Analisis Puisi Amuk Karya Sutardji Calzoum Bachri
Analisis Puisi Amuk Karya Sutardji Calzoum Bachri
Amuk
Maafkan aku
Aku depan
Membebaskan kata
Memanggilmu
Mencari pot
Pot
Zukuzangga
Zuuzangga
Pada puisi ini terdiri dari kata yang didalamnya hanya terdapat bunyi-
bunyi bahasa dan tidak mempunyai pengetian. Dikarenakan kata kata itu sangatlah
asing jika dikaji dalam Bahasa Indonesia dalam berbagai segi. Panjang kata yang
terdiri dari 4-7 suku kata, rentetan suku katanya berupa urutan konsonan dan juga
vokal secara berurutan dengan menggunakan pola vkvkvkv. Pengulangan bunyi
pot pada puisi Amuk yaitu:
Mencari pot
Pot”
Kurang jelas maknanya. Sehingga terdapat asonansi bunyi /o/ yang dominan di
baris tersebut. Bunyi /o/ berkesan pokok dan kokoh.
Struktur fonem yang di dominasi /e/ /u/ dan juga /z/ pada baris ke 25-28 yang
berbunyi :
Zukuzangga
Zuuzangga
memberikan kesan murung, lemah gemulai dan berdesis. Penggunaan bunyi bunyi
tersebut tidak lazim jika digunakan dalam bahasa indonesia.
Seandainya ada sebuah sajak yang hanya menggunakan bunyi bunyi ini
saja tanpa ada kata kata yang memiliki pengertian maka akan sulit melakukan
interpretasi. Puisi tersebut menarik karena keestetisannya. Segi estetis yang di
munculkan karena keanehan yang diciptakan. Di dalam keadaan tertentu unsur
bunyi dapat berfungsi tanpa makna, namun hal itu akan tercipta jika ada
kesepakatan pengetahuan pada pihak pembaca jika kata yang tidak bermakna
tersebut bisa dan juga harus di beri makna. Hal seperti ini menurut Herman J.
Waluyo disebut sebagai penyimpangan bahasa.
Secara garis besar unsur keindahan yang menonol dalam puisi ini adalah unsur
diksi yang tidak lazim dan berusaha membebaskan diri dari konvensi tata bahasa
yang lazim digunakan.