MODUL 10 Perawatan Dengan Traksi, Gips Dan Orif
MODUL 10 Perawatan Dengan Traksi, Gips Dan Orif
A. Pengertian
Reduksi/fiksasi : manual realignment, surgical realignment, traksi,eksternal-Internal
fiksasi.
Imobilisasi adalah mempertahankan reduksi ditempatnya sampai terjadi penyembuhan
fraktur dengan menggunakan alat-alat eksternal dan alat alat-internal.
B. Tujuan Imobilisasi
a. Untuk menstabilisasi dan imobilisasi pada muskulo yang cedera
b. Mengurangi nyeri
c. Mengurangi bengkak
d. Melindungi daerah yang terluka
e. Mengurangi perdarahan
B. Tujuan Pemasangan
1. Untuk mengurangi dan untuk immobilisasi fraktur tulang agar terjadi pemulihan
2. Untuk mempertahankan kesejajaran tulang yang tepat
3. Untuk mencegah cidera dari jaringan lunak
4. Untuk memperbaiki, mengurangi, atau mencegah deformitas
5. Untuk mengurangi spaseme otot dan nyeri
Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginkan untuk mendapatkan
efek terapeutik, tetapi kadang-kadang traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari
satu untuk mendapatkan garis tarikan yang diinginkan (Barbara, 1998).
C. Jenis Traksi
Terdapat beberapa jenis traksi yang dapat digunakan pada pasien dengan
fraktur,yaitu:
1. SkinTraksi
Skin traksi digunakan untuk penanganan patah tulang pada pasien anak dan dewasa
yang membutuhkan kekuatan tarikan sedang,dengan beban tidak lebih dari lima
kilogram serta lama pemasangan tidak lebih dari 3-4 minggu karena dapat menyebabkan
iritasi kulit (Anderson, et al,2009).Adapun beberapa jenis skin traksi menurut Smeltzer
& Bare (2002).antara lain :
a. Traksi buck
Ektensi buck (unilateral/bilateral) adalah bentuk traksi kulit dimana tarikan
diberikan pada satu bidang bila hanya imobilisasi parsial atau temporer yang
diinginkan.Traksi buck digunakan untuk memberikan rasa nyaman setelah cidera
pinggul sebelum dilakukan fiksasi dengan intervensi bedah.
b. Traksi Russell
Traksi Russel dapat digunakan pada fraktur plato tibia, menyokong lutut yang
fleksi pada penggantung dan memberikan gaya tarik horizontal melalui pita traksi
balutan elastis ketungkai bawah.
c. Traksi Dunlop
Traksi Dunlop adalah traksi pada ektermitas atas.Traksi horizontal diberikan
pada lengan bawah dalam posisi fleksi.
d. Traksi kulit Bryant
Traksi ini sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah
tulang paha.Traksi Bryant sebaiknya tidak dilakukan pada anak-anak yang berat
badannyalebih dari 30 kg apabila batas ini dilampaui maka kulit dapat mengalami
kerusakan berat.
2. Skletal Traksi
Traksi langsung pada tulang dengan menggunakan pins, wires, screw untuk
menciptakan kekutan tarikan besar (9-14 kilogram) serta waktu yang lebih dari empat
minggu, serta memiliki tujuan tarikan ke arah longitudinal serta mengontrol rotasi dari
fragmen tulang. Pada patah tulang panjang digunakan steinmann pins(2-4,8mm) atau
kirschner wire (7-15mm) yang penggunaannya ditentukan oleh densitas tulang serta
kekuatan tarikan yang dibutuhkan (Anderson et al,2009).Beberapa tempat pemasangan
pin seperti proksimal tibia, kondilus femur, olekranon, kalkaneus, trokanter mayoratau
bagian distal metacarpal lalu diberi pemberat (Sjamsuhidajat dkk, 2011)
3. Traksi 90-90-90
Traksi 90-90-90 sangat berguna untuk merawat anak- anak usia 3 tahun sampai
dewasa muda. kontrol terhadap fragmen – fragmen pada fraktur tulang femur hampir
selalu memuaskan dengan traksi 90-90-90 penderita masih dapat bergerak dengan
cukup bebas diatas tempat tidur.
D. Indikasi
1. Traksi rusell digunakan pada pasien fraktur pada plato tibia
2. Traksi buck, indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah untuk
mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan
diperbaiki lebih lanjut
3. Traksi Dunlop merupakan traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal diberikan pada
humerus dalam posisi abduksi, dan traksi vertical diberikan pada lengan bawah dalm
posisi flexsi.
4. Traksi kulit Bryani sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah
tulang paha
5. Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada korpus
pemoralis orang dewasa
6. Traksi 90-90-90 pada fraktur tulang femur pada anak-anak usia 3 thn sampai dewasa
muda (Barbara, 1998
E. Komplikasi
Penggunaan traksi mengakibatkan pasien mengalami imobilisasi
sehingga beberapa komplikasi penggunaan traksi berhubungan dengan kondisi
imobilisasi yang terjadi, diantaranya:
1. Iritasi Kulit
Skin traksi digunakan untuk penanganan patah tulang pada pasien anak dan dewasa
yang membutuhkan kekuatan tarikan sedang,dengan beban tidak lebih dari
limakilogram serta lama pemasangan tidak lebih dari 3-4 minggu karena dapat
menyebabkan iritasi kulit (Anderson, et al,2009).
2. Disuse Atrofi Otot
Bila otot tidak digunakan/hanya melakukan aktivitas ringan (seperti: tidur dan
duduk) maka terjadi penurunan kekuatan otot sekitar 5% dalam tiap harinya, atau
setelah dua minggu dapat menurun sekitar 50%. Disamping terjadi kelemahan otot,
juga terjadi atrofi otot (disuse athrophy). Hal ini disebabkan karena serabut-serabut otot
tidak berkontraksi dalam waktu yang cukup lama, sehingga perlahan-lahan akan
mengecil (atrofi), dimana terjadi perubahan perbandingan antara serabut otot dan
jaringan fibrosa. Atrofi otot sering terjadi pada anggota gerak yang diletakkan dalam
pembungkus gips, sehingga dapat mencegah terjadinya kontraksi otot (Guyton&
Hall,2008)
3. Demineralisasi tulang
Demineralisasi tulang terjadi selama immobilisasi, menyebabkan disuse
osteoporosis.Demineralisasi tulang ini dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu:
menurunnya aktivitas otot danmenurunnya aktivitas tubuh. Pasien yang immobilisasi
aktivitasnya menjadi terbatas dan tidak adapenopang berat badan pada tulang panjang
di ekstremitas bawah(Kusnanto, 2006).
4. Infeksi dan Parase saraf
Infeksi yang umumnya didapat melalui invasi bakteri melalui pin atau kawat yang
digunakan pasien. Parase saraf akibat penggunaan traksi yang berlebihan (overload)
atau apabila pin mengenai saraf. Kedua komplikasi ini umumnya terjadi pada
penggunaan skeletal traksi (Smeltzer & Bare,2002)
J. Pengkajian
Pengkajian fungsi sistem tubuh perlu dilakukan terus-menerus karena
imobilisasi dapat menyebabkan terjadinya masalah pada kulit, respirasi,
gastrointestinal, perkemihan, dan kardiovaskuler. Masalah tersebut dapat berupa
ulkus akibat tekanan, kongesti paru, konstipasi, kehilangan nafsu makan, statis
kemih, dan infeksi saluran kemih.
Pengkajian psikologis perlu dilakukan karena pasien takut peralatannya
dan cara pemasangannya. Pasien sering menunjukkan kebingungan, disorientasi,
dan depresi karena pasien terimobilisasi dalam waktu yang cukup lama.
Pengkajian dilakukan apada bagian tubuh yang ditraksi meliputi status
neurovaskular (mis., warna, suhu, pengisian kapiler, edema, denyut nadi,
perabaan, kemampuan bergerak) yang dievaluasi dan dibandingkan dengan
ekstremitas yang sehat. Selain itu, kaji adanya nyeri tekan betis, hangat,
kemerahan, pembengkakan, atau tanda homan positif (ketidaknyamanan pada
betis ketika didorsofleksi dengan kuat) karena merupakan tanda trombosis vena
profunda.
K. Diagnosa Keperawatan
1. Kurang pengetahuan mengenai program terapi
2. Ansietas yang berhubungan dengan status kesehatan dan alat traksi
3. Nyeri dan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan Agen injury Fisik (traksi dan
imobilisasi).
4. Kurang perwatan diri : makan, hygiene, atau toileting yang berhubungan dengan traksi
5. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit dan traksi
L. Intervensi
M. Prosedur Kerja
UraianKegiatan Keterangan
Pre Interaksi
Persiapan Alat:
beban
gunting
Bedak kulit
Handuk
Lidi kapas
Kassa steril
Piala ginjal
Orientasi
3. Menjaga privacy
Tahap Kerja
Pelaksanaan prosedur
1. Mencuci tangan
2. Memakai handschoen
3. Mengatur posisi tidur pasien supinasi
4. Bila ada luka dirawat dan ditutup kassa
5. Bila banyak rambut k/p di cukur
6. Beri tanda batas pemasangan plester gips menggunakan bolpoint
7. k/p beri balsam perekat
8. Ambil skin traksi kit lalu rekatkan plester gips pada bagian
medial dan lateral kaki secara simetris dengan tetap menjaga
immobilisasi fraktur
9. Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur
10. Masukkan tali pada pulley katrol
11. Sambungkan tali pada beban ( 1/7 BB = maksimal 5 kg
12. k/p pasang bantalan conter traksi atau bantal penyangga kaki
13. Atur posisi pasiennya Mandan rapikan
14. Beritahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dan pesankan
untuk manggil perawat bila ada keluhan
TRAKSI KULIT
TRAKSI SKELETAL
1. Cuci tangan
2. Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur untuk
mempertahankan tarikan traksi yang optimal
3. Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung
tangan steril
4. Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin, menggunakan lidi
kapas dengan teknik menjauh dari pin (dari dalam keluar)
5. Beri salep anti bakteri jika diperlukan sesuai protocol RS
6. Tutup kassa di lokasi penusukan pin
7. Lepas sarung tangan
8. Buang alat – alat yang telah dipakai kedalam plastic khusus
infeksius
9. Cuci tangan
10. Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk membantu dalam
pergerakan di tempat tidur selama ganti alat dan membersihkan
area punggung/ bokong
11. Berikan posisi yang tepat di tempat tidur
Terminasi
Dokumentasi
Nilai Ket
No. Aspek Yang Dinilai
0 1 2
A Persiapan Alat :
1. Handscoon
2. Baskom berisi air
3. Rolls padding
4. Gips
5. Pengalas
6. Handuk
7. Sabun
B Persiapan pasien :
Jelaskan prosedur dan tujuan pemasangan gips kepada klien, siapkan bagian tubuh
yang akan dipasang gips
C Persiapan lingkungan :
Mengatur lingkungan klien, menutup sampiran
D Cara kerja
1. Cuci Tangan
2. Memakai handschoon
3. Pemeriksa menempatkan diri disebelah kanan tempat tidur pasien
4. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
5. Mengatur posisi klien
6. Daerah yang akan dipasang gips dicukur bila perlu, dibersihkan, dan dicuci
dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk.
7. Sokong ekstremitas atau bagian tubuh yang akan di gips.
8. Pasang padding pada bagian yang akan dipasang gips secara sirkuler
9. Masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam beberapa saat sampai
gelembung-gelembung dari gips habis keluar. Selanjutnya, diperas untuk
mengurangi jumlah air dalam gips.
10. Pasang gips secara merata pada bagian tubuh, pembalutan gips secara
melingkar mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu kendur atau terlalu
ketat. Pada waktu membalut, lakukan dengan gerakan berkesinambungan
agar terjaga ketimpang tindihan lapisan gips. Dianjurkan dalam jarak yang
tetap (kira-kira 50% dari lebar gips). Lakukan dengan gerakan yang
berkesinambungan agar terjaga kontak yang konstan dengan bagian tubuh.
11. Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan dengan telapak tangan.
Jangan diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan
hindari tekanan pada gips.
12. Melepas sarung tangan dan merapihkan pasien
13. Membereskan alat-alat
14. Mencuci tangan
D Terminasi
1. Menanyakan perasaan dan periksa kembali keadaan klien
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Mengakhiri kegiatan dengan salam
4. Dokumentasi
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi kurang benar
2 = dilakukan dengan benar
(________________)
NIP