Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PBL BLOK 7 SKENARIO 2

KELOMPOK 9

DK1 : Senin, 27 Februari 2017

DK2 : Kamis, 2 Maret 2017

FASILITATOR PBL : drg. Faidah, Sp.KG

Ketua : Muhammad Taufik 155070407111023


Sekretaris : Salsabila Shelvie W 155070401111020
Anggota : Syafrizal Aji P 155070400111009
Siti Aisa 155070400111011
Ega Calvina P 155070400111017
Chofifatu Rizki R 155070400111036
Uswatun Khasanah 155070401111020
Wahidatul Amalia F 155070401111023
Syifa Aziza 155070407111004
Trishinta Melati I 155070407111022
Dina Azhar S 155070407111034

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017
BAB I
SKENARIO

Seorang laki – laki 40 tahun dating ke dokter gigi dengan keluhan gusinya memebesar
sehingga mulai menggangu jika makan. Dari anamnesis diketahui bahwa pembesaran
dirasakn sejak satu tahun yang lalu dan belum pernah diobati. Penderita rutin meminum
obat yang berkaitan denga penyakit epilepsy yang dideritanya. Ppada pemeriksaan intra
oral: gingival membesar, kemerahan, oedem, mudah berdarah, ada pseudo pcket
dibeberapa region, tidak ada kegoyangan pada gigi, Oral Hygen sedang, tumpatan
amalgam pada gigi 36 dan gingival bagian labial gigi 36 berwarna kehitaman. Dokter
merujuk pasien untuk melakukan pemeriksaan HPA untuk menegakkan
diagnosis,kemudian menentukan rencana terapi dan keberhasilan perawatan untuk pasien
tersebut
BAB II

KATA SULIT DAN KATA KUNCI

A. Kata Sulit

Epilepsy: suatu kelainan yang ditandai dengan kejang kambuhan dari obat tubuh yang
konfulsif dan hilangnya kesadaran

B. Kata Kunci

- Gusi membesar
- Obat penyakit Epilepsy
- Pemeriksaan Intra Oral ( Gejala inflamasi, pseudo pocket, tidak ada kegoyangan,
OH sedang, ada restorasi amalgam, gingival berwarna kehitaman)
- Pemeriksaan HPA
- Perawatan
BAB III

IDENTIFIKASI MASALAH

Problem Listing

1. Mengapa Gusi pasien tersebut membesar?


2. Apakah ada kaitannya pasien meminum epilepsy dengan pembesaran gingival, dan
adakah kaitannya dengan penyakit Epilepsy?
3. Apakah ada factor lain pembesaran gingival selain pada scenario tersebut?
4. Mengapa hanya ada beberapa Pseudopocket pada regio gigi pasien tersebut?
5. Mengapa pada gingival bagian labial gigi 36 berwarna kehitam?
6. Apakah ada hubungannya tumpatan amalgam dengan gingival berwara hitam?
7. Mengapa ada Pseudo pocket namun tak ada kegoyangan?
8. Apakah tujuan dilakukan pemeriksaan HPA?
9. Dari gejala – gejala yang ada, apakah diagnosanya?
10. Apakah rencana perawatan yang akan dilakukan dokter gigi tersebut?
11. Kriteria apa yang menentukan perawatan tersebut berhasil?

Brainstorming

1. Karena pasien tersebut mengidap epilepsy dan mengkonsumsi obat epilepsy secara
kontinu
2. Iya ada kaitannya karena obat epilepsy mengandung antikonvulsan. Kaitannyadengan
penyakit epilepsy tidak ada pengaruhnya.
3. Ada, Kebersihan OH, Salah menyikat gigi (trauma),Hormonal
4. Karena pemebersihan gigi disetiap region pada gigi berbeda tingkat kesulitannya
5. Karena restorasi amalgam , kemungkinan restorasinya tidak rapat dan terjadi karies
sekunder
6. Bakteri pada karies mengeluarkan pigmen – pigmen menyebabkan gingival lebih hitam
7. Karena adanya pembesaran pada daerah marginal gingival dan tidak ada Loss of
attachment
8. Untuk menunjang diagnose dan menentukan perawatan
9. Gingivitis  disebabkan adanya pembesaran Gingiva
10. Gingivektomy
11. Tidak ada tanda – tanda keradangan, gingival kembali normal
BAB IV

HIPOTESIS

Pasien Epilepsy

Rutin minum obat


Epilepsy
Gingival
Enlargement

Gejala Inflamasi

Pemeriksaan Intra OH sedang


Oral
Tidak ada kegoyangan

Ada pseudopocket

Pemeriksaan HPA

Gingivitis

Gingivektomy
BAB V

LEARNING ISSUES

1. Gingival Enlargement

a. Definisi

b. Klasifikasi

- Definisi
- Etiologi
- Gambaran klinis
- Pemeriksaan HPA
- Patogenesis
- Differential Diagnosis
- Rencana Perawatan
c. Derajat Keparahan
2. Gingival disease modified by systemic, medikamen, and malnutrisi
a. Definisi
b. Etiologi
c. Gambaran Klinis
d. Pemeriksaan HPA
e. Pathogenesis
f. Differential Diagnosis
g. Rencana Perawatan
3. Pigmentasi Gingiva
a. Definisi
b. Fisiologi
c. Gambaran Klinis
d. Pathogenesis
e. Pemeriksaan HPA
f. Perawatan
BAB VI

LEARNING OUTCOME

1. Gingival Enlargemen

a. Definisi
Merupakan peningkatan ukuran dari gingiva yang merupakan ciri umum dari
adanya suatu penyakit.
a. Localized : pada satu gigi atau beberapa gigi (satu regio)
b. Generalized : pada gingiva seluruh mulut
c. Marginal : pada marginal gingiva
d. Papillary : pada papillary gingiva
e. Diffuse : pada marginal, attached, dan papillary gingiva
f. Discrete : terisolasi atau pedurculated, pembesaran seperti tumor
b. Klasifikasi
Types of gingival enlargement
1. Inflammatory enlargement
a. Chronic
b. Acute
2. Drug-induced enlargement
3. Enlargement causes systemic factor
a. Conditiones Enlargement ( pregnancy, Puberty, Deficiency Vit C, Plasma
cell gingivitis, Non Spesific conditioned enlargement )
b. Systemic disease ( Leukimia, Anemia)
4. Idiopathic gingival enlargement
5. Neoplastic enlargement
a. Benign tumors
b. Malignant tumors
6. False enlargement
1) Inflammatory enlargement

- Definisi

Pembesaran gingiva bisa dihasilkan dari perubahan inflamasi kronis atau

akut. Perubahan kronis lebih banyak terjadi. Pembesaran inflamasi biasanya

adalah komplikasi sekunder dari banyak tipe-tipe pembesaran, dan

dikombinasikan dengan oembesaran gingiva.

a. Chronic gingival enlargement

Etiologi

Pembesaran gingiva radang kronis disebabkan oleh terpaan yang

berlangsung lama pada plak gigi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

akumulasi dan penyimpanan plak termasuk kesehatan mulut yang rendah,

hubungan yang tidak normal pada gigi yang bersebelahan dan gigi yang

berseberangan, hilangnya fungsi gigi, lubang pada tekuk gigi, batas yang

sangat renggang pada restorasi gigi, restorasi gigi berkontur tidak baik atau

pontic, iritasi dari jepitan atau wilayah saddles dari prostesa yang

terkelupas, gangguan suara sengau, terapi orthodontik yang melibatkan

reposisi pada gigi, dan kebiasaan seperti menyikat gigi dan penekanan

lidah melawan gingiva.

Perubahan Gingiva yang berkaitan dengan Pernapasan Mulut.(Mouth

Breather). Pembesaran gingiva dan radang gingiva selalu tampak pada

mereka yang bernapas menggunakan mulut. Gingiva terlihat merah dan

edematous, dengan sebuah permukaan yang tersebar mengkilat pada

wilayah permukaan. Wilayah anterior maxillary merupakan lokasi umum

dari perubahan gingiva ini. Pada banyak kasus gingiva yang berubah ini

secara jelas dibatasi dari gingiva normal tak terekspos yang berdekatan.
Cara yang pasti di mana pernapasan mulut mempengaruhi perubahan

gingiva tidak dapat ditunjukkan. Efek yang merusak secara umum

ditambahkan dari iritasi dari dehidrasi permukaan.

Klasifikasi

Localized dan Generalized Discrete/Tumor Like

- Tidak nyeri, waktu lambat - Tidak nyeri, tumbuh lambat

- Membesar pada permukaan - Membesar berdistribusi Diffuse

gingiva. (Localized: Papila ( margin gingiva, interdental

interdental, Generalized: dan attached gingiva)

Margin gingva)

- Bila terjadi Komplikasi akan - Jika Tumbuh ulser maka akan

terasa sakit terasa sakit

Gambaran Klinis

Pembesaran gingiva radang kronis berasal dari pembengkakan kecil pada

papilla interdental atau gingiva marginal. Pada tahap awal, menghasilkan

penonjolan di sekeliling gigi yang terlibat. Tonjolan ini meningkat dalam ukuran

sampai menutupi bagian dari mahkota. Pembesaran ini secara umum bersifat

papillary atau marginal dan terlokalisasi atau bersifat umum. Perkembangannya

sangat lambat dan tanpa sakit kecuali ditambah dengan infeksi atau trauma yang

akut.

Pembesaran radang gingiva yang kronis sebagai sebuah sessile yang

berbeda sendiri atau massa pedunculated yang menyerupai tumor.

Pembesaran ini mungkin terdapat pada interpoximal atau gingiva marginal

atau perlekatan gingiva. Luka ini lambat untuk tumbuh dan biasanya tanpa
rasa nyeri. Pembesaran bisa secara spontan berkurang dalam ukuran,

diikuti dengan pembusukan dan kemudian membesar kembali.

Pembusukan dengan rasa sakit kadang-kadang terjadi pada lipatan di

antara massa dan batasan gingiva.

Histopatology

Pembesaran gingiva radang kronis menunjukkan sifat eksudatif dan

proliferatif pada peradangan kronis. Luka yang secara klinis berwarna

merah gelap atau merah kebiru-biruan, bersifat lunak dan rapuh dengan

permukaan berkilauan yang lembut, dan mudah berdarah yang memiliki

sel radang yang melimpah dan mengalir dengan penelanan pembuluh

darah, dan berkaitan dengan perubahan degeneratif. Luka yang relatif

keras, leathery, dan berwarna merah muda memiliki komponen serat yang

lebih besar, dengan melimpahnya fibroblast dan serat kolagen.

Differential Diagnosis
Seperti tumor, karena pertumbuha yang lambat dan tidak nyeri, massa
padat.
Perawatan

Bila terjadi edema dan infiltrasi selular, perawatan dilakukan dengan

scaling dan root planning. Jika terdapat komponen fibrotic yang tetap ada

setelah perawatn scalling dan root planning, sebaiknya dilakukan surgical

removal. Apabila terjadi pelebaran gingival yang bersifat soft and friable

setelah scalling dan root planning, dilakukan gingivectomy. Dan bila

terdapat tumor like inflammatory enlargement dianjurkan gingivectomy.

b. Acute Gingival Enlargement

Etiologi

Dari bakteri yang masuk kedalam jaringan ketika ada benda asing sperti

bulu sikat gigi, atau duri ikan atau benda lain yang tertanam di gingival.

Gejala Klinis

Lesi terasa sakit dan berkembang dengan cepat. Pada waktu 24-48 jam lesi

akan menjadi fluktuatif purulent sehingga dapat mengluarkan eksudat. Gigi

sekitarnya sensitive terhadap perkusi.

Klasifikasi

Periodontal Abses
Gingiva Abses
Lokasi Pembengkakan local Biasanya mempengaruhi
yang mengenai margin periodontal struktur
dan intedental gingiva bagian dalam, termasuk
pket dalam, furkasi, serta
kerusakan tulang vertical
dan diluar mukojuntion
gingiva

Etiologi Impaksi benda asing Poket periodontal terkait


pada daerah gingival perusakan oleh penyakit
sehat periodontitis
Gambrn Klinis Gingiva menjadi lebih Terkait dengan poket
merah, oedem dan sangat periodontal supraboni
sakit apabila terkena dan infraboni, Gigi terasa
benda asing yang masuk memanjang dan goyang,
ke gingival Rasa sakit local dan
pasien dapat
mengidentifikasi daerah
gigi mana yang terlibat,
dapat mengenai gigi vital
maupun non vita,
kadangkala muncul
fistula

Radiology Tidak kehilangan Ada kehilangan struktur


struktur tulang gigi dan radiolucensi
sepanjang darah lateeeral
dari akar gigi

Pericoronal Abses
Periapikal Abses
Lokasi Biasanya terjadi dekat Pada gigi yang erupsi
akar gigi, mucogingiva tidak sempurna (impaksi)
junction dan alveolar
mucus
Etiologi Disebabkan dental karies Disebabkan oleh plak,
melibatkan pulapa dan sehingga dapat terjadi
meluas kea rah periapikal pericoronitis

Gambrn Klinis - Karies yang dalam - Berwarna lebih


dengan gigi non vital merah, terjadi
- Dapat ditemukan erithema,
poket ataupun dapat pembengkakan dan
ditemukan sangat sakit
- Perkusi pada gigi - Gingival terlihat
sensitive terangkat diatas gigi
- Rasa sakit tidak yang gagal erupsi
teridentifikasi - Pengunyahan dan
sakitnya oklusi terganggu
- Kadang timbul sinus
tract
Radiology Tidak kehilangan Gigi Impaksi
struktur tulang, lusensi
pada periapikal terlihat.

Tabel acute inflammatory Enlargement


Perawatan
Gimgival Abses
1. Apabila factor utama dari abses masih ada maka harus dihilangkan
2. Drainase. menggunakan air garam untuk berkumur – kumur
digunakan setiap 2 hari
3. Apabila lesinya presisten dapat dilakukan tindakan kuretase
dibawah anestesi local
4. Apabila lesi presisten dan ada factor sistemik langkah tepat
diberikan antibiotic
5. Sisa kotoran dalam poket dapat dihilangkan dengan kuretase
gingival / local gingivektomy

2) Drug induced gingival Enlargement

- Definisi
Pembesaran gingival yang diketahui sebagai efek samping dari
penggunaan obat anti-konvulsan, immunodepressan dan Ca Channel
bloker.
- Etiology
a. Anti-Konvulsan
Obat pertama yang menyebabkan gingival membesar adalah
phenitoin ( dilantin ) derivate dari hydantonin yang berfungsi untuk
mengobati penyakit epilepsy. Jenis hydantonin yang juga dapat
menyebabkan pembesaran antara lain: etothoin (paganon),
mephenitoin (mesantoin). Anti konvulsan lain, sucanimides
(etosuximade), medsuximede (celontin), valproidacid (depakenel).
Hamper kurang lebih 50% pasien mengalami pembesaran gingival,
dan lebih banyak terjadi pada pasien muda. Kejadian keparahan tidak
bergantung pada dosis obat antikonvulsan yang diberikan.
Patogenesis sementara. Phenitoin menstimulasi poliferasi sel
fibroblast like sell dan ephitelium, dan juga phenitoin menginduksi
penurunan degradasi kolagen sehingga terjadi produksi fibroblamic
kolagenase yang inaktif menyebabkan gingival enlargement(Hassel).
Phenitoin
b. Immunosupressan
Cyclosporine adalah agent immunosuppresif yang kuat untuk
mencegah penolakan organ transplantasi dan untuk penyakit
autoimunn. Mekanisme kerjanya belum diketahui dengan
pasti.Pembesaran gigngiva terjadi sekitar 25%-70% pasien terutama
anak-anak.
Patogenesis. Gingival enlargement yang disebabkan oleh
cyclosporine, lebih tervaskularisasi daripada yang disebabkan oleh
phenytoin. Perannya lebih dihubungkan pada konsentrasi plasma
daripada status periodontal pasien. Temuan mikroskopis dari
banyaknya sel plasma dan kemunculan substansi ekstraselular
berlebih menunjukkan bahwa enlargement tersebut merupakan respon
hipersensitivitas terhadap cyclosporin.

A. Mild involved particulary in the papillae,


B. B. Advance generalized enlargement
c. Calsium chanel blocker
Obat yang biasanya digunakan untuk pasien hipertensi ( tekanan
darah tinggi), angina pectoris ( sesak nafas/ nyeri dada akibat
kekurangan pasokan darah ), coronary arterya spasm( tiba – tiba
kehilangan kesadaran),cardiac arhytemias.
Jenis obat yang biasa digunakan:
1. Derivate dihydripiridine: amplodipine, felodipine, nifedipine
2. Benzotiadine derifates:deliazent, cardizent
3. Fenilakylamine derivates: Calan, Isoptin, Verelan, Covera HS
Patogenesis. Ion kalsium dihambat melewati membran sel otot
jantung dan otot polos. Lalu terjadi vaskularisasi peripheral sehingga
mengurangi hipertensi dan terjadi inflamasi.

- Differential Diagnosis: Idiopatic enlargement

- Perawatan Drugs Induced Gingival Enlargement


Ada tiga pilihan perawatan yang harus disesuaikan tiap-tiap kasusnya,
yakni:

1. Menghentikan pemakaian obat/lebih tepatnya mengganti jenis obat,


karena hampir tidak mungkin menghentikan pemakaian obat yang
nanti justru memperparah keadaan sistemik/pengobatan lain yang
sedang dijalani.

2. Kontrol plak

3. Pendekatan pada tindakan bedah, baik gingivektomi (dengan


keuntungan mudah dan cepat, namun tidak nyaman dan risiko
perdarahan yang tinggi pasca operasi, serta diindikasikan untuk area
kecil yakni 6 gigi dan tidak kehilangan attachment gingiva)

4. Selain itu pendekatan tindakan bedah yang lain yakni operasi flap
yang diindikasikan untuk area yang lebih besar > 6 gigi, terdapat
defek tulang, dan sudah kehilangan attachment gingiva.
3) Enlargement causes systemic factor

Conditioned enlargement

Ada tiga tipe dari conditioned enlargement yaitu hormonal


(oregnancy,puberty), nutritional (Association with vitamin c deficiency)
and allergic.
a. Enlargement in pregnency
Pada masa kehamilan terjadi peningkatan hormone (estrogen dan
progesterone) dimana pada akhir trimester ke 3 keadaannya mencapai
20-30 kali dibandingkan saat pada menstruasi. Perubahan hormone
menyebabkan perubahan permeabilitas vaskuler, menyebabkan oedem
gingival, dan meningkatkan respon terhadap plak. Keparahan
gingivitis meningkat saat kehamilan 8 bulan, dan mulai normal
bertahap pada 2 bulan setelah kehamilan. Penyakit gingival selama
kehamilan dapat dicegah dengan menghilangkan factor local
- Marginal Erlargement:
Terjadi hamper 10 – 70 % dengan dipicu oleh adanya bakteri plak.
Secara klinis terjadi pembesaran biasanya generalized dan
cenderung di daerah interproximal daripada fasial lingual, warna
merah gealp/ keunguan, permukaan mengkilap berdarah secara
spontan atau karena sentuhan ringan.
- Tumor like gingival Enlargement
Tumor kehamilan bukan suatu neoplasma, tetapi merupakan
respon inflamasi terhadap bakteri plak dan midifikasi oleh ondisi
pasien. Biasa muncul setelah 3 bulan kehamilan, tetapi dapat juga
sebelumnya. Secara klinis terlihat seperti tumor ( discrete) bentuk
seperti jamur pada marginal dan interproximal, permukaan
mengkilap, tidak sakit kecuali ada inflamasi dan pengaruh oklusi.

Perawatan Pembesaran Gingiva pada Kehamilan


 Perawatan berupa mengeliminir seluruh factor local yang
mengiritasi.
 Scaling dan kuret dapat dilaukan pada marginal dan interdental
gingiva yang mengalami pembesaran  gingivitis.
 Jika didapatkan pembesaran gingiva yang menyerupai tumor
dapat dilakukan eksisi bedah, scaling, dan root planning pada
permukaan gigi.
 Serta yang lebih penting yakni control plak dan instruksi
peningkatan oral hygiene.
Diagnosa banding : seperti tumor

Diagnosa banding: Seperti tumor


Right(pregnancy), left(Puberty)

b. Enlargement in Puberty
Meningkatnya hormone sex pada masa pubertas berhubungan dengan
meningkatnya prevelensi gingivitis. Pada masa pubertas pada usia
wanita (11-13 tahun) dan laki – laki (13-14 tahun) insiden gingivitis
mencapai puncaknya. Bilamana sudah lewat maka inflamasi akan
reda sendirinya dengan pengontrolan plak yang baik. Secara klinis
terlihat margin gingival dan interdental yang menjadi bulat menonjol.
Hamper sama dengan gingival kronis.

Perawatan Pembesaran Gingiva pada Pubertas (Masa Remaja)


 Berhubung masalah utama dari kasus ini terletak pada oral
hygiene pasien yang buruk maka perawatan berupa scaling dan
kuret, menghilangkan semua factor yang mengiritasi, serta
control plak.

Diagnosa banding : Gingival enlaregement Inflamatory cronis

c. Defisiensi Vit C
Definisi
Disebut juga dengan istilah scurvy, yakni kekurangan vitamin C yang
biasanya mengenai jaringan ikat dan tulang serta menyebabkan
terlambatnya penyembuhan. Manifestasi di rongga mulut berupa
perdarahan gingiva, kegoyangan gigi, dan halistosis
Etiologi
Vitamin C diperlukan untuk produksi kolagen, oleh karena itu
dibutuhkan untuk pertukaran sel dan perbaikan sel normal. Defisiensi
vitamin C secara akut tidak akan menyebabkan pembesaran gingiva
(gingivitis), tapi dapat menyebabkan perdarahan, degenerasi kolagen,
dan edema pada jaringan ikat gingival
Gambaran Klinis
Tampak pada daerah marginal gingiva, berwarna merah kebiruan,
konsistensi lunak dan permukaannya mengkilap, mudah berdarah
(baik secara spontan maupun ada intervensi luar), sehingga nampak
permukaan yang nekrosis dengan daerah pseudomembrane.
Patogenesis
Manifestasi berupa pembesaran gingiva akibat defisiensi vitamin C
(berupa gingivitis) lebih kepada kehadiran plak. Jadi defisiensi
vitamin C dapat menyebabkan modifikasi respon gingiva terhadap
plak  inflamasi yang cukup parah.

d. Plasma Cell Gingivitis

Plasma cell gingivitis berhubungan dengan atypical gingivitis dan


plasma cell gingivostomatitis. Terdiri dari a mild gingival
enlargement dan meluas ke attached gingival. Pada gingival terlihat
merah, gembur, terkadang bergranuloma dan mudah bedarah.
Histopatologis. Pada oral ephitellium terjadi spongiosis dan infiltrasi
dengan sel inflamasi. Tanda kerusakannya, dengan menurunkan
lapisan spinous dan lapisan basal.

e. Nonspecific conditioned enlaregement (Pyogenic Granuoma)

Pyogenic granuloma seperti tumor disertai respon trauma kecil. Lesi


bervariasi, mempunyai spherical, tumorlike dengan pendukulat,
keloidlike enlargement. Pyogenic yang bewarna merah atau ungu
dipengaruhi oleh durasi.

Systemik Of Enlargement Gingival


a. Leukimia
Penyakit maligna yang progresif dari system pembentuka darah dan
ditandai dengan meningkatnya jumlah sel darah putih serta
menurunnya jumlah sel darah merah dan platelet sehingga
menyebaban berwarna merah tua, hipertrofi dan mudah terjadi
pendarahan.
Gambaran Klinis , berdistribusi difus/marginal dan local/general.
Tampak sebagai pembesaran dengan diffuse dari mukosa gingival dan
marginal gingival/sebagai massa discrete seperti tumor pada
interproximal, berwarna merah kebiruan/permukaan mengkilap,
konsistensi padat tetapi rapuh dan berdarah ( spontan/sentuhan ringan)
dan kerusakan tulang alveolar.

Leukimia akut  gingiva lunak, berwarna merah gelap dan bengkak,


sangat besar sehingga gigi tertutup gingiva, perdarahan spontan.
Kerusakan periodontal berlangsung cepat disertai kerusakan tulang
alveolar yang menyebabkan gigi goyang.
Perawatan Pembesaran Gingiva Akibat Leukemia
 Konsultasi dengan hematologis (dr. Sp.PK) sebelum
memberikan perawatan periodontal

 Tindakan yang cukup rasional, yakni menghilangkan factor


iritan local (plak dan kalkulus) untuk mengontrol komponen
inflamatori dari pembesaran gingiva yang terjadi  scalling
dan root planning.

 Langkah awal dari perawatan terhadap kasus ini yakni,


membersihkan akumulasi debris dsb dg cotton pellet, scaling
ringan/di permukaan, instruksi control plak dan peningkatan
oral hygiene, kumur dengan chlorhexidine.

 Dapat pula memberikan antibiotic untuk mereduksi risiko


infeksi.

b. Granulomatus Disease
Wegener’s grnulomatosis adalah penyakit yang ditandai denan acute
granulomayous necrotizing lesion dari system pernapasan yang
melibatkan nasal dan oral.Menyebabkan oral mucosal ulceration,
gingival enlargement, abnormal tooth mobility, exfoliation of teeth,
dan delayed healing response
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi berkaitan dengan immunologically
mediated tissue injury.
Gambaran klinis, papilla berwarna merah keunguan dan mudah
berdarah.
Pemeriksaan HPA. Banyaknya giant sell yang ditemukan mikroabses
yang dilapisi sel epithel yang tipis dan acantoxid.

4) Neoplastic Enlargement ( Gingival Tumor)

a. Benign tumor

- Fibroma

Fibroma yang dibentuk dari jaringan gingival atau dari jaringan


periodontal ligament. Pertumbuhannya lambat, dan berbentuk
benjolan-benjolan. Fibroma menyusun bentuk pada kolagen fiber
dengan menyebar pada fibrocytes dan vascular.

- Papiloma
Proliferasi benign dengan permukaan epitellium pada Human
Papilloma Mavirus (HPV). Bentuk papilloma tampak keras dan
discrete atau melebar dengan permukaan tidak rata. Histopatologis
Lesi papilloma membagi atas tingkatan skuamos epitellium, yang
sering hyperkeratotic, dengan pusat inti jaringan fibrovascular.

- Peripheal Giant Cell Granuloma


Lesi pada gingival interdental atau dari gingival margin, sering
terjadi pada permukaan labial, dan bisa sessile atau pendukulat.
Mempunyai bentuk yang jelas sampai tidak beraturan, lunak.
Terdapat uleserasi pada margin, berwarna merah gelap atau
keunguan, dan tidak sakit. Histopatologis Lesi ini terdapat pada
rahang dan memproduksi kavitas sentral. Granuloma ini
menyebabkan deformasi rahang dan menyebabkan gingival tampak
membesar.

- Central Giant Cell Granuloma


Lesi berkembang didalam tulang rahang menyebabkan terjadinya
kavitas sentral. Menimbulkan deformitas pada tulang rahang yang
menyebabkan gingival tampak membesar.

- Leukoplakia
Leukoplakia didefinisikan oleh WHO sebagai bercak putih atau
plak yang tidak dapat dikerik dan tidak memiliki diagnosa banding.
Penyebab leukoplakia masih belum jelas walaupun telah
dihubungkan dengan penggunaan tembakau (merokok). Factor lain
yang memungkinkan antara lain Candida albicans, HPV-16, HPV-
18, serta trauma. Manifestasi klinis leukoplakia di gingival tampak
sebagai bercak putih keabu-abuan, datar, tebal, berbentuk irregular
dan plak yang berkeratin. 80% leukoplakia adalah jinak, 20%
adalah preganas atau ganas, dan 3% yang lain merupakan
karsinoma invasive. Pada pemeriksaan biopsy dapat diketahui dan
dipastikan bahwa penyakit yang diderita adalah leukoplakia.
- Gingival Cyst
Terlihat dalam ukuran mikrokopis, tetapi jarang mencapai ukuran
yang klinis yang signifikan. Jika terlihat, tampak pembesaran
seperti terlokalisir dan bias melibatkan marginal dan attached
gingival. Biasanya sering terjadi pada region caninus & premolar
Rahang bawah, paling sering bagian lingual.

Diagnosa bandingnya adalah periodontal cyst (berkembang dalam


tulang alveolar, dekat dengan akar gigi)

b. Maligna
- Carcinoma
Squamous cell carcinoma adalah tumor rongga mulut yang paling
umum. Exophytic, irregular outgrowth, ulserative, appearing as
flat, erosive lesions.
Sering symptom free, tidak terdeteksi sampai perubahan
inflamasinya menjadi complicated, terkadang menjadi semakin
jelas setelah ekstraksi gigi.
Metastasis umumnya melibatkan region di atas clavicle; akan
tetapi, keterlibatan lebih jauh dapat melibatkan paru-paru, hati atau
tulang.

- Melanoma
Merupakan oral tumor yang jarang terjadi yang terjadi pada
palatum durum dan gingival maxilla pada orang dewasa. Biasanya
darkly pigmented dan pigmentasinya terlokalisasi. Tumbuh dari
melanoblast pada gingival, pipi atau palatum.
- Sarcoma
Fibrosaroma, lymphosarcoma, dan reticulum cell sarcoma dari
gingival jarang terjadi. Kaposi’s sarcoma sering terjadi pada
rongga mulut pasien AIDS, terutama pada palatum dan gingival.

5) Idiopatic Enlargement
Etiologinya tidak jelas. Bentuknya dinamakan gingivomatosis,
elephantiasis, idiopathic fibromatosis, hereditary gingival hyperplasia,
congential familial fibromatosis. Klinis nya tampak pembesaran pada
attached gingiva, umumnya terdapat pada permukaan fasial dan lingual
maxilla dan mandibula. Berwarna pink, lunak, konsistensi kasar, dan
berbintik. Histologinya terlihat adanya peningkatan jumlah fibroblast.
Etiologi tidak dikerahui, namun biasanya karena factor herediter. Dimulai
saat gigi erupsi atau setelah ekstraksi.
Patofisiologi drug induced gingival enlargement
Interaksi phenytoin, cyclosporine, dan nifedipine dengan keratinosit
epitelial, fibroblas, dan kolagen dapat memicu pertumbuhan berlebih dari
jeringan gingiva. Pherytoin mempengaruhi gingival enlargement dari
interaksinya dengan subpopulasi fibroblas yang sensitif. Cyclosporine
dapat mempengaruhi fungsi fibroblas (contohnya síntesis kolagen),
sedangkan nifedipine mengurangi síntesis protein fibroblas.

6) False Enlargement
a. Underlying Osseous Lesion
Pembesaran gingiva karena tulang di dekatnya sering terjadi pada tori
dan exoxtoses tapi juga bisa terjadi pada penyakit Paget’s, fibrous
dysplasia, cherubism, central giant cell granuloma, ameloblastoma,
osteoma, dan osteosarcoma.
b. Underlying Dental Tissues
Selama periode erupsi gigi, khususnya pada gigi primer, pada gingiva
labial terlihat adanya pembesaran marginal. Pembesarn ini disebut
developmental enlargement dan seringnya terjadi sampai eptitel
junction migrasi dari enamel ke cementum junction. Developmental
enlargement ini secara fisiologik normal atau tidak bermasalah, namun
bisa terjadi komplikasi dengan inflamasi

c. Derajat Gingival Enlargement


Grade 0 : Tidak ada pembesaran gingival
Grade 1 : Pembesaran terbatas pada interdental papil
Grade 2 : Pembesaran melibatkan interdental papil dan margin gingival
Grade 3 : Pembesaran menutupi ¾ atau lebih mahkota gigi

2. Gingival disease modified by systemic, medikamen, and malnutrisi


1) Ginggival disease modified by systemic
a. Endocrine disorders and Hormonal Changes
- Female sex hormones
Petubahan hormone seksual berlangsung semasa pubertas, kehamilan dan
menopous. Keadaan ini dapat menimbulkan perubahan jaringan gingival
yang merubah respon terhadap produk-produk plak.
Gingiva in puberty
Pada masa pubertas insidens gingivitis mencapai puncaknya, perubahan ini
tetap terjadi walaupun control plak tetap tidak berubah (Sutcliffe, 1972).
Setelah masa pubertas lewat, inflamasi cenderung reda sendiri tetapi tidak
dapat hilang samasekali kecuali bila dilakukan pengontrolan plak yang
adekuat.Gambaran klinis enlargement in puberty karakter bulat mencolok
di interproksimal papillae di marginal dan interdental gingiva. Gambaran
klinis secara umum sama dengan penyakit gingiva inflamasi kronis, yaitu
derajat pembesaran dan kecenderungan berkembang kambuhan yang besar
yang menunjukkan relatif berkurangnya deposit plak yang membedakan
dengan pembesaran gingiva inflamasi kronik.

Pregnancy gingiva
Kehamilan selalu diakaitkan dengan gingivitis dan tanggalnya gigi, tetapi
hal tersebut dapat dicegah dengan tetap mempertehankan rongga mulut
tetap dalam keadaan bersih. Inflamasi ringan akibat plak akan menjadi jauh
lebih parah pada masa kehamilan. Gingival akan menjadi bengkak,
berwarna merah terang, sensitive dan mudah berdarah secara spontan. Juga
terlihat adanya peningkatan eksudat gingival dan mobilitas gigi.
Perubahan fisiologis terkait hormone seks ini menyebabkan perubahan
permeabilitas kapiler dan meningkatkan retensi cairan di jaringan. Kondisi
ini menyebakan terjadinya hiperplastik sebagai respon terhadap plak.
Perubahan pada masa kehamilan erat kaitannya dengan hormone estrogen
dan progesterone, peningkatan kadar keduanya selama kehamilan
memeprmudah terjadinya flora microbial yang lebih anaerob.
Kehamilan tidak menyebabkan gingivitis, gingivitis disebabkan oleh
bakterial plak. Keparahan gingivitis meningkat selama kehamilan, bila
sebelum hamil pasien sudah mengalami gingivitis maka akan membesar,
edema, diskolorasi, dan cenderung mudah berdarah.
Gambaran klinisnya: mudah berdarah, gingiva terinflamasi, berwarna dari
merah cerah sampai merah kebiruan, edema pada marginal dan interdental
gingiva, smooth dan licin, lunak, kadang berbentuk seperti buah raspberi.
Severity gingivitis meningkat pada awal bulan 2 atau 3 dalam masa
kehamilan. Menjadi makin parah pada bulan ke 8 dan ke 9 dalam masa
kehamilan. Beberapa investigator menyebutkan gingivitis yang paling parah
antara trimester ke 2 dan 3
Perubahan gingiva yang berhubungan dengan siklus menstruasi
Terjadi karena ketidakseimbangan hormon dan pada beberapa kasus terjadi
disfungsi ovarian. Selama periode menstruasi, prevalensi gingivitis
meningkat. Pasien mengeluhkan gusi berdarah atau bengkak, eksudat dari
inflamasi gingiva meningkat.

Menopausal Gingivostomatitis
Pada saat Menopaus  Fluktuasi Hormonal pada wanita berhenti 
produksi ekstradiol berhenti  sirkulasi hormon progresteron terganggu 
gingivostomatitis.
Gambaran klinisnya gingiva dan oral mucosa kering, licin, dan
mengalami perubahan warna, serta mudah berdarah. Secara mikroskopis
gingiva memperlihatkan atropi pada germinal n prickle cell layers pada
epithellium dan area ulserasi. Gejalanya pasien mengeluhkan sensasi
terbakar pada mulut serta citarasa yang abnormal.
Endokrin
Bebrapa kelainan endokrin dapat berpengaruh secara langsung pada
jaringan periodontal atau berasal dari disfungsi neutrofil atau terhambatnya
proses penyembuhan luka.

- Diabetes mellitus (Endocrine Hormon)

DM merupakan kelainan metabollisme glukosa yang ditandai dengan


berkurangnya metabolism atau produksi insulin.
Manifestasi dalam rongga mulut dapat berupa abses periodontal multiple
atau kambuhan atau dan selulitis. Penderita DM yang tidak terkontrol atau
tidak terdiagnosa lebih rentan terhadap gingivitis, hyperplasia gingival dan
periodontitis.
Hiperparatiroidisme sekunder yang dibangkitkan oleh diabetes
menyebabkan individu lebih mudah mengalami kehilangan tulang alveolar
yang hebat pada inveksi periodontal. Keparahan gingivitis meningkat pada
anak-anak yang menderita diabetes. Ramaja dan dewasa mengalami
peningkatan kerentanan .prawatan yang dilakkukan harus dengan hati-hati.
Pasien diingatkan untuk minum obat dan mengkonsumsi diet yang
dianjurkan dan memelihara oral hygien.

Diabetes Mellitus
Suatu keadaan berkurangnya produksi insulin yang berakibat terganggunya
fungsi insulin dalam tubuh  Glokosa tidak tersalurkan ke dalam jaringan
dengan baik  Glukosa dalam darah tinggi
Tipe I Diabetes Mellitus disebut juga Insulin-Dependent Diabetes Meliitus
(IDDM). Merupakan destruksi cell-mediated autoimmune pada sel-sel beta
pembentuk insulin di pankreas.
Tipe II Diabetes Mellitus disebut juga Non Insulin-Dependent Diabetes
Mellitus. Merupakan diabetes yang disebabkan oleh resistensi perifer fungsi
insulin, sekresi insulin yang kurang, penambahan prosuksi gula oleh liver.
Mnifestasi Oral
Diabetes yang tidak terkontrol  Mekanisme pertahanan ↓ kemampuan
infeksi ↑ merupakan penyebab penyakit periodontal yang destruktif.
Efek pada Mulut. Kecenderungan terhadap pembesaran gingiva, sessile or
pedunctulated gingival pholyps, proliferasi polipoid gingiva, pembentukan
abses, periodontitis, dan tanggalnya gigi. Penyakit periodontal pada
penderita DM kebanyakan disebabkan oleh adanya faktor lokal (plak dan
kalkulus), penyakit DM sendiri berperan dalam terganggunya respon
jaringan terhadap inflamasi faktor lokal sehingga inflamasinya menjadi
lebih destruktif.
Bakterial Patogen. Kadar glukosa dalam darah ↑  glukosa dalam saliva
dan cairan tubuh lain (gingival crevicular Fluid) ↑  lingkungan dalam
cavum oris berubah  pelikel, plak, dan kalkulus ↑  bakteri plak ↑ 
patogenesitas ↑.
Fungsi PMNs. Pada pasien DM fungsi PMN dan Monosit / Makrofag ↓ 
fungsi PMN tidak bisa melawan patogenesitas bakteri periodontal 
proliferasi bakteri tidak dapat dicegah.
Perubahan dalam mulut: cheilosis (peradangan pada bibir), mukosa kering
dan pecah-pecah, mulut dan lidah terasa seperti terbakar, aliran saliva
menurun, dan perubahan dalam flora pada mulut yang didominasi oleh
Candida albicans, hemolytic streptococci, dan staphylococci.
Inflamasi gingiva parah, poket periodontal yang dalam, kehilangan tulang
yang cepat, dan abses periodontal sering terjadi pada penderita diabetes
mellitus dengan oral hygiene yang buruk.
Diabetes dan Periodontium
Periodontitis pada DM tipe I muncul setelah umur 12 th (9.8% untuk 13-
18th, 39% untuk 19 th keatas)
Inflamasi gingival parah, poket periodontal yang dalam, bone loss terjadi
pada pasien DM dengan OH buruk.
Pada anak DM tipe I, kerusakan periodontium terjadi pada Molar dan
Insisivus.
Pada usia lebih dari 30th kerusakan periodontal parah.

- Corticosteroid hormone
In human, Systemic administration of cortisone and adrenocorticotropoc
hormone (ACTH) appears to have no effect on the incidence and severity of
gingival and periodontal disease
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pasien dengan tranplantasi ginjal,
menerima immunosuppresive therapy, dapat meminimalkan terjadinya
inflamasi gingiva.
Namun, Pada penelitian lain, di sebutkan bahwa administrasi cortison dapat
menimbulkan beberapa kerugian, antara lain:
 Osteoporosis of alveolar bone
 Capilary dilatation and engorgement with hemorage in periodontal
ligament and gingival connective tissue
 Penurunan colagen fiber dari periodontal ligament
 Peningkatan destruksi periodontium dengan inflamasi

Belum ditemukan secara pasti mekanisme pengaruh hormon kortikosteroid


pada penyekit gingiva. Akan tetapi terdapat 3 penelitian yang mencoba
membuktikan hal ini.
1) Administrasi sistemik kdari kortison dan ACTH terlihat tidak ada efeknya
terhadap insiden dan kepelikan penyakit gingiva dan periodontal. (Krohn S.,
1958)
2) Penelitian pada pasien transplantasi ginjal yang mengkonsumsi obat-
obatan immunosupressive (prednisone, methylprednisone, azathriopine,
cyclophospamide) memiliki lebih sedikit inflamasi gingiva daripada
control subject dengan jumlah plak yang sama. (Been V., 1982)
3) Kortison dari luar memiliki efek buruk terhadap kualitas tulang dan
fisiologinya. Pada binatang percobaan, ditemukan osteoporosis pada
tulang rahang, dilatasi pembuluh darah, hemorargik pada ligamen
periodontal, dan jaringan gingiva, degenerasi serat-serat kolagen ,
destruksi jaringan periodontal yang bertambah. Penambahan Kortison
dari dalam diinduksi oleh stress yang berat  mengurangi respon
imun.
b. Hematologic disorders and Immune deficiencies
- Anemia
Adalah berkurangnya Hb di dalam darah sampai di bawah batas normal
Anemia aplastik / sel sabit dapat memperburuk hasil perawatan periodontal
dan menyebabkan komplikasi pasca operasi yang berat.
Klasifikasi anemia :
 Macrocytic hypercromic anemia
Lidah berubah 75%  red, smooth, shiny karena atrofi dari papilla
 Microcytic hypochromic anemia
Terjadi perubahan pada lidah dan mulut
 Sickle anemia cell
PUcat, lemah, hepatitis, leg ulcers
 Aplastic anemia
Karena toxic drugs dan displacement dari red blood cells mukosa oral,
kepucatan pada mukosa mulut.

- Leukimia
Menyebabkan meningkatnya jumlah sel darah putih di dalam sirkulasi dan
pada berbagai organ termasuk gingiva.
Leukimia akut  gingiva lunak, berwarna merah gelap dan bengkak, sangat
besar sehingga gigi tertutup gingiva, perdarahan spontan. Kerusakan
periodontal berlangsung cepat disertai kerusakan tulang alveolar yang
menyebabkan gigi goyang.

Manifestasi gingivitis paling sering ditemukan pada lekimia akut dibanding


leukemia kronis. Pada leukemia akut biasanya jaringan periodontal
mengalami kerusakan yang berlangsung dengan cepat disertai dengan
kerusakan tulang alveolar dan tulang apical serta goyangnya gigi geligi.
Pengontrolan kebersihan mulut pada pasien leukemia sangatlah penting
untuk mencegah infeksi karena pada umumnya mereka tidak menggosok
gigi akibat dari rasa nyeri dan gusi yang mudah berdarah sehingga pasien
dianjurkan untuk berkumur dengan larutan kumur klorheksidin 0,2 % yang
digunakan tiga kali sehari dapat mengurangi deposit plak dan juga
mengurangi inflamasi
Gambaran klinis merah kebiruan, permukaan kilap, lunak, mudah pecah,
perdarahan spontan

- Leukocytes disorder

Leukopenia (Agranulositosis)
 Dapa timbul sendiri maupundalam hubungannya dengan penyakit darah
lainnya di mana aktivitas sumsum tulang tertekan.
 Tertekannya aktivitas sumsum tulang juga dapat disebabkan karena
berbagai obat: fenilbutason, kotrimoksasol, sulfonamide,
klroamfenikol, obat-obat sitotoksik, dst.
 Neutropenia siklik adalah bentuk congenital dari agranulositosis di
mana terdapat reduksi jumlah PMN secara berkala. Diperkirakan
bahwa sel-sel ini memainkan peran penting dalam mekanisme
pertahanan gingival terhadap bakteri plak dan karena itu neutropenia
tentunya akan menurunkan resistensi jaringan gingival.
 Pada neutropenia umumnya dapat ditemukan adanya ulserasi bibir,
lidah, mukosa mulut dan gingival. Juga terlihat adanya nekrosis tepi
gingival yang meluas ke daerah gingival yang melekat. Gingival juga
membengkak, merah, dan mudah beradarah.
 Lesi rongga mulut sangat sensitive dan kebersihan mulut menjadi
sangat buruk; akumulasi plak dan kotoran memperburuk inflamasi dan
ulserasi. Kerusakan periodontal berlangsung cepat disertai dengan
kerusakan tulang yang luas juga dapat terjadi.
c. Stress and phsychosomatic disorders

Beberapa penelitian menunjukan bahwa ada keterkaitan antara keparahan


penyakit periodontal dengan stress karena kejadian tertentu dan reaksi
psikologis terhadap peurubahan dalam hidup (khususnya depresi).
Kebiasaan memelihara kesehatan dikalangan orang-orang yang mengalami
stress menurun, tercermin dari meningkatnya kebiasaan merokok, penggunaan
obat-obatan terlarang dan alcohol, kesukaran tidur, gangguan makan, dan
hygiene mulut yang buruk. Factor-faktor ini memegang peranan penting dalam
insidensi dan keparahan penyakit periodontal.
Meskipun demikian, data-data menunjukan bahwa kemampuan untuk
menanggulangi kesulitan secara positif menhilangkan efek stress yang
merugikan jaringan periodontal.

Macam stress :
a. Phsychological stress, depression and
b. Stress-induced immunosuppresion
c. Influence of stress on periodontal therapy outcomes
d. Phsychiatric influence of self-inflicted injury

2) Ginggival disease modified by medikamen


- Definisi
Penyakit gingiva yang disebabkan oleh obat-obatan. Obat-obatan tersebut
dapat menyebabkan perubahan kontur/outline gingiva berupa pembesaran.
- Etiologi
Obat-obatanyang dapat mempengaruhi gingiva, yaitu: anti-convulsant,
immunosuppressive, dan calcium channel blockers.
- Patogenesis
a) Fenitoin(Dilantin, antikonvulsan, antiepilepsi)
Fenitoin dapat menstimulasi proliferasi fibroblastdan epitel. Fibroblast
tersebut akan menginduksi peningkatan sintesis glikosaminoglikan sulfat in
vitro sehinggamenyebabkanpembesaran gingiva.
b) Siklosporin (Immunosupresif)

Siklosporinmenyebabkan penebalan epitel, peningkatan vaskularisasi,


infiltrasi sel plasma dan limfosit serta peningkatan jumlah fibroblast dengan
akumulasi komponen matriks ekstraseluler.

c) Calcium Channel Blocker

Efek farmakologi dari calcium channel blockeradalah menghambat influk


atau masuknya ion kalsium padamembransel otot jantungdan sel otot polos.
Sehingga mengakibatkan terjadinya dilatasi arteri koronaria danarteri
perifer, menurunkan heart rate, menurunkan kontraksi miocard dan
menghambat konduksi atrio-ventrikuler.Calcium channelblockertermasuk
dalam derivatdihidropiridine (amlodiplin, felodiplin, nicardipin, nifedipin)
dan derivat benzothiazin (verapamil).

3) Ginggival disease modified by malnutrisi

Protein  disfungsi kelenjar saliva  produksi saliva menurun  plak banyak 


gingivitis

Vitamin A  pertumbuhan epitel rongga mulut terganggu  mudah dirusak oleh


bakteri

Vitamin D  hilangnya lamina dura dan pertumbuhan alveolar terganggu 


periodontitis

Vitamin C  gusi berdarah, skorbuting, penyembuhan luka terganggu,


pembenrukan kolagen terganggu  gingivitis

Vitamin B2 dan B3  angular cheilosis hemorrhagic, ligamen periodontal


renggang

3. Pigmentasi Gingiva
Definisi

Pigmentasi adalah pewarnaan yang dihasilkan oleh tubuh melalui deposisi


pigmen.(Kamus Kedokteran Gigi)
Pigmentasi gingival adalah perubahan warna gingival / mukusa rongga mulut karena
berbagai macam kondisi dan lesi.
Pigmentasi gingiva berhubungan dengan berbagai faktor etiologi endogenous dan
exogenous. Pigmentasi umumnya disebabkan oleh 5 pigmen utama yaitu: melanin,
melanoid, oxyhemoglobin, hemoglobin dan karoten, selain itu pigmen lainnya
bilirubin dan besi. Melanin adalah pigmen warna coklat pada kulit, gusi dan membran
mukosa mulut. Pigmentasi melanin pada gusi lebih banyak pada individu yang
berkulit hitam.
Klasifikasi
a. Fisiologis
Biasanya pada orang terjadi karena genetic oleh pigmen melanin, melanin secara
normal sebagai penyebab pigmentasi pada jaringan Rongga Mulut & kulit; dengan
presentase kira –kira gingiva 60%, palatum durum 67%, mukosa 20% dan lidah
15 %.
b. Patologis
Masuknya bahan metal yang berasal dari obat-obatan / ndustri yang menimbulkan
manifestasi oral; bismuth, mercury. Dan ada beberapa penyakit meningkatkan
melamin antara lain, Addison’s disease, Albright disease, Von Reckling hausen’s
disease, HIV infection.

Etiologi

 Exogenous factor
Debu batu bara & metal, warna dari makanan atau minuman, tembakau, amalgam
yang tertanam dalam gingival.
 Endogenous factor
Gangguan endokrin, gangguan metabolic, addison’s disease, Albright syndrome,
maligna melanoma, terapi anti malaria, gangguan darah, penyakit paru – paru
kronis dan ras.
Patogenesis

Hiperpigmentasi gusi disebabkan oleh deposisi melanin yang berlebih pada lapisan
basal dan suprabasal epithelium, melanin ini diproduksi oleh melanosit. Pigmentasi
coklat atau hitam dan perubahan jaringan gusi dapat disebabkan oleh faktor lokal dan
sistemik. Keadaan sistemik seperti gangguan endokrin, Albright’s syndrome,
malignant melanoma, terapi anti malaria, Peutz Jeghers syndrome, trauma,
hemachromatosis, penyakit paru-paru kronis dan ras atau etnik telah diketahui
menjadi penyebab pigmentasi melanin pada rongga mulut.

Perawatan pigmentasi ginggiva


1. Gingivektomi

2. Electrosurgery

3. Cryosurgery

4. Bahan kimia (fenol 90%)

5. Tekik abrasi dengan bur

6. Laser

Menghilangkan pigmentasi melanin harus berhati-hati. Karena dapat menyebabkan


resesi, kerusakan periosteum, kerusakan alveolar, dan penyembuhan luka terganggu.
Daftar Pustaka
.

Harty, F.j & Ongskin, A.1995.Kamus Kedokteran Gigi.Jakarta:EGC

Manson, J.D. & B.M. Eley.1993.Buku Ajar periodontitis.Jakarta:Hipokrates

Newman, M.G.dkk.2012.Carranza’s Clinical Periodontology.11th Ed.Singapore:Elsevier

Reddy, Shantipriya.2011.Essential of Clinical Periodontology and Periodontic.3rd


Ed.India:Jaypee bothers medical Publisher

Tanto, Chris.dkk.2014.Kapita Selecta kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai