Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

MENGENAL ISLAM

Oleh:
Rosania Ayu Ningtyas
Wahyu Ramadhani Trisnaningtyas

RTA Utsmani
Yogyakarta
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT


yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah yang berjudul “Mengenal Islam” ini membahas mengenai
apa itu islam dan penjelasannya. Segala informasi yang terdapat dalam makalah
ini penulis ambil dari sumber terpercaya, insyaallah.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Hamid selaku ustadz pengampu
pelajaran aqidah atas bantuannya dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga
berterima kasih kepada orang tua, kerabat, serta teman-teman atas dukungan yang
telah diberikan. Jaazakumullahu khayran, semoga Allah membalasnya dengan
kebaikan.

Dalam penyusunan makalah ini, tentunya masih terdapat kekurangan. Oleh


karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca agar ke depannya kami bisa menjadi lebih baik. Semoga makalah ini
bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi pembaca.

Sleman, 17 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................1

C. Tujuan Makalah.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Makna Islam..............................................................................................2

1. Secara Etimologi atau Bahasa............................................................2

2. Menurut Al-Qu’ran, Sunnah, dan Literatur-literatur Islam................2

3. Menurut Hadist...................................................................................6

B. Sifat Islam..................................................................................................7

1. Agama/Sistem yang Sempurna...........................................................7

2. Nikmat yang Sempurna......................................................................8

3. Agama/Sistem yang Diridhai..............................................................8

4. Agama Fitrah....................................................................................10

C. Islam Sebagai Pedoman Hidup................................................................10

1. Masalah Keyakinan..........................................................................11

2. Masalah Moral/Akhlak.....................................................................12

3. Tingkah Laku....................................................................................13

4. Perasaan............................................................................................13

5. Tarbawi (Pendidikan).......................................................................14

6. Sosial.................................................................................................14

iii
7. Politik................................................................................................15

8. Ekonomi............................................................................................17

9. Militer...............................................................................................17

10. Peradilan...........................................................................................18

D. Islam Sebagai Akhlak..............................................................................20

1. Akhlak Kepada Allah.......................................................................20

2. Akhlak Kepada Rasul.......................................................................21

3. Akhlak Kepada Diri Sendiri.............................................................21

4. Akhlak Kepada Sesama Manusia.....................................................21

5. Akhlak Kepada Alam Semesta.........................................................22

E. Islam Agama yang Benar.........................................................................22

BAB III PENUTUP...............................................................................................24

A. Kesimpulan..............................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam ialah agama yang istimewa jika dibandingkan dengan agama yang lain.
Setidaknya hal itu lah yang harus diyakini sepenuh hati oleh umat Muslim itu sendiri.
Tidak ada kaitannya dengan intoleransi dan egoisme, tetapi hal ini berkaitan dengan
aqidah umat Muslim kepada Allah subhanallahu wa ta’ala. Islam bukanlah hanya
sekedar dogma-dogma bahkan dongeng seperti yang dituduhkan masyarakat
berpemikiran sekuler. Mereka hanya tidak benar-benar mengenal dan menghayati Islam
dengan baik. Sehingga mereka mengira bahwa Islam hanyalah seperangkat aturan tentang
hubungan manusa dengan Tuhannya, berisi ritual-ritual ibadah yang tidak ada kaitannya
dengan aktivitas sehari-hari manusia. Padahal, Islam jauh dari persangkaan mereka itu.

Ada cerita panjang dibalik munculnya sekulerisme yang membawa manusia


menjauhkan urusan keagamaan dengan aktivitas keduniaan mereka. Namun, makalah ini
tidak akan membahas ke arah sana. Kondisi nyata masyarakat yang memisahkan diri dari
agama ini pada akhirnya menjadi pelajaran bagi umat Muslim itu sendiri betapa
pentingnya mengenal Islam jauh lebih banyak dan jauh lebih. Karena jika agama Islam
tidak sepenting itu, tidak seistimewa itu, mustahil Rasulullah sallahu ‘alaihi wa salam
bersama para sahabatnya berkorban harta, tahta, nyawa untuk memperjuangkan tegaknya
Islam di muka bumi. Terlebih, kelompok yang menolak Islam mewarnai kehidupan
mereka dan umat manusia lainnya, sangat gencar untuk mencari kelemahan umat Islam
untuk mencegah tegaknya Islam. Mereka telah mengutus kaum cendikiawan untuk
mempelajari Islam dan peradabannya lebih jauh, bahkan lebih jauh dari yang diketahui
umat Muslim secara umum. Tujuan mereka ialah untuk menghancurkan Islam dari dalam.
Ternyata, strategi ini cukup ampuh untuk menggerogoti semangat perjuangan umat
Muslim. Mereka dengan ilmu yang mereka punya soal Islam, menyebarkan keragu-
raguan di hati umat Muslim sehingga menggoyahkan keyakinan umat Muslim.
Sebenarnya, ini tidak akan terjadi jika umat Muslim itu sendiri terus memperdalam
pengetahuan mereka soal Islam. Itulah mengapa saat ini sangat penting sekali untuk kita
memperdalam keilmuan tentang apa itu Islam. Agar kemudian tiada keraguan lagi di hati
kita pada keindahan Islam.

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan islam?

C. Tujuan Makalah
Tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Islam

1. Secara Etimologi atau Bahasa

Secara bahasa, kata islam (al-islâm) diambil dari akar kata salima.
Dari akar kata ini, kita akan mendapati kata-kata diantaranya sebagai
berikut:
a. Islâmul wajhi yang berarti menundukkan wajah. Hal ini dilakukan
ketika seseorang mengakui kebesaran pihak lain dan ia merendahkan
hati di hadapannya.
b. Al-istislâm yang berarti berserah diri. Hal ini dilakukan ketika orang
sudah kalah atau merasa lebih aman kalau tidak menentang.
c. As-salâmah yang berarti keselamatan, kebersihan, kesehatan.
d. As-salâm yang berarti selamat dan sejahtera.
e. As-salm atau as-silm yang berarti perdamaian atau kedamaian.

Ketika seseorang menundukkan wajahnya kepada Allah dan


berserah diri kepada-Nya, pada saat itulah ia bersih dari kesombongan
dan kepongahan. Jika hal itu lakukan, ia akan merasakan kedamaian
hidup dalam naungan-Nya, terjamin kehidupannya, terbebas dari rasa
cemas dan takut. Nama islam tidak diambil berdasarkan nama pembawa,
tempat diturunkannya, atau nama lainnya. Ia diambil dari sikap yang
harus dilakukan oleh penganutnya. Dengan sikap itu, mereka akan
mendapat sekaligus menebar kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh
alam.

2. Menurut Al-Qu’ran, Sunnah, dan Literatur-literatur Islam

Dilihat dari Al-Qur’an, Sunnah, dan Literatur-literatur Islam, kata


al-islâm memiliki banyak makna sesuai dengan konteks pembicaraannya.
Di antar makna-makna tersebut adalah sebagai berikut:

3
a. Al-Khudhu' (Ketundukan)
Makna ini dapat kita lihat dalam Al-Quran yaitu sebagai
berikut:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
‫ ِه‬G‫ا َوِإلَ ْي‬GGً‫ا َوكَرْ ه‬GG‫ض طَوْ ًع‬ َّ ‫ْر ِدي ِن هَّللا ِ يَ ْب ُغونَ َولَ ٓۥهُ َأ ْسلَ َم َم ْن فِى‬Gَ ‫َأفَ َغي‬
ِ ‫مٰ ٰو‬G‫الس‬
َ‫يُرْ َجعُون‬
“Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama
Allah, padahal apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada-
Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya
mereka dikembalikan?” (QS. Ali 'Imran [3]: Ayat 83)
‫ ِم ْعنَا‬G‫وا َس‬GGُ‫ِإنَّ َما َكانَ قَوْ َل ْال ُمْؤ ِمنِينَ ِإ َذا ُدع ُٓوا ِإلَى هَّللا ِ َو َرسُولِ ِهۦ لِيَحْ ُك َم بَ ْينَهُ ْم َأ ْن يَقُول‬
Gَ ‫ولِٓئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬ ٰ ‫َوَأطَ ْعنَا  ۚ  َوُأ‬
“Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak
kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul memutuskan (perkara) di
antara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.”
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An-Nur [24]:
Ayat 51) Segala yang ada di langit dan di bumi ini tunduk dan patuh
kepada Allah, baik dengan suka rela maupun terpaksa. Demikian
pula sikap orang-orang Islam kepada Allah dan Rasul-Nya, “Kami
dengar dan kami taat.”

b. Al-Wahy Al-llahi (Wahyu llahi)


Islam identik dengan Kitab Sucinya, yaitu Al-Quran, dan As-
Sunnah yang menjelaskannya. Keduanya merupakan wahyu ilahi
yang diberikan kepada Nabi dan harus dipegang teguh oleh umat
Islam agar selamat di dunia dan akhirat. Makna ini bisa dilihat pada:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ٰ ‫ىي‬
‫ُوحى‬ ٌ ْ‫ِإ ْن ه َُو ِإاَّل َوح‬

4
“Tidak lain (Al-Qur'an itu) adalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya),” (QS. An-Najm 53: Ayat 4)
َ‫ك ِإاَّل ِر َجااًل نُّو ِح ٓى ِإلَ ْي ِه ْم  ۖ فَسَْئلُ ٓوا َأ ْه َل ال ِّذ ْك ِر ِإ ْن ُك ْنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُمون‬
َ َ‫َو َمٓا َأرْ َس ْلنَا قَ ْبل‬
“Dan Kami tidak mengutus (rasul-rasul) sebelum engkau
(Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri
wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah kepada orang yang
berilmu, jika kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 7).

c. Dinul Anbiyâ' Wal Mursalîn (Agama Para Nabi dan Rasul)


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َ Gُ‫ق َويَ ْعق‬
‫وب‬G َ ‫ل َوِإس ْٰح‬Gَ ‫قُلْ َءا َمنَّا بِاهَّلل ِ َو َمٓا ُأ ْن ِز َل َعلَ ْينَا َو َمٓا ُأ ْن ِز َل ع َٰل ٓى ِإب ْٰر ِهي َم َوِإسْمٰ ِعي‬
‫ ٍد ِّم ْنهُ ْم‬G‫ق بَ ْينَ َأ َح‬
ُ ِّ‫ر‬GGَ‫م اَل نُف‬Gْ ‫ى َوالنَّبِيُّونَ ِم ْن َّربِّ ِه‬G ‫يس‬
ٰ ‫ َو ِع‬G‫وسى‬ ٰ ‫اط َو َمٓا ُأوتِ َى ُم‬ Gِ َ‫َواَأْل ْسب‬
َ‫َونَحْ نُ لَ ۥهُ ُم ْسلِ ُمون‬
“Katakanlah (Muhammad), ‘Kami beriman kepada Allah dan kepada
apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada
Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak cucunya, dan apa yang
diberikan kepada Musa, Isa, dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami
tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya
kepada-Nya kami berserah diri’.” (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 84).

d. Ahkamullah (Hukum-Hukum Allah)


Islam adalah sistem hukum yang memuat hukum-hukum Allah
yang terkandung dalam Al-Quran, Sunnah, ijmak maupun qiyas.
Makna ini kita temukan dalam firman-Nya:
‫م‬Gْ ‫ َعلَ ْي ِه  ۖ فَاحْ ُك‬G‫ب َو ُمهَ ْي ِمنًا‬ ِ ‫ص ِّدقًا لِّ َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه ِمنَ ْال ِك ٰت‬ ِّ ‫ب بِ ْال َح‬
َ ‫ق ُم‬ َ ‫ك ْال ِك ٰت‬ َ ‫َوَأ ْنزَ ْلنَٓا ِإلَ ْي‬
‫ا ِم ْن ُك ْم‬GGَ‫لٍّ َج َع ْلن‬GG‫ قِّ  ۚ لِ ُك‬G‫ ٓا َءكَ ِمنَ ْال َح‬G‫بَ ْينَهُ ْم بِ َمٓا َأ ْنزَ َل هَّللا ُ  ۖ  َواَل تَتَّبِ ْع َأ ْه َوٓا َءهُ ْم َع َّما َج‬
 ۖ  ‫ٓا َء ٰاتى ُك ْم‬GG‫ َو ُك ْم فِى َم‬G ُ‫و َشٓا َء هَّللا ُ لَ َج َعلَ ُك ْم ُأ َّمةً ٰو ِح َدةً َو ٰل ِك ْن لِّيَ ْبل‬Gْ َ‫ِشرْ َعةً َو ِم ْنهَاجًا  ۚ  َول‬
ِ ‫ ْالخَ ي ْٰر‬G‫فَا ْستَبِقُوا‬
َ‫م بِ َما ُك ْنتُ ْم فِي ِه ت َْختَلِفُون‬Gْ ‫ت  ۚ ِإلَى هَّللا ِ َمرْ ِج ُع ُك ْم َج ِميعًا فَيُنَبُِّئ ُك‬
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu
(Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan

5
kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan
janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap
umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang
telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu
perselisihkan,” (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 48).

َ‫َأفَ ُح ْك َم ْال ٰج ِهلِيَّ ِة يَ ْب ُغونَ   ۚ  َو َم ْن َأحْ َسنُ ِمنَ هَّللا ِ ُح ْك ًما لِّقَوْ ٍم يُوقِنُون‬
“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah
yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang
meyakini (agamanya)?” (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 50).

e. Ash-Shirâth Al-Mustaqim (Jalan yang Lurus)


Islam adalah sistem hidup yang lurus di tengah sistem-sistem
lain yang bengkok. la lurus karena ia adalah sistem Allah yang
didasarkan kepada pengetahuan dan kebijaksanaan-Nya yang luas.
Adapun siste yang lain didasarkan kepada pengetahuan manusia
yang terbatas dan tidak terlepas dari nafsu dan kepentingan. Hal ini
dapat kita lihat dalam firman Allah sebagai berikut:
 ۚ  ‫بِيلِ ِهۦ‬G‫ق بِ ُك ْم ع َْن َس‬ ِ ‫َوَأ َّن ٰه َذا‬
ُّ ‫وا‬GG‫ص ٰر ِطى ُم ْستَقِي ًما فَاتَّبِعُوهُ  ۖ  َواَل تَتَّبِ ُع‬
َ ‫ َّر‬Gَ‫بُ َل فَتَف‬G‫الس‬
َ‫صى ُك ْم بِ ِهۦ لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ّ ٰ ‫ٰذلِ ُك ْم َو‬
“Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan
kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan
kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu
agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An'am [6]: Ayat 153).

6
f. Salamatud Dunyâ wal Akhirah (Keselamatan Dunia dan Akhirat)
Karena kebaikan hidup yang diperoleh dengan Islam itu dapat
dirasakan di dunia dan di akhirat. Hal ini dapat kita pahami dari
firman-Nya yaitu:

َ   ً‫ة‬Gَ‫وةً طَيِّب‬G‫صلِحًا ِّم ْن َذ َك ٍر َأوْ ُأ ْن ٰثى َوهُ َو ُمْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهۥُ َح ٰي‬
‫م‬Gُْ‫ ِزيَنَّه‬Gْ‫ۖ ولَنَج‬ ٰ ‫َم ْن َع ِم َل‬
َ‫س ِن َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬ َ ْ‫َأجْ َرهُ ْم بَِأح‬
“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.
An-Nahl [16]: Ayat 97).

3. Menurut Hadist

Rasulullah SAW juga menyampaikan mengenai apa itu islam


melalui sebuah hadist yaitu sebagai berikut:

Dari ayahnya, dari Yahya bin Ya'mar, ia berkata:

Aku berkata - maksudnya kepada Abdullah bin Umar – “Wahai Abu


Abdurrahman, sesungguhnya beberapa kaum mengira bahwa takdir tidak
ada.”

Ia bertanya “Apakah salah seorang di antara mereka ada di tengah-tengah


kita?”

Aku menjawab “Tidak.”

Ia berkata, “Sampaikan pesan dariku kepada mereka jika kamu bertemu


mereka, ‘Sesungguhnya Ibnu Umar berlepas diri dari kalian menuju
Allah dan kalian berlepas diri darinya’.”

Kemudian ia berkata, “Umar bin Al Khathab menceritakan kepadaku, ia


berkata ‘Suatu ketika kami duduk di samping Rasulullah SAW di tengah-

7
tengah orang banyak, tiba-tiba seseorang datang. Tidak ada bekas
perjalanan padanya dan ia bukan penduduk negeri itu. Orang itu
melangkahi hadirin sampai ke tempat Rasulullah dan duduk di hadapan
beliau, ia bertanya 'Wahai Muhammad, apa itu Islam?’, Beliau menjawab
‘Islam adalah kamu bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah, dan kamu mendirikan shalat,
memberikan zakat, beribadah haji dan umrah, mandi jinabat,
menyempurnakan wudhu dan puasa Ramadhan.’

Ia bertanya ‘Apakah bila aku lakukan itu, aku seorang muslim?’

Beliau menjawab ‘Ya.’

Ia berkata ‘Kamu benar’.”

(HR. Ibnu Khuzaimah: 1)

B. Sifat Islam

Sebagai agama atau sistem hidup yang Allah swt. turunkan kepada
manusia melalui para nabi dan rasul, Islam memiliki sejumlah sifat yang tidak
dimiliki agama dan sistem manapun di dunia ini. Sifat-sifat tersebut adalah:
1. Agama/Sistem yang Sempurna

Agama ini sempurna karena merupakan agama terakhir yang


dimaksudkan untuk menyempurnakan agama-agama sebelumnya.
Sejalan dengan umur manusia dan kematangan bepikirnya, agama ini
memiliki perangkat-perangkat yang lebih sempurna dibanding agama-
agama sebelumnya. Hal ini dapat kita lihat terutama pada aspek-aspek
syariatnya. Islam juga diturunkan kepada Nabi paling sempurna yang
dijuluki sebagai asy-syâfi' al-musyaffa’. Julukan yang tidak diberikan
kepada nabi-nabi yang lain karena hanya beliau Rasulullah SAW yang
diberi izin untuk memberikan syafaat.

8
Berikut riwayat yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW
menyempurnakan ajaran yang dibawa oleh nabi dan rasul sebelumnya:
‫إن مثلی ومثل األنبياء من قبلی کمثل رجل بنى بيتا فأحسنه‬
‫ فجعل الناس يطوفون به‬، ‫ إال موضع لبنة من زاوية‬، ‫أمله‬
‫ ويقولون هال وضعت هذه اللبنة قال فأنا اللي‬، ‫يحبون له‬
‫وأنا خاتم النبيين‬
“Perumpamaanku dan para nabi sebelumku bagai seorang yang
membangun rumah. Diperbagus dan dipercantiknya rumah itu kecuali
satu tempat batu bata di pojok. Orang-orang pun mengelilinginya.
Mereka kagum dan berkata, “Andai batu bata ini dipasang”. Akulah batu
bata itu, aku adalah penutup para nabi” (HR. Bukhari).

2. Nikmat yang Sempurna

Di samping nikmat-nikmat lainnya, ia adalah nikmat yang paling


sempurna. Hidayah merupakan nikmat, hidayah yang terstruktur dalam
sistem hidup yang sempurna dalam agama ini adalah nikmat yang sangat
besar karena ia hanya diberikan kepada umat Muhammad SAW. Karena
itu kemudian mereka diangkat sebagai ummatan wasathan; sebagai saksi
atas umat manusia di dunia dan di akhirat. Dengan nikmat itu pula,
mereka menjadi umat terbaik yang pernah dilahirkan untuk seluruh umat
manusia, seperti yang dijelaskan Allah dalam Al-Quran:
َ‫ون‬GGُ‫ر َوتُْؤ ِمن‬G ِ G‫وْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك‬GGَ‫ُوف َوتَ ْنه‬ Gِ ‫ال َم ْعر‬Gْ Gِ‫ْأ ُمرُونَ ب‬G َ‫اس ت‬ِ َّ‫ت لِلن‬ ْ ‫ ِر َج‬G‫ر ُأ َّم ٍة ُأ ْخ‬G
َ G‫ُك ْنتُ ْم َخ ْي‬
َ‫سقُون‬ ِ ‫م ْال ٰف‬Gُ ُ‫ب لَ َكانَ خَ ْيرًا لَّهُم  ۚ  ِّم ْنهُ ُم ْال ُمْؤ ِمنُونَ َوَأ ْكثَ ُره‬
ِ ‫ۗ ولَوْ َءا َمنَ َأ ْه ُل ْال ِك ٰت‬
َ   ِ ‫بِاهَّلل‬
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari
yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang
beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (QS. Ali
'Imran 3: Ayat 110).

9
3. Agama/Sistem yang Diridhai

Hal ini Allah utarakan berkali-kali dalam Kitab Suci-Nya.


Pernyataan ini sekaligus memberikan ketegasan bahwa agama dan sistem
selainnya adalah sistem jahiliah, batil, dan tidak diridhai. Syariat samawi
yang diturunkan sebelumnya adalah syariat yang diridhai pada masanya.
Setelah habis masa berlakunya, logika akal dan dalil syar'i menentukan
bahwa syariat terakhirlah yang berlaku. Pemberlakuan syariat yang telah
berakhir masa berlakunya dan meninggalkan syariat yang masih berlaku
merupakan pembangkangan terhadap syariat dan yang menurunkannya.

Pada kesempatan Haji Wada', haji terakhir yang dilakukan oleh


Rasulullah SAW, Allah menurunkan ayat yang mengandung tiga sifat di
atas yaitu:
ُ‫ة‬Gَ‫ر هَّللا ِ بِِۦه َو ْال ُم ْنخَ نِق‬G ‫ُأ‬ Gِ G‫ َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخ ْن ِزي‬G‫ةُ َوال‬Gَ‫ت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيت‬
ْ ‫ ِّر َم‬G‫ُح‬
ِ G‫ َّل لِ َغ ْي‬G‫ٓا ِه‬GG‫ر َو َم‬G
‫ب‬
ِ G‫ص‬ َّ ‫ َل‬G‫َو ْال َموْ قُو َذةُ َو ْال ُمتَ َر ِّديَةُ َوالنَّ ِطي َحةُ َو َمٓا َأ َك‬
ُ ُّ‫ا ُذبِ َح َعلَى الن‬GG‫ا َذ َّك ْيتُ ْم َو َم‬GG‫بُ ُع ِإاَّل َم‬G‫الس‬
‫م‬Gُْ‫وْ ه‬G‫رُوا ِم ْن ِدينِ ُك ْم فَاَل ت َْخ َش‬Gَ‫س الَّ ِذينَ َكف‬ ْ   ‫ق‬
َ ‫م يَِئ‬Gَ ْ‫و‬GGَ‫ۗ الي‬ ٌ ‫م فِ ْس‬Gْ ‫ بِاَأْل ْز ٰل ِم   ٰۚ ذلِ ُك‬G‫َوَأ ْن تَ ْستَ ْق ِس ُموا‬
 ۚ  ‫ا‬GGً‫يت لَ ُك ُم اِإْل س ْٰل َم ِدين‬
Gُ ‫ض‬ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِى َو َر‬ ُ ‫ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوَأ ْت َم ْم‬ ُ ‫ۚ اليَوْ َم َأ ْك َم ْل‬
ْ   ‫اخ َشوْ ِن‬ ْ ‫َو‬
ِ ‫ف ِإِّل ْث ٍم  ۙ فَِإ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َّر‬
ٌ‫حيم‬ َ ‫فَ َم ِن اضْ طُ َّر فِى َم ْخ َم‬
Gٍ ِ‫ص ٍة َغي َْر ُمت ََجان‬
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan
(daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik,
yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang
buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib
dengan azlam (anak panah) (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari
ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu,
sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-
Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah
Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai
agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin

10
berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”
(QS. Al-Ma'idah [5]: Ayat 3).

4. Agama Fitrah

Bersamaan dengan penciptaan alam semesta ini, Allah menciptakan


sifat dan karakteristiknya masing-masing. Karena ia diturunkan oleh Zat
yang telah menciptakan alam semesta berikut ketentuan-ketentuan
kauniyahnya, maka ia adalah sistem yang sejalan dengan fitrah kauniyah
itu. Tidak ada perbedaan antara fitrah kauniyah dan fitrah syar'iyah
karena syariat dibuat untuk menjaga fitrah kauniyah.
Allah telah menciptakan manusia di atas fitrah ini. Penyimpangan
dari fitrah yang bersih lagi lurus ini merupakan kesesatan yang hanya
akan menimbulkan kerugian dan malapetaka bagi umat manusia dan
alam semesta. Dalam hadits qudsi dikatakan bahwa Allah berfirman,
.. ‫وإنی خلقت عبادی ځفاء كلهم وهم أتتهم الشياطين‬

‫ وحرمت عليهم ما أحللت أهم وأمتهم‬G‫فاجالهم عن دينهم‬


‫انشر ځوابي ما لم انزل به سلطانا‬
“...dan Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif
semuanya tapi kemudian setan menggelincirkan mereka dari agama
mereka; mengharamkan kepada mereka hal-hal yang Aku halalkan; dan
memerintahkan mereka untuk menyekutukan-ku, suatu hal yang tidak
pernah Aku turunkan alasannya....” (HR. Muslim).

C. Islam Sebagai Pedoman Hidup

Sebagai pedoman hidup, Islam memberi konsepsi yang lengkap


kehidupan pun yang terlewat dari pembahasannya. Demikian itu, karena kitab
sucinya adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah Yang Mahaluas
pengetahuan-Nya. Allah SWT. berfirman:
ٓ ٰ ‫وما م ْن دَٓابَّة فى اَأْلرْ ض واَل‬
ْ ‫طِئ ٍر يَ ِطي ُر بِ َجنَا َح ْي ِه ِإٓاَّل ُأ َم ٌم َأ ْمثَالُ ُكم  ۚ  َّما فَر‬
ِ ‫َّطنَا فِى ْال ِك ٰت‬
‫ب ِم ْن‬ َ ِ ِ ٍ ِ َ َ
َ‫شرُون‬ َ ْ‫َش ْى ٍء  ۚ ثُ َّم ِإ ٰلى َربِّ ِه ْم يُح‬

11
“Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung
yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-
umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di
dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan.” (QS. Al-An'am
6: Ayat 38).

Sebagai pedoman hidup yang integral dan menyeluruh, Islam meliputi


konsepsi yang benar tentang:
1. Masalah Keyakinan

Keyakinan tentang Tuhan, nama-nama dan sifat-sifat-Nya;


kekuasaan-Nya; wewenang-Nya; hak-hak-Nya; pengawasan-Nya;
pembalasan-Nya di dunia dan di akhirat; tentang nabi dan rasul; tentang
alam gaib, malaikat, jin, Iblis, setan; tentang kehidupan sesudah mati,
alam barzakh, kebangkitan, hisab, surga, neraka, dan masalah-masalah
gaib lainnya yang hanya akan benar kalau datang dari Allah. Keyakinan
tentang hal-hal demikian yang bukan berdasar wahyu hanya akan
menyesatkan manusia dan menjadikan mereka sebagai budak bagi
sesama makhluk. Tentang keyakinan ini, Al-Quran dan Sunnah telah
memberikan penjelasan yang sangat rinci seperti yang terkandung dalam
QS. Al-Baqarah [2] ayat 255:
‫ا فِى‬GG‫ت َو َم‬ ِ ‫مٰ ٰو‬G‫الس‬َّ ‫ا فِى‬GG‫وْ ٌم  ۚ لَّ ۥهُ َم‬GGَ‫نَةٌ َواَل ن‬G‫ ُذ ۥهُ ِس‬G‫هَّللا ُ ٓاَل ِإ ٰلهَ ِإاَّل ه َُو ْال َح ُّى ْالقَيُّو ُم  ۚ اَل تَْأ ُخ‬
َ   ‫ا خَ ْلفَهُ ْم‬GG‫ ِدي ِه ْم َو َم‬G ‫ا بَ ْينَ َأ ْي‬GG‫ِإ ْذنِ ِهۦ  ۚ يَ ْعلَ ُم َم‬G ِ‫ َد ٓۥهُ ِإاَّل ب‬G ‫فَ ُع ِع ْن‬G ‫ض  ۗ  َم ْن َذا الَّ ِذى يَ ْش‬
‫ۖ واَل‬ ِ ْ‫اَأْلر‬
ُ‫ۖ واَل يَُئو ُد ۥه‬َ   ‫ض‬ َ ْ‫ت َواَأْلر‬ َّ ُ‫يُّه‬G ‫ي ُِحيطُونَ بِ َش ْى ٍء ِّم ْن ِع ْل ِم ِٓهۦ ِإاَّل بِ َما َشٓا َء  ۚ  َو ِس َع ُكرْ ِس‬
ِ ‫مٰ ٰو‬G ‫الس‬
ُ‫ظيم‬ ِ ‫ۚ وهُ َو ْال َعلِ ُّى ْال َع‬
َ   ‫ِح ْفظُهُ َما‬
“Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus-
menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur.
Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada
yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui
apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka dan
mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan

12
apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia
tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha
Besar.”

2. Masalah Moral/Akhlak

Moral/akhlak manusia terhadap Allah, terhadap dirinya, terhadap


sesama manusia, maupun terhadap alam semesta hanya akan benar dan
lurus apabila ia memiliki keyakinan yang benar dan lurus tentang Allah
dan hari Akhir. Demikian itu karena keyakinan (akidah) akan
membentuk kesadaran untuk selalu berbuat baik dan menghindari
perbuatan yang tidak terpuji bahkan ketika ia sendirian di ruang gelap.
Adapun akhlak Islam adalah Al-Quran itu sendiri, sebagaimana disebut
dalam Musnad Imam Ahmad, Al-Mu'jam Al-Kabîr karya Imam Ath-
Thabrani, Syu'abul Îmân Imam Al-Baihaqi, Sunan Ad-Darimi, dan
Musykilul Âtsâr Imam Ath-Tahawi. Berikut ini redaksi dalam Al-Mu'jam
Al-Kabîr: "... dari Abu Darda' r.a., dia berkata, "Saya bertanya kepada
Aisyah r.a. tentang akhlak Rasulullah SAW, maka beliau menjawab,
‫ ويژضی لرضاه‬،‫ يغضب لغضبه‬،‫ كان له القرآن‬.
“Beliau Rasulullah SAW. itu akhlaknya Al-Quran; beliau marah karena
kemarahan Al-Quran dan ridha karena keridhaan Al-Quran.”

Di antara ayat Al-Quran yang memberi panduan moral itu adalah


firman-Nya pada surat Al-Isra' [17]: 23–39, di mana ayat-ayat ini sangat
baik kalau dijadikan sebagai bahan tadabbur (perenungan) tentang sistem
akhlak dalam Islam. Dari ayat-ayat itu ditunjukkan bahwa ikhlas
mengharap ridha Allah hendaknya dibarengi dengan sikap yang baik
dalam berinteraksi sesama manusia, betapa pun manusia itu kurang
positif terhadap kita. Artinya, akidah yang memberi batas antara hitam
dan putih, bahwa kalau tidak iman, ya berarti kafir, kalau tidak Islam, ya

13
berarti jahiliah, tidak selamanya harus diwujudkan dalam bentuk
kekerasan. Seperti firman Allah yang berbunyi:
G‫ض َّن َع ْنهُ ُم ا ْبتِغَٓا َء َرحْ َم ٍة ِّم ْن َّربِّكَ تَرْ جُوهَا فَقُل لَّهُ ْم قَوْ اًل َّم ْيسُو ًرا‬ ِ ‫َوِإ َّما تُع‬
َ ‫ْر‬
“Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari
Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka
ucapan yang lemah lembut.” (QS. Al-Isra' 17: Ayat 28). Akidah yang
lurus akan mengendalikan akhlak seseorang, semakin baik akidahnya,
semakin baik pula akhlaknya.

3. Tingkah Laku

Tingkah laku meliputi aspek psikomotorik. Ia sangat diwarnai dan


ditentukan oleh akidah dan akhlak. Tidak ada perbedaan antara aspek
lahir dan aspek batin kecuali pada orang munafik. Demikian itu karena
tingkah laku adalah bentuk implementasi dan terjemahan dari apa yang
ada di dalam pikiran dan jiwa manusia. Sa'id bin Al-Musayyab
rahimahullah melihat orang memainkan kerikil (dalam shalat), maka
beliau berkomentar, “Sekiranya hati orang itu khusyuk, tentu khusyuk
pula anggota badannya.” (Ma'rifatus Sunan wal Âtsâr, Imam Al-Baihaqi)
dalam Jasiman (2018).

4. Perasaan

Suka dan duka, cinta dan benci, sedih dan gembira, halus dan
kasar, sensitif atau tidak, juga sangat dipengaruhi oleh akidah dan akhlak.
Karena itu, Rasulullah saw. mengatakan bahwa di antara kesempurnaan
iman seseorang adalah ketika seseorang mencinta karena Allah,
membenci karena Allah, memberi karena Allah, tidak memberi karena
Allah. Dalam materi makna syahadatain yang lalu kita bicarakan bahwa
di antara konsekuensinya adalah mencintai apa dan siapa yang dicintai
oleh Allah serta membenci apa dan siapa yang dibenci oleh Allah. Tentu,

14
perasaan ini juga tercelup dengan jiwa Al-Quran yang meresap ke dalam
hati sanubarinya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َ ‫زي ُل َربِّ ْال ٰعلَ ِم‬
‫ين‬ ِ ‫َوِإنَّهۥُ لَتَ ْن‬
“Dan sungguh, (Al-Qur'an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
seluruh alam,”
ُ‫ح اَأْل ِمين‬
ُ ‫نَ َز َل بِ ِه الرُّ و‬
“Yang dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),”
َ ِ‫ع َٰلى قَ ْلب‬
َ‫ك لِتَ ُكونَ ِمنَ ْال ُم ْن ِذ ِرين‬
“ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang
memberi peringatan,”
‫ين‬
ٍ ِ‫ان ع ََربِ ٍّى ُّمب‬
ٍ ‫بِلِ َس‬
“dengan bahasa Arab yang jelas.”
(QS. Asy-Syu'ara' [26]: Ayat 192-195)

5. Tarbawi (Pendidikan)
Pendidikan sangat penting bagi setiap manusia sebagai bekal dalam
menjalani kehidupan. Terutama pendidikan mengenai Islam yang
merupakan pedoman hidup, harus dipahami dengan baik dan diwariskan
pemahamannya kepada generasi penerus agar mereka tidak sesat. Allah
Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َ‫ ة‬G‫ب َو ْال ِح ْك َم‬
َ ‫م َويُ َعلِّ ُم ُك ُم ْال ِك ٰت‬Gْ ‫ َز ِّكي ُك‬Gُ‫ا َوي‬GGَ‫وا َعلَ ْي ُك ْم َء ٰايتِن‬GGُ‫واًل ِّم ْن ُك ْم يَ ْتل‬G‫َك َمٓا َأرْ َس ْلنَا فِي ُك ْم َر ُس‬
َ‫ تَ ْعلَ ُمون‬G‫م َّما لَ ْم تَ ُكونُوا‬Gْ ‫َويُ َعلِّ ُم ُك‬
“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul
(Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami,
menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dan
Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 151).

15
6. Sosial

Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup sendiri


tanpa orang lain. la butuh berdialog, bekerja sama, bantu-membantu dan
tolong menolong dengan orang lain. Interaksi sosial ini pun tidak lepas
dari sentuhan Islam. Islam mengaturnya sedemikian rupa sehingga
tercipta hubungan sosial yang harmonis, penuh kasih sayang, dan bebas
dari permusuhan. Ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan tuntutan
dalam berinteraksi sosial tersebar di berbagai surat, khususnya surat-surat
Madaniyah. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:
‫ٓا ٌء ِّم ْن‬G‫رًا ِّم ْنهُ ْم َواَل نِ َس‬G‫وا خَ ْي‬GGُ‫ ٓى َأ ْن يَ ُكون‬G‫وْ ٍم ع َٰس‬GGَ‫ٰيَٓأيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا اَل يَ ْسخَرْ قَوْ ٌم ِّم ْن ق‬
‫س‬َ ‫ب  ۖ بِْئ‬ ِ ‫اَأْل ْل ٰق‬GGِ‫ ب‬G‫ابَ ُزوا‬GGَ‫ ُك ْم َواَل تَن‬G ‫ َأ ْنفُ َس‬G‫ ُز ٓوا‬G‫ۖ واَل ت َْل ِم‬
َ   ‫رًا ِّم ْنه َُّن‬G ‫ ٓى َأ ْن يَ ُك َّن َخ ْي‬G ‫ٓا ٍء ع َٰس‬G ‫نِّ َس‬
ٰ
َ‫ك هُ ُم الظّلِ ُمون‬ Gَ ‫ولِٓئ‬
ٰ ‫ۚ و َم ْن لَّ ْم يَتُبْ فَُأ‬
َ   ‫ق بَ ْع َد اِإْل يمٰ ِن‬ Gُ ‫ااِل ْس ُم ْالفُسُو‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-
olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan)
lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula
perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena)
boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan
(yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain,
dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah
beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-
orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 11).
‫ َواَل‬G‫وا‬GG‫َّس‬
ُ ‫ۖ واَل ت ََجس‬ َ   ‫ْض الظَّنِّ ِإ ْث ٌم‬ َ ‫يرًا ِّمنَ الظَّنِّ ِإ َّن بَع‬GGِ‫وا َكث‬GGُ‫وا اجْ تَنِب‬GGُ‫ا الَّ ِذينَ َءا َمن‬GGَ‫ٰيَٓأيُّه‬
 ۚ  َ ‫ هَّللا‬G‫وا‬GGُ‫ض ُك ْم بَ ْعضًا  ۚ َأيُ ِحبُّ َأ َح ُد ُك ْم َأ ْن يَْأ ُك َل لَحْ َم َأ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ  ۚ  َواتَّق‬
ُ ‫يَ ْغتَب بَّ ْع‬
ِ ‫ِإ َّن هَّللا َ تَ َّوابٌ ر‬
ٌ‫َّحيم‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-
cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang
menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik.

16
Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat,
Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12).

7. Politik
Manusia diciptakan sebagai khalifah Allah di bumi. Karena itu,
kehidupannya tidak akan pernah lepas dari masalah politik, baik sebagai
subjek maupun objek. Politik yang tidak didasarkan kepada akidah dan
moral, selalu hanya merupakan cara untuk meraih kekuasaan dengan
segala cara. Sejarah telah mencatat bahwa banyak penguasa yang berlaku
zalim kepada rakyatnya bahkan ada di antara mereka yang mengklaim
dirinya sebagai tuhan lalu memperlakukan rakyatnya dengan kejam. Hal
yang tidak pernah dilakukan oleh Allah sendiri yang telah menciptakan
dan memberi rezeki kepada mereka.
Dengan Islam, Allah mengatur bagaimana seharusnya politik dan
berpolitik itu. Politik itu merupakan amanah yang penunaiannya harus
berorientasi pada kesalehan sebagaimana didefinisikan oleh Abul Wafa'
Ibnu Aqil, sebagaimana dikutip oleh Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam
kitabnya, Ath-Thuruq Al-Hukmiyyah:
‫ السياسة ما كان فقد يكون مع اللي أقرب إلى الصالح‬،
‫ صلى هللا عليه وسلم‬G‫ وإن لم يضعه الرسول‬، ‫وأبعد عن الفساد‬،
‫ وال تزل به وحي‬.

Politik adalah suatu (kebijakan) yang bersamanya, manusia jadi


benar-benar lebih dekat kepada kesalehan dan lebih jauh dari kerusakan,
meskipun sesuatu (kebijakan) itu tidak dibuat oleh Rasul SAW. dan tidak
diturunkan wahyu. Prinsipnya, kekuasaan itu adalah milik Allah
sebagaimana firman-Nya, Hukum (keputusan) itu tidak lain hanyalah
kepunyaan Allah. (QS. Yûsuf [12]: 40). Adapun hal-hal terkait dengan
teknis, manusia diberi kebebasan untuk melakukan ijtihad dengan

17
memperhatikan dan merujuk kepada kaidah-kaidah syariat yang telah
ditentukan. Bahwa politik itu amanah, dapat dipahami dari firman-Nya,

ِ َّ‫ا َوِإ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬GGGGَ‫ت ِإ ٰل ٓى َأ ْهلِه‬


‫وا‬GGGG‫اس َأ ْن تَحْ ُك ُم‬ ِ ‫َؤ ُّدوا اَأْلمٰ ٰن‬GGGGُ‫ْأ ُم ُر ُك ْم َأ ْن ت‬GGGGَ‫ِإ َّن هَّللا َ ي‬
ِ َ‫بِ ْال َع ْد ِل  ۚ ِإ َّن هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ِٓۦه  ۗ ِإ َّن هَّللا َ َكانَ َس ِمي ۢ ًعا ب‬
‫صيرًا‬
“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara
manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah
sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha
Mendengar, Maha Melihat.” (QS. An-Nisa' 4: Ayat 58).

8. Ekonomi

Untuk bertahan hidup manusia perlu melakukan kegiatan ekonomi


seperti bercocok tanam, berdagang, menawarkan jasa, dan berbagai
profesi lainnya. Allah telah menciptakan mereka untuk saling bergantung
kepada orang lain. Hal ini menuntut mereka untuk menghormati dan
menghargai orang lain. Islam mengatur agar motivasi ekonomi itu tidak
mendorong mereka untuk mengeruk keuntungan besar sesaat namun
menimbulkan kerugian besar dalam waktu yang lama.

Hal yang paling istimewa dalam ekonomi Islam adalah kewajiban


zakat dan sedekah di mana zakat itu sendiri artinya suci, tumbuh, dan
barakah sedang sedekah itu adalah bukti keimanan. Keduanya ditunaikan
oleh seorang Muslim dengan ikhlas lillâhi ta'âlâ, dan manfaatnya dapat
dirasakan oleh masyarakat pada umumnya, bukan hanya oleh kaum
Muslimin saja. Sebagaimana firman Allah SWT:
‫ب‬ِ ‫ا‬GGَ‫ الرِّ ق‬G‫وبُهُ ْم َوفِى‬GGُ‫ ِة قُل‬GGَ‫ا َو ْال ُمَؤ لَّف‬GGَ‫ين َو ْال ٰع ِملِينَ َعلَ ْيه‬
ِ ‫ ِك‬GG‫رٓا ِء َو ْال َم ٰس‬GG ُ ‫د َٰق‬GG‫الص‬
َ َ‫ت لِ ْلفُق‬ َّ ‫ا‬GG‫ِإنَّ َم‬
َ ‫ۗ وهَّللا ُ َعلِي ٌم‬
ٌ‫ح ِكيم‬ َ   ِ ‫يضةً ِّمنَ هَّللا‬ َ ‫َو ْال ٰغ ِر ِمينَ َوفِى َسبِي ِل هَّللا ِ َوا ْب ِن ال َّسبِي ِل  ۖ فَ ِر‬
“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang
miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk
(memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang

18
berutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana”. (QS. At-Taubah 9: Ayat 60).

9. Militer

Karena kepentingan politik, sosial, dan ekonomi, manusia


kemudian menyiapkan kekuatan untuk memperoleh dan
mempertahankannya. Nafsu manusia yang menjerumuskan selalu
didukung oleh setan agar mereka melakukan kejahatan bahkan
pengrusakan dalam mencapai tujuannya. Karena itu, dunia ini tidak
pernah sepi dari konflik antara anshârul haq dan anshârul bâtil karena
al-haq dan al-bâtil sendiri tidak akan pernah bertemu. Untuk itu, Islam
mewajibkan kepada anshârul haq untuk bersiap siaga, menyiapkan
kekuatan, dan berjihad membela kebenaran dan memerangi kebatilan.
Bahkan jihad merupakan jalan pintas menuju surga. Allah SWT
berfirman,

ِ G‫اط ْال َخ ْي‬G


‫م‬Gْ ‫ ُد َّو ُك‬G‫ ُد َّو هَّللا ِ َو َع‬G‫ونَ بِ ِهۦ َع‬GGُ‫ل تُرْ ِهب‬G ِ Gَ‫ َّو ٍة َو ِم ْن رِّ ب‬Gُ‫م ِّم ْن ق‬Gُْ‫تَطَ ْعت‬G‫اس‬ ْ ‫ ُّدوا لَهُ ْم َّما‬G‫َوَأ ِع‬
‫ف‬ َّ ‫يل هَّللا ِ يُ َو‬
ِ ِ‫ۚ و َما تُ ْنفِقُوا ِم ْن َش ْى ٍء فِى َسب‬ َ   ‫م اَل تَ ْعلَ ُمونَهُ ُم هَّللا ُ يَ ْعلَ ُمهُ ْم‬Gْ ‫اخَرينَ ِم ْن دُونِ ِه‬
ِ ‫َو َء‬
ْ ُ‫م اَل ت‬Gُْ‫ِإلَ ْي ُك ْم َوَأ ْنت‬
َ‫ظلَ ُمون‬
“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi
mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda
yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi Allah
mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya
akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi
(dirugikan)”. (QS. Al-Anfal 8: Ayat 60).

10. Peradilan

Peradilan yang dimaksud di sini termasuk permasalahan hukum dan


perundang-undangan perdata maupun pidana. Karena dibuat oleh

19
manusia yang tidak lepas dari nafsu dan keterbatasan, undang-undang
dan hukum pasti selalu menyimpan berbagai kekurangan dan
subjektivitas. Selain itu, karena terlepas dari akidah dan moral, sering
kali hukum digunakan sebagai legitimasi bagi kecurangan dan
keberpihakan tertentu. Islam mewajibkan kaum muslim untuk berlaku
adil terhadap dirinya sendiri dan keluarganya. Hal ini tidak mungkin
dilakukan apabila orang tidak percaya bahwa apa yang ia ucapkan dalam
peradilan dicatat oleh Allah dan akan mendapat balasan di akhirat.
Keyakinan akan Hari Akhir inilah yang mendorong mukmin bahkan
minta dihukum di dunia. Baginya, hukuman di dunia tidak seberapa bila
dibandingkan dengan hukuman di akhirat.

‫ا‬GG‫ ِه ْم َح َر ًج‬G ‫ دُوا فِ ٓى َأ ْنفُ ِس‬G‫ك اَل يُْؤ ِمنُونَ َح ٰتّى يُ َح ِّك ُموكَ فِي َما َش َج َر بَ ْينَهُ ْم ثُ َّم اَل يَ ِج‬
Gَ ِّ‫فَاَل َو َرب‬
‫ تَ ْسلِي ًما‬G‫ضيْتَ َويُ َسلِّ ُموا‬ َ َ‫ِّم َّما ق‬
“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka
menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang
mereka perselisihkan (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan
dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan dan mereka
menerima dengan sepenuhnya” (QS. An-Nisa' [4]: Ayat 65).

‫ادُوا‬GGَ‫لَ ُموا لِلَّ ِذينَ ه‬G ‫ا النَّبِيُّونَ الَّ ِذينَ َأ ْس‬GGَ‫ورٌ  ۚ يَحْ ُك ُم بِه‬GGُ‫دًى َون‬G ُ‫ا ه‬GGَ‫ةَ فِيه‬G ‫ا التَّوْ ٰرى‬GGَ‫ِإنَّٓا َأ ْنزَ ْلن‬
‫ ُوا‬G‫هَدَٓا َء  ۚ فَاَل ت َْخ َش‬G‫ ِه ُش‬Gْ‫انُوا َعلَي‬GG‫ب هَّللا ِ َو َك‬ ِ ‫تُحْ فِظُوا ِم ْن ِك ٰت‬G‫اس‬ ْ ‫ا‬GG‫ا ُر بِ َم‬GGَ‫َوال َّر ٰبّنِيُّونَ َواَأْلحْ ب‬
‫ك هُ ُم‬ َ ‫ولِٓئ‬
ٰ ‫زَ َل هَّللا ُ فَُأ‬GG‫َئايتِى ثَ َمنًا قَلِياًل   ۚ  َو َم ْن لَّ ْم يَحْ ُك ْم بِ َمٓا َأ ْن‬
ٰ ِ‫ ب‬G‫اخ َشوْ ِن َواَل تَ ْشتَرُوا‬ ْ ‫اس َو‬ َ َّ‫الن‬
َ‫ْال ٰكفِرُون‬
“Sungguh, Kami yang menurunkan Kitab Taurat, di dalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya. Yang dengan Kitab itu para nabi yang berserah diri
kepada Allah memberi putusan atas perkara orang Yahudi, demikian juga
para ulama dan pendeta-pendeta mereka, sebab mereka diperintahkan
memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya.
Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah

20
kepada-Ku. Dan janganlah kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga murah.
Barang siapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itulah orang-orang kafir” (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 44).

‫م ع َٰل ٓى َأاَّل‬Gٍ ْ‫و‬GGَ‫م َشنََئانُ ق‬Gْ ‫ٰيَٓأيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا ُكونُوا قَ ٰ ّو ِمينَ هَّلِل ِ ُشهَدَٓا َء بِ ْالقِ ْس ِط  ۖ  َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك‬
َ‫ تَ ْع َملُون‬G‫ هَّللا َ  ۚ ِإ َّن هَّللا َ خَ بِي ٌر ۢبِ َما‬G‫ هُ َو َأ ْق َربُ لِلتَّ ْق ٰوى  ۖ  َواتَّقُوا‬G‫ع ِدلُوا‬ ْ ‫تَ ْع ِدلُوا  ۚ ا‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak
keadilan karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap
apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 8).

D. Islam Sebagai Akhlak

Konsep akhlak dalam Islam berangkat dari hubungan antara manusia


dengan Allah, yaitu hubungan penciptaan. Allah telah menciptakan manusia
dan selanjutnya Allah disebut Al-Khâliq sedangkan manusia disebut al-
makhlûq. Hubungan penciptaan ini menuntut komitmen untuk mensyukuri
nikmat penciptaan dengan sikap dan perilaku yang benar, sesuai dengan yang
dikehendaki oleh Penciptanya. Dalam kerangka itu, Allah menurunkan sistem
akhlak itu kepada mereka melalui nabi dan rasul-rasul-Nya. Akhlak Islam
menyatu dengan seluruh sistemnya. Ia ada dalam akidah, ibadah, syariat,
bahkan dalam seni dan budaya. Tidak ada satu pun sisi kehidupan seorang
muslim yang tidak diwarnai dengan akidah dan akhlaknya. Diriwayatkan dari
Abu Huraiarah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda,
‫ األخالق‬G‫ إنما بعثت ألتمم مكارم‬.
Aku diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR.
Baihaqi).

21
Akhlak ini harus selalu ditunjukkan dalam berinteraksi dengan Allah, dengan
rasul, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dan dengan alam
semesta.
1. Akhlak Kepada Allah

Inti dari akhlak manusia kepada Allah adalah beribadah kepada Dzat
yang telah menciptakannya. Seperti firman Allah SWT yang berbunyi:
َ ‫ت ْال ِج َّن َواِإْل ْن‬
ِ‫س ِإاَّل لِيَ ْعبُدُون‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku” (Adz-Dzâriyât [51]: 56). Hal ini dapat diwujudkan
dengan beriman kepada-Nya, menjalankan perintah-perintah-Nya, dan
menjauhi larangan-larangan-Nya.

2. Akhlak Kepada Rasul


Bagaimana mengimplementasikan sistem akhlak ini, Rasulullah
telah memberikan contoh terbaik. Kewajiban Muslim adalah berterima
kasih kepadanya dengan cara mengimani, mengikuti ajaran yang
dibawanya, menaati, dan meneladaninya. Sebagai seorang muslim,
kewajiban kita terhadap Rasullullah adalah diantaranya:
a. Membenarkan dan mengikuti apa yang disampaikan oleh Rasulullah
SAW,
b. Taat kepada Rasulullah SAW,
c. Menjauhi apapun yang dilarang dan tidak disukai Rasulullah SAW,
d. Tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang disyariatkan
Rasulullah.

3. Akhlak Kepada Diri Sendiri

Allah telah memuliakan manusia dan melebihkan dirinya di atas


makhluk yang lain dengan suatu kelebihan. Statusnya sebagai manusia
mengharuskan orang untuk memuliakannya. Kalau orang wajib
memuliakannya, tentu ia sendiri lebih patut untuk memuliakan dirinya.

22
Karena itu, seorang Muslim tidak boleh menghinakan, merendahkan,
atau meremehkan dirinya sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan hal-hal yang bermanfaat baginya dan menjauhi hal-hal dapat
merugikan. Kalau menghormati dirinya saja tidak bisa, siapakah yang
akan menghormati dirinya?

4. Akhlak Kepada Sesama Manusia

Status dan kedudukan manusia lain di hadapan Muslim berbeda-


beda sesuai dengan kedekatan hubungan dengan dirinya. Kedekatan ini
dapat dilihat dari berbagai segi. Ada yang dekat karena akidah, dekat bila
dilihat dari sisi nasab, karena hubungan pertetanggaan, karena aspek
kesukuan, kebangsaan, profesi, dan sebagainya. Yang paling dekat di
antara mereka adalah yang memiliki kedekatan akidah. Merekalah yang
paling berhak atas perlakuan baik darinya.

5. Akhlak Kepada Alam Semesta

Hewan, tumbuhan, dan benda-benda mati pun mendapat sentuhan


akhlak Islam secara proporsional. Rasulullah SAW bersabda bahwa
Allah telah mewajibkan berbuat ihsan kepada segala sesuatu di antaranya
bahkan kepada musuh sekalipun. Hakikat pembinaan akhlak adalah
membersihkan diri dari sifat-sifat tercela lalu menghiasainya dengan
sifat-sifat yang terpuji.

E. Islam Agama yang Benar

Tidak dapat dipungkiri bahwa ternyata di dunia ini terdapat banyak


sekali agama, konsep, dan sistem. Masing-masing mendakwakan sebagai
kebenaran. Masing-masing mengajak manusia untuk menganut, membela,
dan memperjuangkannya. Agar tidak salah pilih dan tidak tersesat,
timbanglah dan bandingkan terlebih dahulu konsep dan agama-agama itu
dengan segala kearifan, menggunakan akal sehat dan dalil nyata.

23
Konsep yang dijamin kebenarannya adalah konsep yang dibuat oleh Zat
Yang Maha Mengetahui, yang ilmunya meliputi segala yang ada di langit dan
di bumi, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yang awal dan yang
akhir. Zat yang demikian itu tidak lain adalah Zat yang telah menciptakan
segala makhluk, yang tidak diciptakan oleh zat lain, yang awal dan yang
akhir. Zat yang demikian itu adalah Allah. Konsep dan agama yang dibuat-
Nya disebut dînullâh. Karena ilmunya yang Mahaluas itu, maka Allah adalah
Zat Yang Maha Bijaksana. Dia disebut juga sebagai Al-Haq dengan
kebenaran yang absolut. Karena itu, agama-Nya disebut juga sebagai dîn Al-
Haq atau dîn al-haq (Al-Haq, dengan huruf besar adalah Allah, al-haq dengan
huruf kecil adalah sistem yang dibuat-Nya). Dînul haq yang dimaksud tidak
lain adalah Al-Islam. Isi yang terkandung di dalamnya adalah petunjuk dalam
arti yang sebenar-benarnya, karena ia adalah petunjuk yang datang dari Zat
Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.

ْ ‫ق لِي‬
َ‫ُظ ِه َرهۥُ َعلَى الدِّي ِن ُكلِِّۦه َولَوْ َك ِرهَ ْال ُم ْش ِر ُكون‬ ِّ ‫ى َأرْ َس َل َرسُولَهۥُ بِ ْاله ُٰدى َو ِدي ِن ْال َح‬
ٓ ‫هُ َو الَّ ِذ‬

“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama


yang benar, untuk memenangkannya di atas segala agama meskipun orang-
orang musyrik membencinya” (QS. As-Saff 61: Ayat 9).

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai Allah, mengandung


makna ketertundukan, berserah diri, keselamatan, dan perdamaian. Islam
adalah agama sempurna yang melengkapi ajaran-ajaran yang dibawa oleh
Nabi dan Rasul sebelumnya. Islam berisi hukum-hukum Allah, pedoman bagi
kita sebagai hamba Allah dalam menjalani kehidupan di dunia agar selamat
hingga di akhirat kelak.

25
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

Al-Hadist

Jasiman. (2018). Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah. Solo: PT Era Adicitra


Intermedia.

26

Anda mungkin juga menyukai