Anda di halaman 1dari 20

BAHASA ARAB

“FI’IL”
Dosen Pembimbing
“Sri Belia Hrp, M.Pd”
D
i
S
u
s
u
n
OLEH
KELOMPOK 4
Leo Prayoga Harefa : 21.01.16.029
Muhammad Naufal : 21.01.16.038
Ilham Nuriadi Ujung : 21.01.16.026
Helmi Alwi : 21.01.16.023
Dini Arnisa : 21.01.16.010
Siti Tahira : 21.01.16.052
Adinda Syahputra : 21.01.16.014
Ahmad Rifai :

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


AL WASHLIYAH BINJAI
2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah


Subhanahu wa Ta’ala, atas segala karunia dan ridho-Nya, sehingga makalah
dengan judul “FI’IL” ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Arab.
Dengan keterbatasan pengalaman, ilmu, maupun sumber pustaka,
Kelompok 2 menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan
dan memerlukan perbaikan. Oleh sebab itu, Kelompok 2 sangat mengharapkan
kritik dan saran agar makalah ini lebih sempurna serta sebagai masukan bagi
Kelompok 2 untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, Kelompok 2 berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
dengan baik bagi Kelompok 2 sendiri maupun bagi para pembaca.

Binjai, 14 Oktober 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Fi’il....................................................................................2
B. Tanda-tanda Fi’il.................................................................................2
C. Pembagian Fi’il...................................................................................4
BAB III PENUTUP................................................................................................16
A. Kesimpulan.......................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kalimah adalah suatu susunan dari beberapa huruf hijaiyah yang
mempunyai arti/makna, kalimah dibagi menjadi tiga yaitu kalimah isim (kata
yang menujukkan arti suatu benda yang tidak di sertai waktu dan tempat),
kalimah fi’il (kata kerja) dan kalimah huruf (kata yang tidak mampu berdiri
sendiri kecuali jika dirangkai dengan kata yang lain). Jika kalimat itu di masuki
‘amil maka ada yang akan terjadi suatu perubahan pada kalimat tersebut,dan
pula ada yang tetap.
Kalimah fi’il merupakan kalimah (kata) yang menunjukkan makna mandiri
disertai dengan pengertian zaman. Kalimah fi’il yang dilakukan pada masa lalu
disebut dengan fi’il madhi dan yang dilakukan pada masa sekarang (haal) atau
pada masa yang akan datang (mustaqbal) disebut dengan fi’il mudhori’. Dalam
bahasa Indonesia kalimah fi’il disebut dengan kata kerja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Fi’il?
2. Apa tanda-tanda Fi’il?
3. Apa saja pembagian Fi’il?

C. Tujuan Penulisan
1. Agar memahami pengertian Fi’il.
2. Agar mengetahui tanda-tanda Fi’il
3. Agar mengetahui pembagian Fi’il

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FI’IL
Dalam bahasa Arab kalimat Fi’il yaitu kata yang menunjukkan arti pekerjaan
atau peristiwa yang terjadi pada suatu masa atau waktu tertentu (lampau,
sekarang dan yang akan datang).
Contoh kalimat:
1. Telah Menulis :
2. Sedang Menulis :
3. Tulislah! :

B. TANDA-TANDA FI’IL
Fi’il memili tanda-tanda sebagai berikut:

1. Didahului huruf “‫”قَ ْد‬

Huruf ‫ ْد‬4 َ‫ق‬ artinya “sungguh“. Huruf‫ ْد‬4 َ‫ق‬  ini merupakan tanda untuk fi’il
madhi dan fi’il mudhari (tidak masuk untuk fi’il amr).

Huruf‫قَ ْد‬  mempunyai arti:


1. Makna tahqiq (menyatakan) dan taqrib (mendekatkan). Makna ini
khusus untuk fi’il madhi.
2. Makna taqlil (menyedikitkan) dan taksis (memperbanyak). Makna ini
khusus untuk fi’il mudhari.

Huruf ‫ ْد‬4 َ‫ق‬ yang masuk pada fi’il madhi harus memenuhi empat syarat
berikut:
1. Kata harus positif
2. Kata harus bisa ditasrif
3. Harus berupa kalam ikhbar (pembicaraan yang mengandung
kemungkinan benar atau bohong semata-mata dilihat dari
pembicaraannya itu sendiri).
4. Tidak ada pemisah antara huruf ْ‫قَد‬ dengan kata setelahnya

2
Contoh:

2. Didahului huruf “‫”س‬


َ

“ ‫س‬
َ ” artinya “akan“. Huruf “‫س‬
َ ” ini merupakan huruf istiqbal dan hanya
digunakan untuk fi’il mudhari. Namanya juga “akan” jadi tidak mungkin
digunakan untuk fi’il madhi.
Perhatikan contoh kutipan ayat Al-Qur’an di bawah ini:

ِ ‫ال َّن‬
)Al Baqarah: 142( ‫اس‬ ‫ال ُّس َف َها ُء م َِن‬ ‫َس َيقُو ُ&ل‬

‫س‬
َ   : Huruf istiqbal

‫ َيقُو ُل‬  : Fi’il mudhari

َ ‫ َس َيعْ لَم‬ 
(An Naba: 4) ‫ُون‬ ‫ َكاَّل‬ 
‫س‬
َ : Huruf istiqbal

َ ‫َيعْ لَم‬
‫ُون‬ : Fi’il mudhari

3. Didahului huruf “ َ‫سوف‬


َ ”

Sama seperti huruf “ ‫س‬ َ ‫ ” َس ْو‬ini artinya juga “akan“. Bedanya dengan
َ “, kata “‫ف‬
“‫س‬
َ “, kata “‫ف‬ َ ‫ ” َس ْو‬ini digunakan untuk waktu yang lebih lama daripada “‫س‬ َ “.
Kata “‫ف‬َ ‫ ” َس ْو‬juga termasuk huruf istiqbal dan hanya digunakan untuk fi’il
mudhari.

3
Perhatikan contoh di bawah ini:

ِ ‫ ُنصْ ل‬ ‫ف‬
)An Nisa: 56( ‫ َنارً ا‬ ‫ِيه ْم‬ َ ‫ َس ْو‬ ‫ِبآ َيا ِت َنا‬ َ ‫ِإنَّ الَّذ‬
‫ِين َك َفرُوا‬
)An Nisa: 152( ‫ه ْم‬ َ ‫ُأج‬ ‫ِيه ْم‬
ُ ‫ُور‬ ِ ‫يُْؤ ت‬ ‫ف‬ َ َ‫ُأو ٰل‬
َ ‫ َس ْو‬ ‫ِئك‬
Pada contoh di bawah ini, kata “ َ ‫ ” َس ْو‬didahului huruf “lam”:
‫ف‬
َ  ‫ُأ ْخ َر ُج‬ ‫ف‬
)Maryam: 66( ‫ح ًّيا‬ َ ‫لَ َس ْو‬ ‫ِت‬
ُّ ‫م‬ ‫َو َيقُو ُل اِإْل ْن َسانُ َأِإ َذا َما‬
)Al Lail: 21( ‫ض ٰى‬ َ ‫َولَ َس ْو‬
َ ْ‫ َير‬ ‫ف‬
 
4. Didahului huruf “ ْ‫”ت‬
Ta ta’nits tidak memiliki arti khusus, hanya huruf tambahan saja. Ta ta’nits
ini merupakan ciri fi’il madhi. Dan ta’ yang berharakat sukun ini adalah
huruf yang menunjukkan bahwa apa yang disandarkan kepadanya
merupakan fi’il yang dalam bentuk muannats.  Ta ta’nis sakinah ini
dikhususkan untuk fi’il madhi saja.
Perhatikan contoh di bawah ini:

)Adz Dzariyat: 29( ‫عقِي ٌم‬


َ ‫ َعجُو ٌز‬ ‫ت‬ ْ ‫ص َّك‬
ْ َ‫ َوقَال‬ ‫ َوجْ هَهَا‬ ‫ت‬ َ ‫ت ا ْم َرَأتُهُ فِي‬
َ َ‫ف‬ ‫ص َّر ٍة‬ ِ َ‫فََأ ْقبَل‬
)An Naml: 44( ‫ساقَ ْيهَا‬
َ ْ َ‫ َو َك َشف‬ ً‫لُ َّجة‬ ُ‫ َرَأ ْتهُ َح ِسبَ ْته‬ ‫فَلَ َّما‬
‫ع َْن‬ ‫ت‬
Ta ta’nits yang aslinya berharokat sukun, bisa berubah menjadi berharokat
kasroh karena bertemunya dua sukun. Perhatikan contoh di bawah ini:

 )Adz Dzariyat: 29( ‫عقِي ٌم‬


َ ‫ت َعجُو ٌز‬ ْ ‫ص َّك‬
ْ َ‫ت َوجْ هَهَا َوقَال‬ َ ‫ا ْم َرَأتُهُ فِي‬ ‫ت‬
َ َ‫ص َّر ٍة ف‬ ِ َ‫فََأ ْقبَل‬
َّ ‫َعلَ ْي ِه‬
)Yusuf: 31( ‫ن‬ ْ  ‫ت‬
ْ‫اخرُج‬ ِ َ‫َوقَال‬
ِ ‫ْال َع ِز‬
)Yusuf: 51( ‫يز‬ ُ ‫ا ْم َرَأ‬ ‫ت‬
‫ت‬ ِ َ‫قَال‬
 
C. PEMBAGIAN FI’IL
1. Fi'il dilihat dari bangunan (bina)
Bina’ dalam ilmu shorof merupakan istilah penting yang biasa dipakai untuk
menggambarkan suatu keadaan kalimah/kata dari sisi huruf dan
peletakannya. Secara bahasa bina’ berarti konstruksi atau bangunan. Dalam
ilmu shorof, pengertian bina’ adalah bentuk kalimat yang ditinjau
dari segi huruf dan tata letaknya, apakah pada fa’fi’il, ain fi’il atau lam

4
fi’ilnya terdapat huruf illat (‫ ي‬،‫ ا‬،‫ )و‬/ hamzah atau malah sepi dari
huruf illat dan hamzah. Berdasarkan hal tersebut, bina’ dalam ilmu shorof
dibagi menjadi tujuh, yaitu:
a) Bina’ Shahih
Yaitu bina’yang fa’fi’il, ain fi’il dan lam fi’ilnya selamat dari huruf illat (

‫ ي‬،‫ ا‬،‫ )و‬ataupun hamzah. Bina’ shahih adakalanya berupa tsulasi (terdiri


dari tiga huruf) dan ruba’i (terdiri dari empat huruf). Bina’ shahih tsulasi
yaitu apabila fa’ fi’il, ain fi’il, dan lam fi’ilnya tidak berupa
huruf illat  atau hamzah.

Contoh: ‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ َ َ‫ ن‬،‫د ََخ َل‬
،‫ َعلِ َم‬،‫ص َر‬
Adapun bina’ shahih ruba’i adalah kalimah yang huruf fa’ fi’ilnya tidak
sejenis dengan lam fi’il yang pertama.

َ ‫د َْخ َر‬
Contoh: ‫ج‬
2. Bina' Mitsal
Yaitu kalimah yang fa’ fi’ilnya berupa wawu atau ya’. Bina’ mitsal
dibagi menjadi dua macam, yaitu mitsal wawi dan mistal ya’i. Apabila
fa’ fi’il berupa wawu, maka disebut sebagai bina’ mitsal wawi. Jika fa’
fi’il berupa ya’, maka disebut bina’ mitsal ya’i.

Contoh: َ َ‫ ي‬،‫َوقَ َع‬


‫س َر‬
3. Bina' Mudha’af
Bina’ mudha’af terbagi ke dalam dua macam, yaitu tsulasi dan ruba’i.
Bina’ mudha’af tsulasi adalah kalimah yang ain fi’il dan lam fi’il sejenis.

Contoh: ‫م َّد‬
َ yang berasal dari kata ‫َم َد َد‬
Sedangkan bina’ mudha’af ruba’i adalah kalimah yang fa’ fi’il dan lam
fi’il yang pertama berupa huruf yang sama/sejenis. Begitu juga dengan
ain fi’il dan lam fi’il yang kedua, juga berupa huruf yang sama.

Contoh: ‫طَْأطََأ‬

4. Bina' Lafif

5
Bina’ lafif juga dibagi ke dalam dua macam, yaitu lafif maqrun
(bertemu/sambung) dan lafif mafruq (terpisah). Bina’ lafif maqrun adalah
kalimah yang ain fi’il dan lam fi’ilnya berupa huruf illat.

Contoh: ‫ش َٰوى‬ ،‫د َٰوى‬


Adapun bina’ lafif mafruq yaitu kalimah yang fa’ fi’il dan lam fi’ilnya
berupa huruf illat.

Contoh: ‫َو ٰلى‬ ،‫َو ٰقى‬


5. Bina' Naqis
Bina’ naqis adalah kalimat yang lam fi’ilnya berupa huruf illat wawu/ya’.
Bina’ naqis dibagi menjadi dua macam, yaitu naqis wawi dan naqis ya’i.
Apabila lam fi’il berupa wawu maka disebut naqis wawi. Jika lam fi’il
berupa ya’ maka disbeut naqis ya’i.

Contoh: ‫َغ َزا‬ yang berasal dari kata ‫َغز ََو‬ dan ‫س ٰرى‬
َ yang berasal dari

kata ‫ي‬
َ ‫س َر‬
َ
6. Bina' Mahmuz
Bina’ mahmuz adalah kalimah yang fa’ fi’il, ain fi’il, atau lam fi’ilnya
berupa hamzah. Bina’ mahmuz terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
mahmuz fa’, mahmuz ain, dan mahmuz lam. Apabila fa’ fi’il berupa
hamzah maka disebut mahmuz fa’, jika hamzah bertempat pada ain fi’il
maka disebut mahmuz ain, dan jika yang berupa hamzah adalah lam
fi’ilnya maka disebut mahmuz lam.

Contoh: ‫بَ َدَأ‬ ،‫سَأ َل‬


َ ،‫َأ َد َم‬
7. Bina' Ajwaf
Macam-macam bina’ yang terakhir adalah bina’ ajwaf, yaitu kalimah
yang ain fi’ilnya berupa huruf illat wawu atau ya’. Bina’ ajwaf juga
dibagi ke dalam dua macam, yaitu ajwaf wawi dan ajwaf ya’i. Apabila
ain fi’il berupa wawu, maka disebut ajwaf wawi, dan jika ain fi’ilnya
berupa ya’ maka disebut ajwaf ya’i.

Contoh: َ‫صان‬
َ yang berasal dari kata َ‫ص َون‬
َ dan ‫سا َر‬
َ yang berasal dari kata

‫سيَ َر‬
َ

6
b) Fi'il Dilihat Dari Segi Penyusunannya
Dari segi penyusun fi'il atau dari lafazhnya, fi'il terbagi menjadi dua, yaitu:

a) fi'il mujarrad (‫)مج ّرد‬


Fi'il mujarrad adalah fi'il yang semua huruf penyusunnya adalah asli
(tidak ada huruf tambahan). Fi'il mujarrad terbagi dua, yaitu :
1. Fi'il tsulatsi mujarrad, yaitu fi'il yang huruf penyusunnya terdiri dari
tiga huruf asli.

َ ‫َكت‬
contoh: ‫َب‬

2. fi'il ruba'i mujarrad, yaitu fi'il yang huruf penyusunnya terdiri dari
empat huruf asli.

contoh: ‫ج‬
َ ‫د َْح َر‬

b) fi'il mazid (‫)مزيد‬


Fi'il maziid adalah fi'il yang huruf penyusunnya terdapat huruf tambahan
atau huruf zaidah. Fi'il mazid terbagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. mazid tsulatsi : adalah fi'il yang aslinya tiga huruf dan terdapat huruf
tambahan. Terbagi lagi menjadi tiga, yaitu: fi'il yang ditambah satu
huruf tambahan, fi'il yang ditambah dua huruf tambahan, dan fi'il yang
ditambah tiga huruf tambahan.
2. mazid rubaa'i adalah fi'il yang aslinya empat huruf dan terdapat huruf
tambahan. Terbagi lagi menjadi dua, yaitu: fi'il yang ditambah satu
huruf tambahan dan fi'il yang ditambah dua huruf tambahan.

c) Berdasarkan Waktunya
Fi’il berdasarkan waktunya ada tiga macam, yaitu:
1. fi’il madhi
2. fi’il mudhari’, dan
3. fi’il amar

1. FI’IL MADHI

7
Fi’il Madhi adalah kata kerja untuk masa lampau yang memiliki arti telah
melakukan sesuatu (lampau). Dengan kata lain pekerjaan tersebut
telah/sudah dilaksanakan, baik dilaksanakan baru saja, tadi, kemarin, satu
bulan yang lalu, atau satu tahun yang lalu dan seterusnya.

Contoh kalimat:

Jika diperhatikan, perubahan fi’il madhi akan terlihat berbeda diakhirnya


sesuai dhamir-nya (kata ganti). Hal ini dapat digambarkan dalam table
berikut:

8
Contoh Fi’il Madhi

2. FI’IL MUDHARI’
Fi’il Mudhari’ adalah kata kerja yang memiliki arti sedang melakukan.
Maksudnya fi’il mudhari’ itu harus selalu di rafa’ kan huruf akhirnya
dan huruf awalnya harus memakai salah satu dari huruf zaidah yang
empat, yaitu hamzah, nun, ya, dan ta, seperti lafazh:

Contoh kalimat:

9
Jika diperhatikan, perubahan Fi’il Mudhari’ akan terlihat berbeda-beda
di akhir kata sesuai dhamir-nya (kata ganti). Perubahan pada fi’il
mudhari’ akan terlihat pada huruf mudhara’ah yang digunakan di awal
dan akhir fi’il nya. Adapun huruf mudhara’ah adalah 4 huruf hijaiyah
yang berbeda dalam fi’il mudhari’, huruf tersebut adalah adalah
 ‫ن‬ dan ‫ ت‬,‫ ي‬,‫ا‬.
Contoh kalimat:

10
Contoh-contoh fi’il mudhari’

3. FI’IL ‘AMR
Fi’il ‘Amr adalah kata kerja untuk perintah yang berisi pekerjaan yang
dikehendaki oleh mutakallim (pembicara) sebagai orang yang
memerintahkan agar dilakukan oleh mukhatab (lawan bicara) sebagai orang
yang diperintah. Fi’il Amar selamanya di jazm kan (akhirnya).
Perlu diingat bahwa yang menjadi fa’il (Pelaku) dari fi’il amr adalah dhamir
mukhatab (lawan bicara) atau “orang kedua” sebagai orang yang diperintah
untuk melakkukan pekerjaan tersebut. Dhamir mukhatab tersebut adalah:

11
Contoh kalimat:

Cara membuat Fi’il ‘Amr Tsulatsi Mujarrad

Cara membuat fi’il amr bagi fi’il yang asli tiga huruf ialah berpedoman
kepada fi’il mudhari’-nya dengan ketetuan sebagai berikut:
1. Huruf ya (‫ )ي‬mudhara’ah yang terletak di awal fi’il diganti dengan alif (
‫)أ‬. Adapun harakat (tanda baca alif ini memiliki beberapa ketentuan: 1)
apabila huruf kedua terakhir fi’il ber-harakat dhammah, maka alif ber-
harakat dhammah, dan 2) apabila huruf kedua terakhir fi’il ber-harakat
kasrah dan fathah, maka alif ber-harakat kasarah.
Contoh:

2. Apabila setelah huruf ya’ (‫ )ي‬mudhara’ah adalah huruf hijaiyyah yang


ber-harakat baik kasrah, fathah atau dhammah, untuk merubahnya
menjadi fi’il amr huruf ya’ dihapus tanpa diganti dengan alif, serta huruf
‘illat (‫ ي‬- ‫ )أ – و‬yang ada pada fi’il mudhari’ juga dihapus.
Contoh:

12
3. Apabila setelah dibuang ya Mudhara’ahnya huruf pertamanya
merupakan hamzah yang berharokat sukun, maka dapat mengikuti cara
pertama atau mengikuti cara kedua dengan menghilangkan hamzah yang
berharokat sukun.
Contoh:

Perhatikan contoh-contoh berikut:

Berdasarkan contoh diatas dapat dipahami bahwa ketentuan-ketentuan


berikut:
1. Fi’il amr ber-dhamir huruf akhir fi’il di-harakt-i dengan sukun.

13
2. Fi’il amr ber-dhamir huruf akhir fi’il di-harakat-i dengan

kasrah dan ditambahi huruf ya’ sukun ( ْ‫)ي‬.


3. Fi’il amr ber-dhamir huruf akhir fi’il di-harakat-i dengan
fathah dan ditambahi dengan alif .
4. Fi’il amr ber-dhamir huruf akhir fi’il di-harakat-i dengan

dhammah dan ditambahi dengan waw sukun ( ْ‫)و‬.


5. Fi’il amr ber-dhamir huruf akhir fi’il di-harakat-i dengan

sukun dan ditambahi huruf nun ber-harakat fathah ( َ‫)ن‬.

4. Fi'il dilihat dari segi butuhnya terhadap objek.


Dilihat dari adanya objek atau tidak, fi'il terbagi menjadi dua, yaitu:
a. fi'il lazim (‫ )الزم‬: yaitu fi'il yang tidak memerlukan objek.

contoh: ‫جا َء‬


َ (datang)
‫ = َجا َء َز ْي ٌد‬Zaid telah datang.
‫جا َء‬ 
َ = fi'il madhi.
‫ = َز ْي ٌد‬fa'il (‫)فاعل‬
b. fi'il muta'addi (‫)متعدّي‬, yaitu fi'il yang memerlukan objek.

contoh: ‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ (memukul)
ُ ‫ب يُوس‬
‫ُف َزيَدًا‬ َ ‫ض َر‬
َ = Yusuf memukul Zaid
‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ   = fi'l madhi
ُ ‫يُوس‬  = fa'il
‫ُف‬
‫ َزيَدًا‬  = maf'ul bih (objek)

Tanda-tanda fi'il muta'addi dan fi'il laazim


Tanda-tanda ini hanya merupakan salah satu ciri, bukan merupakan penanda
utama, namun sebagian besar dipakai.
Ciri-ciri fi'il muta'addi
a. Bisa bersambung dengan dhamir ‫( ه‬dhamir muttasil).

14
contoh: ُ‫ربَه‬
َ‫ض‬َ (ia memukulnya). Berarti ‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ adalah fi'il muta'addi.
b. Perbuatan yang dilakukan oleh salah satu anggota badan

contoh: َ ‫َذا‬
‫ق‬ (merasakan makanan/mencicipi), kita mencicip makanan
dengan lidah, lidah adalah salah satu anggota badan. 
Ciri-ciri fi'il lazim
a. Tidak bisa bersambung dengan dhamir ‫ه‬ 
b. Perbuatan dilakukan oleh seluruh anggota badan.
contoh : ‫( َجا َء‬datang), karena perbuatan "datang" dilakukan oleh seluruh
anggota badan.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kalimah fi’il merupakan kalimah (kata) yang menunjukkan makna
mandiri disertai dengan pengertian zaman. Kalimah fi’il yang dilakukan pada
masa lalu disebut dengan fi’il madhi dan yang dilakukan pada masa sekarang
(haal) atau pada masa yang akan datang (mustaqbal) disebut dengan fi’il
mudhori’. Dalam bahasa Indonesia kalimah fi’il disebut dengan kata kerja.
Fi’il memili tanda-tanda sebagai berikut:

1. Didahului huruf “‫”قَ ْد‬


2. Didahului huruf “‫س‬
َ ”
3. Didahului huruf “ َ‫سوف‬
َ ”
4. Didahului huruf “ ْ‫”ت‬

Fi’il terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:


1. Fi'il dilihat dari bangunan (bina)
a) Bina’ Shahih e) Bina’ Naqis
b) Bina' Mitsal f) Bina’ Mahmuz
c) Bina' Mudha’af g) Bina’ Ajwaf
d) Bina' Lafif

2. Fi'il Dilihat Dari Segi Penyusunannya


a) fi'il mujarrad (‫)مجرّد‬
b) fi'il mazid (‫)مزيد‬

3 Berdasarkan Waktunya
a) fi’il madhi
b) fi’il mudhari’, dan
c) fi’il amar
5. Fi'il dilihat dari segi butuhnya terhadap objek.

a) fi'il lazim (‫)الزم‬

b) fi'il muta'addi (‫)متع ّدي‬

16
DAFTAR PUSTAKA

Moch Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Ajurumiyyah dan ‘Imrithy


Berikut Penjelasannya, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014), Cetakan
ketiga puluh dua
Nawang Wulandari, Belajar Bahasa Arab Asyik dan Menyenangkan 2,  (Metro:
CV. Laduni Alifatama, 2018), Cetakan Kedua
Amin Musthofa dan Al-Jarim Ali. 1990.  Terjemah Nahwu Wadhih, Surabaya:
Al-Hidayah.
https://www.coursehero.com/file/47909458/makalah-BAHASA-ARABdoc/,
diakses pada 20 Oktober 2021 pukul 10.30

17

Anda mungkin juga menyukai