuji berbagai studi teoritis dan empiris
bahwa transfer zakat dari kelompok kaya kepada kelompok miskin yang termasuk dalam kategori asnaf
zakat akan memu- ngkinkan terjadi peningkatan konsumsi secara agregat. Untuk kelompok miskin,
peningkatan konsumsi juga akan men- dorong peningkatan produktivitas dan kesejahteraan rumah
tangga. Zakat juga berpotensi memiliki dampak positif ter- hadap investasi dengan cara mewajibkan
setiap penumpukan dana atau sumber daya yang menganggur dan aset yang tidak produktif. Maka
terjadinya investment-switching dari investasi di aset-aset yang tidak/kurang produktif ke investasi di
sektor rill yang melibatkan aset-aset produktif.

D. Ziswaf Potensi Ekonomi Islam di Era Modern

Islam adalah agama yang bersifat universal, mampu mencakup segala aspek kehidupan manusia.
Islam ialah solusi dari berbagai permasalahan sosial, budaya, ekonomi, politik, teknologi dan lainnya.
Sayangnya, masih banyak yang menganggap Islam hanyalah sebuah kegiatan spiritual semata.
Sehingga, tumbuhlah paham pluralisme yang merusak pemikiran. Puncaknya, kegagalan sistem
ekonomi kapitalis barat yang memberatkan banyak pihak akhirnya mampu membuka mata hati kita
bahwa ada kesalahan dengan sistem yang selama ini mereka yakini. Maka, sejauh apapun manusia
melangkah ke jalan yang salah, pada akhirnya ia harus kembali menuju jalan yang lurus, yakni syariat
Islam.
Ekonomi syariah sudah lebih dulu di terapkan di Inggris dengan latar belakang penduduk non-
muslim. Malaysia pun telah melakukannya sehingga saat ini menjadi pusat perkembangan ekonomi
syariah di Asia Tenggara. Sebagai salah satu penganut agama Islam terbesar di dunia, hal ini
merupakan pukulan keras bagi Indonesia. Salah satu sektor ekonomi syariah tidak bisa dianggap remeh
adalah peran sosial ekonomi syariah melalui instrumen ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf).
Melalui pengelolaan yang optimal, ZISWAF berpotensi besar mengatasi berbagai permasalahan
bangsa, baik ekonomi maupun sosial.
Zakat, infaq, shadaqah, wakaf adalah ibadah yang memiliki dua dimensi, yaitu merupakan ibadah
sebagai bentuk ketaatan kepada Allah (vertikal) dan sebagai kewajiban berhubungan baik terhadap
sesama manusia (horizontal). Zakat, infaq, shadaqah, wakaf merupakan salah satu ciri dari sistem
ekonomi Islam, karena implementasi azas keadilan dalam sistem ekonomi Islam.

Menurut M.A Mannan, zakat mempunyai enam prinsip. Pertama yakni prinsip keyakinan
keagamaan, maka pembayar zakat merupakan salah satu manifestasi dari ia yang taat dan yakin kepada
agamanya. Yang kedua yakni prinsip pemerataan dan keadilan. Ini merupakan tujuan sosial dari zakat,
yaitu membagi kekayaan dari Allah SWT lebih adil dan merata kepada sesama manusia. Yang ketiga
ialah prinsip produktifitas, yang menekankan bahwa zakat memang harus dibayar karena milik pihak
tertentu dan telah menghasilkan produk tertentu setelah lewat jangka waktu tertentu. Selain itu terdapat
prinsip nalar yang berarti zakat harta yang menghasilkan itu harus dikeluarkan. Prinsip yang kelima
ialah prinsip kebebasan yang berarti zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas/merdeka. Prinsip yang
terakhir ialah prinsip etika dan kewajaran, yang berarti zakat tidak boleh dipungut secara semena-mena
Berbeda dengan industri perbankan syariah sebagai unit bisnis, instrumen ekonomi syariah seperti
zakat, infaq, shadaqah, wakaf memiliki peran besar mewujudkan keadilan ekonomi dan sosial dalam
bermasyarakat. ZISWAF berperan terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat kurang mampu. Peran
tersebut sangat sesuai dengan UUD 1945 pada pasal 34 ayat 1 yang berbunyi: "Fakir miskin dan anak-
anak terlantar dipelihara oleh negara." Wakaf memiliki peran yang besar dalam menunjang dan
mendukung pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat.
Wakaf sangat sesuai untuk pembangunan sarana-sarana seperti rumah sakit, sekolah, perpustakaan
dan sebagainya. Salah satu implementasi wakaf yang memihak rakyat ialah Dompet Dhuafa dengan
proyek pembangunan rumah sakit dan sekolah gratis bagi warga miskin. Perlu diketahui, selain peran
wakaf sebagai sarana ibadah seperti Laznas BSM dengan program wakaf sejuta Al-Qur'an, wakaf juga
bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dari agama manapun, karena wakaf mengerti pentingnya tolong-
menolong sesama manusia.
Melihat betapa besarnya peran sistem ekonomi syariah, sangatlah patut bahwa pemerintah harus
memberikan perhatian serius, baik dalam bentuk dukungan kepada sistem ekonomi syariah. Salah
satunya dengan meyakinkan beberapa pihak yang menentang penerapan undang-undang yang berkaitan
dengan ekonomi syariah bahwa ekonomi syariah tidak hanya bermanfaat bagi umat Islam tetapi juga
bermanfaat bagi segenap bangsa Indonesia tanpa memandang SARA. Sebisa mungkin pemerintah
harus turut serta dalam mempercepat pemberlakuan undang-undang ekonomi syariah tersebut. Hal ini
karena sudah menjadi tugas pemerintah untuk mendorong pertumbuhan serta perkembangan ekonomi
syariah yang saat ini menjadi tuntutan untuk memperluas keadilan ekonomi dan sosial dalam
bermasyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ummat Islam memiliki banyak intelektual dan ulama, disamping potensi sumber daya manusia dan
ekonomi yang melimpah. Kenyataan ini memberikan peluang yang tidak sedikit bagi pengembangan
ekonomi umat secara lebih menyeluruh, di samping juga memberikan peluang bagi terwujudnya
pengelolaan atas potensi yang kuat tersebut secara lebih baik. Islam diharapkan mampu mengubah
paradigma kehidupan ekonomi terbelakang menjadi paradigma kehidupan ekonomi yang kuat dan
maju, melalui kewajiban menunikan ziswaf bagi umat Islam yang mampu dalam hal harta benda dan
telah mencapai pada nishab untuk mengeluarkan sebagian hartanya sesuai ketentuan syariat. Potensi
yang sangat besar dari dana ziswaf ini perlu dikelola dengan sungguh- sungguh agar melalui ziswaf ini
dapat dijdikan andalan yang kuat bagi perbantuan dan pendampingan umat yang menglami
keterbelakangan ekonomi, dengan harapan mereka mampu mengubah diri mereka menjadi umat yang
mampu dan kuat di dalam perekonomian mereka.
Pengelolaan ziswaf sudah saatnya untuk beralih dari model yang tradisional menjadi model
pengelolaan yang modern dan profesional. model pengelolaan tradisional adalah pengelolaan yang
dilakukan sambil lalu atau sekadarnya saja, temporer (pendek terbatas), dan dikelola oleh orang-orang
yang tidak kompeten. Pengelolaan ziswaf yang sekadar berbekal semangat seadanya ini sudah
seharusnya diubah menjadi model pengelolaan zakat yang berkualitas, modern dan profesional. Untuk
mewujudkan model pengelolaan ziswaf yang modern dan profesional diperlukan adanya upaya yang
dilakukan secara konsisten baik yang berkaitan dengan prinsip-prinsip, visi, misi dan tujuan,
perencanaan, model perekrutan, maupun transfaransi pengelolaan keuangan, lalu perlu pula
memadukan manajemen modern dengan spiritual manajemen agar menghasilkan hasil yang luar biasa.

B. Saran

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembacanya. Kami menyadari masih banyaknya
kekurangan dalam pembuatan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca agar kedepannya menjadi lebih baik lagi dalam pembuatan makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Mulkanasir. 2013. “Mewujudkan Manajemen Zakat yang Modern dan Profesional”. Jurnal Ilmu
Kesejahteraan Sosial. Vol. 2.

Hamka Rusdi, Latifah Nur Fitri. 2019. “Analisis Strategi Pengembangan


Zakat, Infaq, Shadaqoh dan Wakaf di
Indonesia (Analysis of Zakat, Infaq,
Shadaqoh and Wakaf Development
Strategies in Indonesia)”. Jurnal Ekonomi Syariah. Vol. 3.

Hayyu Rizky Altifani. “Ziswaf (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf) Potensi Ekonomi Islam di Era
Modern”. https://www.kompasiana.com/tifanihayyu/ziswaf-zakat-infaq-shadaqah-wakaf-potensi-
ekonomi-islam-di-era-modern_58a88c91719373d13f21b937. Diakses pada 01-Desember-2021 pukul
20.20.

Anda mungkin juga menyukai