Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“MODEL STEM DAN SETS”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Sd 2

Dosen Pengampu
Muhsinah Annisa M.pd

Disusun Oleh :
Kelompok 8
Kelas : 4C– PGSD

Azlina Fauzah 1610125320015


Norhidayah 1810125120028
Gt. Achmad Faizalnur 1810125210045
Khoiriyah 1810125220056
Syaurian Akbar 1810125310001
Putri Purnama Sari 1810125320014
Ananda Putri Mayangsari 1810125320020

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, mari kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang tak henti-
hentinya memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Model STEM dan SETS” ini dengan baik.
Shalawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada junjungan kita, nabi
Muhammad SAW, beserta sahabat, kerabat, dan pengikut beliau illa yaumil
kiyamah. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak, yang telah memberi bantuan dan bimbingan, hingga penulisan makalah ini
terselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih khususnya
kepada Ibu Musinah Annisa M.Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan IPA SD
2 yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Tentunya karena keterbatasan informasi yang didapat, makalah yang kami
buat masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,kami
sangat berharap adanya kritik serta saran yang membangun bagi para pembaca,
sehingga nantinya kami bisa memperbaiki, melengkapi, serta menyempurnakan
makalah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Banjarmasin, Februari 2020

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Maslah..........................................................................................................2
C. Tujuan ..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Pengertian Model..........................................................................................................3
1. Pengertian Model STEM.........................................................................................3
2. Pengertian Model SETS...........................................................................................6
B. Langkah – langkah Pembelajaran.................................................................................11
1. Model STEM...........................................................................................................11
2. Model SETS.............................................................................................................14
C. Kelebihan dan Kekurangan Model...............................................................................18
1. Model STEM...........................................................................................................18
2. Model SETS.............................................................................................................18
BAB III PENUTUP.............................................................................................................20
A. Kesimpulan...................................................................................................................20
B. Saran ............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan dunia yang semakin pesat dalam dunia pendidikan
menuntut peran pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran yang efektif
dan meningkatkan segala potensi diri siswa, tidak hanya pemahaman konsep
namun unggul juga dalam keterampilan skil siswa dalam blajar, kemampuan
penalaran yang baik dan dapat memahami proses demi proses dalam diri siswa
untuk meningkatkan kemampuannya. Kemampuan belajar dari diri siswa untuk
mendaptkan tujuan pembelajaran yang baik salah satunya adalah kegiatan proses
pembelajaran itu sendiri yang dijalankan oleh siswa dan pendidik dalam suatu
pertemuan pembelajaran.
Pembelajaran yang terkait dengan implementasi kurikulum 2013
diantaranya adalah pendekatan saintifik dimana siswa awalnya melakukan suatu
observasi untuk terjun langsung sebagai seorang peneliti dalam kasus pemberian
masalah, siswa tersebut mengelolah dan membuat suatu bahan temuan yang
secara ilmiah telah dibuat berdasarkan kemampuan yang dimilikinya dan akhirnya
sampai siswa tersebut mampu memecahkannya dan menyampaikan temuannya
kepada teman lain. Pendekatan metode pembelajaran berikut adalah SETS
(Science Environment Technology and Society) dimaknakan sebagai sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat, merupakan satu kesatuan yang dalam
konsep pendidikan mempunyai implementasi agar anak didik mempunyai
kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Pendekatan
selanjutnya dalam implementasi pembelajaran dalam kurikulum 2013 adalah
STEM yang merupakan suatu pembelajaran secara terintegrasi antara sains,
teknologi, teknik dan matematika untuk mengembangkan kreativitas siswa
melalui proses pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan,
sikap, dan keterampilan untuk mengidentifikasi pertanyaan dan masalah dalam
situasi untuk menjelaskan fenomena alam, mendesain, serta menarik kesimpulan
berdasar bukti mengenai isu-isu terkait STEM.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa makna dari model stem dan sets ?
2. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran model stem dan sets ?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari model stem dan sets ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna dari model stem dan sets.
2. Untuk menelaah langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dari model stem
dan sets.
3. Untuk memperdalam kelebihan dan kekurangan dari model stem dan sets.

2
BAB II
PEMBEHASAN

A. Pengertian Model
1. Pengertian Model STEM
STEM merupakan akronim dari Science, Technology, Engineering,
Mathematics. Istilah STEM pertama kali diluncurkan oleh National
Science Foundation AS pada tahun 1990-an dengan nama SMET namun
istilah tersebut kurang disetujui oleh beberapa pihak yang kemudian
diubah menjadi sebagai tema gerakan reformasi pendidikan dalam
keempat bidang disiplin ilmu tersebut untuk menumbuhkan angkatan kerja
dibidang STEM, serta mengembangkan warga negara yang menguasai
ilmu STEM (STEM literate), serta meningkatnya daya saing global
Amerika Serikat (AS) dalam inovasi iptek.
STEM merupakan pembelajaran baru dalam dunia pendidikan.
Beberapa tahun ini STEM menjadi topik utama diskusi dan perencanaan
pembelajaran di Amerika Serikat karena Amerika Serikat berpendapat
bahwa daya saing Negara tergantung pada program pendidikan yang kuat
dalam mempersiapkan para ilmuwan dan insinyur yang inovatif yang akan
memberikan inovasi penting untuk ekonomi yang berkembang di era
teknologi ini. Tantangan seorang pendidik adalah menyediakan sebuah
sistem pendidikan yang menciptakan kesempatan kepada peserta didik
untuk menghubungkan antara pengetahuan dan ketrampilan sehingga
menjadi familiar bagi setiap peserta didik. STEM merupakan intregasi
antara empat disiplin ilmu yaitu ilmu pengetahuan, teknologi, rekayasa,
dan matematika dalam pendekatan interdisipliner dan diterapkan
berdasarkan konteks dunia nyata dan pembelajran berbasis masalah.
Pembelajran STEM meliputi proses berfikir kritis, analisis, dan
kolaborasi dimana siswa mengintregasikan proses dan konsep dalam
konteks dunia nyata dari ilmu pengetahuan, teknologi, rekayasa, dan
matematika mendorong pengembangan ketrampilan dan kompetensi untuk

3
kuliah, karir, dan kehidupan. Pfeiffer, Ignatov, dan Poelmans (2013)
menyatakan bahwa dalam pembelajaran STEM ketrampilan serta
pengetahuan dipelajari secara bersamaan oleh peserta didik. Hal yang
berbeda dari aspek STEM akan membutuhkan sebuah garis penghubung
yang membuat keempat disiplin ilmu tersebut dapat dipelajari serta
diterapkan secara bersamaan dalam pembelajaran. Oroszlan (2007)
menyatakan: “Successful innovation and scientific literacy depend on
equipping future generations with a solid knowledge base in the core
STEM areas combined with the thinking tools and strategies to understand
complex situations and provide solutions.” Penjelasan tersebut dapat
diartikan bahwa inovasi yang baik yaitu ketika peserta didik mampu
menghubungkan seluruh aspek dalam STEM dan merangkai empat aspek
inter disiplin ilmu dalam STEM sehingga dapat memecahkan sebuah
masalah. Empat disiplin ilmu STEM yang telah dijabarkan oleh Torlakson
(2014) yaitu :
a. Science, merupakan ilmu tentang alam, yang mewakili hukum alam
yang berhubungan degan fisika, kimia, dan biologi dan pengobatan
atau aplikasi dari fakta, prinsip, konsep dan konveksi terkait dengan
disiplin ilmu tersbut.
b. Technology, merupakan ketrampilan atau sebuah sistem yang
digunakan dalam mengatur masyarakat, organisasi, pengetahuan atau
dapat didefinisikan sebuah produk sari ilmu pengetahuan dan teknik.
c. Engineering, merupakan pengetahuan rekayasa dengan memanfaatkan
konsep-konsep dari ilmu pengetahuan dan matematika serta alat-alt
teknologi untuk memecahkan sebuah masalah.
d. Mathematic merupakan pengetahuan yang menghubungkan antara
besaran, ruang, dan angka yang membutuhkan argument logis.
Keempat bidang ilmu tersebut dapat membuat pengetahuan menjadi
lebih bermakna apbila diintregasikan dalam proses pembelajaran.

4
Model pembelajaran STEM dalam bidang pendidikan bertujuan
untuk mempersiapkan peserta didik supaya dapat bersaing dan siap untuk
bekerja sesuai bidang keahliannya, peneitian yang dilakukan oleh lembaga
penelitian Hannover (2011) menunjukkan bahwa tujuan utama
pembelajaran STEM adalah usaha untuk menunjukkan pengetahuan yang
bersifat holistic antara subjek STEM. Tujuan dari pembelajaran
menggunakan pendekatan STEM cocok diterapkan pada pembelajaran
sekolah menengah kejuruan yang subjek dalam pembelajarannya
membutuhkan pengetahuan yang komplek.
Cara penyajian tersebut dikembangkan dengan merujuk pada
capaian pembelajaran yang akan diaktualisasi. Secara ringkas, cara
penyajian yang dibutuhkan pada pembelajaran sains ialah yang dapat
mendorong peserta didik agar mampu memecahkan masalah dalam
kehidupan baik secara individu maupun kelompok dengan menerapkan
pengetahuan dan memanfaatkan teknologi sebagai bentuk kepedulian dan
kontribusi untuk peningkatan mutu lingkungan secara bertanggung jawab.
Secara umum, penerapan STEM dalam perkuliahan/pembelajaran dapat
mendorong peserta didik untuk mendesain, mengembangkan dan
memanfaatkan teknologi, mengasah kognitif, manipulatif dan afektif, serta
mengaplikasikan pengetahuan[40] . Oleh karena itu, penerapan STEM
cocok digunakan pada pembelajaran sains. Pembelajaran berbasis STEM
dapat melatih siswa dalam menerapkan pengetahuannya untuk membuat
desain sebagai bentuk pemecahan masalah terkait lingkungan dengan
memanfaatkan teknologi.

5
2. Pengertian Model SETS
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, gagasan,
harapan, pesan, dan pengertian yang disampaikan melalui lambang
tertentu dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi dinyatakan berhasil
apabila terdapat kesamaan makna mengenai pesan yang disampaikan oleh
pemberi pesan dengan informasi yang diterima oleh penerima pesan. Salah
satu bentuk komunikasi yang terjadi di sekolah adalah proses belajar
mengajar. Agar supaya siswa terampil berkomunikasi, terutama untuk
siswa yang malu mengungkapkan pendapatnya secara verbal, salah satu
solusinya adalah melalui komunikasi secara tertulis yang berupa penulisan
papper (karya tulis ilmiah). Seorang anak yang pendiam dan malu
biasanya ia lebih senang mengungkapkan pendapatnya melalui tulisan,
karena dia merasa takut dan sulit untuk mengungkapkannya secara lisan.
Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, menulis berperan besar dalam
menunjang keberhasilan pembelajaran karena hampir semua kegiatan tidak
dapat dilepaskan dari kegiatan menulis dari membuat proposal, karya
ilmiah, skripsi sampai kegiatan mencatat dan menyalin tulisan dari papan
tulis. Akan tetapi kemampuan menulis dikalangan siswa masih rendah.
Hal ini karena peserta didik merasa sulit untuk menulis dan beranggapan
bahwa menulis merupakan suatu tantangan yang cukup berat dan
kompleks. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa
dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara tulis adalah
model pembelajaran Science, Environment, Technology, and Society
(SETS). Model pembelajaran SETS pertama kali dikembangkan oleh
Robert Yager pada tahun 1985 dalam Pradeep (2005) adalah memusatkan
permasalahan dari dunia nyata yang memiliki komponen sains dan
teknologi dari perspektif siswa, di dalamnya terdapat konsep-konsep dan
proses, selanjutnya siswa diajak untuk menginvestigasi, menganalisis, dan
menerapkan konsep, dan proses itu pada situasi yang nyata. Model
pembelajaran SETS merupakan suatu model pembelajaran yang
memusatkan permasalahan dari dunia nyata yang memiliki komponen

6
sains dan teknologi dari perspektif siswa, di dalamnya terdapat konsep-
konsep dan proses, selanjutnya siswa diajak untuk menginvestigasi,
menganalisis, dan menerapkan konsep, dan proses itu pada situasi yang
nyata (Fatchan dkk, 2014).
Model sets juga bias disebut dengan model salingtemas. Model
pembelajaran Salingtemas adalah model pembelajaran yang
mengutamakan penyelesaian masalah/ isu di masyarakat dengan aplikasi
konsep IPA dan teknologi. Diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
untuk berperan serta dalam menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
Pembelajaran IPA yang berpusat pada guru dan buku akan membuat siswa
pasif. Seharusnya siswa menemukan pengetahuannya sendiri melalui
pengamatan lingkungan, penyelesaian masalah di masyarakat sehingga
peduli terhadap lingkungan
Model pembelajaran SETS terdiri dari 5 langkah sebagai berikut:
Pertama, Inisiasi: dikemukakan isuisu masalah yang ada di masyarakat
yang dapat digali dari siswa, tetapi jika guru tidak berhasil memperoleh
tanggapan dari siswa dapat saja dikemukakan sendiri. Kedua,
Pembentukan/pengembangan konsep: dapat dilakukan melalui berbagai
pendekatan dan metode.
Misalnya pendekatan keterampilan proses, pendekatan sejarah,
pendekatan kecakapan hidup, metode demonstrasi, eksperimen di
laboratorium, observasi di lapangan, diskusi kelompok, bermain peran dan
lain-lain. Pada akhir tahap pembentukan konsep, diharapkan melalui
konstruksi dan rekonstruksi siswa menemukan konsep-konsep para
ilmuwan. Ketiga, Aplikasi konsep: Konsep-konsep yang sudah didapat
tersebut dapat diaplikasikan untuk memberikan solusi dari masalah atau
topik di sekitarnya, topik atau masalah ini sudah ditentukan pada tahap
apersepsi. Selanjutnya konsep-konsep yang telah dipahami siswa tersebut
dapat diaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Keempat,
Pemantapan Konsep: Guru meluruskan jika ada miskonsepsi selama
pembentukan konsep dan penyelesaian masalah atau analisis isu (lihat

7
tahap ke-2 dan ke-3). Guru melakukan pemantapan konsep melalui
penekanan pada konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam bahan
kajian tertentu. Kelima, Evaluasi: dilakukan untuk mengetahui
ketercapaian tujuan belajar dan hasil belajar yang telah diperoleh siswa.
Berbagai jenis penilaian dapat dilakukan mengingat beragamnya hasil
belajar yang diperoleh siswa melalui pembelajaran dengan model
pembelajaran SETS. Pada aplikasi kurikulum KTSP, penerapan model
SETS dalam pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan kognitif,
afektif, dan psikomotor. Lebih jelasnya Yager, dkk (2008) menguraikan
terdapat 5 ranah domain utama yang terlibat dalam proses pembelajaran
SETS, yaitu: (1) Domain konsep meliputi fakta, konsep, hukum (prinsip),
serta teori dan hipotesis yang digunakan oleh para saintis; (2) Domain
proses meliputi aspek-aspek yang berhubungan dengan sebagaimana para
saintis berpikir dan bekerja, misalnya melakukan observasi dan dan
berkomunikasi; penyimpulan dan prediksi; perumusan dan pengujian
hipotesis; pengintrepetasian data atau informasi dan penyusunan laporan
ilmiah; gambaran mental; pengkombinasian objek dan ide atau gagasan
dalam cara baru; memberikan eksplanasi terhadap objek dan peristiwa
yang dijumpai; mengajukan pertanyaan; menghasilkan alternatif atau
menggunakan objek yang luar biasa; (4) Domain sikap meliputi:
pengembangan sikap positif terhadap guru-guru dan pelajaran sains di
sekolah, kepercayaan diri, motivasi, kepekaan, daya tanggap, serta
membuat keputusan tentang isu-isu lingkungan dan sosial; (5) Domain
aplikasi dan keterkaitan: melihat atau menunjukkan contoh konsep-konsep
ilmiah dalam kehidupan sehari-hari; memahami prinsip ilmiah dan
teknologi pada alat-alat teknologi yang ada dalam rumah tangga;
menggunakan proses ilmiah dalam meyelesaikan masalah-masalah yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

8
Model pembelajaran SETS dalam penerapannya memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain. Adapun
beberapa kelebihan model pembelajaran SETS menurut Poedjiadi
(2005:137) yaitu:
a. Jika ditinjau dari segi tujuan: meningkatkan keterampilan inkuiri,
keterampi-lan pemecahan, dan keterampilan proses; menekankan
cara belajar yang baik yang mencakup ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik; menekankan sains dalam keterpaduan dan antara
bidang studi;
b. Jika ditinjau dari segi pembe-lajaran: menekankan keberhasilan
siswa; bisa digabungkan dengan berbagai strategi pembelajaran;
menyadarkan guru bahwa kadang-kadang dirinya tidak selalu
berfungsi sebagai sumber informasi;

Hal itu karena dalam pembelajarannya siswa dikondisikan agar


mau dan mampu menerapkan pendekatan, prinsip, dan yang rumit
tergantung dengan jenjang pendidikan), disertai dengan pemikiran untuk
mengurangi atau mencegah kemungkinan dampak negatif dari suatu
pengembangan atau pembangunan suatu wilayah terhadap lingkungan dan
masyarakat. Selain itu model pembelajaran ini juga memberi peluang
terhadap pemikiran yang lebih mendalam tentang keterkaitan timbal balik
antara sains, teknologi, lingkungan, dan masyarakat. Beberapa riset
terdahulu menunjukkan sebagai berikut, yang pernah dilakukan oleh
Yager, dkk (2008) menunjukkan bahwa dengan penerapan model
pembelajaran SETS dapat meningkatkan prestasi siswa berkenaan dengan
konsep dan proses penguasaan sains, meningkatkan kemampuan.
untuk menerapkan konsep dan proses sains dalam kehidupan
sehari-hari siswa. Juga meningkatkan rasa ingin tahu siswa tentang alam
dan lingkungan. Sikap/kesopanan siswa terkait sains dan pekerjaan Secara
signifkian dapat meningkatkan kreativitas siswa yang relevan dengan
sains seperti kuantitas dan kualitas pertanyaan dan karya tulis siswa
(Pradeep, 2005:97). Dalam model pembelajaran SETS siswa diarahkan

9
kepada pemberian pengalaman secara langsung, secara aktif siswa mencari
informasi antara lain dengan terjun ke masyarakat untuk mencari data
sebagai dasar membuat kesimpulan atau jawaban dari masalah pokok yang
dihadapi masyarakat sehingga nantinya dapat memberikan saran-saran
berdasarkan temuannya. Berdasarkan hasil temuan penelitian Amirudin,
Fatchan, dan menunjukkan bahwa pembelajaran studi lapang secara
kontekstual pada materi pembelajaran ips dapat menigkatkan aktivitas dan
kreativitas serta kemampuan menulis karya ilmiah siswa. Karya ilmiah
yang dihasilkan utamanya berdasarkan data dan fakta yang siswa jumpai
di lapangan. Didukung oleh temuan Basmajian 1978 dalam Lawson (1992)
yang mencatat para siswa yang mempunyai keterampilan praktik
laboratorium atau praktik di lapangan akan lebih mampu berpikir kritis. Ia
juga menemukan bahwa studi lapangan lebih mampu mendatangkan
penalaran yang konkrit bagi siswa. Siswa yang mempunyai penalaran
formal lebih mampu menguji hipotesis keilmuan serta lebih mampu
menganalisis data yang diperolehnya. Sehingga memudahkan siswa dalam
penyusunan sebuah karya tulis.
Berdasarkan pendapat serta pemaparan berbagai teori dapat
disimpulkan bahwa kompetensi pengetahuan IPA merefleksikan konsep-
konsep keilmuan yang harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran
dengan melalui tingkatan kemampuan berfikir yang meliputi mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta serta
dimensi pengetahuan pengatahuan faktual, pengetahuan konseptual,
pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Pembelajaran
dengan model pembelajaran SETS sangat cocok diterapkanditerapkan
dalam pembelajaran terutama dalam pembalajaran IPA kerena memiliki
banyak kelebihan yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan tidak membosankan, dan bermakna.

10
B. Langkah – Langkah Model
1. Langkah – Langkah Model STEM
STEM adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan antara
pengetahuan alam, teknologi, mesin dan matematika dalam satu
pengalaman belajar siswa
STEM memiliki pola yang dikenal dengan istilah EDP (Engineering
Design Process) atau proses mendesain sebuah karya atau mesin. EDP ini
kemudian memiliki banyak versi yang telah di rumuskan para ahli, namun
secara umum EDP memiliki pola sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi Masalah
Pada tahap ini siswa mengidentifikasi topik yang akan
diinvestigasi, kemudian siswa mengamati sumber permasalahan
yang telah ditentukan oleh guru yang disajikan melalui media
LCD. Kegiatan selanjutnya adalah pembentukan kelompok yang
dibimbing oleh guru dengan membatasi jumlah anggota masing-
masing kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan
keterampilan dan keheterogenan. Kelompok yang dibentuk ada 6
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa (1
siswa bertindak sebagai ketua dan 4 siswa lainnya sebagai
anggota). Pada pertemuan pertama topik yang ditawarkan untuk
diselidiki adalah bagaimana cara menghasilkan kecambah yang
baik dan berkualitas baik?.
b. Tahap Bertukar Pikiran (Diskusi)
Pada tahap ini siswa bersama-sama dengan bimbingan guru
merencanakan tentang (1) mengapa hal tersebut terjadi ? (2)
Bagaimana mereka menyikapinya ? (3) Siapa dan melakukan apa ?
(4) Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut ?
Seluruh siswa dalam kelompok melaksanakan diskusi
kelompok untuk membahas keempat rencana yang disebutkan di
atas. Selain itu kegiatan seperti ini merupakan kegiatan yang
pertama bagi mereka laksanakan dalam pembelajaran IPA. Peran

11
guru sebagai fasilitator sangat tampak dalam tahap ini. Guru sangat
aktif untuk memberikan penjelasan dan informasi tentang
bagaimana yang harus siswa lakukan dalam tahap perencanaan ini.
c. Tahap Desain
Yaitu tahap siswa membuat proyek investigasi dimana
siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: (1) siswa
mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat
simpulan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang
diselidiki (bagaimana membuat kecambah yang memiliki kualitas
baik dan bagus). Kegiatan mendesain ini meliputi (1) siswa
menuliskan dan menggambarkan proyek mereka dalam sebuah
lembar kerja siswa (2) masing-masing anggota kelompok
memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok (3) siswa
saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan
ide dan pendapat (4) beberapa hasil penyelidikan siswa dituangkan
dalam LKS. Pada kegiatan ini siswa menuliskan semua
kemungkinan yang terjadi seperti pengaruh medan magnet, apakah
mempengaruhi perkembangan tumbuhan atau tidak, semua
kemungkinan itu digambarkan pada tahap desain ini.
d. Tahap Membangun (Construct)
Pada tahap ini kegiatan siswa adalah : (1) anggota
kelompok menentukan bahan bahan apa saja yang diperlukan (2)
anggota kelompok menentukan biaya yang dikeluarkan untuk
merencanakan proyek mereka (3) siswa dapat belajar dari proyek
yang dikerjakan oleh siswa yang lainya. Hampir seluruh siswa
melaksanakan kegiatan pada tahap membangun dengan baik, hal
ini tidak terlepas dari bimbingan guru secara ketat terhadap
pelaksanaan kegiatan siswa pada setiap tahap. Siswa 6 terlibat
dalam bertukar pikiran sesama anggota kelompok untuk
menentukan pokok-pokok informasi yang diperoleh dari hasil
penyelidikan yang akan dipresentasikan di depan kelas. Dari hasil

12
proses membangun ini didapatlah sebuah hasil bahwa dalam
mengerjakan proses proyek optimalisasi kecambah ini siswa
menuliskan beberapa bahan yang dibutuhkan diantaranya gelas
aqua bekas, biji kacang ijo, magnet, plastic warna hitam, palstik
warna putih,kapas, penggaris,dan karet gelang.
e. Tahap Tes Evaluasi dan Desain Ulang
Tahap tes evaluasi dan desain ulang ini yaitu tahap
penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap
ini adalah sebagai berikut: (1) penyajian kelompok pada
keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian (2)
pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan
pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan. Semua
proyek itu akan diamati selama 5 hari kedepan dan tiap hari siswa
diharuskan untuk mengukur tinggi kecambah yang terjadi pada
masing-masing variable tersebut.
f. Tahap Berbagi Solusi
Pada tahap berbagi solusi ini kegiatan guru atau siswa
dalam pembelajaran sebagai berikut: (1) siswa menggabungkan
masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka
lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya (2) guru
dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran
yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan kesulitan-kesulitan
yang dialami selama mereka melaksanakan proses pembelajaran
dari awal hingga akhir. Seperti ketika siswa mendesain gambar
untuk tempat tumbuhan kacang hijau serta ketika membuat grafik
pertumbuhannya dengan menggunakan Microsoft Office. Guru
memberikan masukan dan pengarahan untuk pelaksanaan
pembelajaran berikutnya.

13
Dari pembahasan di atas, jelaslah bahwa tahap-tahap pembelajaran
dalam pembelajaran berbasis STEM menggambarkan bahwa paradigma
pembelajaran sudah mulai bergeser dari pembelajaran yang berpusat pada
guru (teacher center) ke pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
center). Walaupun dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis STEM ini
bersifat baru bagi guru, tapi ternyata guru mampu melaksanakannya sesuai
langkah yang sesuai dengan sintaks dari metode tersebut. Pembelajaran
berbasis STEM bagi guru merupakan suatu pembelajaran yang menuntut
aktivitas dan keterlibatan mental siswa untuk memahami dan memecahkan
suatu permasalahan pembelajaran melalui sebuah projek yang harus
diselesaikan.
Berbeda dengan pembelajaran yang menggunakan model
demontrasi yang dilakukan di kelas kontrol, dimana peran guru
mendominasi jalannya pembelajaran. Pembelajaran dengan model
demontrasi guru menjelaskan kepada siswa apa yang direncanakan dan apa
yang dikerjakan, setelah itu guru mendemontrasikan kepada siswa secara
perlahan serta memberikan penjelasan yang cukup singkat. Setelah itu
guru mengulang kembali selangkah demi selangkah dan menjelaskan
alasan alasan setiap langkah. Setelah itu guru menugaskan kepada siswa
agar melakukan demontrasi sendiri langkah demi langkah dan disertai
penjelasannya.

2. Langkah – Langkah Model SETS


Model Sets adalah model pembelajaran yang mengaitkan
pembelajaran dengan akronim dari sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat. Dalam Model SETS peserta didik diajak untuk mengenal
teknologi dan menganalisis dampak positif ataupun negatif dari teknologi
tersebut, dan pada akhirnya peserta diharapkan mampu menerapkan
konsep teknologi dan pengetahuan yang telah didapatnya dalam
kehidupan sehari-hari, yang mana kegiatan itu semua dapat terlihat dalam
langkah-langkah pembelajaran SETS.

14
Adapun langkah-langkah pembelajaran SETS menurut Robert E.
Yager (1992) adalah sebagai berikut:
a. Tahap Invitation
Menggali isu atau masalah lebih dahulu dari peserta didik,
menghubungkan pembelajaran baru dengan pembelajaran
sebelumnya, mengidentifikasi isu atau masalah dalam masyarakat
yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Guru melakukan
brainstorming dan menghasilkan beberapa kemungkinan topik
untuk penyelidikan. Topik dapat bersifat global atau lokal, tetapi
harus merupakan minat siswa dan memberikan wilayah yang
cukup untuk penyelidikan bagi siswa. Menurut Anwar (2007),
Apersepsi dalam kehidupan juga dapat dilakukan, yaitu
mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa dengan materi
yang akan dibahas.
b. Tahap Eksploration
Merumuskan pertanyaan-pertanyaan spesifik terhadap isu
sains dan teknologi yang telah diidentifikasi, merumuskan solusi-
solusi alternatif, merancang dan melakukan kegiatan eksperimen
atau percobaan untuk mengumpulkan data, berlatih keterampilan
proses sains, mengasah kerja ilmiah dan sikap ilmiah, dan diskusi
kelompok untuk menghasilkan kesimpulan. Pada tahap ini, guru
dan siswa mengidentifikasi daerah kritis penyelidikan. Data-data
dan informasi dapat dikumpulkan melalui pertanyaan-pertanyaan
atau wawancara, kemudian menganalisis informasi tersebut. Data
dan informasi dapat pula diperoleh melalui telekomunikasi,
perpustakaan, dan sumber-sumber dokumen publik lainnya. Dari
sumber-sumber informasi, siswa dapat mengembangkan
penyelidikan berbasis ilmu pengetahuan untuk menyelidiki isuisu
yang berkaitan dengan masalah ini. Pemahaman tentang hujan
asam, misalnya, dilakukan dalam laboratorium untuk menyelidiki
sifat-sifat asam dan basa. Penyelidikan ini memberikan

15
pemahaman dasar untuk pengembangan, pengujian hipotesis, dan
mengusulkan tindakan.
c. Tahap Pengajuan Eksplanasi dan Solusi
Siswa membangun konsep, siswa berdiskusi, solusi
masalah yang dihadapi masyarakat terkait materi yang diperoleh
siswa semata-mata berdasarkan informasi dari kegiatan eksplorasi.
Pada tahap ini, siswa mengatur dan mensintesis informasi yang
mereka telah kembangkan sebelumnya dalam penyelidikan. Proses
ini termasuk komunikasi lebih lanjut dengan para ahli di lapangan,
pengembangan lebih lanjut, memperbaiki, dan menguji hipotesis
mereka, dan kemudian mengembangkan penjelasan tentative,dan
proposal untuk solusi dan tindakan. Hasil tersebut kemudian
dilaporkan dan disajikan kepada rekan-rekan kelas untuk
menggambarkan temuan, posisi yang diambil, dan tindakan yang
diusulkan.
d. Tahap Tindak Lanjut
Menjelaskan fenomena alam berdasarkan konsep yang
disusun,menjelaskan berbagai aplikasi untuk memberi makna,
serta refleksi pemahaman konsep.dalam tahap ini juga ada tahap
aplikasi dimana siswa diberikan kesempatan untu menggunakan
konsep yang diperoleh seperti menghadapi aksi nyata yang didapat
didalam tahap invitasi, kemudian masuk ketahap pemahaman
konsep yaitu guru menjelaskan dan memberikan penguatan
terhadap siswa Dengan demikian SETS dapat membantu siswa
dalam mengetahui sains, teknologi yang digunakannya serta
perkembangan sains dan teknologi dapat berpengaruh terhadap
lingkungan dan masyarakat.

16
Langkah-langkah contoh skenario pembelajaran IPA pada kelas 6
1. Guru memberikan materi atau permasalahan mengenai gerhana bulan,
yang mana gerhana tersebut terjadi saat sebagian atau keseluruhan
permukaan tertutup oleh bayangan bumi.
2. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana mengenai macam
macam gerhana bulan. Guru bertanya kepada siswa untuk merangsang
pemikiran kritis siswa tentang gerhana bulan.
3. Setelah guru mengajukan pertanyaan guru memberikan penjelasan
tentang materi gerhana bulan berdasarkan gagasan dari siswa.
4. Guru membagi siswa terdiri dari beberapa kelompok yang mana pada
setiap kelompok mendapat materi bahasan yang berbeda namun dalam
ruang lingkup pembahasan yang sama yaitu mengenai gerhana bulan.
5. Guru memberikan rumusan masalah mengenai materi yang akan
dibahas pada setiap kelompok misalnya pengertian gerhana bulan,
mengapa gerhana bulan dapat terjadi dll.
6. Dengan masalah yang diberikan guru siswa bersama kelompok
mendiskusikan permasalahan tersebut untuk mengumpulkan data
kemudian menarik sebuah kesimpulan berdasarkan hasil diskusi
kelompok mereka.
7. Siswa melakukan pengamatan dengan didampingi guru tentang
gerhana bulan dengan menggunakan media teleskop dan globe
kemudian hasil pengamatannya disampaikan kepada teman teman di
kelas untuk menggambarkan hasil pengamatan yang didapat siswa
tersebut dan dapat memecahkan masalah berdasarkan informasi yang
didapat.
8. Guru memberikan penguatan pemahaman konsep kepada siswa
mengenai kajian materi gerhana bulan yang telah mereka amati
sebelumnya.

17
C. Kelebihan dan Kekurangan Model
1. Kelebihan dan Kekurangan Model STEM
Kelebihan :
a. Menghindari materi yang oriented dalam pendidikan tanpa mengetahui
masalah-masalah di dalam masyarakat.
b. Peserta didik memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah
dengan penalaran sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
c. Pembelajaran sains lebih bermaksa, karena pembelajaran langsung
berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam kehidupan.
d. Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk mengaplikasikan
konsep, keterampilan, proses, kreativitas dan sikap menghargai produk
teknologi serta bertanggung jawab atas masalah yang muncul di
lingkungannya.
e. Adanya kegiatan kelompok dapat memupuk kerjasama antar siswa dan
sikap toleransi dan saling menghargai pendapat satu sama lain.
f. Mampu menciptakan suatu gagasan atau karya yang dapat bermanfaat
bagi masyarakat maupun bagi perkembangan sain dan teknologi.

Kekurangan :
a. Siswa mengalami kesulitan dalam menghubungkan atau mengaitkan
dalam unsur-unsur dalam pembelajaran.
b. Memerlukan waktu yang lebih lama atau banyak dalam pembelajaran.
c. Pendekatan ini hanya dapat diterapkan pada kelas tinggi.

2. Kelebihan dan kekurangan Model SETS


Kelebihan :
a. Siswa memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi
dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga dapat
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan
yang telah dimiliki.
b. Melatih siswa untuk peka terhadap masalah yang sedang berkembang
di lingkungan mereka/ mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

18
c. Siswa memiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan sekitar
atau sistem kehidupan dengan mengetahui sains, perkembangannya
dan bagaimana perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan,
teknologi dan masyarakat secara timbal balik.
d. Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran.

Kelemahan :
a. Siswa mengalami kesulitan dalam menghubungkan atau mengkaitkan
antar unsur-unsur SETS dalam pembelajaran.
b. Membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam pembelajaran.
c. Pendekatan SETS hanya dapat diterapkan dikelas atas.
d. Bagi guru yang tidak berwawasan luas akan kesulitan kesulitan dalam
mengajarkannya.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
STEM merupakan intregasi antara empat disiplin ilmu yaitu ilmu
pengetahuan, teknologi, rekayasa, dan matematika dalam pendekatan
interdisipliner dan diterapkan berdasarkan konteks dunia nyata dan
pembelajran berbasis masalah. Pembelajran STEM meliputi proses berfikir
kritis, analisis, dan kolaborasi dimana siswa mengintregasikan proses dan
konsep dalam konteks dunia nyata dari ilmu pengetahuan, teknologi,
rekayasa, dan matematika mendorong pengembangan ketrampilan dan
kompetensi untuk kuliah, karir, dan kehidupan.
SETS (Science, Environment, Technology, and Society), bukan
pendidikan angan-angan atau di atas kertas saja, melainkan benar-benar
membahas sesuatu yang nyata yaitu, bisa dipahami, dapat dilihat dan
dibahas dan bisa dipecahkan jalan keluarnya. SETS membuat siswa agar
dapat melakukan penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang
berkaitan dengan Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat yang
berkaitan. Dengan kata lain, siswa dibawa pada suasana yang dekat
dengan kehidupan nyata siswa sehingga diharapkan siswa dapat
mengembangkan pengetahuan yang telah mereka miliki untuk dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul di sekitar
kehidupannya.

B. Saran
Sebagai generasi abad ke 21 dan sebagai calon pendidik
diharapkan mampu memberikan yang terbaik untuk peserta didik dalam
proses belajar mengajar yang dilakukan yang mana kita sebagai guru dan
calon guru nantinya dapat menerapkan pembelajaran berbasis k13, salah
satunya dengan pendekatan SETS dan STEM yang dapat dijadikan tolak
ukur untuk peningkatan SDM di Indonesia.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ariesta, Widya Freddy. ( 2017 ). Pendekatan “ SETS “ dalam Pembelajaran IPA.


Di akses di artikel https://pgsd.binus.ac.id/2017/12/31/pendekatan- sets-
dalam pembelajaran IPA
Binadja, Achmad. Fitriani, dkk. 1999. Penerapan Model Connected Bervisi
Science Environmnet Technology Society Pada Pembelajaran IPA
Terpadu. Jurusan Kimia FMIPAUniversitas Negeri Semarang.
Capraro. (2013). STEM Project-Based Learning : An Integrated Science,
Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) Approach (second
ed). Rotterdam : Sense Publishers.
Kemdikbud. (2015). Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun
2015: Mata pelajaran BIOLOGI SMA/SMK. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan .(2017). Panduan Penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama. Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Pertama.
Khasanah, N. SETS (Science, Environmental, Technology and Society) sebagai
Pendekatan Pembelajaran IPA Modern pada Kurikulum 2013.Pendidikan
Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH – FKIPUNS.
Permanasari,https://media.neliti.com/media/publications/173124-ID-stem-
education-inovasi-dalam-pembelajara.pdf , diakses 28 Februari 2020.
Sadia, I Wayan. 2014. Model-model Pembelajaran Sains Konstruktivistik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Unnes Science Education Journal, (online) (http://journal.unnes.ac.id/
sju/index.php/usej), diakses pada tanggal 26 Maret 2013. Cahyani, Isah.
2010. Peningkatan Kemampuan Menulis Makalah Melalui Model
Pembelajaran Berbasis Penelitian pada Mata Kuliah Umum Bahasa
Indonesia. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Jurnal
SOSIOHUMANIKA, 3(2) 2010.

21

Anda mungkin juga menyukai