Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FAMILY MOLUSKA

KELAS Bivelvia ( Pteridae)

DISUSUN OLEH :

NAMA : ACHMAD YUSUF DIKROMO

NIM : 2020-63-011

DOSEN : Dr. Ir. Y. NATAN, M.Si

MATKUL : AVERTEBRATA AIR

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON

TAHUN 2021

Jalan Ir. M. Putuhena, Kampus Unpatti Poka – Ambon


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang :

Diterjemahkan dari bahasa Inggris-Pteriidae, juga disebut tiram bulu, adalah keluarga
menengah ke kerang air asin besar. Mereka adalah tiram mutiara, moluska laut bivalve dalam
urutan Pteriida (wikipedia).Di Indonesia, Kerang Mutiara tersebar di wilayah Indonesia bagian
Tengah dan Timur, yaitu Bali, Nusa Tengara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Maluku
dan Irian Jaya.Jenis-jenis Kerang Mutiara yang ada di Indonesia adalah Pinctada maxima,
Pinctada margaritifera, Pinctada chimnitzii, Pinctada fucata dan Pteria penguin. Dari kelima
spesies tersebut yang dikenal sebagai penghasil mutiara terpenting yaitu P.maxima, P.
margaritifera dan Pteria penguin. Kerang Mutiara merupakan hewan laut yang bertubuh lunak,
tidak bertulang punggung dan dilindungi oleh dua belah kepiting cangkang yang tidak simetris ,
tebal dan keras. Bentuk luar Kerang Mutiara tampak seperti batu karang yang tidak memiliki
tanda-tanda kehidupan.Di dunia dikenal ada 4 jenis mutiara; south sea pearl, black pearl, akoya
atau mikimoto, dan China fresh water. Dari Indonesia dihasilkan jenis south sea pearl (mutiara
laut selatan).

1.2 Tujuan:

 Untuk mengetahui:klasifikasi,Morfologi,anatomi,alat gerak,makanan & saluran


pencernaan,peredaran darah, respirasi, ekskresi, osmoregulasi, reproduksi dan
perkembangan dari Genus Pteridae yaitu Kerang Mutiara.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 . Klasifikasi Kerang Mutiara

Kerang Mutiara termasuk dalam phylum mollusca, phylum Mollusca ini terdiri 6 klas
yaitu: Monoplancohora, Amphineura, Gastropoda, Lamellibra chiata, atau Pellecypoda,
seaphopoda, dan Cephalopoda (Jurhana. 2017).

Kerang merupakan hewan yang mempunyai cangkang yang sangat keras dan tidak
simetris. Hewan ini tidak bertulang belakang dan bertubuh lunak (Philum mollusca).Klasifikasi
Kerang Mutiara menurut Sulkifli 2017 adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Sub kingdom : Invertebrata

Philum : Mollusca

Klas : Pellecypoda

Ordo : Anysomyaria

Famili : Pteridae

Genus : Pinctada

Spesies : Pinctada maxima

Jenis-jenis Kerang Mutiara yang terdapat di Indonesia adalah: Pintada maxima, Pinctada
margaritefera, Pinctada fucata, Pinctada chimnitzii,dan Pteria penguin. Di beberapa daerah
Pinctada fucatadikenal juga sebagai Pinctada martensii. Sebagai penghasil mutiara terpenting
adalah tiga spesies, yaitu, Pinctada maxima , Pinctada margaritifera dan Pinctada martensii.
Sebagai jenis yang ukuran terbesar adalah Pinctada maxima. untuk membedakan jenis Kerang
Mutiara tersebut, perlu dilakukan pengamatan morfologi, seperti warna cangkang dan cangkang
bagian dalam ( Nacre), ukuran serta bentuk.

2.2 Morfoligi dan Anatomi

Morfologi danAnatomi

Tubuh tiram mutiara ditutupi oleh sepasang cangkang yang tidak sama bentuknya, kulit
sebelah kanan agak pipih, sedang sebelah kiri lebih cembung. Mulyanto (1987) dalam Hidayat
(2008) cangkang tersebut bersatu pada punggung (dorsal) yang dihubungkan oleh engsel
(hinge) untuk membuka dan menutup cangkang. Dorsal berbentuk datar, permukaan dorsal
cangkang terdapat bagian yang berbentuk seperti tombol yang disebut umbo yang selalu
mengarah ke interior. Disamping itu, dalam cangkang terdapat mother of pearl atau lapisan
induk mutiara serta nacre yang dapat membentuk lapisan mutiara. Hidayat (2008) dalam
Mulyanto (1987). Morfologi P. maxima dapat dilihat pada Gambar1

Keterangan:
1

1. Hasagy
2 Pertumbuhan
4 2. HasagyLama
3. Bysus
4. Umbo
3
4 5. Ventral
6. Anterior
7. Dorsal
8. Posterior

Gambar 1 Morfologi tiram mutiara P. Maxima (Sumber : Mulyanto, 1987)dalam Hidayat, 2008)
Sutaman (1993) menjelaskan bahwa anatomi tiram mutiara terdiri dari tiga bagian yaitu
kaki/byssus, mantel dan organ dalam (visceral mass).
1. Kaki merupakan salah satu bagian tubuh yang bersifat elastik, terdiri dari susunan
jaringan otot, dapat merenggang atau memanjang sampai tiga kali dari keadaan normal,
menurut Cahn (1949) dalam Tjahjo winanto 1992, kaki berfungsi sebagai alat gerak
sewaktu muda sampai saat menemukan tempat yang cocok untuk menempel dan juga
sebagai alatpembersih.
2. Mantel terdiri dari selaput (intigument) yang membungkus visceral mass, mantel
tergantung seperti tirai pada kedua sisi organ tubuh , terletak antara tubuh dan cangkang.
Mantel mengelurakan zat yang membentuk cangkang.
3. Organ dalam adalah bagian yang tersembunyi setelah bagian mantel dan merupakan
aktivitas kehidupan tiram mutiara tersebut. Organ dalam ini terdiri dari otot, insang,
mulut, lambung, usus, jantung, susunan syaraf, dan alat kelamin. Adapun anatomi dari
kerang mutiara dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Anatomi tiram mutiara (Sumber : Sutaman, 1993)


2.3 Makanan Dan saluran pencernaan.

Tiram mutiara bersifat filter feeder karena hidupnya menetap maka kebutuhan
makanannya sangat bergantung pada makanan alami di perairan sekitarnya atau terbawa arus
air dan dimanfaatkan melalui insang. Pada dasarnya tiram mampu menyeleksi makanan sesuai
dengan kebutuhannya, makanan yang telah ditelan tidak semuanya dapat dicerna.Beberapa jenis
makanan yang diketahui sampai saat ini dan biasa ditemukan dalam perut tiram adalah sisa
bahan organic (detritus), Flagellata, larva Invertebrata, partikel jamur, pasir, lumpur, dan
beberapa jenis plankton seperti Clolrella, Skeletonema, Estatum, Euglena, Coscinodiscus sp.,
Bidulphiaregia, Nitzchia sp., Ceratium fusus, Melosirajuegensi, Rhizosolenia hebetate,
Hylodiscus stelliger, Asterionelajaponica, Nitzchionides (Imai, 1982 dan Tin
Tun,1988).Organisme bersel banyak seperti spora alga, dialom, infusorians, foraminifera,
merupakan penyusun utama makanan tiram mutiara. Sejumlah pakan yang ditemukan di dalam
perut tiram antara lain adalah embrio dan larva berbagai hewan, filamentus alga, alcyonarians,
jamur dan sedikit butiran pasir, tapi kadang-kadang yang jumlah banyak (Hardman, 1903 dan
chellam, 1983).

Seperti halnya pada jenis kerangan yang lain, tiram mutiara mampu memanfaatkan
phytoplankton yang terdapat secara alamiah di sekitarnya. Tiram mutiara bersifat filter feeder
atau mengambil makanan dengan cara menyaring pakan yang ada di dalam air laut. Getaran
silia pada insang menimbulkan arus air yang masuk ke dalam ronga mantel. Gerakan silia akan
memindahkan phytiplankton yang ada di sekeliling insang dan dengan bantuan labial palp atau
melalui simpul bibir yang bergerak-gerak akan membawa masuk makanan kedalam mulut.
(Gosling;2004) Mulut terlerak pada bagian ujung depan saluran pencernaan atau disebelah atas
kaki. Makanan yang ditelan masuk ke dari mulut kemudian melaui kerongkongan yang pendek
langsung masuk perut, atau saluran kantong tipis pada perut dengan kulit luar (cuticle) kasar
yang berfungsi untuk memisah-misahkan makanan. Dari perut sisa makanan (kotoran) akan
dibuang melalui saluran usus yang relatif pendek dan bentuknya seperti huruf S kemudian
keluar lewat anus (Velayudhan and Gandhi 1987 dalam Winanto, 2009).
2.4 sistem respirasi dan Sirkulasi

Sistem respirasi dan sirkulasi:

 Tiram bernapas menggunakan insang untuk mengambil larutan oksigen di dalam air
dan masuk dalam rongga mantel.

 Pelepasan CO2 juga melalui insang.

 Filamen insang mengandung pembuluh darah tempat O2 dan CO2 diangkut dalam
aliran darah, lalu masuk ke jantung dan seterusnya

 Sistem osmoregulasi :

Sel-sel yang berperan pada proses osmoregulasi adalah sel-sel chlorida yang terletak
pada bagian dasar lembaran-lembaran insang. Insang berjumlah empat buah, berbentuk sabit,
dua insang berada di sisi kanan dan kiri, menggantung pada pangkal mantel seperti lipatan buku
(Velayudhan and Gandhi 1987 dalam Winanto, 2009).

Air masuk melalui saluran inhelan akan berhenti pada bagian mantel, lalu secara cepat
dan kompak bekerjasama dengan insang sehingga dapat memanfaatkan udara yang terangkut
dan air dikeluarkan kembali melalui saluran ekshalen. Air serta darah yang tidak berwarna
masuk melaui beberapa filamen tunggal lalu mengalir ke luar menuju pinggir insang, kemudian
melintas ke atas berputar kembali melalui filamen dan masuk ke branchial atau ctenidial.
Dengan bantuan silia-silia pada branchial dapat menimbulkan arus yang masuk ke bilik palial
dan melintas ke atas, melaui lamela branchial. Jadi selain menjalankan fungsi pernafasan,
filamen pada insang dan mantel dapat memperlancar peredaran darah (Gosling, 2004;
Velayudhan and Gandhi 1987).
2.5 SistemReproduksi

Tiram mutiara mempunyai jenis kalamin terpisah, kecuali pada beberapa kasus tertentu
ditemukan sejumlah individu hermaprodit terjadi perubahan sel kelamin (sel reversal) biasanya
terjadi pada sejumlah individu setelah memijah atau pada fase awal perkembangan gonad.
Fenomena sex reversal pada tiram mutiara (Pinctada maxima) menunjukan bahwa jenis
kelamin pada tiram teryata tidak tetap.

Bentuk gonad tebal menggembung pada kondisi matang penuh, gonat menutupi organ
dalam (seperti perut, hati, dan lain-lain). Kecuali bagian kaki pada fase awal, gonad jantan dan
betina secara eksternal sangat sulit dibedakan, keduanya berwarna krem kekuningan. Namun,
setelah fase matang penuh, gonad tiram mutiara (Pinctada maxima) jantan berwarna putih
krem, sedangkan betina berwarna kuning tua. Pada tiram Pinctada fucata warna gonad ini
terjadi sebaliknya.
Menurut Winanto (2004) bahwa, Tingkat kematangan gonad tiram mutiara dikelompokkan
menjadi 5 fase yaitu :
 Fase I : Tahap tidak aktif/salin/istrahat(Inactife/spent/resting)
Kondisi gonad mengecil dan bening transparan dalam beberapa kasus, gonad berwarna
oranye pucat. Rongga kosong, sel berwarna kekuningan (lemak). Pada fase ini sangat sulit
untuk dibedakan.

 Fase II : Perkembangan/pematangan(Developing/maturing)
Warna transparan hanya terdapat pada bagian tertentu, material gametogenetik (sel
kelamin) mulai ada dalam gonad sampai mencapai fase lanjut, gonad mulai menyebar di
sepanjang bagian posterior disekitar otot refraktor dan lebih jelas lagi dibagian anterior-
dorsal. Gamet mulai berkembang disepanjang dinding katong gonad. Sebagian besar oocyt
(bakal telur) bentuknya belum beraturan dan inti belum ada. Ukuran rata-rata oocyt 60 μm
x 47,5 μm.
 Fase III : Matang(Mature)
Gonad tersebar merata hampir keseluruh jaringan organ, biasanya berwarna krem
kekuningan. Oocyt berbentuk seperti buah pir dengan ukuran 68 x 50 μm dan inti
berukuran 25μm.

 Fase IV : Matang penuh/memijah sebagian (Fully maturation/partially spawned)


Gonad menggembung, tersebar merata dan secara konsisten akan keluar dengan
sendirinya atau jika ada sedikit-sedikit trigger (getaran). oosyt bebas dan terdapat
diseluruh dinding kantong. Hampir semua oosyt berbentuk bulat dan berinti, ukuran oosyt
rata-rata 51,7 μm.

 Fase V : Salin(Spent)
Bagian permukaan gonad mulai menyusut dan mengerut dengan sedikit gonad (kelebihan
gamet) tertinggal didalam lumen (saluran-saluran didalam organ reproduksi) pada kantong.
Jika ada oosyt maka jumlahnya hanya sedikit dan bentuknya bulat, ukuran rata-rata oosyt
54,4 μm.

Hasil pengamatan terhadap fase kematangan gonad dan musim pemijahan Pinctada
maxima di teluk Hurun, Lampung dari tahun 1996-2002 menunjukan bahwa kematangan gonad
terjadi setiap bulan. Namun, fase kematangan gonad penuh (FKG IV) hanya terjadi pada bulan
Maret, Mei, dan Agustus-November. Gonad masa istrahat terjadi pada bulan Desember. Fase I
dan II terjadi hampir sepanjang tahun. Selama 7 tahun pengamatan, terutama pada bulan April
dan Juni, perkembangan gonad tertinggi hanya sampai FKG II. Sementara FKG III terjadi pad
bulan Januari-Maret dan Juni-Desember (Winanto, 2004).

Pada musim tertentu, induk Tiram mutiara di alam yang telah dewasa akan bertelur.
Kemudian, telur-telur tersebut akan di buahi oleh sel kelamin jantan (Sperma). Pembuhan
terjadi secara eksternal didalam air. Telur yang telah di buahi akan mengalami perubahan
bentuk. Mula-mula terjadi penonjolan polar, lalu membentuk polarlobeII yang merupakan awal
proses pembelahansel,danakhirnya menjadi multisel. Tahap berikutnya adalah fase trocofor.
Dengan bantuan bulu-bulu getar, trocofor akan berkembang menjadi veliger (larva berbentuk
D) yang ditandai dengan tumbuhnya organ mulut dan pencernaan. Pada tahap ini larva sudah
mulai makan dan tubuhnya telah di tutupi cangkang tipis. Perkembangan selanjutnya adalah
tumbuh vilum, pada fase ini biasanya larva sangat sensitif terhadap cahaya dan sering
dipermukaan air. Selama fase planktonis, larva biasanya berenang dengan menggunakan bulu-
bulu getar atau hanyut dalam arusair.
Dengan tumbuhnya vilum larva memasuki stadia umbo, kemudian secara bertahap
cangkang juga ikut berkembang. Bentuk cangkangnya sama mantel sudah berfungsi secara
permanen. Kemudian selanjutnya menjadi podifeliger yang di ikuti tumbuhnya kaki sebagai
akhir stadium planktonis. Gerakan- gerakannya sederhana dari berenang sampai berputar-putar
dilakukan dengan vilum dan kaki. Setelah kaki berfungsi dengan baik velum akan menghilang,
lembar-lembar insang mulai tampak jelas. Perkembangan akhir larva yaitu perubahan fase
plantigrade menjadi spat (bibit) dan akan menetap. Selanjutnya akan tumbuh berkembang
menjadi tiram mutiara dewasa dan dapat berubah kelaminnya. Banyak ahli yang sependapat
bahwa Pinctada maxima terjadi perubahan kelamin yang bertepatan dengan musim pemijahan
setelah telur atau sperma habis di semburkan keluar (Mulyanto,1987).
 Sistem Ekskresi :
Kerang mutiara termasuk kedalam kelompok Pelecypoda. Sistem ekskresi
Pelecypoda menggunakan sepasang nefridium yang berfungsi sebagai ginjal. Adapun
sistem sarafnya terdiri atas otak, simpul saraf kaki, dan simpul saraf otot yang saling
berhubungan. Sistem reproduksi Pelecypoda adalah seksual dengan gonokoris atau
hermafrodit

 Habitat danPenyebaran
P. maxima biasa ditemukan pada kedalaman 20 m - 75 m, dengan dasar perairan
berpasir atau pasir berkarang. Daerah penyebarannya mulai dari laut Arafuru,
kepulauan Aru, laut Banda, Ambon, laut Seram kepulauan Bacaan, Australia bagian
utara, Burma, Thailand,Philipina.
Pinctada margaritifera dapat ditemukan dari perairan laut dangkal sampai dalam,
pada 1 m - 20 m. Tiram ini menggunakan bisusnya untuk menempelkan diri pada
substrat yang keras, seperti karang atau batu, umumnya hidup pada salinitas tinggi 35
ppt atau lebih. Dearah penyebarannya antara lain di perairan Indo-Pasifik, Teluk
California, Teluk Panama, Teluk Persia, Sudan, Laut Merah, Kepulauan Seycnell,
Papua New Guinea, Australia, Trech Polynesia, Indonesia, Kepulauan Andaman,
Nicobar, Samudra India sebelah barat daya dan Jepang.
Pinctada fucata tersebar luas di perairan-perairan terumbu karang, menempel
pada batu karang atau substrat yang keras, pada daerah pasang surut sampai kedalaman
12 m – 25 m, lokasi cukup terlindung di daerah tropis maupun sub-tropis, seperti Teluk
Persia, Laut merah, India, China, Korea, Jepang, Indonesia, Venezuela, dan lautan pasifik
bagian barat.
Pteria penguin hidup pada kedalaman 5 m – 30 m, dengan salinitas kurang lebih
30 ppt, jenis ini kadang-kadang ditemukan menempel pada ranting-ranting karang hitam
(Black corals).

 Sistem saraf :
Sistem sarafnya ada tiga pasang ganglia : dikepala, dikaki, dan di alat-alat dalam. Sistem
sarafnya terdiri dari 3 pasang ganglion yang saling berhubungan yaitu:
a. Ganglion anterior terdapat di sebelah ventral lambung
b. Ganglion pedal terdapat pada kaki
c, Ganglion posterior terdapat di sebelah ventral otot aduktor posterior.
 Sistem Peredaran Darah :
 Sistem Peredaran Darah dan Saraf
Jantung terletak di bagian punggung, terdiri dari satu bilik jantung bagian tengah dan
dua cabang auricula. Pembuluh darah arterior dan posterior menyalurkan darah dari hati.
Selain itu ada juga sistem saraf (Nervous sistem),terdiri dari sepasang simpul saraf pusat
yang merupakan susunan saraf otak sederhana dengan tali urat saraf dan alat perasa
yang sederhana.
DAFTAR PUSTAKA

RENI ANGGUN.2016. TEKNIK PENGENDALIAN ORGANISME PENEMPEL PADA


TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima) PRA OPERASI DI PT. AUTORE PEARL
CULTURE FARM LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT (NTB, JURUSAN
BUDIDAYA PERIKANAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE
KEPULAUAN PANGKEP

MURNI.2018. METODE PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT KERANG MUTIARA


(Pinctada maxima) DI PT. TIMOR OTSUKI MUTIARA KABUPATEN BARRU.
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PERIKANAN JURUSAN AGRIBISNIS
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN AIR“KERANG MUTIARA”. Universitas Padjajaran


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 2014

NARDIYANTO.2017 OPTIMASI PERTUMBUHAN KE RANG MUTIARA (Pintada


maxima) YANG DIBUDIDAYAKAN PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA
DIPERAIRAN LABUAN BAJO KAB. MANGGARAI BARAT. PROGRAM STUDI
BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR

https://www.dunia-perairan.com/2018/10/tiram-mutiara-pinctada-sp.htm

https://www.melekperikanan.com/2020/01/kerang-mutiara-tiram

Anda mungkin juga menyukai