Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ANALISIS FARMASI

“KROMATOGRAFI GAS”

OLEH

KELOMPOK VIII

1. REZA RAHMANSYAH (O1A115


2. SEKAR DWILAKSITA (O1A115136)
3. WILDA PUSPITA AGAM (O1A115
4. TUTI MAULIA (O1A115
5. NURMAYANI (O1A115156)

KELAS D

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah swt, karena
atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya penulis masih diberikan
kesehatan dan kekuatan untuk menyelesaikan tugas makalah Analisis Farmasi
yang berjudul “Kromatografi Gas” ini.
Tidak lupa pula penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung penulis, sehingga makalah “Kromatografi
Gas” ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun tetap penulis
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, September 2017

Penyusun

16
DAFTAR ISI

Halaman
Sampul ......................................................................................................1
Kata
Pengantar .........................................................................................................2
Daftar Isi ..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................4
B. Rumusan
Masalah ...............................................................................................5
C. Tujuan .................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kromatografi
Gas ..................................................................................6
B. Pembagian Kromatografi
Gas .............................................................................7
C. Peralatan dalam Kromatografi
Gas .....................................................................8
D. Cara Kerja Kromatografi
Gas ............................................................................12
BAB III ISI ............................................................................................................13
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................15
Daftar
Pustaka ........................................................................................................16

16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kromatografi berasal dari kata chroma (warna) dan graphein (penulisan)
merupakan suatu teknik pemisahan fisik karena memanfaatkan perbedaan yang
kecil sifat-sifat fisik dari komponen- komponen yang akan dipisahkan. Istilah
penulisan warna sudah tidak tepat lagi karena pemisahan dengan kromatografi
dapat dipakai untuk memisahkan komponen-komponen yang tidak berwarna.
Kromatografi adalah pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia
berdasarkan pada perbedaan migrasi dari masing-masing komponen campuran
yang terpisah pada fase diam dibawah pengaruh fase gerak.
Kromatografi terbagi atas beberapa macam, salah satunya adalah
kromatografi gas, yang merupakan metode kromatografi pertama yang
dikembangkan pada zaman instrumen dan elektronika. Kromatografi gas dapat
dipakai untuk setiap campuran dimana semua komponennya mempunyai
tekanan uap yang berarti, suhu tekanan uap yang dipakai untuk proses
pemisahan. Tekanan uap memungkinkan komponen menguap dan bergerak
bersama-sama dengan fase gerak yang berupa gas.
Kromatografi gas pada mulanya hanya digunakan dalam analisis gas,
tetapi dengan kemajuan teknologi, kromatografi gas dapat digunakan untuk
analisis bahan cair dan padat dengan syarat bahwa bahan yang akan
dianalisis mudah menguap atau bisa diderivatisasi terlebih dahulu menjadi
bahan yang mudah menguap. Kromatografi gas dapat pula digunakan dalam

16
pemisahan dan metode penentuan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Bentuk analisis lengkap ini merupakan keunggulan utama dari kromatografi.
Kromatografi gas juga merupakan jenis kromatografi yang paling tua dan
sudah digunakan sejak tahun 1800-an. Penggunaan kromatografi gas juga
cukup luas terutama dalam industri minyak dan gas, hingga farmasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kromatografi gas?
2. Apa saja jenis-jenis kromatografi gas?
3. Apa saja komponen alat dalam kromatografi gas?
4. Bagaimana mekanisme kerja dari kromatografi gas?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian dari kromatografi gas
2. Untuk mengetahui jenis-jenis kromatografi gas
3. Untuk mengetahui komponen-komponen alat dalam kromatografi gas
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari kromatografi gas

16
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kromatografi Gas

Kromatografi gas atau KG merupakan teknik instrumental yang


dikenalkan pertama kali pada tahun 1950-an, dan saat ini merupakan alat utama
yang digunakan oleh laboratorium untuk melakukan analisis. Perkembangan
teknologi yang signifikan dalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah
menghasilkan batas deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa
menjadi lebih akurat melalui teknik analisis dengan resolusi yang meningkat.
Kromatografi gas merupakan teknik analisis yang telah digunakan dalam
bidang-bidang seperti industri, lingkungan, farmasi, minyak, kimia, klinik,
forensik, makanan, dan lain-lain.
Kromatografi gas merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan
deteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam suatu campuran.
Kromatografi gas merupakan suatu cara kromatografi di mana sampel diuap
dan diinjeksikan ke dalam kolom. Sampel kemudian dibawa melalui kolom
oleh gas pembawa yang bersifat inert. Di dalam kolom sendiri telah ada fase
diam. Kegunaan umum KG adalah untuk melakukan pemisahan dinamis dan
identifikasi semua jenis senyawa organik yang mudah menguap dan juga untuk
melakukan analisis kualitatif serta kuantitatif senyawa dalam suatu campuran.

16
Kromatografi umumnya sebagaimana yang telah kita ketahui melibatkan
sampel yang terlarut dalam fase gerak yang didorong melewati fase diam
dengan berbagai cara. Kromatografi gas terdiri dari fase gerak berupa gas dan
fase diam berupa padat (GSC: gas solid chromatography) atau cairan yang
dilekatkan pada suatu fase penyokong (GLC: gas liquid chromatography). KG
dapat diotomatisasi untuk analisis sampel-sampel padat, cair, dan gas. Sampel
padat diekstraksi dalam suatu pelarut sehingga dapat diinjekskan ke dalam
sistem KG, demikian juga sampel gas dapat langsung diambil dengna
penyuntik (syringe) yang ketat terhadap gas.
Kromatografi gas memiliki beberapa keuntungan, antara lain efisien,
resolusi tinggi sehingga dapat digunakan untuk menganalisis partikel
berukuran sangat kecil seperti polutan dalam udara, sangat mudah terjadi
pencampuran uap sampel kedalam fasa bergerak, kromatograf sangat mudah
digabung dengan instrumen fisika-kimia yang lainnya, analisis cepat, biasanya
hanya dalam hitungan menit, tidak merusak sampel, serta sensitivitas tinggi
sehingga dapat memisahkan berbagai senyawa yang saling bercampur dan
mampu menganalisis berbagai senyawa meskipun dalam kadar/konsentrasi
rendah. Namun demikian, kromatografi ini juga memiliki beberapa kekurangan
seperti terbatas untuk zat yang mudah menguap, tidak mudah dipakai untuk
memisahkan campuran dalam jumlah besar, fase gas dibandingkan sebagian
besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat terlarut.

B. Pembagian Kromatografi Gas


Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut
yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom
yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada
rasio distribusinya. Ada dua jenis kromatografi gas, antara lain:
1. Kromatografi gas-cair (KGC)
KGC adalah suatu teknik pemisahan yang paling penting untuk
penelitian kimia modern. Pada KGC ini, fase diam yang digunakan adalah
cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut
dalam fase diam. Mekanisme sorpsi-nya adalah partisi. Sampel diuapkan

16
dan dilewatkan melalui kolom, terbawa dalam aliran gas lembam seperti
helium atau nitrogen. Waktu tinggal dalam kolom tergantung pada
koefisien partisi spesies terlarut, yang memungkinkan pemisahan yang
efisien dari campuran. Zat terlarut yang meninggalkan kolom pada waktu
tertentu dapat dideteksi oleh bermacam teknik yang menghasilkan
kromatogram gas dengan puncak yang sesuai dengan setiap spesies terlarut
dalam campuran.
Kromatografi gas-cair banyak digunakan untuk memisahkan produk
hasil reaksi organik. Kromatografi ini juga dapat digunakan untuk
menentukan kemurnian senyawa, karena jumlah pengotor yang sangat kecil
pun dapat muncul dengan jelas sebagai puncak terpisah dalam
kromatogram. Teknik ini penting dalam pemisahan dan identifikasi
sejumlah kecil zat yang mungkin beracun dalam sampel lingungan atau
biologi.
2. Kromatografi gas-padat (KGP)
Pada KGP ini, digunakan fase diam padatan (kadang-kadang
polimerik). Mekanisme sorpsi-nya adalah adsorpsi. Prinsip pemisahan
komponen sampel adalah perbedaan fisik adsorpsi oleh fase diam. KGP
lebih efektif untuk pemisahan komponen-komponen dengan massa relative
(Mr) rendah. Namun adsorpsi fase diam terhadap komponen-komponen
sample bersifat semipermanen terutama terhadap molekul yang aktif atau
molekul yang polar. Di samping itu, KGP sering kali memberikan bentuk
kromatogram yang berekor.

C. Peralatan pada Kromatografi Gas

16
Komponen utama dalam kromatografi gas seperti ditunjukkan pada
gambar di atas terdiri atas kontrol dan penyedia gas pembawa, ruang suntik
sampel, kolom yang diletakkan dalam oven yag dikontrol secara termostatik,
sistem deteksi dan pencatat (detektor dan recorder), serta komputer yang
dilengkapi dengan perangkat pengolah data.

1. Fase gerak
Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa. Gas ini
terdapat pada suatu tanki bertekanan sangat tinggi (±150 atm). Gas
pembawa bertujuan untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas
pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas. Selain itu, gas pembawa juga
difungsikan sebagai penghasil nyala untuk KG dengan detektor ionisasi
nyala (flame ionization detector). Untuk keperluan ini digunakan gas
seperti hidrogen, oksigen, dan udara. Persyaratan ideal gas pembawa,
antara lain:
a. Gas pembawa harus bersifat inert
b. Murni, murah, dan mudah diperoleh
c. Pemilihan gas pembawa sangat tergantung pada jenis detektor yang
digunakan

16
d. Sistem pendukung gas pembawa harus menyediakan molecular sieves
sebagai bahan untuk menghilangkan air dan impurities yang lain

Pemilihan gas pembawa tergantung pada penggunaan spesifik dan jenis


detektor yang digunakan. Helium merupakan tipe gas pembawa yang
sering digunakan karena memberikan efisiensi kromatografi yang baik
(mengurangi pelebaran pita). Selain helium, gas pembawa lainnya seperti
nitrogen, hidrogen, atau campuran argon dan metana.

2. Ruang suntik sampel


Fungsi ruang suntik adalah untuk mengantarkan sampel ke dalam aliran
gas pembawa. Penyuntikan sampel dapat dilakukan secara manual atau
secara otomatis (yang dapat menyesuaikan jumlah sampel). Sampel yang
akan dikromatografi dimasukkan ke dalam ruang suntik melalui gerbang
suntik yang biasanya berupa lubang yang ditutupi septum atau pemisah
karet. Ruang suntik harus dipanaskan tersendiri (terpisah dari kolom) dan
biasanya 10-15oC lebih tinggi daripada suhu kolom maksimum. Jadi
seluruh sampel akan menguap segera setelah sampel disuntikkan.
Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara cepat dan
efisien. Desain yang populer terdiri atas saluran gelas yang kecil atau
tabung logam yang dilengkapi dengan septum karet pada satu ujung untuk
mengakomodasi injeksi dengan syringe. Karena gas pembawa mengalir
melalui tabung, sejumlah volume cairan yang diinjeksikan (biasanya antara
0,1-3 µL) akan segera diuapkan untuk selanjutnya dibawa menuju kolom.
Pada dasarnya ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu:
a. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel diinjeksikan
akan diuapkan dalam injektor yang panas dan 100% sampel masuk
menuju kolom.
b. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan
diuapkan dalam injektor panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan.

16
c. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir
semua sampel diuapkan dalam injektor yang panas dan dibawa ke
dalam kolom karena katup pemecah ditutup
d. Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung
syringe dimasukkan langsung ke dalam kolom. Teknik injeksi
langsung ke dalam kolom digunakan untuk senyawa-senyawa yang
mudah menguap, karena jika penyuntikannya melalui lubang suntik
secara langsung dikhawatirkan akan terjadi peruraian senyawa tersebut
karena suhu yang tinggi.
3. Kolom
Kolom pada KG merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena
di dalamnya terdapat fase diam. Lazimnya tampak luar suatu kolom adalah
tabung berbentuk kumparan, akan tetapi terdapat pula kolom yang
berbentuk lurus atau bengkok seperti huruf V/W. Tabung ini terbuat dari
bermacam-macam bahan seperti tembaga, teflon, stainless steel,
aluminium, dan gelas. Tabung tembaga tidak digunakan untuk senyawa-
senyawa seperti amina, asetilen, terpena, dan steroid karena akan terjadi
reaksi kimia.
Semakin sempit diameter kolom, maka efisiensi pemisahan kolom
semakin besar atau puncak kromatogram yang dihasilkan semakin tajam.
Dalam kromatografi gas terdapat dua jenis kolom yaitu kolom kemas dan
kolom kapiler.
a. Kolom kemas, jenis kolom ini terbuat dari gelas atau logam yang tahan
karat atau dari tembaga dan aluminium. Efisiensi kolom akan
meningkat dengan semakin bertambah halusnya partikel fase diam.
Semakin kecil diameter partikel fase diam, maka efisiensinya akan
meningkat.
b. Kolom kapiler, jenis kolom ini terdapat rongga pada bagian dalam
yang menyerupai pipa. Fase diam melekat mengelilingi dinding dalam
kolom. Fase diam yang digunakan dapat bersifat non polar, polar, atau

16
semi polar. Jenis fase diam akan menentukan urutan elusi komponen
dan campuran.
4. Detektor
Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang
berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di
dalamnya menjadi sinyal elektronik atau dengan kata lain mengubah sifat-
sifat molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik untuk kemudian
diteruskan ke recorder atau pencatat menjadi gambar/ kromatogram. Sinyal
elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase diam
dan fase gerak.
Banyak detektor yang dapat digunakan dalam kromatografi gas. Jenis
detektor yang berbeda akan memberikan selektivitas yang berlainan.
Detektor yang non selektif akan memberikan respon pada semua senyawa
kecuali senyawa gas pembawa. Sedangkan detektor yang selektif hanya
akan memberikan respon pada kisaran senyawa yang memiliki sifat fisika
atau kimia yang sama, serta detektor yang spesifik hanya memberikan
respon pada satu senyawa saja.
5. Komputer
Komponen terakhir dalam KG ialah komputer. Pada KG modern,
komputer dilengkapi dengan perangkat lunak untuk digitalisasi signal
detektor dan mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
a. Memfasilitasi setting parameter instrumen seperti aliran fase gas, suhu
oven, dan pemrograman suhu, serta penyuntikan sampel secara otomatis
b. Menampilkan kromatogram dan informasi lain dengan menggunakan
grafik berwarna
c. Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan
statistik
d. Menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu

D. Cara Kerja Kromatografi Gas

16
Pada umumnya solut akan terelusi berdasarkan pada peningkatan titik
didihnya, kecuali jika ada interaksi khusus antara solut dengan fase diam.
Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa
dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solut dengan
fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung kolom
lalu menghantarkannya ke detektor. Penggunaan suhu yang meningkat
(biasanya pada kisaran 50-350oC) bertujuan untuk menjamin bahwa solut akan
menguap dan karenanya akan cepat terelusi. Secara garis besar, prinsip kerja
kromatografi gas dapat dirangkum sebagai berikut.
Dasar kerja : adhesi
Fase gerak : gas (helium, nitrogen, dan lain-lain)
Fase diam : padatan (silika, alumina, grafit) dan bahan polimer berpori
Cara kerja dari kromatografi gas adalah gas pembawa lewat melalui satu
sisi detector kemudian memasuki kolom. Di dekat kolom ada suatu alat di
mana sampel-sampel bisa dimasukkan ke dalam gas pembawa ( tempat
injeksi). Sampel-sampel tersebut dapat berupa gas atau cairan yang volatil
(mudah menguap). Lubang injeksi dipanaskan agar sampel teruapkan dengan
cepat.
Aliran gas selanjutnya menemui kolom, kolom berisi suatu padatan halus
dengan luas permukaan yang besar dan relatif inert. Sebelum diisi ke dalam
kolom, padatan tersebut diimpregnasi dengan cairan yang diinginkan yang
berperan sebagai fasa diam atau stasioner sesungguhnya, cairan ini harus stabil
dan non volatil pada temperatur kolom dan harus sesuai dengan pemisahan
tertentu. Setelah muncul dari kolom itu, aliran gas lewat melalui sisi lain
detector. Maka elusi zat terlarut dari kolom mengatur ketidakseimbangan
antara dua sisi detector yang direkam secara elektrik.

BAB III

ISI

16
16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini, antara lain:

16
1. Kromatografi gas merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan
deteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam suatu campuran.
2. Kromatografi gas terbagi atas dua jenis, yakni kromatografi gas-cair yang
menggunakan fase diam berupa cairan, serta kromatografi gas-padat yang
menggunakan fase diam berupa padatan.
3. Sistem peralatan dalam kromatografi gas terdiri atas fase diam, fase gerak
(cairan pembawa, kolom, detektor, serta komputer yang dilengkapi dengan
perangkat pengolah data.
4. Cara kerja dari kromatografi gas yakni gas pembawa lewat melalui satu sisi
detektor dan memasuki kolom.
5. Di dekat kolom ada suatu alat di mana sampel-sampel bisa dimasukkan ke
dalam gas pembawa ( tempat injeksi). Lubang injeksi dipanaskan agar
sampel teruapkan dengan cepat. Aliran gas selanjutnya menemui kolom,
kolom berisi suatu padatan halus dengan luas permukaan yang besar dan
relatif inert. Setelah muncul dari kolom itu, aliran gas lewat melalui sisi
lain detector. Maka elusi zat terlarut dari kolom mengatur
ketidakseimbangan antara dua sisi detector yang direkam secara elektrik.

DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I. G., dan Abdul R., 2015, Kimia Analiss Farmasi, Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.

16
Maharrami, Laila K., 2011, Penentuan Kadar Kolesterol dengan Metode
Kromatografi Gas, Agrointek, Vol. 5 (1).

Oxtoby, D. W., Gills H. P., dan Norman H. N., 2001, Prinsip-Prinsip Kimia
Modern Edisi 4, Penerbit Erlangga: Jakarta.

Rubianto, Dwiarso, 2016, Teknik Dasar Kromatografi, Deepublish: Yogyakarta.

Rubianto, Dwiarso, 2017, Metode Kromatografi: Prinsip dasar, Praktikum, dan


Pendekatan Pembelajaran Kromatografi, Deepublish: Yogyakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai