Anda di halaman 1dari 11

A Asmara dkk.

Vehikulum dalam dermatologi topikal


Tinjauan Pustaka

VEHIKULUM DALAM DERMATOTERAPI TOPIKAL

Anjas Asmara, Sjaiful Fahmi Daili, Tantien Noegrohowati, Ida Zubaedah*

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


*Departemen Ilmu Farmasi Kedokteran FKUI/ RSCM
FK Universitas Indonesia/RS. dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

ABSTRAK

Terapi untuk mengkoreksi berbagai kelainan kulit dapat dilakukan secara topikal, sistemik, intralesi, atau
menggunakan radiasi ultraviolet. Terapi topikal didefinisikan sebagai aplikasi obat dengan formulasi tertentu
pada kulit yang bertujuan mengobati penyakit kulit atau penyakit sistemik yang bermanifestasi pada kulit.
Keberhasilannya bergantung pada pemahaman mengenai struktur sawar kulit, mekanisme absorpsi obat
melalui kulit, dan pemilihan vehikulum yang sesuai.
Perkembangan teknologi juga membawa perubahan yang besar dalam formulasi obat topikal. Berbagai
vehikulum terbaru yang ditujukan untuk meningkatkan absorpsi obat perkutan telah ditemukan dan diteliti
secara luas efektivitasnya, diantaranya emulsi ganda, nanopartikel, dan liposom.
Terapi topikal merupakan cara yang sering digunakan dermatologis dalam mengobati berbagai
kelainan/penyakit kulit. Sediaan topikal yang digunakan dapat berupa sediaan jadi yang diproduksi oleh
produsen obat maupun sediaan topikal yang diracik sendiri oleh dermatologis. Kegagalan terapi topikal dapat
disebabkan oleh kesalahan dalam pembuatan sediaan topikal oleh dermatologis. Berkaitan dengan hal itu,
seorang dermatologis perlu mengetahui prinsip dasar membuat sediaan obat topikal, agar obat topikal yang
digunakan dalam menangani penyakit kulit bekerja dengan baik (MDVI 2012: 39/1; 25-35)

Kata kunci: Terapi topikal, vehikulum, absorpsi obat perkutan, vehihulum baru, formulasi obat topikal

ABSTRACT
Therapy to treat any skin disease can be achieved by mean of topical therapy, systemic therapy, direct
injection into the lesion, and ultraviolet radiation. Topical therapy means to apply drugs in a particular
formulation aimed to treat skin disease or skin manifestation of systemic disease. Whether it will be effective
or not is depend on our understanding about skin barrier, mechanism of drug absorption via the skin, and
consideration to choose the right vehicle.
Recent technology invents many changes in topical drug formulation. Novel vehicles aimed to increase drug
delivery via the skin are found and widely studied to evaluate the efficacy in treating skin disease, including
multiple emulsion, nanoparticles, and liposomes.
Dermatologists often use topical preparations in order to treat skin diseases. Topical drug preparations can
be a product directly produced by drug industries or a preparation that dermatologists make it themselves.
Failure of topical therapy can be caused by incorrect formulation of topical preparation made by
dermatologists. It is important for dermatologists to understand the principal of making topical drugs
preparation, so that the drugs used to treat dermatological disease can be effective. (MDVI 2012: 39/1;25-35)

Keyword: Topical therapy, vehicle, drug delivery via the skin, novel vehicles, topical drug formulation
Korespondensi :
Jl. Diponegoro 71, Jakarta Pusat
Telp. 021-31935383
Email: anjasasmara.md@gmail.com

25
MDVI Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35

PENDAHULUAN melanosit, sel Langerhans, dan sel Merkel. Keratinosit,


merupakan sel yang memiliki kemampuan berproliferasi dan
Kulit merupakan organ tubuh terbesar dan memiliki mengandung keratin yang diperlukan sebagai penunjang
banyak fungsi penting, di antaranya adalah fungsi proteksi, struktur internal epidermis. Tiap lapisan pada epidermis
termoregulasi, respons imun, sintesis senyawa biokimia, dan mengekspresikan keratin yang berbeda. Keratinosit yang
peran sebagai organ sensoris. Terapi untuk mengkoreksi matang dan mengalami diferensiasi bertambah besar dan
berbagai kelainan fungsi tersebut dapat dilakukan secara kemudian bentuknya makin gepeng sampai akhirnya inti
topikal, sistemik, intralesi, atau menggunakan radiasi selnya menghilang. Hasil akhir dari proses diferensiasi ini
ultraviolet.1 adalah terbentuknya stratum korneum.1,2,4,6,7
Terapi topikal didefinisikan sebagai aplikasi obat dengan Pembentukan stratum korneum merupakan fungsi
formulasi tertentu pada kulit yang bertujuan mengobati yang sangat penting dari epidermis. Stratum korneum,
penyakit kulit atau penyakit sistemik yang bermanifestasi atau juga sering disebut sebagai lapisan tanduk mencegah
pada kulit.2 Metode pengobatan topikal telah lama terjadinya kehilangan air, dan mencegah penyerapan zat /
digunakan pada berbagai kebudayaan kuno di dunia. agen infeksi yang berbahaya bagi tubuh. Strukturnya
Bangsa Mesir kuno menggunakan sejenis rumput papyrus dapat disamakan dengan susunan batu bata dan campuran
yang dicampur dengan berbagai minyak binatang dalam semen, dengan korneosit sebagai batu bata dan sawar
pengobatan alopesia. Sementara bangsa Indian kuno lipid sebagai campuran semennya. Korneosit tersusun di
menggunakan senyawa arsen dalam pengobatan kusta. bagian atas epidermis dan mengandung protein.1,2,4,6,7
Campuran merkuri dan sulfur juga mereka gunakan dalam Di bawah lapisan tanduk terdapat lapisan granular
pengobatan pedikulosis, sedangkan pasta yang mengandung yang mengandung struktur basofilik yang disebut granula
besi sulfat, empedu, tembaga sulfat, sulfur, arsen, dan keratohialin. Granula tersebut mengandung prekursor protein
antimoni digunakan dalam pengobatan pruritus.1 profilagrin yang masih inaktif. Melalui proses defosforilasi
Terapi topikal merupakan metode yang nyaman, dan proteolisis profilagrin diubah menjadi filagrin yang
namun keberhasilannya bergantung pada pemahaman kita memiliki fungsi seperti lem yang merekatkan filamen keratin
mengenai fungsi sawar kulit. Keuntungan utamanya untuk membentuk makrofibril. Degradasi dari filagrin akan
adalah dapat memintas jalur metabolisme obat pertama menghasilkan asam amino bebas yang berperan dalam
(first-pass metabolism) di hati.1-5 Terapi topikal juga dapat perlindungan terhadap radiasi sinar ultraviolet dan hidrasi
menghindari risiko dan ketidaknyamanan seperti pada kulit. Dalam granula keratohialin juga terdapat berbagai
terapi yang diberikan secara intravena, serta berbagai hal prekursor protein lain, yaitu involukrin, lorikrin, elafin, envo-
yang mempengaruhi penyerapan obat pada terapi peroral, plakin, sistatin A dan protein lain yang berperan dalam
misalnya perubahan pH, aktivitas enzim, dan pembentukan selubung sel yang terkornifikasi.1,2,4,6,7
pengosongan lambung. Keuntungan lain, yaitu karena Selain granula keratohialin, sel pada lapisan granular
penyerapan sistemik pada terapi topikal dapat diabaikan juga mengandung granula lamelar, yang merupakan organel
maka efek samping maupun interaksi obat pada terapi yang terikat pada membran sel yang mengandung glikolipid,
topikal jarang terjadi.1,2,4 glikoprotein, dan fosfolipid. Molekul yang terkandung
Meskipun demikian, pengobatan topikal juga memiliki dalam granula lamelar tersebut disekresikan di antara
berbagai kelemahan misalnya: 1) dapat menimbulkan lapisan granular dan lapisan tanduk untuk membentuk
iritasi dan alergi (dermatitis kontak), 2) permeabilitas ’mortar/campuran semen’ yang mengikat korneosit di
beberapa obat melalui kulit yang relatif rendah, sehingga lapisan tanduk.1,2,4,6,7
tidak semua obat dapat diberikan secara topikal, dan 3) Dermis merupakan lapisan yang berfungsi menyokong
terjadinya denaturasi obat oleh enzim pada kulit.2 epidermis. Ketebalannya 2-3 mm. Pada lapisan tersebut
Pada makalah ini akan dibahas mengenai stuktur dan terdapat pembuluh darah, saraf dan struktur lain, yaitu
fungsi kulit, mekanisme penyerapan obat melalui kulit, folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebum
uraian tentang berbagai vehikulum yang digunakan dalam yang juga berperan penting dalam proses penyerapan obat
pengobatan di bidang dermatologi serta perkembangan melalui kulit.1,2,4,6,7
terbaru yang telah ditemukan, prinsip pemilihan vehikulum
dalam dermatoterapi, dan prinsip dasar pembuatan
sediaan obat topikal. FARMAKOKINETIK OBAT TOPIKAL
Pengetahuan mengenai farmakokinetik pada kulit
sangat diperlukan dalam keberhasilan suatu pengobatan
STRUKTUR DAN FUNGSI KULIT
topikal. Farmakokinetik obat topikal menggambarkan
perubahan konsentrasi obat setelah aplikasinya pada
Kulit terdiri atas lapisan epidermis dan dermis. Kulit,
permukaan kulit, perjalanannya menembus sawar kulit
terutama epidermis, berperan penting dalam penyerapan
dan jaringan di bawahnya, dan distribusinya ke dalam
obat melalui kulit. Epidermis tersusun oleh keratinosit,
sirkulasi sistemik.8

26
A Asmara dkk. Vehikulum dalam dermatologi topikal

Senyawa yang diaplikasikan pada permukaan kulit, rambut setelah diaplikasikan pada kulit dapat ditentukan.
termasuk obat topikal, masuk ke dalam kulit mengikuti Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melakukan aplikasi
suatu gradien konsentrasi (difusi pasif). Gradien konsentrasi molekul kecil misalnya kafein pada permukaan kulit.
ditimbulkan oleh perbedaan konsentrasi obat aktif dalam Setelah aplikasi dapat ditemukan kadar kafein dalam
sediaan yang diaplikasikan pada kulit dan konsentrasi folikel rambut.8
obat aktif dalam jaringan kulit serta jaringan di bawahnya Hasil penelitian lain dengan menggunakan nanopartikel
(dermis dan subkutan).2,7,8 menunjukkan keberadaan nanopartikel dalam folikel rambut
Dalam pengobatan topikal, penyerapan obat melalui bertahan sepuluh kali lebih lama dibandingkan dalam
beberapa tahapan seperti dapat dilihat dalam gambar 1. stratum korneum. Mengingat bahwa dalam folikel rambut
Analisis farmakokinetik dari suatu sediaan topikal yang juga terdapat sawar kulit, hasil penelitian tersebut
diaplikasikan pada kulit meliputi pembahasan mengenai menunjukkan bahwa kadar zat dalam folikel rambut tidak
tiga kompartemen yang dilalui obat aktif, yaitu vehikulum menunjukkan penyerapan obat melalui jalur transkorneal,
sebagai pembawa obat aktif, stratum korneum, dan melainkan secara eksklusif memperlihatkan hasil
lapisan epidermis serta dermis.2,7,8 penyerapan obat transfolikular.8
Teichmann dkk (2005)9 menggunakan kedua teknik
Vehikulum sebagai pembawa obat aktif. tersebut dalam mendeteksi penyerapan transfolikular dari
Untuk dapat masuk ke dalam lapisan kulit, bahan/ sodium fluoresein. Dengan kombinasi kedua teknik
obat aktif dalam suatu sediaan topikal harus dilepaskan tersebut, didapatkan konsentrasi sodium fluoresein dalam
dari vehikulumnya setelah sediaan obat topikal folikel rambut mencapai 5% setelah tiga puluh menit
diaplikasikan. Pelepasan/ disolusi bahan aktif dari aplikasi zat tersebut pada kulit, dan tetap bertahan 48 jam
vehikulumnya ditentukan oleh koefisien partisinya. Makin setelah aplikasi.
besar nilai koefisien partisi, maka bahan aktif makin
mudah terlepas dari vehikulum.2,4,7,8 b. Jalur transkorneal. Hingga saat ini, penyerapan obat
interselular (melalui celah di antara korneosit) menjadi
Difusi ke dalam stratum korneum. jalur utama pada penyerapan obat transkorneal.2,4,7,8
Beberapa penelitian dengan menggunakan mikroskop
Bahan aktif yang telah terlepas dari vehikulumnya
elektron menunjukkan bukti adanya penyerapan obat
akan berinteraksi dengan permukaan kulit/ stratum
korneum. Bahan aktif yang telah berinteraksi dengan melalui jalur ini. Pada aplikasi n-butanol pada kulit yang
stratum korneum akan segera berdifusi ke dalam stratum dipresipitasi dengan uap osmium, lima sampai enam
korneum. Difusi yang terjadi dimungkinkan dengan puluh menit setelah aplikasi tampak peningkatan kadar
adanya gradien konsentrasi. Pada awalnya, difusi bahan alkohol tersebut di ruang antar sel. Namun, peningkatan
aktif terutama berlangsung melalui folikel rambut (jalur kadar alkohol ternyata juga ditemukan intrasel dalam
transfolikular). Setelah tercapai keseimbangan (steady korneosit. Dengan bukti ini, peranan jalur penyerapan
state), difusi melalui stratum korneum menjadi lebih obat transkorneal intrasel (dengan cara menembus
dominan.2,7,8 korneosit) juga tidak dapat diabaikan. Jalur tersebut
terutama dilalui oleh obat dengan berat molekul yang
a. Jalur transfolikular. Bahan aktif yang masuk ke kecil, dan berbagai zat/ obat-obatan polar serta ion.2,7
dalam folikel rambut akan berpartisi dan selanjutnya
berdifusi ke dalam sebum yang terdapat di dalam folikel
rambut hingga mencapai lapisan epitel pada bagian dalam Epidermis dan dermis
folikel dan kemudian berdifusi menembus epitel folikel Difusi bahan/obat aktif melalui kedua jalur di atas pada
hingga mencapai lapisan epidermis.2,7,8 akhirnya akan mencapai lapisan yang lebih dalam yaitu
Untuk mengetahui adanya penyerapan obat melalui epidermis hingga kemudian dermis. Dengan adanya pem-
jalur ini, digunakan kombinasi teknik tape stripping dan buluh darah dalam dermis, bahan aktif yang mencapai
cyanoacrylate surface biopsy.8,9 Dengan mengunakan lapisan dermis kemudian akan diresorpsi oleh sistem
kombinasi teknik tersebut, kadar suatu zat di dalam folikel sirkulasi.2,7,8

27
MDVI Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35

Dissolution of drug in vehicle

Diffusion of drug through vehicle to skin surface

Partitioning into stratum corneum Partitioning into sebum

Diffusion through protein -lipid Diffusion through lipids in


matrix in stratum corneum sebaceous pore

Partitioning into viable epidermis

Diffusion through cellular mass of epidermis

Diffusion through cellular mass of dermis

Capillary uptake and systemic dilution

Gambar 1. Skema tahapan penyerapan obat melalui kulit2,7

trasi sediaan obat topikal akan menjadi daya pendorong


Faktor yang mempengaruhi penyerapan obat melalui
molekul obat, sehingga akan meningkatkan penyerapan-
kulit
nya. Koefisien partisi menunjukkan kemampuan obat
Berbagai faktor mempengaruhi penyerapan suatu obat aktif terlepas dari vehikulumnya untuk kemudian
melalui kulit, antara lain: berinteraksi dan berdifusi ke dalam stratum korneum
dan lapisan di bawahnya. Peningkatan nilai koefisien
1. Faktor fisikokimiawi obat
partisi tersebut meningkatkan penyerapan obat aktif
Faktor fisikokimiawi obat yang mempengaruhi penye-
ke dalam kulit. Sementara semakin kecil ukuran
rapan obat topikal antara lain konsentrasi obat, koefisien
molekul obat aktif akan memudahkan obat aktif
partisi, dan ukuran molekul obat. Peningkatan konsen-
melalui sawar dan lapisan kulit.2,7,8,10,11

28
A Asmara dkk. Vehikulum dalam dermatologi topikal

2. Penetration enhancer pendingin merupakan contoh vehikulum trifasik. Selain


Penyerapan obat perkutan dapat ditingkatkan dengan ketiga kelompok besar vehikulum di atas, terdapat
penambahan bahan kimia tertentu. Bahan kimia yang vehikulum lain yang tidak dapat dimasukkan ke dalam
memiliki kemampuan meningkatkan penyerapan obat salah satu golongan tersebut, yaitu jel.1
topikal disebut sebagai penetration enhancer. Beberapa Pembagian lain vehikulum adalah berdasarkan
bahan kimia dapat meningkatkan permeabilitas kulit kelarutannya dalam air, yaitu vehikulum hidrofobik dan
dengan cara merusak atau mengubah sifat fisiko- vehikulum hidrofilik. Vehikulum hidrofobik meliputi ber-
kimiawi alami stratum korneum sehingga tahanan bagai hidrokarbon, silikon, alkohol, sterol, asam karboksilat,
difusinya menurun. Perubahan sifat fisiko-kimiawi ester dan poliester, serta eter dan polieter. Sementara vehi-
tersebut misalnya perubahan status hidrasi stratum kulum hidrofilik meliputi berbagai poliol dan poliglikol,
korneum dan perubahan struktur lipid dan lipoprotein sebagian dari golongan ester dan poliester, serta beberapa
pada ruang interselular.2,4,7 macam eter dan polieter. Berdasarkan konsistensinya,
vehikulum dibagi menjadi cair, solid, dan semisolid.1,7
Bahan kimia yang memiliki efek sebagai penetration Selain berbagai kelompok vehikulum di atas, berbagai
enhancer misalnya berbagai pelarut antara lain: alkohol, penelitian juga telah dilakukan untuk meningkatkan
metanol, propylen glikol, gliserol, silikon cair, dan penetrasi obat topikal ke dalam kulit, seperti penggunaan
isopropil palmitat. Beberapa surfaktan misalnya asam liposom dan nanopartikel
linoleat, asam oleat, kalsium tioglikolat, dan sodium
deoksikolat juga dapat digunakan sebagai penetration
enhancer.2,4,7 JENIS VEHIKULUM
Bedak
Istilah optimized vehicle yang digunakan pada beberapa
produk obat topikal merujuk pada penggunaan Bedak merupakan vehikulum solid/padat yang me-
penetration enhancer dalam produk tersebut.12 miliki efek mendinginkan, menyerap cairan serta mengurangi
gesekan pada daerah aplikasi.3,7,13 Sebagian besar bedak
3. Faktor lain yang dapat mempengaruhi penyerapan mengandung seng oksida yang memiliki efek antiseptik,
obat topikal antara lain oklusi dan lokasi aplikasi obat magnesium silikat dengan efek lubrikasi dan mengering-
topikal. Oklusi dapat meningkatkan penyerapan obat kan, serta stearat yang mampu meningkatkan daya lekat
topikal melalui peningkatan status hidrasi stratum bedak pada kulit.7,12 Ke dalam bedak juga ditambahkan
korneum. Aplikasi obat topikal pada lokasi yang bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikro-
berbeda juga dapat memberikan hasil yang berbeda organisme dan antioksidan untuk mencegah bedak
karena perbedaan ketebalan stratum korneum.2,7,13 teroksidasi udara luar.14 Kemampuan penetrasinya pada
kulit yang rendah, menyebabkan penggunaannya terbatas,
antara lain dalam bidang kosmetik.7,13,14
Efek samping yang dapat timbul pada penggunaan
DEFINISI VEHIKULUM
bedak antara lain inhalasi bedak ke dalam saluran napas,
penggumpalan bedak, iritasi, dan dapat memicu pem-
Vehikulum adalah zat inaktif/ inert yang digunakan
bentukan granuloma.7,13,14 Aplikasi bedak pada kulit yang
dalam sediaan topikal sebagai pembawa obat/ zat aktif agar
iritasi juga dapat menghambat proses penyembuhan.7,14
dapat berkontak dengan kulit.2,13 Meskipun inaktif, aplikasi
Para ahli telah meneliti penggunaan urea untuk
suatu vehikulum pada kulit dapat memberikan beberapa efek
menggantikan talk sebagai bahan dasar bedak. Urea
yang menguntungkan, meliputi efek fisik misalnya efek
merupakan bahan non alergenik dan non toksik bagi kulit,
proteksi, mendinginkan, hidrasi, mengeringkan/ mengangkat
sehingga pemakaiannya jauh lebih aman dibanding bedak
eksudat, dan lubrikasi, serta efek kimiawi/ farmakologis,
konvensional. Urea memiliki sifat antipruritus, antiseptik,
misalnya efek analgesik, sebagai astringent, antipruritus,
antiinflamasi, menghambat proses oksidasi, dan dapat
dan bakteriostatik.2,3,7
membantu proses penyebuhan pada kulit yang teriritasi
atau mengalami peradangan. Efek yang menguntungkan
tersebut memungkinkan bedak berbahan dasar urea dapat
KLASIFIKASI VEHIKULUM digunakan pada kulit yang mengalami iritasi.14

Berdasarkan komponen penyusunnya, vehikulum dapat


Salep
digolongkan dalam monofasik, bifasik, dan trifasik.1,2,3,7
Yang termasuk vehikulum monofasik di antaranya adalah Salep merupakan sediaan semisolid yang dapat
bedak, salep, dan cairan. Bedak kocok, pasta, dan krim digunakan pada kulit maupun mukosa. Bahan dasar salep
tergolong dalam vehikulum bifasik. Sementara pasta yang digunakan dalam dermatoterapi dibagi dalam empat

29
MDVI Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35

kelompok yaitu; 1) hidrokarbon, 2) bahan penyerapan, 3) lebih mudah diaplikasikan. Sediaan ini juga memiliki efek
bahan dasar emulsi, dan 4) bahan yang larut air (water- sebagai emolien karena kandungan minyaknya, sedangkan
soluble based).1,7,13,15 kandungan air di dalamnya memberikan efek mendinginkan
Salep berbahan dasar hidrokarbon memiliki efek saat diaplikasikan. 7,13,17
sebagai emolien, efek oklusi, dan mampu bertahan pada Krim oil-in-water mengandung air lebih dari 31 persen.
permukaan kulit dalam waktu lama tanpa mengering.1,11,13 Formulasi ini merupakan bentuk yang paling sering dipilih
Bahan dasar hidrokarbon yang paling banyak digunakan dalam dermatoterapi. Sediaan ini dapat dengan mudah
adalah petrolatum putih dan petrolatum kuning.1,7,13 diaplikasikan pada kulit, mudah dicuci, kurang
Umumnya bersifat stabil, sehingga tidak memerlukan zat berminyak, dan relatif lebih mudah dibersihkan bila
pengawet. Kelemahannya adalah dapat mewarnai mengenai pakaian.7,13,17 Sebagai pengawet, biasanya
pakaian.7,13 digunakan paraben untuk mencegah pertumbuhan jamur.
Bahan dasar penyerapan pembentuk salep terdiri Bahan lain yang terkandung dalam emulsi oil-in-water
atas lanolin dan turunannya, kolesterol dan turunannya, adalah humektan, misalnya gliserin, propilen glikol,
serta sebagian ester dari alkohol polihidrat. Kelompok ataupun polietilen glikol.2,7,13,17 Fase minyak dalam
bahan dasar ini memiliki efek lubrikasi, emolien, efek sediaan ini juga menyebabkan rasa lembut saat
proteksi, serta karena sifat hidrofiliknya, dapat digunakan diaplikasikan. Wiren K dkk. (2008)18 meneliti hubungan
sebagai vehikulum obat/ zat aktif yang larut air.1,2,7,12,14 antara kandungan lemak dalam sediaan krim oil-in-water
Salep dengan bahan dasar penyerapan bersifat lengket, dengan kemampuan penetrasinya. Pada penelitian yang
namun lebih mudah dicuci dibandingkan yang berbahan dilakukan secara in vivo tersebut menunjukkan bahwa
dasar hidrokarbon.7,13 sediaan krim dengan kandungan lemak yang rendah
Bahan dasar salep yang lain, yaitu bahan dasar memiliki penetrasi yang lebih baik dibanding sediaan
pengemulsi dan bahan dasar yang larut air sering digunakan dengan konsentrasi lemak yang lebih tinggi.
untuk membentuk sediaan semisolid yang lain, yaitu krim
dan jel.7,13
Emulsi multipel
Konsentrasi bahan dasar salep dalam suatu sediaan
berbentuk salep dapat ditingkatkan agar kemampuan Istilah emulsi multipel digunakan untuk meng-
penetrasi bahan aktif yang terkandung di dalamnya gambarkan suatu sistem emulsi yang dalam droplet fase
meningkat, misalnya sediaan salep khusus yang disebut internalnya terdapat droplet lain yang berukuran lebih
fatty ointment. Konsentrasi bahan dasar salep dalam kecil dengan komposisi sama dengan fasa eksternalnya.
sediaan tersebut mencapai lebih dari 90 persen. Sediaan Contoh emulsi multipel adalah emulsi water-in-oil-in-
tersebut dapat digunakan untuk kelainan/ penyakit kulit water (emulsi W/O/W) dan emulsi oil-in-water-in-oil
pada daerah dengan stratum korneum yang tebal, misalnya (emulsi O/W/O). Untuk kestabilan sistem emulsi multipel,
lipat siku, lutut, telapak tangan, dan telapak kaki.16 diperlukan pemilihan surfaktan/ bahan pengemulsi yang
tepat.17
Krim
Krim merupakan sediaan semisolid yang mengandung Jel
satu atau lebih zat aktif yang terdispersi dalam suatu medium
pendispersi dan membentuk emulsi. Untuk kestabilan Jel merupakan sediaan semisolid yang mengandung
molekul kecil maupun besar yang terdispersi dalam cairan
emulsi, digunakan suatu agen pengemulsi (emulsifier).
Bahan pengemulsi dapat terlarut dalam kedua fase cairan dengan penambahan suatu gelling agent. Formulasi yang
penyusun emulsi, dan mengelilingi cairan yang terdispersi dibutuhkan dalam membentuk jel adalah air, propilen
glikol, dan atau polietilen glikol ditambah dengan suatu
membentuk titik-titik air mikro yang terlarut dalam medium
pendispersi. Surfaktan maupun beberapa jenis polimer bahan pembentuk jel. Gelling agent yang biasa digunakan
atau campuran keduanya dapat digunakan sebagai bahan adalah carbomer 934 serta carboxymethylcellulose dan
pengemulsi. Beberapa contoh surfaktan yang sering hydroxypropylmethyl-cellulose yang merupakan turunan
digunakan dalam pembentukan emulsi adalah sodium dari selulosa.2,7,13
Bahan dasar pembentuk jel merupakan bahan yang
lauril sulfat, Spans, dan Tweens.2,7,13,17
Berdasarkan fase internalnya, krim dapat dibagi larut air (water soluble based) dan tidak mengandung
menjadi krim oil-in-water dan krim water-in-oil. Krim minyak. Bahan ini sangat mudah dicuci, tidak mewarnai
pakaian, tidak memerlukan pengawet, dan kurang oklusif.
water-in-oil mengandung air kurang dari 25 persen dengan
minyak sebagai medium pendispersi. Selain surfaktan, zat Bahan dasar ini lebih sering digunakan pada sediaan
pengawet juga seringkali digunakan dalam sediaan krim topikal agar konsentrasi pada permukaan kulit lebih tinggi
dan membatasi penyerapan ke dalam kulit, misalnya pada
water-in-oil. Sediaan ini kurang lengket dibanding dua
sediaan yang disebutkan sebelumnya, sehingga relatif berbagai antifungal dan antibiotik topikal. 7,13

30
A Asmara dkk. Vehikulum dalam dermatologi topikal

Jel merupakan vehikulum yang cocok untuk banyak dan secara berurutan dari yang terendah hingga tertinggi
zat aktif. Jel juga relatif mudah diaplikasikan pada kulit, penetrasinya adalah emulsi < solusio < hidrojel. Sementara
dapat digunakan pada daerah berambut, serta memiliki Breneman dkk. (2005)21 melaporkan penggunaan losio
penetrasi yang baik. Kekurangan dari sediaan dalam klobetasol propionat 0,05% lebih efektif dibandingkan
bentuk jel antara lain efek protektifnya yang rendah dengan sediaan dalam bentuk krim dalam pengobatan
sehingga tidak dapat digunakan sebagai emolien, dan dermatitis atopik. Serupa dengan penelitian yang
dapat menyebabkan kulit kering dan panas bila dilakukan Breneman dkk. tersebut, Lowe N. dkk. (2005)22
kandungan alkohol atau propilen glikolnya tinggi. 7,13 juga membuktikan penggunaan losio klobetasol propionat
Selain jel berbahan dasar larut air, telah ditemukan 0,05% dalam terapi psoriasis tipe plak lebih efektif
juga formulasi jel terbaru berbahan dasar pelarut organik dibanding sediaan krim.
yang disebut organogel. Bahan dasar yang digunakan
antara lain lesitin, jelatin, dan ester sorbitan.15 Jel dengan
Bedak kocok
bahan dasar tersebut umumnya digunakan untuk zat aktif
yang sukar larut di dalam air.13 Bedak kocok merupakan kombinasi antara bedak
dan cairan. Bedak yang terkandung dalam suatu bedak
kocok dapat memperluas area penguapan cairan
Cairan/ liquid
penyusunnya sehingga memberikan efek mendinginkan.
Vehikulum berbentuk cair dapat berupa air, alkohol, Umumnya bedak kocok terdiri atas seng oksida, talk,
minyak, dan propilen glikol.1, 7,13 Penambahan suatu zat kalamin, gliserol, alkohol, dan air serta stabilizer. Karena
aktif ke dalam berbagai vehikulum cair tersebut dapat merupakan suatu suspensi, bedak kocok bila didiamkan
membentuk suatu sediaan cair yang berbeda bergantung cenderung mengendap, sehingga sebelum pemakaian pun
kelarutan dan jenis zat yang terdispersi dalam medium harus dikocok terlebih dahulu. 7,13
pendispersi, yaitu solusio, emulsi, dan suspensi.1,7,13
Pasta
Solusio atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung
bahan kimia terlarut (solut) yang terlarut secara homogen Pada dasarnya pasta merupakan salep yang ke
dalam media pelarut misalnya air, alkohol, minyak, atau dalamnya ditambahkan bedak dalam jumlah yang relatif
propilen glikol. Contoh dari solusio adalah solusio besar, hingga mencapai 50 persen berat campuran.
Burrowi, yodium tingtur, dan linimen. 7,13 Konsistensinya relatif lebih keras dibanding salep karena
penambahan bahan padat tersebut. Kandungan bedak
Suspensi atau losio adalah suatu sistem berbentuk cair yang ditambahkan ke dalamnya dapat berupa seng oksida,
yang komponennya terdiri atas dua fase zat. Fase pertama kanji, kalsium karbonat, dan talk. Seperti halnya salep,
merupakan fase eksternal/ kontinu dari suspensi, yang pasta dapat membentuk lapisan penutup/film di atas
umumnya berbentuk cair atau semisolid, dan fase kedua permukaan kulit, yang impermeabel terhadap air sehingga
merupakan fase internal yang merupakan partikel yang dapat berfungsi sebagai protektan pada daerah popok.
tidak larut dalam fase kontinu, namun terdispersi di Komponen zat padat dalam pasta menjadikannya dapat
dalamnya. Dalam suatu sediaan obat topikal, fase digunakan sebagai sunblock. Pasta relatif kurang berminyak
internalnya adalah zat atau obat aktif. Karena tidak larut dibandingkan salep, karena sebagian besar komponen
dalam medium pendispersinya, maka zat aktif dalam minyak yang terkandung dalam salep telah berasosiasi
suatu sediaan berbentuk suspensi atau losio dapat dengan bahan padat yang ditambahkan. 7,13
mengendap bila didiamkan, sehingga sebelum digunakan
harus dikocok terlebih dahulu agar dosis obat aktif yang
diaplikasikan merata. Losio banyak digunakan untuk Lacquer
pasien anak, karena mudah diaplikasikan secara merata. Lacquer merupakan sediaan topikal yang relatif baru
Penguapan air yang terkandung dalam sediaan ini setelah di bidang dermatologi. Sediaan ini mulai digunakan
aplikasinya memberikan efek mendinginkan. Dibandingkan untuk mengobati kasus-kasus onikomikosis. Nail lacquer
salep, losio dapat menyebabkan kondisi kulit yang kering, merupakan larutan yang terdiri dari etil asetat, isopropil
dan dapat menyebabkan abrasi pada kulit. 7,13 alkohol, dan butil monoester asam maleat. Setelah
Duweb dkk. (2003)19 membuktikan bahwa dalam aplikasinya di atas lempeng kuku, lacquer akan mem-
konsentrasi sama (50 ug/g), salep calcipotriol lebih superior bentuk lapisan film di atas tempat aplikasi. Penelitian secara
dibandingkan sediaan krim untuk pengobatan psoriasis in vitro pada kuku yang telah dilepaskan, menunjukkan
vulgaris. Cal (2005)20 melaporkan pengaruh berbagai sediaan ini mampu menembus lempeng kuku hingga
vehikulum dalam penyerapan terpenes pada kulit secara in kedalaman 0,4 cm. Sementara penelitian pada manusia
vitro. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya diketahui dengan aplikasi sediaan antifungal (ciclopirox) dalam
penyerapan terpenes pada tiap vehikulum berbeda bermakna, bentuk nail lacquer pada ke-20 kuku dan lima milimeter

31
MDVI Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35

pada kulit di sekitar kuku selama enam bulan, didapatkan


penyerapan ciclopirox secara sistemik mencapai lima
persen dosis aplikasinya. Satu bulan setelah aplikasi
dihentikan, kadar ciclopirox tidak terdeteksi lagi.23,24 DNA
Protective layer against
immune destruction
Foam
Foam merupakan suatu dispersi cairan dan atau zat
padat dalam medium berbentuk gas. Dibandingkan dengan Horning
sediaan topikal lain, foam merupakan sediaan yang paling peptide
mudah diaplikasikan pada permukaan kulit tanpa
memerlukan penekanan, sehingga sediaan ini menjadi
pilihan untuk digunakan pada berbagai kelainan/ penyakit
kulit dengan inflamasi yang berat dan luas, karena
penekanan yang berlebihan pada kulit yang mengalami
inflamasi menimbulkan rasa nyeri dan dapat memperberat Drug crystallized Lipid-soluble
reaksi inflamasi.25 in aqueous fluid drug in bilayer
Sediaan topikal berbentuk foam dikemas dalam Lipid
suatu wadah bertekanan yang berkatup. Hal tersebut bilayer
menjadi salah satu kelemahan dari sediaan berbentuk foam,
Gambar 2. Liposom26
karena proses pembuatan wadah bertekanan merupakan hal
yang rumit dan memerlukan biaya yang tinggi, sehingga
harga sediaan berbentuk foam menjadi mahal.25
Dalam bidang pengobatan, liposom dapat digunakan
Suatu penelitian yang membandingkan kemampuan sebagai pembawa obat atau bahkan molekul DNA ke
bentuk sediaan foam, salep, krim, dan jel dalam melepas- suatu sel target. Struktur unik liposom memungkinkan
kan zat aktif (betametason valerat) telah dilakukan. Hasil suatu molekul obat baik yang bersifat hidrofilik maupun
penelitian menunjukkan sediaan foam memiliki kemampuan hidrofobik dan juga DNA yang dibawanya dapat menembus
yang sama dengan salep dan jel dalam melepaskan komponen lipid bilayer membran sel. Lipid bilayer pada liposom
zat aktif, namun lebih baik dibandingkan sediaan krim.25 dapat bergabung (fusi) dengan lipid bilayer membran sel,
Penelitian lain dilakukan terhadap 25 orang anak dan untuk kemudian molekul obat maupun DNA yang
bayi dengan infeksi candida pada daerah popok. Ke 25 dibawanya dilepaskan ke dalam sel target15,26-29 (lihat
subyek diterapi dengan sediaan berbentuk foam yang gambar 3). Dalam suatu sediaan topikal, liposom dapat
mengandung nistatin, klorheksidin, dan prednisolon. diformulasikan dalam berbagai bentuk sediaan misalnya
Setelah dilakukan terapi selama 13 hari, seluruh subyek suspensi, losio, krim, dan jel.15,26
penelitian, termasuk subyek dengan manifestasi klinis
yang berat menunjukkan kesembuhan.25

Liposom
Liposom artifisial ditemukan oleh Alec D. Bangham
pada tahun 1961. Sejak saat itu penggunaannya meluas
dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang dermato-
terapi. Liposom merupakan vesikel buatan terkecil yang
dibentuk dari fosfolipid dan kolesterol. Fosfolipid yang
sering digunakan dalam menyusun liposom adalah
fosfatidilkolin.8,15,26,27 Secara struktural, liposom berbentuk
bulat, dengan ukuran diameter bervariasi antara 20 nm
sampai 10 μm, dan ketebalan membran 3 nm. Susunan
membran liposom sama dengan membran sel yang terdiri
atas lipid bilayer (lihat gambar 2). Liposom dapat dibedakan
menjadi liposom unilamelar dan liposom multilamelar.
Liposom unilamelar berukuran 0.02-0.05 um, sedangkan
liposom multilamelar berukuran 0.1-0.5 um.27 Lihat Gambar 3. Mekanisme pelepasan obat dari liposom ke dalam sel
gambar 2. target29

32
A Asmara dkk. Vehikulum dalam dermatologi topikal

Lieb dkk. (1992)30 membandingkan penyerapan PEMILIHAN VEHIKULUM DALAM


obat yang diformulasikan dalam liposom dengan formulasi DERMATOTERAPI TOPIKAL
standar. Pada penelitian dengan menggunakan obyek
hamster tersebut diperoleh hasil bahwa sediaan topikal Berbagai hal menjadi pertimbangan dalam pemilihan
yang menggunakan liposom diserap lebih baik dibandingkan vehikulum dalam dermatoterapi, antara lain 1) stadium
sediaan dengan formulasi standar. Wolf dkk. (2000)31 dan tipe penyakit kulit, 2) tipe/status kulit, 3) lokasi
membuktikan bahwa liposom dapat digunakan dalam penyakit kulit, 4) faktor lingkungan, serta 5) pertimbangan
sediaan topikal pada kulit sebagai pembawa molekul kosmetik.3
protein enzim T4 Endonuclease V.
Pada penelitian lain oleh Jung dkk. (2004)32 yang Stadium dan tipe penyakit kulit
juga menggunakan obyek uji binatang, didapatkan hasil
bahwa obat yang dibawa dengan medium liposom dapat Prinsip pengobatan basah-dengan-basah serta kering-
masuk folikel rambut lebih dalam dibanding formulasi dengan-kering masih merupakan hal yang perlu diper-
standar yang tidak menggunakan liposom. hatikan dalam dermatoterapi. Misalnya, dermatosis akut
yang eksudatif ditatalaksana dengan vehikulum yang
bersifat mendinginkan yaitu dengan menggunakan kompres
Nanopartikel dengan atau tanpa zat aktif. Sementara dermatitis kronik
Nanopartikel adalah suatu partikel berukuran dengan kelainan kulit yang kering dapat ditatalaksana
nanometer, dengan dimensi 50-200 nm. Nanopartikel dengan menggunakan vehikulum salep, lotion, dan krim.3,35
tersusun oleh makromolekul yang ke dalamnya dapat
dilarutkan atau dimasukkan suatu zat, misalnya obat aktif. Tipe dan status kulit
Pada beberapa dekade terakhir ini penggunaannya meluas,
termasuk dalam bidang pengobatan, baik dalam bentuk Vehikulum dapat mengubah keadaan fisik dan kimiawi
sediaan oral, parenteral, bahkan topikal. Strukturnya kulit dengan cara mempengaruhi kandungan lemak dan air
menyerupai liposom, namun hanya memiliki satu lapis di dalamnya. Vehikulum yang bersifat hidrofilik sesuai
membran, sehingga berbeda dengan liposom, bagian untuk digunakan pada kondisi kulit normal atau berminyak,
dalam nanopartikel bersifat lipofilik, sehingga berbagai sedangkan vehikulum yang bersifat lipofilik lebih cocok
molekul yang larut dalam lemak, seperti vitamin A, vitamin untuk keadaan kulit yang kering.3,35
D, dan vitamin E dapat dimasukkan ke dalamnya.26 Karena
ukurannya yang sangat kecil, sediaan topikal yang di- Lokasi penyakit kulit
formulasikan dalam bentuk nanopartikel dapat berkontak
dengan lebih baik pada stratum korneum sehingga Pemilihan vehikulum berdasarkan lokasi anatomis
penetrasi zat aktif yang ada di dalamnya pun meningkat.4,15 kelainan kulit menjadi hal penting. Ketebalan stratum
Baroli dkk. (2006)33 melaporkan kemampuan nano- korneum dan kepadatan folikel rambut yang bervariasi
partikel menembus masuk ke dalam folikel rambut dan pada berbagai lokasi anatomis, mempengaruhi penye-
lapisan epidermis. Sementara Vogt dkk. (2006)34 melapor- rapan sediaan topikal. Misalnya sediaan berbentuk salep
kan bahwa hanya nanopartikel dengan ukuran 40 nm yang dapat digunakan dalam pengobatan dermatosis pada
dapat digunakan secara efisien sebagai pembawa vaksin telapak tangan atau telapak kaki. Pertimbangan lain yang
melalui folikel rambut, namun tidak dengan molekul berkaitan dengan lokasi anatomis juga menyangkut ke-
nanopartikel dengan ukuran lebih besar yaitu 750 nm dan nyamanan pasien dan pertimbangan kosmetik. 3,35
1500 nm.
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan, misalnya kondisi iklim yang ekstrim
dapat mengubah struktur matriks suatu vehikulum, se-
hingga diperlukan uji untuk mengetahui kestabilan
vehikulum pada berbagai keadaan iklim.3

Pertimbangan kosmetik
Penampilan fisik, bau, kemudahan dalam aplikasi,
serta kemampuan untuk tidak meninggalkan residu
setelah aplikasi menjadi pertimbangan penting dalam
Gambar 4. Nanopartikel26 pemilihan vehikulum karena dapat meningkatkan ke-
patuhan pasien dalam pengobatan.3,35

33
MDVI Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35

PRINSIP DASAR PEMBUATAN SEDIAAN PENUTUP


OBAT TOPIKAL Terapi topikal merupakan salah satu metode pengobatan
yang sering digunakan dalam bidang dermatologi.
Secara ideal, dalam pembuatan suatu sediaan obat Berbagai jenis vehikulum dapat digunakan dalam
topikal, vehikulum yang dipilih harus mudah dalam formulasi suatu sediaan topikal. Pengetahuan mengenai
aplikasinya, tidak menimbulkan iritasi, nontoksik, non- mekanisme kerja dan sifat/ efek tiap jenis vehikulum serta
alergenik, stabil secara kimiawi, homogen, bersifat inert, teknologi terbaru yang ditemukan sangat diperlukan bagi
dan secara kosmetik dapat diterima penggunanya. Di sisi keberhasilan terapi topikal, upaya mengurangi efek
lain, vehikulum yang dipilih juga memungkinkan bahan samping terapi, dan kepatuhan pasien dalam pengobatan.
aktif tetap stabil dan mudah dilepaskan ke dalam kulit
setelah diaplikasikan.1,3,7,13 Pemilihan vehikulum yang
tepat dapat meningkatkan bioavailabilitas obat aktif yang DAFTAR PUSTAKA
terkandung di dalamnya, sehingga perannya tidak dapat
diabaikan dan hampir sama penting dengan peran zat/ 1. Wyatt EL, Sutter SH, Drake LA. Dermatological pharmacology.
obat aktif yang dibawanya.7,13,35 Dalam: Goodman and Gillman’s the pharmacological basis of
therapeutics. Edisi ke-10. New York: McGraw-Hill. 2001. p. 1795-8.
Beberapa parameter harus dipertimbangkan dalam 2. Sharma, S. Topical drug delivery systems: A review. Diunduh dari
pembuatan sediaan obat topikal, antara lain, fungsi dari http://www.pharmainfo.net. Last update: 10/11/2008
tiap materi yang akan digunakan, jumlah materi yang 3. Surber C, Smith EW. The mystical effects of dermatological
vehicles. Dermatology. 2005; 210: 157-68.
digunakan, dan aspek fisiko-kimiawi dari zat aktif.7,13
4. Contreras JEL. Human skin drug delivery using biodegradable
1. Fungsi dari tiap materi yang digunakan
PLGA-Nanoparticles. Saarbrucken, 2007
Pengetahuan mengenai materi yang akan digunakan
5. Gupta P, Garg S. Recent advances in semisolid dosage forms for
harus dimiliki oleh seorang formulator/ pembuat obat,
dermatological application. Pharmaceutical Technology, 2002.
termasuk dalam pembuatan obat topikal. Pengetahuan 6. Chu DH. Development and structure of the skin. Dalam: Wolff K,
tersebut mencakup fungsi tiap materi dalam sebuah Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ,
formulasi/sediaan, misalnya fungsi sebagai vehikulum, penyunting. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi
bahan pengemulsi, penetration enhancer, bahan ke-7. New York: McGraw Hill; 2008. p. 57-72.
pembentuk jel, dan berbagai fungsi lainnya.7 7. Barry, BW. Dermatological formulations. New York: Marcel
Seorang formulator yang belum berpengalaman Dekker, Inc, 1983
kadang mengambil contoh dari suatu sediaan dalam 8. Schaefer H, Redelmeier TE, Nohynek GJ, Lademann J. Pharmaco-
bentuk jadi yang sudah dikenal untuk melihat materi kinetics and topical applications of drugs. Dalam: Wolff K,
apa saja yang digunakan dalam sediaan tersebut. Hal Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ,
tersebut sebaiknya dilakukan dengan hati-hati, karena penyunting. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi
modifikasi pada spesifikasi materi yang digunakan ke-7. New York: McGraw Hill; 2008. p. 2097-102.
dapat merusak stabilitas sediaan.7 9. Teichmann A, Jacobi U, Ossadnik M, Richter H, Koch S, Sterry W,
2. Jumlah materi yang akan digunakan dkk. Differential stripping: Determination of the amount of topically
Dalam suatu vehikulum multifase misalnya krim, applied substances penetrated into hair follicles. J Invest Dermatol.
jumlah tiap materi yang digunakan harus diperhitung- 2005; 125: 264-9.
kan dengan tepat.7,17 Hal tersebut berkaitan dengan 10. Herkenne C, Naik A, Kalia YN, Hadgraft J, Guy RH. Dermato-
stabilitas sediaan yang dibuat. Suatu vehikulum multi- pharmacokinetic prediction of topical drug bioavailability in vivo. J
fase tersusun oleh materi hidrofilik dan lipofilik. Untuk Invest Dermatol. 2007; 127: 887-94.
11. Magnusson BM, Anissimov YG, Cross SE, Roberts MS. Molecular
menyatukan kedua zat yang berbeda afinitasnya ter-
size as the main determinant of solute maximum flux across the
hadap air dan minyak tersebut, diperlukan bahan peng-
skin. J Invest Dermatol. 2004; 122: 993-9.
emulsi. Jumlah materi yang digunakan, baik materi
12. Raschke, T. Topical activity of ascorbic acid: From in vitro
hidrofilik maupun lipofilik akan menentukan jumlah
optimization to in vivo efficacy. Skin Pharmacol Physiol. 2004; 7:
dan jenis bahan pengemulsi yang diperlukan.17
200-6.
3. Sifat fisikokimiawi zat aktif dan vehikulum 13. Bergstorm KG, Strobber BE. Principles of topical therapy. Dalam
Sifat fisikokimiawi zat aktif maupun vehikulum Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel
menentukan nilai koefisien partisi zat aktif antara DJ, penyunting. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine.
vehikulum dan stratum korneum dan pada akhirnya Edisi ke-7. New York: McGraw Hill; 2008. p. 2091-6.
menentukan kemampuan zat aktif berdifusi ke dalam 14. Lautenschläger, H. All purpose talcum free powder bases with urea.
lapisan kulit. Tingkat kelarutan yang terlalu tinggi dari Kosmetische Medizin 2006; 2: 68-70.
zat aktif dalam vehikulum sebaiknya dihindari, karena 15. Gupta P, Garg S. Recent advances in semisolid dosage forms for
akan mencegah partisi bahan aktif ke permukaan dermatological application. Pharmaceutical Technology 2002: 144-62.
stratum korneum setelah diaplikasikan. 7,13

34
A Asmara dkk. Vehikulum dalam dermatologi topikal

16. Advantan® ointment, fatty ointment, cream, and lotion. Product 26. Lautenschläger H. Active agents: liposomes, nanoparticles & co.
information. May 2008 Beauty Forum. 2003; 5: 84-86.
17. Rosoff M. Specialized pharmaceutical emulsions. Dalam: Lieberman 27. Patel SS, Liposome: A versatile platform for targeted delivery of
HA, Rieger MM, Banker GS, penyunting. Pharmaceutical dosage drugs. Diunduh dari www.pharmainfo.net tanggal 20 Maret 2009
forms: Disperse systems. New York: Marcel Dekker, Inc,1998 28. Lautenschläger, H. Liposomes. Dalam: Barel A. O., Paye M.
18. Wiren K, Fritiof H, Sjoqvist C, Loden M. Enhancement of Maibach H. I., editor. Handbook of cosmetic science and
bioavailability by lowering of fat content in topical formulations. Br Technology. Boca Raton: CRC Press Taylor & Francis Group.
J Dermatol. 2009; 160: 552-6. 2006. p. 155-63.
19. Duweb G, Aldebani S, Elzorghany A, Benghazil M, Alhaddar J. 29. Lautenschläger H. Applied corneotherapy and skincare - guidelines
Calcipotriol ointment versus cream in psoriasis vulgaris. Int J Clin for the anti-aging treatment. Ästhetische Dermatologie. 2007; 3: 8-16.
Pharmacol Res. 2003; 23(2-3): 47-51. 30. Lieb LM. Topical delivery enhancement with multilamellar liposomes
20. Cal, K. How does the type of vehicle influence the in vitro skin into pilosebaceous units: in vitro evaluation using fluorescent
absorption and elimination kinetics of terpenes? Arch Dermatol techniques with the hamster ear model. J. Invest. Dermatol. 1992;
Res. 2006; 297: 311-5. 99: 108-13.
21. Breneman D. Clobetasol propionate 0.05% lotion in the treatment of 31. Wolf P. Topical treatment with liposomes containing T4
moderate to severe atopic dermatitis: a randomized evaluation endonuclease V protein protects human skin in-vivo from
ultraviolet-induced upregulation of interleukin 10 and tumor
versus clobetasol propionate emollient cream. J Drugs Dermatol. necrosing factor α. J Invest Dermatol. 2000; 114: 149-56.
2005; 4(3): 330-6. 32. Jung S. Innovative liposomes as a transfollicular drug delivery
22. Lowe N. Clobetasol propionate lotion, an efficient and safe alternative system: penetration into porcine hair follicles. J. Invest. Dermatol.
to clobetasol propionate emollient cream in subjects with moderate to 2006; 126: 1728–32.
severe plaque-type psoriasis. J Dermatol Treat. 2005; 16(3): 158-64. 33. Baroli B, Ennas MG, Loffredo F, Isola M, Pinna R, Lo´pez-Quintela MA.
Penetration of metallic nanoparticles in human full-thickness skin.
23. Drugs.com-Drug information and side effects online. Ciclopirox J. Invest. Dermatol. 2007; 127: 887-94.
nail lacquer. Diunduh dari www.drugs.com. Last update July 2006 34. Vogt A. 40 nm, but not 750 or 1,500 nm, nanoparticles enter
24. Gupta, AK; Schouten, JR; Lynch, LE. Ciclopirox nail lacquer 8% epidermal CD1aþ cells after transcutaneous application on human
for the treatment of onychomycosis: A Canadian perspective. skin. J Invest Dermatol. 2006; 126: 1316-22.
Diunduh dari www.emedicine.com. Published on 1 June 2006 35. Vlahovic TC. Choosing the right vehicle. Podiatry management,
25. Purdon CH, Haigh JM, Surber C, Smith EW. Foam drug delivery in podiatric dermatology, 2008
dermatology. Am J Drug Deliv. 2003; 1(1):71-5.

35

Anda mungkin juga menyukai