Disusun Oleh :
Robby Gunawan
30101607731
Pembimbing :
dr. Andri Sasmita Siregar, Sp.PD
Pembimbing
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn A
Umur : 53 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Nomor RM : 008-XX
Tanggal Keluar RS : (Pasien dinyatakan meninggal pada 21 Januari 2022 pukul 19:45
WIB)
• Riwayat DM (-)
• Riwayat HT (-)
Riwayat DM : (-)
Riwayat HT : (-)
- BB : 64 kg
- TB : 168 cm
- BMI : 22,67 kg/m2 Normoweight (Berdasarkan Kriteria WHO
Tanda Vital :
- TD : 140/90 mmHg
- HR : 90 x/menit
- RR : 24 x/menit
- Suhu : 36,8⁰C
- GCS : E4V5M6
- SpO2 : 99 %
- Status Lokalis :
Dada :
Jantung
Abdomen:
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi (18-01-2022)
EKG (18-01-2022)
Rhytm : Sinus
Regularity : Regular
P wave : 0,08s
PR Interval : 0,2s
QRS complex :
Transition zone :-
Q patologis :-
LVH : -
RVH :-
T wave :-
ST segment : ST elevasi V2,V3,V4,V5
ABNORMALITAS DATA
Anamnesis :
Kaku
Sulit menelan
Pemeriksaan Fisik :
Lemas
Tampak kesakitan
Tonus meningkat
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Laboraturium : -
PROBLEM AKTIF
◦ X foto thoraks
◦ Elektrolit darah
◦ CT Scan
IP Tx
• RL IV 20 Tpm
• TIG 3000 IU IM
IP Mx
Vital sign
IP Ex
IP Tx : amlodipine 5 mg 1x1
DEFINISI
Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh racun tetanospasmin yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani. Penyakit ini timbul
jika kuman tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga,
bekas suntikan dan pemotongan tali pusat. Di bawah kondisi anerobic seperti luka kotor dan nekrotik,
bacillus ini dimana-mana dapat memproduksi tetanospasmin yang merupakan neurotoksin poten.
Dalam tubuh, kuman ini akan berkembang biak dan menghasilkan eksotoksin antara lain
tetanospasmin yang secara umum menyebabkan kekakuan, spasme dari otot bergaris. Toksin tetanus
memblok/menghambat neurotransmitter pada system syaraf pusat, menghasilkan kekakuan dan
spasme yang merupakan type dari tetanus
MANIFESTASI KLINIS
Tetanus memiliki gambaran klinis dengan ciri khas trias rigiditas otot, spasme otot, dan
ketidakstabilan otonom. Gejala awalnya meliputi kekakuan otot, pada kelompokkelompok
otot dengan jalur neuronal pendek yang terlebih dahulu terkena, maka dari itu trismus,
kekakuan leher, dan nyeri punggung yang tampak pada lebih dari 90% kasus pada saat masuk
rumah sakit. Keterlibatan dari otot-otot wajah dan faringeal menimbulkan ciri khas “rhisus
sardonicus”, sakit tenggorokan, dan disfagia. Peningkatan tonus pada otot-otot trunkal
mengakibatkan opisthotonus. Kelompok otot yang berdekatan dengan tempat infeksi
seringkali terlibat, menghasilkan penampakan yang tidak simetris.
DIAGNOSIS
Diagnosa tetanus tidak perlu konfirmasi dari tes laboratorium. WHO mendefinisikan
diagnosa tetanus pada orang dewasa harus meliputi lebih dari satu gejala yang mengikutinya,
yaitu: trismus (ketidak mampuan membuka mulut) atau (spasme pada otot wajah); atau nyeri
pada saat kontraksi otot. Bagaimanapun, definisi ini harus memerlukan riwayat luka, tetanus
mungkin terjadi pada pasien yang tidak terdapat luka yang spesifik
KLASIFIKASI
PENATALAKSANAAN
1. Secara Umum
stimulus ekstrinsik, pasien sebaiknya dirawat di ruangan yang gelap dan tenang.
aspirasi.
- Penatalaksanaan lebih lanjut terdiri dari terapi suportif sampai efek dari toksin yang
telah terikat habis. Semua pasien yang dicurigai tetanus sebaiknya ditangani di ICU,
- Meminimalisir efek toksin yang sudah berikatan pada sistem saraf dan memberikan
terapi suportif, dengan menitikberatkan pada sistem respirasi, instabilitas otonom, dan
spasme otot.
2. Immunotherapy:
memungkinkan, diberikan TIG 500 units intramuscular atau intravena, segera mungkin.
Vaksin TT menggandung 0.5 cc, di injeksikan secara im. Penyakit tetanus tidak di
pengaruhi oleh imunitas, pasien dengan riwayat menerima primer vaksin TT, harus
menerima vaksin kembali 1-2 bulan kemudian setelah pemberian pertama dan 6-12 bulan
3. Antibiotic:
200,000 IU/kg/hari iv, dibagi dalam 2-4 dosis). Tetracyclines, macrolides, clindamycin,
diazepam iv hingga 5 mg, atau lorazepam 2 mg, tirtasi sampai control spasme tanpa
sedasi yang berlebihan dan hypoventilasi (Untuk anak-anak, dimulai dengan dosis 0.1–
0.2 mg/kg setiap 2–6 jam, dititrasi sesuai kebutuhan). Dosis yang besar dapat dibutuhkan
5. Preparat Oral
6. Magnesium sulphate
untuk control spasme dan autonomic dysfunction, dengan dosis 5 gr (atau 75mg/kg)
intravenous diberikan secara loading dose, lalu 2–3 grams per jam, hingga mencapai
spasm control. Untuk menghindari overdosis, monitoring reflek patella seperti areflexia
(tidak adanya reflek patellar) dapat terjadi pada range dosis terapi 4mmol/L. Jika
Agen yang digunakan untuk spasm control termasuk baclofen, dantrolene (1–2
mg/kg intravenous atau p.o setiap 4 jam), barbiturates short-acting lebih baik (100–150
mg setiap 1–4 jam untuk dewasa ; 6–10 mg/kg untuk anak-anak; dengan segala), dan
chlorpromazine (50–150 mg im, setiap 4–8 jams pada dewasa; 4–12 mg im setiap 4–8
Catatan: Beta Blocker: Propranolol dapat digunakan secara cepat, tetapi dapat
menyebabkan hypotensi dan sudden death; hanya esmalol yang direkomendasikan saat
ini
menghasilkan depresi nafas. Jika mechanical ventilation tersedia, ini sangat mengurangi
masalah. Jika tidak, pasien harus di monitoring secara ketat dan dosis obat-obatan untuk
control maximal spasm dan autonomic dysfunction control untuk mencegah gagal nafas.
Jika spasm, meliputi laryngeal spasm, terapi ventilasi yang adekuat, mechanical
Cairan adekuat dan nutrisi harus di berikan, karena tetanus spasms menghasilkan
kebutuhan metaolik yang tinggi dan katabolic state. Nutritional support dapat
11. Elektrolit serta analisa gas darah sangatlah penting sebagai penuntun terapi
HIPERTENSI
DEFINISI
Diagnosis hipertensi ditegakkan bila TDS ≥140 mmHg dan/atau TDD ≥90 mmHg pada pengukuran di
klinik atau fasilitas layanan kesehatan. Berdasarkan pengukuran TDS dan TDD di klinik, pasien
digolongkan menjadi sesuai dengan tabel 1 berikut.
Pada pasien ini didapatkan tekanan darahnya 150/88 mmHg sehingga pasien termasuk dalam katergori
Hipertensi Grade 2. Pasien ini memiliki factor risiko cardiovascular berupa usia, asam urat, pola hidup inaktif
sehingga pasien memiliki risiko tinggi penyakit cardiovascular.