WILMS TUMOR
NAMA KELOMPOK:
KRISTIN YULVINI MATTA,Amd.kep
Yayu safitri
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.3.1 Tujuan Umum 2
1.3.2 Tujuan khusus 2
1.4 Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Defenisi 11
2.3 Etiologi 11
2.4 Patofisiologi 11
2.5 WOC 12
2.6 Manifestasi Klinis 9
2.7 Pemeriksaan Diagnostik 13
2.8 Komplikasi 13
2.9 Penatalaksanaan 13
3.1 Pengkajian 14
3.2 Diagnosis Keperawatan 19
3.3 Intervensi 19
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 24
4.2 Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 23
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah kanker pada ginjal dan banyak terjadi pada anak-anak (kanak-
kanak, batita/bawah lima tahun). Tumot ini merupakan tumor ganas yang berasal dari embryonal ginjal.
(Eko Prabowo & Andi Eka Pranata, 2014).
Angka kejadian dari Neoplasma pada ginjal tidak terlalu signifikan yaitu sekitar 2% darin seluruh
kematian yang disebabkan oleh kanker. Berbagai mekanisme timbulnya kanker pada ginjal telah
berkembang dan penyebab pastinya belum di ketahui secara pasti. Selain itu, berbagai varian/ tipe dari
kanker pada ginjal pun semakin banyak. (Eko Prabowo & Andi Eka Pranata, 2014).
Jenis karsinoma renal yang paling sering dijumpai muncul dari epitelium renal dan menyebabkan lebih
dari 85% tumor ginjal. Tumor ini bermetastasis lebih dulu ke paru, tulang, hati, otak, dan ginjal
kontralateral. Seperempat pasien telah mengalami metastasis penyakitnya pada saat diagnosis
ditegakkan. ( Brunner & Suddarth, 2014).
Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah kontalateral normal
dilakukan pebedahan, ini kadang kala diawali dengan pemberian Chemotherapy dengan atau tanpa
radiasi. Lanjutkan dengan pemberian analgesia secara sering untuk nyeri dan tukak pada otot. Serta
mengingatkan pasien dan keluarga mengenai pentingnya perawatan tindak lanjut guna mendeteksi
tanda-tanda metastasis. ( Brunner & Suddarth, 2014).
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar dari penyakit tumor wilms dan juga dapat
menerapkan asuhan keperawatan dengan riwayat pasien dengan tumor wilms.
1.4 Tujuan Khusus
1.5 Manfaat
Agar mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan dari tumor wilms dan juga dapat membantu
masyarakat yang ada di sekitar. Dan juga supaya dapat memcegah penyakit tumor wilms dari sejak dini.
BAB 2
PEMBAHASAN
Ginjal adalah sepasang organ bersimpai yang terletak di area retroperitoneum. Sebuah a.renalis dan
sebuah v.renalis keluar dari setiap ginjal di daerah hilus. Sekitar 25% curah jantung mengalir ke ginjal.
Darah difiltrasi di ginjal untuk membersikah zat –zat sisa – terutama urea dan senyawa yang yang
mengantung nitrogen – dan mengatur elektrolit ekstravaskular dan volume intravaskuler. Karena aliran
darah ginjal berjalan dari korteks ke madula dan karena medula memiliki aliran darah yang relatif kecil
dibandingkan dengan aktivitas metboliknya yang tinggi, tekanan tekanan oksigen normal di medula lebih
rendah dari pada di bagian –bagian ginjal lainnya. Hal ini menyebabkan madula rentan terhadap cedela
iskemik. (Stephen J. MoPhee & William F, Ganong, 2010).
Satuan anatomi fungsi ginjal adalah nefron, suatu struktur yang trdiri atas berkas kapiler yang
dinamai glomerulus, tempat darah d saring, dantubulus ginjal, tempat air dan garam dalam filtrat
diserap kembali. Setiap ginjal manusia memiliki skitar 1 juta nefron.
Glomerulus terdiri atas arteriol aferen dan eferen serta suatu berkas kapiler di antaranya yang dilapisin
oleh sel endotel dan dibungkus oleh sel epitel yang membentuk suatu lapisan yang berhubungan dengan
lapisan yang membentuk simpai bowman dan tubulus ginjal. Ruang antara kapiler – kapiler di
glomerulus disebut mesangium. Di antara sel epitel dan kapiler terdapat zat yang membentuk suatu
membran basal.
Pemeriksaan yang lebih mendetail terhadap histopatologi dan biologi sel glomerulus mengingkapkan
gambaran-gambaran yang tidak ditemukan di kebanyakan kapiler perifer. Pertama, endotel kapiler
glomerulus memliki polili-pori (fenestrasi). Namun, karena sel endotel memiliki suatu selubung
glikoprotein dan glikosaminoglikan yang bermuatan negatif, sel endotel tersebut normalnya menolak
protein plasma seperti albumin. Di sisi lain membran basal glomerulus terdapat sel epitel. Sel –sel ini
dinamakan ”podosit” karena memiliki banyak tonjoln atau foot processes sertaberhubungan satu sama
lain melalui desmosom yang termodifikasi.
Mesangium adalan perluasan membran basalglomerulus tetapi kurang padat dan mengandug dua
jenis sel berbeda: sel glomerulus dan makrofag jaringa. Kedua jenis sel berperan dalam timbulnya
penyakit glomerulus imunologis melalui pembentukan , dan respons terhadap, beragam sitokin seperti
transforming glowth factor β(TGFβ).
Organisasi glomerulus yang kompleks merupakan hal yang krusial tidak saja untuk fungsi ginjal tetapi
juga untuk menjelaskan perbedaan yang diamati pada penyakit glomerulus.karena itu, pada beberapa
penyakit dapat terjadi penimbunan kompleks imun di bawah sel epitel,sementara pada yang lain
akumulasi tersebut terjadi dibawah sel endotel. Demikian juga, karena sel imun tidak dapat menebus
membran basal glomerulus, pengedapan kompleks imun diwah sel epitel umumnya tidk disertai olh
reaksi peradangan seluler(lihat penbahasan selanjutnya).
Tubulus ginjal itu sendiri memiliki sejumlah regio struktural yang berlainan: tubulus cotortus proxi-malis,
tempat sekitar 80% elektolit danair diserap kembali: ansa henle dan tubulus contortus distalis
serta ductus colligens, tempat urine dipekatkan dan tempat terjadinyaperubahan tambahan pada
elektrolit dan air sebagai respons terhadap pengaturan hormonal.
2.1.2 Fisiologi Ginjal
Pada orang normal pada dua ginjal fungsional,sekitar 120 ml/ mnt filtrat glomerulus dihasilkan. Ambang
(cutoff) massa zat-zat yang lebih kecil dari ukuran ini sering ditahan,kadang-kadang karenaefek muatan
atau karena zat tersebut terikat erat pafda protein lain sehingga ukuran efektifnya menjadi libih besar
setelah disaring di glomerulus, sebagian besar Na- dan, dalam kondisi normal,hampir semua K+ dan
glukosa- diserap serap secara ktif dai cairan tubulus di tubulus proksimal.air di serap secara
osmotis.selain penyerapan, sejumlah zat disekresikan ke dal cairan tubulus oleh kerja zat pengangkut
(transporter) di sepanjang tubulus ginjal. contoh zat yang disekresikan adalah hormon anion dan kation
organik, misalnya kreatinin, histamin, dan banyak obat dan toksin. Dalam keadaan normal, sekitar 30
ml/mnt filtrat isotonik dialirkan ke ansa henle, tempat mekanisme countercurrent multiplier
menyebabkan filtrat mencapai konsentrasi urine. Ansa henle berjalan ke medula ginjal ; di tempat ini,
sekresi Na+ dari sel di pars ascendens tebal menyebabkan terbentuknya gradien konsentrasi hipertonik
untuk mereabsorpsi air dari cairan tubulus melalui sel – sel pars descendens. Pada kondisi normal, filtrat
glomerulus yang mengalir ke ductus colligens tidak melebihi 5 – 10 ml/ mnt. Penyerapan air di ductur
colligens terjadi secara langsung melalui kanal air yang dikontrol oleh vasopressin ( juga di kenal sebagai
hormon antidiuretic (antidiuretic hormone,,ADH). Di bawah kandali aldosteron, terjadi resorsi Na+ dari
cairan tubulus dan pengakuan K+ dan H+ ke dalam cairan tubulus di berbagai jni sel yang terdapat di
luctur collgens berbagai jenis sel yang terdapat di ductur colligens ginjal. Asam fosfror dan sulfat serta
asam lain tidak mudah menguap sehingga tidak dapat diekskresikan oleh paru. Keduanya harus
diekskresikan sebagai garam oleh ginjal sehingga disebut ”fixed acids”. Ekskresi fixed acids melalui urine
juga terjadi di ductur colligens. Meskipun manangani jumlah yang hanya sepersepuluh dari jumlah filtrat
glomerulus total, ductur colligens adalah tempat untuk mengatur volume urine serta tempat
tercapainya keseibangan antara air, Na+ asm – basa, dan K+. Peran krusial ductus colligens dalam
mengatur fungsi ginjal bergantung pada dua hal.pertama, ductur colligens berada di bawah pengaruh
hormonal,umumnya berupa fungsi sederhana volume dan komposisi cairan tubulus serta pengakut aktif.
Kedua, ductus colligens adalah bagian terakhir tubulus ginjal yan dialiri cairan tubulus sebelum sisa
filtrat glomerulus semula sebanyak 1-2 ml/mnt keluar ke ureter sebagai urine.peran fungsional tubulus
renalis proximalis dan distalis dapat dilihat dalam gambaran klinis berbagai bentuk asidosis tubulus
ginjal ( TABEL 16-1). (Stephen J. MoPhee & William F, Ganong, 2010)
Ginjal perperan penting dalam regulasi tekanan darah berkat efeknya pada keseimbangan Na+, suatu
penentu utama tekanan darah. Pertama, konsentrasi Na+ di cairan tubulus proksimal didetesksi di
maculadenas, yaitu bagian aparatus jukstaglomerulus. aparatus jukstaglomerulus menilai tekanan
perfusi darah, suatu indikator penting status volume intrvaskular pada keadaan normal. Melalui kerja
dua sensor, baik kadar Na+ yang pernah rendah atau tekanan perfusi yang rendah berfungsi sebagai
stimulus untuk pelepasan renin. Renin, suatu protease yang dibuat di sel jukstaglorulus, menguraikan
angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan angiostensi I, yang kemudian diuraiakan
menjadi angiotensin II oleh angiotensin-converting enzime. Angiostensin II meningkatkan tekanan darah
dengan memicu vasokonstriksi secara langsung dan dengan merangsang sekresi aldosteron sehingga
sehingga terjadi retensi Na+ dan air oleh ductus colligens. Semua efek ini menambah cairan ekstra sel
yang kemudian meningkatkan perfusi ginjal sehingga terbentuk suatu lengkung umpan balik negatif
homeostatik yang menghilangkan stimulus awal pelepasan renin.
Penurunan volume intravaskuler juga memicu pelepasan vsoprin. Reseptor di glomus caroticum, dan
ditempat lain. Vasoprin dibebaskan dan mengalir melalui aliran darah ke seluruhtubuh. Di membran
plasma apikal ductus colligens ginjal, vasopresin mempermudah penyisipan kanal air sehingga jumlah
kanal air meningkat. Hal ini menyebabkan reabsorpsi air bebas.
Dari penelitian terhadap tikus, jumlah nefron tampaknya telah diprogram sejak dalam rahim. Sebagian
berspekulasi bahwa jumaah nefron yang rendah saat lahir (kisaran normal: 0,3-1,4 juta perginjal)
mempermudah seseorang mengidap hipertensi esensial pada masa dewasa. Malnutris maternal yang
cukup berat untuk melahirkan bayi yang lahir kecil untuk usia kehamilan juga dapat menyebabkan
rendahnya jumlah nefron serta mempermudah timbulnya hipertensi pada masa dewasa.
Ginjal berperan penting dalam homeostatis Ca2+ dan fosfat.pertama, ginjal adalah tempat 1 hidroklisasi
atau 24-hidroklisasi untuk 25-hidroksikolekalsiferol, yaitu metabolit vitamin D3 hati.hal ini meningkatkan
penyerapan Ca2+ di usus.kedua ginjal adalah tempat tempat kerja hormon paratiroid (PTH) yang
menyebabkan retensi Ca2+ dan pengeluaran fosfat melalui urine.
Terdapat beragam mekanisme fisik, hormonal dan neural yang mengatur fungsi ginjal. Vasopresin,
bersama dengan efek fisikacountercurrent multiplier di ansa henle dan interstisium medula yang
hipertonik, menyebabkan ginjal mampu memekatkan urine pada kondisi normal. Hal ini memungkinkan
ginjal mempertahankan homeostasis cairan dalam kondisi yang sangat beragam(dengan menghasilkan
urine yang pekat atau encer, bergantung pada apakah tubuh perlu menghematatau mengeluarkan
garam dan air).
Tantangan penting lain untuk ginjal adalah regulasi aliran darah korteks versusmedula ginjal. Aliran
darah korteks ginjal harus memadai untuk memperthankan LFG yang cukup tinggi agar ekskresi zat sisa
di ginjal berlangsung secara efisien tanpa melampaui kapasitas tubulus ginjal merabsorpsi zat terlarut.
Demikian juga, aliran darah medula harus teratur secara ketat. Aliran darah medula yang berlebihan
dapat mengganggu gradien osmolar yang tercapai melalui mekanisme pertukarancountercurrent. Aliran
darah medula yang terlalu kecil dapat menyebabkan cedera anoksik tubulus ginjal. Dari sudut pandang
setiap nefron, redistribusi aliran dari korteks ke medula mencakup kecenderungan mengalirkan darah
(dan,karenanya, oksigen) ke nefron-nefron dengan ansa Henle panjang yang menyelip jauh kedalam
bagian medula.
Sebagian besar konsumsi oksigen oleh medula digunakan untuk menghasilkan adenosin trifosfat (ATP)
yang merupakan bahan bakar bagi beragam pengangkut aktif yang berperan dalam reabsorpsi zat
terlarutdiansa Henle, karena itu, jika kebutuhan oksigen melebihi pasokan yang ada, mekanisme
regulatorik cenderung membatasi kerja beban pengangkut yang menggunakan ATP. Mekanisme
regulatorik ini mengurangi zat larut yang mengalir ke ansa Henle. Aliran darah ginjal juga cenderung di
alihkan ke nefron medula. Pada saat kebutuhan oksigen meningkat, terjadi pelepasan mediator-
mediator yang menyebabkan vasokonstriksi sebagian jaringan vaskuler dan vasodilatasi sebagai jaringan
lain. Hal ini berfungsi menurunkan LFG dan pada saat yang sama, meredistribusi aliran darah dari
korteks ke medula.
Adaptasi ginjal terhadapcedera juga di anggap sebagai suatu bentuk regulasi.karba itu berkurangnya
nefron menyebabkan hiperfiltrasi glomerulus (peningkatan LFG per nefron) dan hipertrofi ginjal
meskipun hiperfiltrasi dapat menjadi bentuk adaptik untuk jangka pendek, yang memungkinkan LFG
ginjal dipertahankan, mekanisme ini diduga merupakan proses pemicu umum dalam kerusakan nefron
lebih lanjut akibat berbagai kausa. Jika hiperfiltrasi glomerulus terus terjadi, suatu perkembangan
gradual yang terus menerus kea rah gagal ginjal kronik diyakini mulai terjadi.
Terdapat berbagai adaptasi lain terhadap cidera yang penting dari segi klinis. Berkurangnya perfusi ginjal
oleh sebab apapun menyebabkan respon yang memperbaiki perfusi melalui vasodilatasi arteriol aferen
dan fasokontriksi arteriol everen sebagai respon terhadap factor hormonal dan saraf. Efek regulatorik ini
diperkuat oleh input yang mendeteksi keseimbangan Na+. Perubahan keseimbangan N+ adalah cara lain
untuk memengaruhi tekanan darah dan, dengan demikian, tekanan perfusi ginjal. Persarafan simpatis
oleh saraf-saraf ginjal memengaruhi pengeluaran renin. Prostaglandin ginjal berperan penting dalam
vasodilatasi, khususnya pada pasien dengan gangguan perfusi ginjal kronik.
2.2 Definisi Tumor Wilm
Wilm’s tumor adalah merupakan tumor ginjal yang terjadi pada anak. ( Suriadi & Rita Yulianni,
2006). Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah kanker pada ginjal dan banyak terjadi pada anak-anak
(kanak-kanak, batita/bawah lima tahun). Tumot ini merupakan tumor ganas yang berasal dari embryonal
ginjal. (Eko Prabowo & Andi Eka Pranata, 2014).
2. Predisposisi genetic
3. Dapat dikaitkan dengan conginital anomali: yang serinng adalah spradk anirida, genitourinary
anomali, hemyhypertrophy, microcephaly dan cryptorchidism. ( Suriadi & Rita Yulianni, 2006).
2.4 Patofisiologi Penyakit Tumor Wilm
Wilm’s tumor ini terjadi pada parenchyema renal, tumor tersebut tumbuh dengan cepat dengan lokasi
dapat unilateral atau bilateral, pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau menyimpang luar renal.
Mempunyai gambaran khas, berupa glomerolus dan tubulus yang primitif atau abortif, dengan ruangan
bowman yang tidak nyata, dan tubolus abortif dikelilingi stroma sel kumparan, pertama tama jaringan
ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian diinvasi oleh sel tumor. Tumor ini pada sayatan
memperlihatkan warna yang putih atau keabuabuan homogen, lunak dan encepaloid (menyerupai
jaringan otak). Tumor tersebut akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan dikatakan sebagai
suatu massa abdomen, akan teraba pada abdomenal saat dilakukan palpasi. Munculnya tumor wilmm
sejak dalam perkembangan embrio dan akan tumbuh dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor
akan mengenai ginjal atau pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain, tumor yang biasanya baik
terbatas dan sering terjadi nekrosis, cystic dan pendarahan, terjadinya hipertensi biasanya terkait
dengan iskemik pada renal. Metastase tumor secara hematogen dan limfogen: paru, hati, otak dan bone
marrow. ( Suriadi & Rita Yulianni, 2006).
Tumor Wilms
B3 (persyarafan)
berdiferensiasi
B1
( Pernafasan)
B2 (kardiovaskuler)
B4
(perkemihan)
massa tumor
Mengalami kelemahan
B6
(muskuloskeletal /integument)
Inflamasi penyakit
B5
(pencernaan)
nyeri
berdiferensiasi
penurunan O2 ke jaringan
kelemahan
Gangguan oksigenasi
disfungsi ginjal
gangguan drainase vena ginjal
disfungsi ginjal
Nyeri
hematuria
berdiferensiasi
disfungsi ginjal
asidosis metabolik
2.6 Manifestasi Klinis Dari Tumor Wilm
2. Haematuri
3. Hipertensi
4. Nyeri abdomen
5. Anemia
6. Demam
8. Pucat
9. Lethargi
10. Anorexia
1. Pemeriksaan fisik
2. USG
3. CT scan
4. Foto rontgen
6. Biopsi
1. Metastase
2. Pembedahan
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Biodata
1. Identitas Klien
a. Nama/Nama panggilan
c. Jenis Kelamin
d. Agama
e. Pendidikan
f. Alamat
g. Tanggal Masuk
1) Ayah
a. Nama
b. Usia
c. Pendidikan
d. Pekerjaan
e. Agama
f. Alamat
2) Ibu
a. Nama
b. Usia
c. Pendidikan
d. Pekerjaan
e. Agama
f. Alamat
3. Identitas Saudara Kandung
No. NAMA
3.1.2 Keluhan Utama
Adanya keluhan berupa kencing berwarna merah, oedema sekitar daerah mata/ seluruh tubuh
(anasarka), anoreksia, mual, muntah dan diare.
3.1.3 Riwayat Sekarang
4) Imunisasi
b. Natal
1) Tempat melahirkan
c. Post Natal
1) Kondisi Bayi
5) Pengobatan dini.
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau tumor sebelumnya.
3.1.4 Riwayat Imunisasi
1. Pertumbuhan Fisik
a. Berat badan
b. Tinggi badan
c. Waktu tumbuh
Usia anak saat ( Berguling, Duduk, Merangkak, Berdiri, Berjalan, Senyum kepada orang lain, Bicara
pertama kali, Berpakaian tanpa bantuan).
3.1.6 Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI
c. Lama pemberian
3. Pemberian makanan
4. Pola perubahan Nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
3.1.8 Aktivitas sehari-hari
Sangat rentan untuk terjadinya infeksi karena depresi system imun. Adanya anoreksia, nausea, vomiting
sehingga intake nutrisi tidak adekuat. Kaji adanya uremia.
2. Pola Eliminasi
Gangguan pada eliminasi urine karena gangguan fungsi filtrasi dan reabsorbsi, sehingga terjadi oliguria,
anuria, proteinuria, dan hematuria.
Gangguan tidur karena adanya sesak napas dan pruritus (gatal) karena uremia.
Terjadi malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus akibat hyperkalemia. Selain itu, intoleransi
aktivitas bisa terjadi karena adanya komplikasi oedema paru.
5. Pola Persepsi
Pada klien biasanya terjadi kecemasan yang variatif. Hal ini selain di karenakan oleh terapi terkait
(kemoterapi) maupun karena persepsi klien yang salah mengenai prognosa.
3.1.9 Pemeriksaan Fisik
2. Tanda-tanda vital
3. Antropometri :
a. Panjang badan
b. Berat badan
d. Lingkar kepala
e. Lingkar dada
f. Lingkar perut
3.1.10 Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
Untuk mengetahui kandungan sedimentasi dan partikel pada urine ( darah, gula, protein, dan bakteri).
2. Darah lengkap
Merupakan pemeriksaan dasar untuk menentukan status hemodinamik dalam darah. Klien dengan
kanker mengalami hipermetabolisme, sehingga kadar Hb biasanya lebih rendah dan jika terjadi infeksi
maka kadar leukosit meningkat (leukositosis).
Dengan bantuan zat kontras maka akan dihasilkan gambaran kelainan anatomis dan urinary tract pada
hasil foto rontgen. Hal ini menunjukkan jaringan kanker.
4. Angiography
Dengan menggunakan zat kontras maka akan di hasilkan gambaran secara jelas imaging dari kanker
sampai pada vaskuler ginjal.
5. X-Ray Thoraks
Pemeriksaan ini untuk mengtahui metastase kanker ke paru-paru. Klien dengan kanker ginjal sangat
rentan untuk metastase ke paru-paru karena sirkulasi yang bersifat sistemik.
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.2.1 Pre Operasi :
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan factor
biologis, factor psikologis.
3.2.2 Post Operasi :
3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan cairan anak dipuasakan sebelum dan sesudah
operasi, dan muntah
3.3 Intervensi
Tujuan :
1. Pain control
2. Pain level
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengenali serangan nyeri akut dan melaporkan factor penyebab terjadinya nyeri.
Intervensi :
1. Lakukan pengkajian secara komprehensif terhadap nyeri, meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,intensitas atau tingkat keparahan dari nyeri dan factor pencetus nyeri.
2. Observasi respon non verbal dari rasa ketidaknyamanan, khususnya ketidakmampuan untuk
komunikasi yang efektif
3. Kaji tentang pengetahuan dan kepercayaan klien akan nyeri yang terjadi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan factor
biologis, factor psikologis.
Tujuan :
Kriteria Hasil :
2. Energi adekuat
Intervensi :
2. Kolaborasikan dengan anggota tim kesehatan lainnya untuk mengembangkan rencana tindakan
7. Anjurkan kepada klien untuk menghindari/ mengurangi makanan yang tidak di perlukan.
Tujuan :
1. Anxiety self-control
2. Anxiety level
3. Coping
Kriteria Hasil :
Intervensi :
3. Ajarkan tentan perawatan yang dapat dilakukan keluarga sebelum dan sesudah operasi
4. Latihan tarik nafas dalam dan batuk efektif, penjelasan persiapan puasa, pemasangan NGT,
premedikasi, pengukuran tanda tanda vital, pemeriksaan laboratorium, konsul anastesi, mencegah
komplikasi setelah pembedahan, tidak dianjurkan over aktifitas bila pengangkatan pada salah satu ginjal
3.3.2 Post Operasi :
Tujuan :
1. Immune Status
Kriteria Hasil :
Intervensi :
2. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan :
1. Pain control
2. Pain level
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengenali serangan nyeri akut dan melaporkan factor penyebab terjadinya nyeri.
Intervensi :
3. Ajarkan untuk menhindari kembung setelah opersi: mobilisasi dini minimal setelah pembedahan
7. Hati hati dalam mengganti balutan: dapat digunakan senuhan terapeutik atau bermain yang sesuai
dengan kondisi m