Anda di halaman 1dari 17

METODOLOGI PENELITIAN

PROPOSAL PENELITIAN KEPERAWATAN ANAK


“GAMBARAN KEMANDIRIAN PERSOANAL HYGIENE
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK AISYAH BANDAR
LAMPUNG”

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Aprina.,SKP. M.kes

DISUSUN OLEH : TINGKAT 3 REGULER 1


1. MELSA APRILIA 1914401003
2. YOLA APRILIA 1914401018
3. MITA NONITHA 1914401029
4. RIKA NOVITA SARI 1914401038

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


D-III KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya. sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
Metodologi Penelitian dengan judul “Gambaran kemandirian personal hygiene
pda anak usia pra sekolah di TK Aisyah Bandar Lampung dengan baik. Dalam
penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat bantuan
dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing. Sehigga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga
tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, atas bantuan,
dukungan dan doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang "Gambaran kemandirian personal
hygiene pada anak usia pra sekolah di TK Aisyah Bandar Lampung. Proposal ini
mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk
penyempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 09 Desember 2021

KELOMPOK
8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Masalah

BAB II ISI 3
2.1 Kemandirian
2.2 Personal Hygiene
2.3 Anak Usia Prasekolah
2.4 Kerangka Konseptual

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3 Variabel dan definisi operasional
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.5 Pengumpulan Data
3.6 Pengolahan Data
3.7 Penyajian Data
3.8 Etika Penelitian

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Health security sendiri dapat diartikan sebagai suatu konsep keamanan yang
meletakkan isu kesehatan sebagai suatu aspek yang mempengaruhi keamanan
(Chiu et al., 2009: 679). Proses diangkatnya permasalahan kesehatan ini menjadi
suatu hal yang perlu diperhatikan oleh masyarakat global tidak melalui proses
yang mudah. Proses ini sendiri bermula pada era 1990-an, dimana Presiden Bill
Clinton menganggap isu kesehatan pada saat itu, yaitu penyakit AIDS sebagai
suatu “bom waktu” bagi berbagai aspek, mulai ekonomi, politik, hingga militer.
Hal ini membuat Clinton ingin mengangkat isu ini sebagai suatu permasalahan
global, bukan lagi hanya ditujukan kepada satu atau dua negara saja. Permohonan
ini diwakili oleh Duta Besar Clinton di PBB, Richard Holbrooke yang terus
menerus mendesak agar permasalahan ini diangkat di Security Council. Upaya ini
akhirnya berhasil pada 10 Januari 2000, dimana AIDS menjadi salah satu
permasalahan keamanan global (McInnes dan Rushton, 2010: 227).
mengapa Holbrooke terus mendesak agar permasalahan kesehatan ini diangkat
sebagai suatu permasalahan keamanan global adalah karena tidak ada yang dapat
memprediksi pengaruh yang dihasilkan oleh permasalahan ini. Hal ini sesuai
dengan perumpamaan Bill Clinton yang menganggap bahwa isu kesehatan ini
sama dengan “bom waktu”, tidak ada yang tahu kapan akan bereaksi (McInnes
dan Rushton, 2010: 227).
Public Safety Center (PSC) berupa unit kerja sebagai wadah koordinasi untuk
memberikan pelayanan gawat darurat secara cepat, tepat dan cermat bagi
masyarakat. Diselenggarakan 24 jam sehari secara terus menerus. PSC menjadi
bagian utama dari rangkaian kegiatan SPGDT prafasilitas pelayanan kesehatan
yang berfungsi melakukan pelayanan kegawatdaruratan dengan menggunakan
algoritma kegawatdaruratan yang ada dalam sistem aplikasi Call Center 119.PSC
119 Dinas Kesehatan DIY adalah unit pelayanan kesehatann prafasyankes
dibawah aungan Dinas Kesehatan DIY.Personel PSC Dinas Kesehatan DIY terdiri
dari 8 Perawat dan 4 sopir serta mempunyai 2 armada untuk kasus gawat darurat
dan 2 armada untuk kasus bencana

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja konsep health security?
2. Apa saja konsep health accountability?
3. Apa saja konsep public safety centre?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui konsep health security
2. Untuk mengetahui konsep health accountability
3. Untuk mengetahui konsep public safety centre
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemandirian

2.1.1 Pengertian kemandirian


Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh
secara komulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus
belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi
dilingkungan sehingga individu mampu berfikir dan bertindak sendiri(
Mu’tadin, 2002), sedangkan menurut (lie, 2004), Kemandirian merupakan
kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari – hari sesuai
dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya.
Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah
kegiatan yang telah dapat dilakukan oleh seorang anak sendiri tanpa
bantuan orang lain. Anak sudah mampu melakukan pekerjaannya sendiri
dengan baik sesuai dengan tahap perkembangannya.

2.1.2 Bentuk kemandirian berdasarkan usia


Orang tua sudah saatnya mengetahui tentang standart kompetensi
anak, yaitu kompetensi anak sesuai tahapan usia dari berbagai aspek
perkembangan. Hal ini perlu diketahui agar para orang tua mengetahui
kompetensi apa yang sepatutnya dimiliki oleh anaknya. Salah satu
manfaatnya adalah untuk menghindari orang tua menetapkan standart
diatas kemampuan anak sebenarnya
1) Usia 3 – 4 tahun
Bentuk kemandirian p ada anak usia prasekolah ini adalah sikat
gigi sendiri meski belum sempurna, membuka dan memakai pakaian
kaos dan celana berkaret, memakai sepatu berperekat, mandi sendiri
dengan arahan, pipis ditoilet, mencuci tangan tanpa bantuan, menuang
air tanpa tumpah dan minum sendiri dengan gelas tanpa gagang
maupun cangkir bergagang, membereskan mainan usai bermain, buka
tutup pintu baik dengan pegangan yang diputar maupun ditekan
kebawah, anak juga dapat memutar anak kursi.
2) Usia 4 – 6 tahun
Bentuk kemandirian pada usia ini adalah menggunakan pisau untuk
memotong makanan, membuka dan memakai baju berkancing depan,
membuka dan menutup celana beresleting,menalikan sepatu, mandi
sendiri tanpa arahan, cebok setelah buang air kecil/besar, menyisir
rambut.

2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian (Soetjiningsih,


1995)
1) Faktor internal
 faktor emosi ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi
dan tidak terganggunya kebutuhan emosi anak.
 faktor intelektual yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi anak.
2) Faktor eksternal
 Lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapai atau
tidaknya kemandirian anak pra sekolah. Pada usia ini anak
embutuhkan kebebasan untuk bergerak kesana – kemari dan
mempelajari lingkungan.
 Karakteristik sosial mempengaruhi kemandirian anak,
misalnyatingkat kemandirian anak dari keluarga miskin berbeda
dengan anak – anak dari keluarga kaya.
 Anak yang mendapat stimulus terarah dan teratur akan lebihcepat
mandiri dibanding dengan anak yang kurang mendapat stimulasi.
 Pola asuh, anak dapat mandiri dengan diberi kesempatan,
dukungan dan peran orang tua sebagai pengasuh.
 Cinta dan kasih sayang kepada anak hendaknya diberikan
sewajarnya karena jika diberikan berlebihan, anak menjadi kurang
mandiri. Hal ini dapat diatasi bila interaksi dua arah antara orang
tua dan anak berjalan lancar dan baik.
 Kualitas informasi anak dan orang tua yang dipengaruhi
pendidikan orang tua, dengan pendidikan yang baik, informasi
dapat diberikan pada anak karena orang tua dapat menerima
informasi dari luar terutama cara meningkatkan kemandirian anak.
 Status pekerjaan ibu, apabila ibu bekerja diluar rumah untuk
mencari nafkah maka ibu tidak bisa memantau kemandirian anak
sesuai perkembangan usianya. Sedangkan ibu yang tidak bekerja,
ibu dapat memantau langsung kemandirian anak dan bisa
memandirikan anaknya.

2.2 Personal Hygiene


Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan
dalam kehidupan sehari – hari karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan
dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu
dan kebiasaan. Hal yang sangat berpengaruh itu diantaranya kebudayaan, sosial,
keluarga, pendidikan dan persepsi orang terhadap kesehatan, serta tingkat
perkembangan.

2.2.1 Pengertian Personal Hygiene


Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal
yang artinya peroranagan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan
perorangan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahtaraan fisik dan psikis
(Tarwoto dan Wartonah, 2004). Personal hygiene merupakan perawatan
diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara
fisik maupun psikologis (Aziz Alimul H, 2006).
Definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa personal hygiene
merupakan kegiatan atau tindakan membersihkan seluruh anggota tubuh
yang bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang.
2.2.2 Macam – Macam Tindakan Personal Hygiene
2.2.2.1 Berdasarkan tempat (Perry & Potter, 2005)
1) Perawatan kulit
Kotoran dan tumpukan sel-sel kulit mati yang menyumbat
di pori – pori dapat menyebabkan kulit tampak kusam, apabila
kotoran dan sel – sel kulit mati tersebut tidak dibersihkan, maka
akan bertambah tebal sehingga menganggu penyerapan vitamin &
nutrisi bagi kulit, Oleh sebab itu menjaga kebersihan kulit
merupakan hal yang paling utama. Mandi atau merawat kulit
merupakan bagian keperawatan hygiene total. Mandi dapat
membersihkan kotoran dan sel – sel kulit mati yang menempel di
tubuh.
2) Perawatan rambut
Kebersihan rambut membantu lancarnya sirkulasi darah
pada kulit kepala. Rambut yang bersih juga membantu mengurangi
stres dan membantu jaringan metabolisme agar tetap tumbuh dan
berkembang secara normal. Berdasarkan penelitian diketahui
bahwa rambut atau bulu bisa mengandung bakteri, ini sangat
penting bagi perawat yang merawat pasien yang lemah dengan luka
terbuka dan mereka yang tugas diruang persalinan. (Depkes RI,
1989).
3) Perawatan telinga dan Hidung
Perawatan telinga merupakan suatu tidakan yang dilakukan
untuk menghilangkan kotoran - kotoran yang menempel pada
bagian disekitar telinga. Adapun karakter kotoran pada telinga ada
2 yaitu kotoran yang bertekstur lembek dan kotoran bertekstur
keras. Pada kotoran yang bertekstur keras lebih beresiko dari pada
yang lembek.
Hidung sebagai salah satu dari pancaindra yaitu sebagai
indra penciuman. Kebersihan hidung perlu dijaga agar tetap
berfungsi dengan baik (tidak mampet) dan tetap memiliki daya
penciuman yang baik.Telinga sebagai salah satu dari pancaindera
yaitu indra pendengaran. Telinga perlu dijaga kebersihannya agar
tetap memiliki daya dengar yang baik.

4) Perawatan mulut dan gigi


Suatu tindakan membersihkan bagian mulut seperti rongga
mulut, gigi dan lidah untuk mempertahankan agar mulut tetap
bersih dan sehat. Tujuannya yaitu supaya mulut & gigi tetap bersih
& tidak bau, membersihkan sisa makanan, mencegah infeksi pada
mulut serta memberikan perasaan segar.
Menjaga kebersihan mulut dan gigi dapat dilakukan dengan
melalui berbagai cara. Menghindari kebiasaan buruk seperti
menggigit-gigit sesuatu tanpa sadar (menggigit-gigit jari/ kuku,
pensil, mengerut-ngerutkan gigi dan lain-lain), serta menghindari
bernafas melalui mulut. Menjaga kebersihan mulut dan gigi
dilakukan dengan menggosok gigi dengan air bersih atau matang
dengan sikat gigi dan pakai pasta atau odol secara teratur setiap
selesai makan dan pada waktu akan tidur.
Kebersihan mulut dan gigi yang kurang akan menimbulkan
adanya bakteribakteri yang akan mempermudah terjadinya
peradangan pada gusi, gigi berlubang, dan bau mulut yang tidak
sedap.
5) Perawatan kuku kaki dan tangan
Perawatan kuku kaki dan kuku tangan sering kali
memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau dan
cidera pada jaringan. Perawatan kuku kaki dan tangan atau biasa
disebut dengan menicure pedicure dapat digabungkan selama
mandi / pada waktu yang terpisah.
Menjaga kebersihan tangan, kuku dan kaki merupakan salah
satu aspek penting dalam mempertahankan kesehatan badan
perorangan.Oleh karena itu, tangan, kuku dan kaki harus dijaga
kebersihannya.Kuman penyakit dapat terbawa melalui tangan,
kuku dan kaki yang kotor.Tangan, kaki dan kuku yang kotor
membawa bibit penyakit.Bibit penyakit dan telur cacing yang
mungkin ada dalam tangan atau kuku yang kotor ikut tertelan dan
masuk ke dalam tubuh.
6) Perawatan genetalia
Suatu tindakan membersihkan bagian genetalia. Hal ini
dilakukan untuk mencegah dari infeksi ataupun jamur yang
menempel pada bagian genetalia.

2.2.3 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene


1) Citra tubuh
Penampilan umum seseorang dapat menggambarkan pentingnya
hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif
seseorang tentang penampilan fisiknya (Perry dan Potter, 2002).
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena ada perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya (tarwoto dan Wartonah, 2004).

1) Praktik sosial
Kelompok – kelompok sosial dapat mempengaruhi praktek hygiene
pribadi. Selama masa kanak – kanak, anak – anak mendapatkan praktik
hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang
dirumah, dan ketersediaan air panas atau air mengalir merupakan beberapa
faktor yang mempengaruhi perawatan kebersihan (Perry dan Potter, 2002).
Pada anak – anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene (Tarwoto dan
Wartonah, 2004).
2) Status sosial ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat
praktik kebersihan yang digunakan (Perry dan Potter,2002). Personal
hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
sampo, alat – alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya (Tarwoto dan Wartonah,2004).
3) Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktik hygiene, karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien penderita diabetus militus ia harus selalu menjaga kebersihan
kakinya (Tarwoto & Wartonah, 2004).
4) Variabel kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan
hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik
perawatan diri yang berbeda. Di sebagian masyarakat, apabila individu
sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.
5) Kebiasaan seseorang
Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi, bercukur dan
melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri, seperti
penggunaan sabun, sampo dll (Tarwoto & Wartonah, 2004).
6) Kondisi fisik
Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya (Perry & Potter, 2002).

2.2.4 Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene (Tarwoto &
Wartonah, 2004).
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpelihara kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
1) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.

2.3 Anak Usia Prasekolah


Anak usia prasekolah adalah anak yang berada pada rentang usia 3-6 tahun
(Wong, 2003). Anak usia prasekolah mempunyai beberapa karakteristik
perkembangan diantaranya :

2.3.1 Perkembangan Fisik


Pada perkembangan motorik kasar, diawali dengan kemampuan
untuk berdiri dengan1 kaki, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan
tumit, membuat posisi merangkak, dan berjalan dengan
bantuan.Perkembangan motorik halus ditandai dengan mulai memiliki
kemampuan menggoyangkanjari-jari kaki, mampu menjepit benda,
menggunakan tangannya untuk bermain, makan sendiri, menggunakan
sendok dengan bantuan, makan dengan jari, dan membuat coretan diatas
kertas.

2.3.2 Perkembangan Kognitif


Prasekolah terus untuk menguasai tahap pemikiran praoperasional.
Tahap pertama dari periode ini, dikenal sebagaipemikiran pra konseptual
(usia 2 sampai 4 tahun), ditandai denganpemikiran perseptual yang
terbatas, dimana anak-anak menilai orang,benda, dan kejadian dari
penampilan luar mereka atau apa yangtampaknya terjadi.

2.3.3 Perkembangan Psikososial


Dunia prasekolah meluas diluar keluarga.Mereka mulai
beradadalam lingkungan tetangga dimana anak-anak bertemu dengan
anak-anak lain dan orang dewasa.Keingintahuan pada anak prasekolah
tersebut dan inisiatif yangberkembang mengarah pada eksplorasi aktif
terhadap lingkungan,perkembangan keterampilan baru, dan membuat
teman baru.Prasekolah memiliki kelebihan energi yang membolehkan
merekauntuk merencanakan dan mencoba banyak kegiatan yang
mungkinberada diluar kemampuan mereka.Menurut Erikson (1963) tahap
perkembangan psikososial anak pada Masa prasekolah ditandai adanya
kecenderungan initiative – guilty.
Pada tahap ini anak mempunyai Kemampuan untuk melakukan
partisipasi dalam berbagai kegiatan fisik dan mampu mengambil inisiatif
untuk suatu tindakan yang akan dilakukan.Apabila pada tahap ini anak
diberi kebebasan untuk menjelajahi dan bereksperimen dalam
lingkungannya, dan apabila orang tua dan guru memberikan waktu untuk
menjawab pertanyaan anak, maka anak cenderung akan lebih banyak
mempunyai inisiatif dalam menghadapi masalah yang ada di sekitarnya.
Sebaliknya apabila anak selalu dihalangi keinginannya, anak beranggapan
apa saja yang dilakukan tidak ada artinya, maka anak akan selalu merasa
bersalah.

2.3.4.Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yangsangat
penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan.Beberapa
pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasiperkembangan
individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) :
1) Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya
danmemperoleh perasaan senang.
2) Anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan –
bulanpertama dalam kehidupannya, kekondisi yang
independent.Anakdapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan
dapatberbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjangperasaan
perkembangan rasa percaya diri.
3) Anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Perkembanagan
motorik sangat penting bagi perkembanbangan kepribadian anak.
2.4 Kerangka Konseptual

Anak Usia Prasekolah

Tugas Perkembangan Anak


Usia Prasekolah

Kemandirian Dalam Personal Kurang Mandiri


Hygiene:

 Cuci tangan

 Kebersihan rambut Cukup Mandiri

 Toileting

 Kebersihan kulit
Mandiri
 Mandi

 Gosok gigi

Keterangan :
: Diteliti : Berhubungan, Diteliti

: Tidak Diteliti : Berhubungan, Tidak Diteliti


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang desain penelitian, populasi dan sampel, lokasi penelitian,
waktu penelitian, variabel dan definisi operasional, pengumpulan dan
pengolahanm data serta etika penelitian.

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
Peneliti ingin menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi
(Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif
yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara sistematis dan akurat suatu
situasi atau area populasi tertentu yang bersifat factual dari variabel (kemandirian
personal hygiene). Rancangan ini diginakan untuk mendeskripsikan kemandirian
personal hygiene di setiap populasi yaitu anak usia 3 – 6 tahun. Hal ini berarti
bahwa pengumpulan data hanya dilakukan satu kali pada masing-masing
responden (Setiadi, 2007).

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi Penelitian


Populasi adalah sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang
ditentukan peneliti (Siswojo dalam Setiadi, 2007). Populasi yang diambil dalam
penelitian ini adalah seluruh anak usia prasekolah yang berusia antara 3-6 tahun
dan bersekolah di beberapa TK Aisyah Bandar Lampung sebanyak 25 orang.

3.2.2 Sampel Penelitian


Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Besar
sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel (Setiadi, 2007). Untuk
menentukan sampel digunakan teknik sampling yaitu Probability sampling. Hal
ini dilakukan dengan cara memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel .(Notoatmodjo, 2010).
Sampel penelitian yang dipakai adalah 25 anak usia 3 – 6 tahun di TK Aisyah
Bandar Lampung

3.2.3 Kriteria Subyek Penelitian


Adapun kriteria subyek penelitian yang diperlukan terdiri dari kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi
3.2.3.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo,2010).
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain
1. Ibu atau wali yang anaknya bersekolah di beberapa TK Aisyah yang berusia 3-
6tahun
2. Ibu atau wali yang bersedia menjadi responden
3. Ibu atau wali yang tinggal dalam satu rumah.
3.2.3.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
sebagai sampel (Notoadmodjo, 2010). Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian
ini:
1. Ibu atau wali dan anak dalam keadaan cacat, kelemahan mental, dan fisik.

3.3 Variabel dan definisi operasional

3.3.1 Variable
variable penelitian adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan
titik acuan penelitian.
Pada penelitian ini ada satu variabel penelitian yaitu kemandirian personal
hygiene.
3.3.2 Definisi operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan yang dibuat oleh peneliti
tentang variable penelitian.
Definisi operasional dari kemandirian personal hygiene adalah Kemampuan anak
dalam melakukan aktivitas dan menjaga kebersihan sesuai dengan tahap tumbuh
kembangnya tanpa adanya bantuan dari orang lain selama di sekolah

Variabel Definisi Indikator Alat Skala Hasil


Operasional Ukur

Dependen, Kemampuan  Membiasaka Kuesioner Ordinal - skor 1 – 13


Kemandirian anak dalam n cuci Kurang Mandiri
personal melakukan tangan - skor 14 – 27
hygiene aktivitas dan sebelum dan Cukup Mandiri
menjaga sesudah - skor 27— 40
kebersihan makan Mandiri
sesuai dengan  Rambut
tahap tumbuh terlihat rapi
kembangnya dan bersih
tanpa adanya  Toileting
bantuan dari tanpa
orang lain bantuan
selama di  Kulit bersih
sekolah dan tidak
bersisik
 Mandi
 Gigi terlihat
bersih

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di TK Aisyah Bandar Lampung
Penelitian ini dilakukan pada bulan September-oktober 2020
3.9 Pengumpulan Data
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner.
Kuesioner adalah pengumpulan data secara formal untuk menjawab
pertanyaan tertulis. yang semua pertanyaan dijawab sendiri dengan bimbingan
peneliti dengan cara √ atau X pada kolom yang sudah disediakan. Jumlah soal
kuesioner ada 20 soal dan bagian awal instrument berisi karakteristik
responden yaitu nama ibu, nama anak, umur anak, dan jenis kelamin anak.
Dan 20 soal kuesioner tersebut berisi sesuai dengan parameter yaitu
Membiasakan cuci tangan sebelum dan sesudah makan, Rambut terlihat rapi
dan bersih, Toileting tanpa bantuan, Kulit bersih dan tidak bersisik, Mandi,
dan Gigi terlihat bersih.
Pertanyaan-pertanyaan ini memiliki tiga skala jawaban. Nilai jawaban
tidak diberi skor 0, kadang-kadang diberi skor 1, dan selalu diberi skor 2.
Semua hasil penelitian tersebut kemudian dikategorikan menjadi kurang
mandiri, cukup mandiri, dan mandiri. Pengkategorian tersebut dibagi
berdasarkan pengkategorian jenjang (ordinal), yaitu menempatkan variabel ke
dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu
kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2003).

3.10 Pengolahan Data

3.6.1 Editing
Editing merupakan pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah diisi oleh
responden. Pemeriksaan daftar pertanyaan ini dapat berupa kelengkapan
jawaban, keterbacaan tulisan dan relevansi jawaban dari responden (Setiadi,
2007). Dalam penelitian ini proses editing akan dilakukan oleh peneliti
sendiri.
3.6.2 Coding
Coding merupakan pengklasifikasian jawaban-jawaban dari responden
dalam suatu kategori tertentu (Setiadi, 2007). Pemberian coding pada
penelitian ini meliputi:
Variabel kemandirian personal hygiene dengan kategori sebagai berikut :
- skor 1 – 13 Kurang Mandiri
- skor 14 – 27 Cukup Mandiri
- skor 27— 40 Mandiri

3.6.3 Cleaning
Cleaning merupakan teknik pembersihan data, data-data yang tidak sesuai
dengan kebutuhan akan terhapus (Setiadi, 2007). Pembersihan data dilakukan
setelah semua data berhasil dimasukkan ke dalam tabel dengan mengecek
kembali apakah data telah benar atau tidak.

3.11 Penyajian Data


Data yang diperoleh dari data kuesioner diolah dan didapatkan hasil
berupa skor. Dari hasil skor tersebut disajikan dalam bentuk table dan
kemudian dijadikan sebagai nafratif dan dideskriftifkan.
3.12 Etika Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti perlu mendapat rekomendasi dari
institusinya dengan mengajukan permohonan ijin kepada institusi/ lembaga
tempat penelitian. Setelah ada persetujuan maka dilakukanlah penelitian
dengan menekankan masalah etika meliputi :

3.12.1 Informed consent


Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti dan
memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian bila subjek menolak
maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.
Sebelum penelitian di mulai, peneliti menjelaskan mengenai tujuan dan
manfaat dari penelitian yang akan dilakukan. Bila responden setuju setelah
diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian ini, responden di minta untuk
menandatangani surat persetujuan responden. Kemudian peneliti menjelaskan
tentang pengisian kuesioner.

3.12.2 Anonimity (tanpa nama)


Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak mencantumkan
nama subjek pada lembar pengumpulan data (quesioner), yang diisi oleh
subjek pada lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.

3.8.3 Confidentially ( kerahasiaan )


Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Health security sendiri dapat diartikan sebagai suatu konsep keamanan yang
meletakkan isu kesehatan sebagai suatu aspek yang mempengaruhi keamanan
(Chiu et al., 2009: 679). Proses diangkatnya permasalahan kesehatan ini menjadi
suatu hal yang perlu diperhatikan oleh masyarakat global tidak melalui proses
yang mudah.
Public Safety Center (PSC) berupa unit kerja sebagai wadah koordinasi untuk
memberikan pelayanan gawat darurat secara cepat, tepat dan cermat bagi
masyarakat. Diselenggarakan 24 jam sehari secara terus menerus.

4.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah
pengetahuan tentang Konsep health security, Konsep health accountability,
Public safety centre. Diharapkan bagi pembaca bisa memberikan kritik dan
saran untuk dapat menjadikan kami lebih baik dalam penulisan penulisan
makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :


Rineka Cipta.

Ayuningsih, Diah. 2009. Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta :Pustaka


Media.

Azis, Alimul, H.2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba


Medika

Budiarto, Eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC

Hidayat, A. A. 2004. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba


Medika

Hurlock, Elizabeth B. 1996. Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi 6. Jakarta:


Erlangga

Kannisius. 2006. Membuat Prioritas,Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta: Pustaka


Media.

Lie, A & Prasati S. 2004. 101 Cara Membina Kemandirian Dan Tanggung Jawab
Anak. Jakarta : Elex Media Computindo

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Soetjiningsih, 2002. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Tarwoto & Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai