ABSTRAK
Terapi untuk mengkoreksi berbagai kelainan kulit dapat dilakukan secara topikal, sistemik, intralesi, atau
menggunakan radiasi ultraviolet. Terapi topikal didefinisikan sebagai aplikasi obat dengan formulasi tertentu
pada kulit yang bertujuan mengobati penyakit kulit atau penyakit sistemik yang bermanifestasi pada kulit.
Keberhasilannya bergantung pada pemahaman mengenai struktur sawar kulit, mekanisme absorpsi obat
melalui kulit, dan pemilihan vehikulum yang sesuai.
Perkembangan teknologi juga membawa perubahan yang besar dalam formulasi obat topikal. Berbagai
vehikulum terbaru yang ditujukan untuk meningkatkan absorpsi obat perkutan telah ditemukan dan diteliti
secara luas efektivitasnya, diantaranya emulsi ganda, nanopartikel, dan liposom.
Terapi topikal merupakan cara yang sering digunakan dermatologis dalam mengobati berbagai
kelainan/penyakit kulit. Sediaan topikal yang digunakan dapat berupa sediaan jadi yang diproduksi oleh
produsen obat maupun sediaan topikal yang diracik sendiri oleh dermatologis. Kegagalan terapi topikal dapat
disebabkan oleh kesalahan dalam pembuatan sediaan topikal oleh dermatologis. Berkaitan dengan hal itu,
seorang dermatologis perlu mengetahui prinsip dasar membuat sediaan obat topikal, agar obat topikal yang
digunakan dalam menangani penyakit kulit bekerja dengan baik (MDVI 2012: 39/1; 25-35)
Kata kunci: Terapi topikal, vehikulum, absorpsi obat perkutan, vehihulum baru, formulasi obat topikal
ABSTRACT
Therapy to treat any skin disease can be achieved by mean of topical therapy, systemic therapy, direct
injection into the lesion, and ultraviolet radiation. Topical therapy means to apply drugs in a particular
formulation aimed to treat skin disease or skin manifestation of systemic disease. Whether it will be effective
or not is depend on our understanding about skin barrier, mechanism of drug absorption via the skin, and
consideration to choose the right vehicle.
Recent technology invents many changes in topical drug formulation. Novel vehicles aimed to increase drug
delivery via the skin are found and widely studied to evaluate the efficacy in treating skin disease, including
multiple emulsion, nanoparticles, and liposomes.
Dermatologists often use topical preparations in order to treat skin diseases. Topical drug preparations can
be a product directly produced by drug industries or a preparation that dermatologists make it themselves.
Failure of topical therapy can be caused by incorrect formulation of topical preparation made by
dermatologists. It is important for dermatologists to understand the principal of making topical drugs
preparation, so that the drugs used to treat dermatological disease can be effective. (MDVI 2012: 39/1;25-35)
Keyword: Topical therapy, vehicle, drug delivery via the skin, novel vehicles, topical drug formulation
Korespondensi :
Jl. Diponegoro 71, Jakarta Pusat
Telp. 021-31935383
Email: anjasasmara.md@gmail.com
25
MDVI Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35
26
A Asmara dkk. Vehikulum dalam dermatologi topikal
Senyawa yang diaplikasikan pada permukaan kulit, rambut setelah diaplikasikan pada kulit dapat ditentukan.
termasuk obat topikal, masuk ke dalam kulit mengikuti Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melakukan aplikasi
suatu gradien konsentrasi (difusi pasif). Gradien konsentrasi molekul kecil misalnya kafein pada permukaan kulit.
ditimbulkan oleh perbedaan konsentrasi obat aktif dalam Setelah aplikasi dapat ditemukan kadar kafein dalam
sediaan yang diaplikasikan pada kulit dan konsentrasi folikel rambut.8
obat aktif dalam jaringan kulit serta jaringan di bawahnya Hasil penelitian lain dengan menggunakan nanopartikel
(dermis dan subkutan).2,7,8 menunjukkan keberadaan nanopartikel dalam folikel rambut
Dalam pengobatan topikal, penyerapan obat melalui bertahan sepuluh kali lebih lama dibandingkan dalam
beberapa tahapan seperti dapat dilihat dalam gambar 1. stratum korneum. Mengingat bahwa dalam folikel rambut
Analisis farmakokinetik dari suatu sediaan topikal yang juga terdapat sawar kulit, hasil penelitian tersebut
diaplikasikan pada kulit meliputi pembahasan mengenai menunjukkan bahwa kadar zat dalam folikel rambut tidak
tiga kompartemen yang dilalui obat aktif, yaitu vehikulum menunjukkan penyerapan obat melalui jalur transkorneal,
sebagai pembawa obat aktif, stratum korneum, dan melainkan secara eksklusif memperlihatkan hasil
lapisan epidermis serta dermis.2,7,8 penyerapan obat transfolikular.8
Teichmann dkk (2005)9 menggunakan kedua teknik
Vehikulum sebagai pembawa obat aktif. tersebut dalam mendeteksi penyerapan transfolikular dari
Untuk dapat masuk ke dalam lapisan kulit, bahan/ sodium fluoresein. Dengan kombinasi kedua teknik
obat aktif dalam suatu sediaan topikal harus dilepaskan tersebut, didapatkan konsentrasi sodium fluoresein dalam
dari vehikulumnya setelah sediaan obat topikal folikel rambut mencapai 5% setelah tiga puluh menit
diaplikasikan. Pelepasan/ disolusi bahan aktif dari aplikasi zat tersebut pada kulit, dan tetap bertahan 48 jam
vehikulumnya ditentukan oleh koefisien partisinya. Makin setelah aplikasi.
besar nilai koefisien partisi, maka bahan aktif makin
mudah terlepas dari vehikulum.2,4,7,8 b. Jalur transkorneal. Hingga saat ini, penyerapan obat
interselular (melalui celah di antara korneosit) menjadi
Difusi ke dalam stratum korneum. jalur utama pada penyerapan obat transkorneal.2,4,7,8
Beberapa penelitian dengan menggunakan mikroskop
Bahan aktif yang telah terlepas dari vehikulumnya
elektron menunjukkan bukti adanya penyerapan obat
akan berinteraksi dengan permukaan kulit/ stratum
korneum. Bahan aktif yang telah berinteraksi dengan melalui jalur ini. Pada aplikasi n-butanol pada kulit yang
stratum korneum akan segera berdifusi ke dalam stratum dipresipitasi dengan uap osmium, lima sampai enam
korneum. Difusi yang terjadi dimungkinkan dengan puluh menit setelah aplikasi tampak peningkatan kadar
adanya gradien konsentrasi. Pada awalnya, difusi bahan alkohol tersebut di ruang antar sel. Namun, peningkatan
aktif terutama berlangsung melalui folikel rambut (jalur kadar alkohol ternyata juga ditemukan intrasel dalam
transfolikular). Setelah tercapai keseimbangan (steady korneosit. Dengan bukti ini, peranan jalur penyerapan
state), difusi melalui stratum korneum menjadi lebih obat transkorneal intrasel (dengan cara menembus
dominan.2,7,8 korneosit) juga tidak dapat diabaikan. Jalur tersebut
terutama dilalui oleh obat dengan berat molekul yang
a. Jalur transfolikular. Bahan aktif yang masuk ke kecil, dan berbagai zat/ obat-obatan polar serta ion.2,7
dalam folikel rambut akan berpartisi dan selanjutnya
berdifusi ke dalam sebum yang terdapat di dalam folikel
rambut hingga mencapai lapisan epitel pada bagian dalam Epidermis dan dermis
folikel dan kemudian berdifusi menembus epitel folikel Difusi bahan/obat aktif melalui kedua jalur di atas pada
hingga mencapai lapisan epidermis.2,7,8 akhirnya akan mencapai lapisan yang lebih dalam yaitu
Untuk mengetahui adanya penyerapan obat melalui epidermis hingga kemudian dermis. Dengan adanya pem-
jalur ini, digunakan kombinasi teknik tape stripping dan buluh darah dalam dermis, bahan aktif yang mencapai
cyanoacrylate surface biopsy.8,9 Dengan mengunakan lapisan dermis kemudian akan diresorpsi oleh sistem
kombinasi teknik tersebut, kadar suatu zat di dalam folikel sirkulasi.2,7,8
27
MDVI Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35
28
A Asmara dkk. Vehikulum dalam dermatologi topikal
29
MDVI Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35
kelompok yaitu; 1) hidrokarbon, 2) bahan penyerapan, 3) lebih mudah diaplikasikan. Sediaan ini juga memiliki efek
bahan dasar emulsi, dan 4) bahan yang larut air (water- sebagai emolien karena kandungan minyaknya, sedangkan
soluble based).1,7,13,15 kandungan air di dalamnya memberikan efek mendinginkan
Salep berbahan dasar hidrokarbon memiliki efek saat diaplikasikan. 7,13,17
sebagai emolien, efek oklusi, dan mampu bertahan pada Krim oil-in-water mengandung air lebih dari 31 persen.
permukaan kulit dalam waktu lama tanpa mengering.1,11,13 Formulasi ini merupakan bentuk yang paling sering dipilih
Bahan dasar hidrokarbon yang paling banyak digunakan dalam dermatoterapi. Sediaan ini dapat dengan mudah
adalah petrolatum putih dan petrolatum kuning.1,7,13 diaplikasikan pada kulit, mudah dicuci, kurang
Umumnya bersifat stabil, sehingga tidak memerlukan zat berminyak, dan relatif lebih mudah dibersihkan bila
pengawet. Kelemahannya adalah dapat mewarnai mengenai pakaian.7,13,17 Sebagai pengawet, biasanya
pakaian.7,13 digunakan paraben untuk mencegah pertumbuhan jamur.
Bahan dasar penyerapan pembentuk salep terdiri Bahan lain yang terkandung dalam emulsi oil-in-water
atas lanolin dan turunannya, kolesterol dan turunannya, adalah humektan, misalnya gliserin, propilen glikol,
serta sebagian ester dari alkohol polihidrat. Kelompok ataupun polietilen glikol.2,7,13,17 Fase minyak dalam
bahan dasar ini memiliki efek lubrikasi, emolien, efek sediaan ini juga menyebabkan rasa lembut saat
proteksi, serta karena sifat hidrofiliknya, dapat digunakan diaplikasikan. Wiren K dkk. (2008)18 meneliti hubungan
sebagai vehikulum obat/ zat aktif yang larut air.1,2,7,12,14 antara kandungan lemak dalam sediaan krim oil-in-water
Salep dengan bahan dasar penyerapan bersifat lengket, dengan kemampuan penetrasinya. Pada penelitian yang
namun lebih mudah dicuci dibandingkan yang berbahan dilakukan secara in vivo tersebut menunjukkan bahwa
dasar hidrokarbon.7,13 sediaan krim dengan kandungan lemak yang rendah
Bahan dasar salep yang lain, yaitu bahan dasar memiliki penetrasi yang lebih baik dibanding sediaan
pengemulsi dan bahan dasar yang larut air sering digunakan dengan konsentrasi lemak yang lebih tinggi.
untuk membentuk sediaan semisolid yang lain, yaitu krim
dan jel.7,13
Emulsi multipel
Konsentrasi bahan dasar salep dalam suatu sediaan
berbentuk salep dapat ditingkatkan agar kemampuan Istilah emulsi multipel digunakan untuk meng-
penetrasi bahan aktif yang terkandung di dalamnya gambarkan suatu sistem emulsi yang dalam droplet fase
meningkat, misalnya sediaan salep khusus yang disebut internalnya terdapat droplet lain yang berukuran lebih
fatty ointment. Konsentrasi bahan dasar salep dalam kecil dengan komposisi sama dengan fasa eksternalnya.
sediaan tersebut mencapai lebih dari 90 persen. Sediaan Contoh emulsi multipel adalah emulsi water-in-oil-in-
tersebut dapat digunakan untuk kelainan/ penyakit kulit water (emulsi W/O/W) dan emulsi oil-in-water-in-oil
pada daerah dengan stratum korneum yang tebal, misalnya (emulsi O/W/O). Untuk kestabilan sistem emulsi multipel,
lipat siku, lutut, telapak tangan, dan telapak kaki.16 diperlukan pemilihan surfaktan/ bahan pengemulsi yang
tepat.17
Krim
Krim merupakan sediaan semisolid yang mengandung Jel
satu atau lebih zat aktif yang terdispersi dalam suatu medium
pendispersi dan membentuk emulsi. Untuk kestabilan Jel merupakan sediaan semisolid yang mengandung
molekul kecil maupun besar yang terdispersi dalam cairan
emulsi, digunakan suatu agen pengemulsi (emulsifier).
Bahan pengemulsi dapat terlarut dalam kedua fase cairan dengan penambahan suatu gelling agent. Formulasi yang
penyusun emulsi, dan mengelilingi cairan yang terdispersi dibutuhkan dalam membentuk jel adalah air, propilen
glikol, dan atau polietilen glikol ditambah dengan suatu
membentuk titik-titik air mikro yang terlarut dalam medium
pendispersi. Surfaktan maupun beberapa jenis polimer bahan pembentuk jel. Gelling agent yang biasa digunakan
atau campuran keduanya dapat digunakan sebagai bahan adalah carbomer 934 serta carboxymethylcellulose dan
pengemulsi. Beberapa contoh surfaktan yang sering hydroxypropylmethyl-cellulose yang merupakan turunan
digunakan dalam pembentukan emulsi adalah sodium dari selulosa.2,7,13
Bahan dasar pembentuk jel merupakan bahan yang
lauril sulfat, Spans, dan Tweens.2,7,13,17
Berdasarkan fase internalnya, krim dapat dibagi larut air (water soluble based) dan tidak mengandung
menjadi krim oil-in-water dan krim water-in-oil. Krim minyak. Bahan ini sangat mudah dicuci, tidak mewarnai
pakaian, tidak memerlukan pengawet, dan kurang oklusif.
water-in-oil mengandung air kurang dari 25 persen dengan
minyak sebagai medium pendispersi. Selain surfaktan, zat Bahan dasar ini lebih sering digunakan pada sediaan
pengawet juga seringkali digunakan dalam sediaan krim topikal agar konsentrasi pada permukaan kulit lebih tinggi
dan membatasi penyerapan ke dalam kulit, misalnya pada
water-in-oil. Sediaan ini kurang lengket dibanding dua
sediaan yang disebutkan sebelumnya, sehingga relatif berbagai antifungal dan antibiotik topikal. 7,13
30
A Asmara dkk. Vehikulum dalam dermatologi topikal
Jel merupakan vehikulum yang cocok untuk banyak dan secara berurutan dari yang terendah hingga tertinggi
zat aktif. Jel juga relatif mudah diaplikasikan pada kulit, penetrasinya adalah emulsi < solusio < hidrojel. Sementara
dapat digunakan pada daerah berambut, serta memiliki Breneman dkk. (2005)21 melaporkan penggunaan losio
penetrasi yang baik. Kekurangan dari sediaan dalam klobetasol propionat 0,05% lebih efektif dibandingkan
bentuk jel antara lain efek protektifnya yang rendah dengan sediaan dalam bentuk krim dalam pengobatan
sehingga tidak dapat digunakan sebagai emolien, dan dermatitis atopik. Serupa dengan penelitian yang
dapat menyebabkan kulit kering dan panas bila dilakukan Breneman dkk. tersebut, Lowe N. dkk. (2005)22
kandungan alkohol atau propilen glikolnya tinggi. 7,13 juga membuktikan penggunaan losio klobetasol propionat
Selain jel berbahan dasar larut air, telah ditemukan 0,05% dalam terapi psoriasis tipe plak lebih efektif
juga formulasi jel terbaru berbahan dasar pelarut organik dibanding sediaan krim.
yang disebut organogel. Bahan dasar yang digunakan
antara lain lesitin, jelatin, dan ester sorbitan.15 Jel dengan
Bedak kocok
bahan dasar tersebut umumnya digunakan untuk zat aktif
yang sukar larut di dalam air.13 Bedak kocok merupakan kombinasi antara bedak
dan cairan. Bedak yang terkandung dalam suatu bedak
kocok dapat memperluas area penguapan cairan
Cairan/ liquid
penyusunnya sehingga memberikan efek mendinginkan.
Vehikulum berbentuk cair dapat berupa air, alkohol, Umumnya bedak kocok terdiri atas seng oksida, talk,
minyak, dan propilen glikol.1, 7,13 Penambahan suatu zat kalamin, gliserol, alkohol, dan air serta stabilizer. Karena
aktif ke dalam berbagai vehikulum cair tersebut dapat merupakan suatu suspensi, bedak kocok bila didiamkan
membentuk suatu sediaan cair yang berbeda bergantung cenderung mengendap, sehingga sebelum pemakaian pun
kelarutan dan jenis zat yang terdispersi dalam medium harus dikocok terlebih dahulu. 7,13
pendispersi, yaitu solusio, emulsi, dan suspensi.1,7,13
Pasta
Solusio atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung
bahan kimia terlarut (solut) yang terlarut secara homogen Pada dasarnya pasta merupakan salep yang ke
dalam media pelarut misalnya air, alkohol, minyak, atau dalamnya ditambahkan bedak dalam jumlah yang relatif
propilen glikol. Contoh dari solusio adalah solusio besar, hingga mencapai 50 persen berat campuran.
Burrowi, yodium tingtur, dan linimen. 7,13 Konsistensinya relatif lebih keras dibanding salep karena
penambahan bahan padat tersebut. Kandungan bedak
Suspensi atau losio adalah suatu sistem berbentuk cair yang ditambahkan ke dalamnya dapat berupa seng oksida,
yang komponennya terdiri atas dua fase zat. Fase pertama kanji, kalsium karbonat, dan talk. Seperti halnya salep,
merupakan fase eksternal/ kontinu dari suspensi, yang pasta dapat membentuk lapisan penutup/film di atas
umumnya berbentuk cair atau semisolid, dan fase kedua permukaan kulit, yang impermeabel terhadap air sehingga
merupakan fase internal yang merupakan partikel yang dapat berfungsi sebagai protektan pada daerah popok.
tidak larut dalam fase kontinu, namun terdispersi di Komponen zat padat dalam pasta menjadikannya dapat
dalamnya. Dalam suatu sediaan obat topikal, fase digunakan sebagai sunblock. Pasta relatif kurang berminyak
internalnya adalah zat atau obat aktif. Karena tidak larut dibandingkan salep, karena sebagian besar komponen
dalam medium pendispersinya, maka zat aktif dalam minyak yang terkandung dalam salep telah berasosiasi
suatu sediaan berbentuk suspensi atau losio dapat dengan bahan padat yang ditambahkan. 7,13
mengendap bila didiamkan, sehingga sebelum digunakan
harus dikocok terlebih dahulu agar dosis obat aktif yang
diaplikasikan merata. Losio banyak digunakan untuk Lacquer
pasien anak, karena mudah diaplikasikan secara merata. Lacquer merupakan sediaan topikal yang relatif baru
Penguapan air yang terkandung dalam sediaan ini setelah di bidang dermatologi. Sediaan ini mulai digunakan
aplikasinya memberikan efek mendinginkan. Dibandingkan untuk mengobati kasus-kasus onikomikosis. Nail lacquer
salep, losio dapat menyebabkan kondisi kulit yang kering, merupakan larutan yang terdiri dari etil asetat, isopropil
dan dapat menyebabkan abrasi pada kulit. 7,13 alkohol, dan butil monoester asam maleat. Setelah
Duweb dkk. (2003)19 membuktikan bahwa dalam aplikasinya di atas lempeng kuku, lacquer akan mem-
konsentrasi sama (50 ug/g), salep calcipotriol lebih superior bentuk lapisan film di atas tempat aplikasi. Penelitian secara
dibandingkan sediaan krim untuk pengobatan psoriasis in vitro pada kuku yang telah dilepaskan, menunjukkan
vulgaris. Cal (2005)20 melaporkan pengaruh berbagai sediaan ini mampu menembus lempeng kuku hingga
vehikulum dalam penyerapan terpenes pada kulit secara in kedalaman 0,4 cm. Sementara penelitian pada manusia
vitro. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya diketahui dengan aplikasi sediaan antifungal (ciclopirox) dalam
penyerapan terpenes pada tiap vehikulum berbeda bermakna, bentuk nail lacquer pada ke-20 kuku dan lima milimeter
31
MDVI Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35
Liposom
Liposom artifisial ditemukan oleh Alec D. Bangham
pada tahun 1961. Sejak saat itu penggunaannya meluas
dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang dermato-
terapi. Liposom merupakan vesikel buatan terkecil yang
dibentuk dari fosfolipid dan kolesterol. Fosfolipid yang
sering digunakan dalam menyusun liposom adalah
fosfatidilkolin.8,15,26,27 Secara struktural, liposom berbentuk
bulat, dengan ukuran diameter bervariasi antara 20 nm
sampai 10 μm, dan ketebalan membran 3 nm. Susunan
membran liposom sama dengan membran sel yang terdiri
atas lipid bilayer (lihat gambar 2). Liposom dapat dibedakan
menjadi liposom unilamelar dan liposom multilamelar.
Liposom unilamelar berukuran 0.02-0.05 um, sedangkan
liposom multilamelar berukuran 0.1-0.5 um.27 Lihat Gambar 3. Mekanisme pelepasan obat dari liposom ke dalam sel
gambar 2. target29
32
A Asmara dkk. Vehikulum dalam dermatologi topikal
Pertimbangan kosmetik
Penampilan fisik, bau, kemudahan dalam aplikasi,
serta kemampuan untuk tidak meninggalkan residu
setelah aplikasi menjadi pertimbangan penting dalam
Gambar 4. Nanopartikel26 pemilihan vehikulum karena dapat meningkatkan ke-
patuhan pasien dalam pengobatan.3,35
33
MDVI Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35
34
A Asmara dkk. Vehikulum dalam dermatologi topikal
16. Advantan® ointment, fatty ointment, cream, and lotion. Product 26. Lautenschläger H. Active agents: liposomes, nanoparticles & co.
information. May 2008 Beauty Forum. 2003; 5: 84-86.
17. Rosoff M. Specialized pharmaceutical emulsions. Dalam: Lieberman 27. Patel SS, Liposome: A versatile platform for targeted delivery of
HA, Rieger MM, Banker GS, penyunting. Pharmaceutical dosage drugs. Diunduh dari www.pharmainfo.net tanggal 20 Maret 2009
forms: Disperse systems. New York: Marcel Dekker, Inc,1998 28. Lautenschläger, H. Liposomes. Dalam: Barel A. O., Paye M.
18. Wiren K, Fritiof H, Sjoqvist C, Loden M. Enhancement of Maibach H. I., editor. Handbook of cosmetic science and
bioavailability by lowering of fat content in topical formulations. Br Technology. Boca Raton: CRC Press Taylor & Francis Group.
J Dermatol. 2009; 160: 552-6. 2006. p. 155-63.
19. Duweb G, Aldebani S, Elzorghany A, Benghazil M, Alhaddar J. 29. Lautenschläger H. Applied corneotherapy and skincare - guidelines
Calcipotriol ointment versus cream in psoriasis vulgaris. Int J Clin for the anti-aging treatment. Ästhetische Dermatologie. 2007; 3: 8-16.
Pharmacol Res. 2003; 23(2-3): 47-51. 30. Lieb LM. Topical delivery enhancement with multilamellar liposomes
20. Cal, K. How does the type of vehicle influence the in vitro skin into pilosebaceous units: in vitro evaluation using fluorescent
absorption and elimination kinetics of terpenes? Arch Dermatol techniques with the hamster ear model. J. Invest. Dermatol. 1992;
Res. 2006; 297: 311-5. 99: 108-13.
21. Breneman D. Clobetasol propionate 0.05% lotion in the treatment of 31. Wolf P. Topical treatment with liposomes containing T4
moderate to severe atopic dermatitis: a randomized evaluation endonuclease V protein protects human skin in-vivo from
ultraviolet-induced upregulation of interleukin 10 and tumor
versus clobetasol propionate emollient cream. J Drugs Dermatol. necrosing factor α. J Invest Dermatol. 2000; 114: 149-56.
2005; 4(3): 330-6. 32. Jung S. Innovative liposomes as a transfollicular drug delivery
22. Lowe N. Clobetasol propionate lotion, an efficient and safe alternative system: penetration into porcine hair follicles. J. Invest. Dermatol.
to clobetasol propionate emollient cream in subjects with moderate to 2006; 126: 1728–32.
severe plaque-type psoriasis. J Dermatol Treat. 2005; 16(3): 158-64. 33. Baroli B, Ennas MG, Loffredo F, Isola M, Pinna R, Lo´pez-Quintela MA.
Penetration of metallic nanoparticles in human full-thickness skin.
23. Drugs.com-Drug information and side effects online. Ciclopirox J. Invest. Dermatol. 2007; 127: 887-94.
nail lacquer. Diunduh dari www.drugs.com. Last update July 2006 34. Vogt A. 40 nm, but not 750 or 1,500 nm, nanoparticles enter
24. Gupta, AK; Schouten, JR; Lynch, LE. Ciclopirox nail lacquer 8% epidermal CD1aþ cells after transcutaneous application on human
for the treatment of onychomycosis: A Canadian perspective. skin. J Invest Dermatol. 2006; 126: 1316-22.
Diunduh dari www.emedicine.com. Published on 1 June 2006 35. Vlahovic TC. Choosing the right vehicle. Podiatry management,
25. Purdon CH, Haigh JM, Surber C, Smith EW. Foam drug delivery in podiatric dermatology, 2008
dermatology. Am J Drug Deliv. 2003; 1(1):71-5.
35