Anda di halaman 1dari 10

KONSELING GIZI

SATUAN ACARA PERENCANAAN

TENTANG CARA MENCEGAH PENYAKIT HEPATITIS

DOSEN PEMBIMBING:

G.A. Dewi Kusumayanti, DCN, M.Kes

Disusun Oleh:

Ni Luh Made Putri Ayu Suciningsih (035)

Ni Kadek Dwipayani (042)

Ni Komang Triana Wulandari (043)

KEMENTERIANKESEHATAN RI

POLTEKKESKEMENKES DENPASAR

JURUSAN GIZI

DENPASAR

2022
A. Topik : Hepatitis
Hati memiliki berbagai macam fungsi dalam pengolahan zat gizi. Semua zat gizi
(karbohidrat, lemak, protein, dan lain-lain) dicerna dan diserap oleh dinding usus kemudian
akan diangkut ke dalam hati untuk diolah. Hati juga mempunyai fungsi untuk menetralkan
racun termasuk obat-obatan yang membahayakan, hormon dan lain-lain. Mengingat
pentingnya fungsi hati maka dapatlah dimengerti bahwa bila hati rusak maka dapat terjadi
penyimpangan dalam pengolahan zat gizi.
B. Tujuan Konseling
1. Tujuan Umum
Dengan diadakannya konseling ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
mengenai bahaya penyakit Hepatitis, pencegahan dan penanggulangannya dari aspek
gizi.
2. Tujuan Khusus
a. Sasaran dapat mengetahui tentang pengertian Hepatitis
b. Sasaran dapat mengetahui tentang penyebab Hepatitis
c. Sasaran dapat mengetahui tentang tanda dan gejala Hepatitis
d. Sasaran dapat mengetahui tentang komplikasi Hepatitis
e. Sasaran dapat mengetahui tentang pencegahan Hepatitis
f. Sasaran dapat mengetahui tentang perawatan dirumah untuk pasien Hepatitis
g. Sasaran dapat mengetahui tentang diet untuk pasien Hepatitis
C. Menentukan Sasaran
1. Sasaran dalam konsultasi ini adalah pasien Hepatitis dan keluarga
D. Metode Konsultasi
1. Metode Konsultasi yang digunakan adalah ceramah dan diskusi secara langsung atau
melalui media sosial
E. Materi Konsultasi
1. Pengertian Hepatitis
2. Penyebab Hepatitis
3. Tanda dan Gejala Hepatitis
4. Komplikasi Hepatitis
5. Pencegahan Hepatitis
6. Perawatan dirumah Untuk Pasien Hepatitis
7. Diet Untuk Pasien Hepatitis
F. Media Atau Alat Dalam Konsultasi
1. Poster
2. Media WhatsApp
3. PPT
G. Waktu Dan Tempat Konsultasi
1. Waktu Konsultasi
Konsultasi dilakukan selama 15 menit/hari selama pasien dirawat
2. Tempat Konsultasi
Konsultasi dilaksanakan di Rumah Sakit

H. Jenis Kegiatan Pembelajaran Konsultasi


No Konsultasi Sasaran Metode Media

1 Memberi salam dan Menjawab Salam Tanya Jawab


memperkenalkan diri
2 Menyampaikan Menanyakan Tanya jawab
pengertian Hepatitis Tentang pengertian
Hepatitis
3 Menyampaikan Menyimak topik Ceramah PPT dan Poster
penyebab, gejala, yang disampaikan
komplikasi, cara
mencegah, perawatan
dirumahdan diet untuk
pasien Hepatitis
4 Memberikan Mengajukan Tanya jawab PPT dan Poster
kesempatan untuk pertanyaan dan
konseli untuk bertanya mencermati
jawaban yang
diberikan.
5 Merangkum materi yang Menyimak dan Ceramah
diberikan dengan memperhatikan
mengirimkan pesan
melalui WhatsApp
6. Mengakhiri konseling Menjawab salam Tanya Jawab
dan memberi salam melalui
I. Pembiayaan
No Uraian Jumlah Item Dana

A Pemasukan Rp. 150.000

Total

B Pengeluaran

kuota Rp. 3.000,00 Rp 34.000,00

Total Pengeluaran

J. Lampiran Materi
1. Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh infeksi
atau toksin termasuk alkohol. Hepatitis ada yang akut ada juga yang kronik. Hepatitis
akut adalah penyakit infeksi akut dengan gejala utama yang berhubungan erat dengan
adanya nekrosis pada jaringan hati.
Hepatitis kronik adalah suatu sindrom klinis dan patologis yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi yang ditandai oleh berbagai tingkat peradangan dan
nekrosis pada hati yang berlangsung terus-menerus tanpa penyembuhan dalam waktu
palaing sedikit 6 bulan.
2. Penyebab Hepatitis
• Infeksi Virus seperti hepatitis A, B, C. dan D
• Obat-obatan, bahan kimia, dan racun.
• Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.
3. Tanda dan Gejala Hepatitis
Gejala dan tanda penyakit hepatitis adalah sebagai berikut :
• Selera makan hilang
• Rasa tidak enak di perut
• Mual sampai muntah
• Demam tidak tinggi
• Kadang-kadang disertai nyeri sendi
• Nyeri dan bengkak pada perut sisi kanan atas (lokasi hati)
• Bagian putih pada mata (sklera) tampak kuning
• Kulit seluruh tubuh tampak kuning
• Air seni berwarna coklat seperti air teh
4. Komplikasi Hepatitis
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
5. Pencegahan Hepatitis
Karena terbatasnya pengobatan hepatitis, maka penekanan lebih diarahkan pada
pencegahan diantaranya sebagai berikut :
• Kini tersedia globulin imun HBV tertinggi (HBIG) dan vaksin untuk pencegahan
dan pengobatan HBV, utamanya bagi petugas yang terlibat dalam kontak resiko
tinggi misalnya pada hemodialisis, transfusi tukar dan terapi parenteral perlu sangat
hati-hati dalam menangani peralatan parenteral tersebut.
• Hindari kontak langsung dengan barang yang terkontaminasi virus hepatitis akut.
• Pelihara personal hygiene dan lingkungan.
• Gunakan alat-alat disposible untuk suntik.
• Alat-alat yang terkontaminasi disterilkan.
6. Perawatan dirumah Untuk Pasien Hepatitis
• Istrirahat yang baik
• Melakukan imunisasi
• Menjaga kebersihan (personal hyginen)
• Makan makanan tinggi kalori
• Menghindari hubungan seks atau memakai kondom untuk mencegah pertukaran
cairan
• Tidak mengkomsumsi alcohol.
7. Diet Untuk Pasien Hepatitis
a. Tujuan diet pada penderita Hepatitis adalah untuk :
1) Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut
dan atau meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa.
2) Mencegah katabolisme protein.
3) Mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan bila kurang.
4) Mencegah atau mengurangi asites, varises esofagus dan hipertensi portal.
5) Mencegah koma hepatik.
6) Mengatasi anoreksia.
7) Diberikan makanan yang dapat memenuhi selera penderita tanpa
mengenyampingkan terapi diet yang harus dijalani penderita.

b. Syarat dan Prinsip Diet :

1) Energi tinggi, kandungan karbohidrat tinggi, untuk mencegah pemecahan


protein, yang diberikan bertahap sesuai dengan kemampuan pasien (40-45
kkal/Kg BB).
2) Lemak sedang (cukup), yaitu 20-25 persen dari kebutuhan energi total, dalam
bentuk yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien
mengalami steatorea, gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang
(Medium Chain Triglycerida / MCT). Jenis lemak ini tidak membutuhkan
aktivitas lipase dan asam empedu dalam proses absorbsinya. Pemberian lemak
sebanyak 45 gram dapat mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis
lemak.
3) Protein agak tinggi, yaitu 1,25-1,5 g/Kg BB agar terjadi anabolisme protein.
Pada kasus Hepatitis Fulminan dengan nekrosis dan gejala ensefalopati yang
disertai peningkatan amoniak dalam darah, pemberian protein harus dibatasi
untuk mencegah koma, yaitu sebanyak 30-40 g/hari. Pada sirosis hati
terkompensasi, protein diberikan sebanyak 1,25 g/Kg BB. Asupan minimal
protein hendaknya 0,8-1 g/Kg BB. Protein nabati memberikan keuntungan
karena kandungan serat yang dapat mempercepat pengeluaran amoniak melalui
feses. Namun, sering timbul keluhan berupa rasa kembung dan penuh. Diet ini
dapat mengurangi status ensefalopati, tetapi tidak dapat memperbaiki
keseimbangan nitrogen.
4) Diet diberikan secara berangsur, disesuaikan dengan nafsu makan dan toleransi
penderita.
5) Cukup vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan
tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan suplemen Vitamin B kompleks, C dan
K serta mineral seng dan zat besi bila ada anemia.
6) Rendah garam atau cairan dibatasi bila terjadi penimbunan garam/air. Natrium
diberikan rendah, bergantung tingkat edema dan asites. Bila pasien
mendapatkan diuretika, garam natrium dapat diberikan lebih leluasa.
7) Mudah dicerna dan tidak merangsang.
8) Bahan makanan yang mengandung gas dihindarkan.
9) Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontra indikasi.
10) Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah atau makan biasa
sesuai kemampuan saluran cerna.

c. Beberapa pantangan yan harus dihindari antara lain :

1) Semua makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging kambing dan
babi, jerohan, otak, es krim, susu full cream, keju, mentega / margarine,
minyak serta makanan bersantan seperti gulai, kare atau gudeg.
2) Makanan yang dikalengkan seperti sarden dan korned.
3) Kue atau camilan berlemak, seperti kue tart, gorengan, fast food.
4) Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merah, kol, sawi,
lobak, mentimun, durian, nangka.
5) Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica, cuka, jahe.
6) Minuman yang mengandung alkohol dan soda.

d. Bahan makanan yang baik dikonsumsi untuk penderita Hepatitis berupa :

1) Sumber hidrat arang seperti nasi, havermout, roti putih, umbi-umbian.


2) Sumber protein seperti telur, ikan, daging, ayam, tempe, tahu, kacang hijau,
sayuran dan buah-buahan yang tidak menimbulkan gas.
3) Makanan yang mengandung hidrat arang tinggi dan mudah dicerna seperti
gula-gula, sari buah, selai, sirup, manisan dan madu.

Bagi penderita Hepatitis, terapi diet sangat penting untuk dilakukan.


Kandungan gizi pada terapi diet penderita Hepatitis berbeda-beda tergantung pada
kondisi penderita. Total kalori yang diberikan juga berbeda, tergantung berat
badan dan aktifitas penderita. Selain itu, pada umumnya kurang baik jika terlalu
banyak mengurangi lemak kecuali kebutuhan protein dan natrium yang
dibutuhkan di dalam diet.

e. Ada beberapa macam terapi diet untuk penderita Hepatitis, yakni :

1) Diet Hati I

Diet Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau bila prekoma sudah
dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan. Melihat keadaan
pasien, makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein
dibatasi (30 g/hari) dan lemak diberikan dalam bentuk mudah dicerna. Formula
enteral dengan asam amino rantai cabang Branched Chain Amino Acid/BCAA
yaitu leusin, isoleusin dan valin dapat digunakan. Bila ada asites dan diuresis
belum sempurna, pemberian cairan maksimal 1 liter/hari. Makanan ini karena itu
sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi garam
atau air, makanan diberikan secara Diet Hati I Garam Rendah. Bila ada asites
hebat dan tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan Diet Garam Rendah I.
Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per oral juga diberikan
makanan parenteral berupa cairan glukosa.

2) Diet Hati II

Diet Hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati I kepada
pasien yang nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien, makanan diberikan
dalam bentuk lunak atau biasa. Protein diberikan 1 g/Kg BB dan lemak sedang
(20-25% dari kebutuhan energi total) dalam bentuk yang mudah dicerna.
Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A,C tetapi kurang
kalsium dan tiamin. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan
sebagai Diet Hati II Garam Rendah. Bila asites hebat dan diuresis belum baik diet
mengikuti pola diet Garam Rendah I.

3) Diet Hati III

Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II atau kepada
pasien Hepatitis akut (Hepatitis Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) dan sirosis
hati yang nafsu makannya telah baik, telah dapat menerima protein, dan tidak
menunjukkan gejala sirosis hati aktif. Menurut kesanggupan pasien, makanan
diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini mengandung cukup energi,
protein, lemak, mineral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat. Menurut beratnya
retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati II Garam Rendah I.

f. Kelompok makanan sehari-hari secara praktis, dapat dibagi menjadi 3 kelompok :

1) Kelompok kuning, makanan yang digunakan sebagai sumber energi seperti


nasi, kentang, minyak, gula dan kue. Asupan makanan dari kelompok ini harus
ditetapkan jumlahnya perhari.
2) Kelompok hijau, kelompok makanan yang harus dimakan sesuai kebutuhan.
Contohnya sayur-sayuran dan buah-buahan. Karena mengandung serat,
makanan ini bisa mencegah sembelit. Makanan ini mengandung pula vitamin
dan mineral.
3) Kelompok merah, terdiri atas makanan banyak protein misalnya daging, telur,
ikan dan lain-lain. Konsumsi makanan kelompok ini harus berhati-hati karena
bila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan mengakibatkan peningkatan
kadar amonia dalam darah.
DAFTAR PUSTAKA

Aguslina, S., 1997, Hepatitis B Ditinjau dari kesehatan Masyrakat dan Upaya Pencegahan.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan), Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung.,
Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Depkes RI, 2002, Imunisasi Hepatitis B, Jakarta.
Aguslina, S., 1997, Hepatitis B Ditinjau dari kesehatan Masyrakat dan Upaya Pencegahan.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

Depkes RI, 2002, Imunisasi Hepatitis B, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai