Anda di halaman 1dari 8

Artikel konseptual

Problematika dalam Pendidikan Jasmani

Zalikal Ilham

Abstrak

Karya ilmiah ini membahas mengenai permasalahan Pendidikan di Indonesia dilihat dari
sudut pandang dimensi sarana dan prasarana. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana, Pada era
persaingan global yang terus berkembang seiring ruang dan waktu menuntut pendidikan yang
berkualitas. Pendidikan berkualitas yang mampu menjawab tantangan perubahan dan yang
mampu membawa perubahan dalam berbagai dimensi kehidupan. Untuk menjamin
tercapainya tujuan tersebut, pemerintah menetapkan setiap satuan pendidikan wajib
memenuhi Standar Sarana dan Prasarana.

Kata Kunci : Pemerintah, Sarana Prasarana, Pendidikan


PENDAHULUAN
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan,
media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan
lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat
lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan, Pasal 1 Ayat (9) bahwa Standar Sarana dan Prasarana adalah kriteria mengenai
ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel
kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi. Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
PEMBAHASAN
Menurut Mulyasa (2003: 49), sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang
secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar
mengajar, seperti gedung, ruangan kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.
Dengan demikian sarana pendidikan akan berperan baik ketika penggunaan sarana tersebut
dilakukan oleh tenaga pendidik yang bersangkutan secara optimal. Barnawi (2012: 47-48),
berpendapat bahwa prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang
secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu
sarana dan prasarana pendidikan adalah satu kesatuan pendukung terlaksanakannya proses
belajar dan mengajar dengan baik dan optimal. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan
salah satu sumber daya yang penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran di
sekolah, untuk itu perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan dan pengelolaannya,
agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Sebagaimana ditetapkan dalam UU sisdiknas No
20/2003 Bab XII pasal 45 ayat 1 dijelaskan bahwa : “Setiap satuan pendidikan formal dan
nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial,
emosional, dan kejiwaan peserta didik”.

Pengertian dan Fungsi Pendidikan


Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina dan membentuk
kepribadiandnya sesuai dengan nilainilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Pengertian
pendidikan terus mengalami perkembangan, meskipun secara essensial tidak jauh berbeda.
Menurut Ahmad D. Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh
si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama. Lebih jauh dikemukakan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam
pendidikan adalah: a) usaha (kegiatan) usaha itu bersifat bimbinan (pimpinan atau
pertolongan) dan dilakukan secara sadar, b) ada pendidik, pembimbing atau penolong, c) ada
yang didik atau si terdidik, d) bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan, e) dalam usaha itu
tentu ada alat-alat yang dipergunakan. Sementara dalam Undang-undang Sisdiknas
dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara.
Problematika Pendidikan

Problematika adalah berasal dari akar kata bahasa Inggris “problem” artinya, soal, masalah
atau teka-teki. Juga berarti problematik, yaitu ketidak tentuan.

Tentang pendidikan banyak definisi yang berbagai macam, namun secara umum ada yang
mendefinisikan bahwa, pendidikan adalah suatu hasil peradaban sebuah bangsa yang
dikembangkan atas dasar suatu pandangan hidup bangsa itu sendiri, sebagai suatu
pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang yang
menyebabkan mereka berkembang.

Kesenjangan Pendidikan

Pendidikan di Indonesia masih menunjukkan kualitas yang rendah. Hal ini berangkat dari
asumsi bahwa dianggap kurang seriusnya peran serta Pemerintah dan pihak terkait lainnya
memperhatikan bidang pendidikan. Kemajuan peradaban suatu bangsa salah satunya yang
dinilai adalah pendidikan. Pendidikan merupakan modal dasar untuk kemajuan suatu bangsa.
Kesenjangan-kesenjangan yang masih terjadi dalam pendidikan Indonesia seperti: sarana
prasarana.

1) Sarana Prasarana

Kualitas pendidikan antara sekolah yang di kota dan daerah terpencil masih terdapat
kesenjangan cukup besar. Sering kita lihat secara langsung maupun lewat pemberitaan
dimedia televisi, media sosial lainnya dan surat kabar bahwasanya kondisi sekolah di
pedesaan dan daerah terpencil masih jauh dari kata layak. Misalnya kondisi bangunan yang
rapuh bahkan hampir runtuh ditambah atap yang bocor disaat musin hujan sehingga kegiatan
proses belajar mengajar sering terkandala. Persoalan sarana dan prasarana menjadi persoalan
yang krusial dalam perbaikan dan pembangunan sistem pendidikan di Indonesia. Kerusakan
sarana prasana pendidikan seperti ruang kelas, perpustakaan dan laboratorium yang tidak
menunjang proses pembelajaran kondusif menjadi faktor utama yang mempengaruhi
keberhasilan penyelenggaraan pendidikankarena proses pendidikan berlangsung tidak efektif.
Bantuan Pemerintah seperti rehab ruangan kelas belum menjangkau secara keseluruhan.
Prosesnya hanya bagian tertentu saja seperti atap dan pengecatan. Kesenjangan lainnya juga
pada jumlah dan ketersediaan buku, ketersediaan buku di daerah perkotaan, daerah terpencil
maupun perbatasan masih terjadi kesenjangan baik dari segi jumlah ketersediaan dan kualitas
buku. Ketersediaan buku merupakan penunjang pendidikan yang sangat penting karena hal
ini akan menunjang keberhasilan proses pendidikan. Pembenahan pendidikan tidak terlepas
dari ketercukupan dana dan pengelolaan yang baik. Masyarakat berharap banyak dengan
pemberlakuan otonomi pendidikan sebagai salah satu kebijakan pendidikan nasional dapat
terlaksana dengan baik dan terarah. Otonomi pendidikan diharapkan menghasilkan sistem
pendidikan yang terbuka, lebih mandiri.

Komponen Sarana dan Prasarana Pendidikan

a. . Lahan

Lahan yang di perlukan untuk mendirikan sekolah harus disertai dengan tanda bukti
kepemilikan yang sah dan lengkap (sertifikat), adapun jenis lahan tersebut harus memenuhi
beberapa kriteria antara lain :

a. Lahan terbangun adalah lahan yang diatasnya berisi bangunan.

b. Lahan terbuka adalah lahan yang belum ada bangunan diatasnya.

c. Lahan kegiatan praktek adalah lahan yang di gunakan untuk pelaksanaan kegiatan praktek.

d. Lahan pengembangan adalah lahan yang di butuhkan untuk pengembangan bangunan dan
kegiatan praktek. Lokasi sekolah harus berada di wilayah pemukiman yang sesuai dengan
cakupan wilayah sehingga mudah di jangkau dan aman dari gangguan bencana alam dan
lingkungan yang kurang baik.

b. . Ruang

Secara umum jenis ruang di tinjau dari fungsinya dapat di kelompokkan dalam :

a. Ruang pendidikan

Ruang pendidikan berfungsi untuk menampung proses kegiatan belajar mengajar teori dan
praktek antara lain : ruang perpustakaaan, ruang laboratorium, ruang kesenian, ruang olah
raga, dan ruang keterampilan.

b. Ruang administrasi

Ruang administrasi berfungsi untuk melaksanakan berbagai kegiatan kantor. Ruang


administrasi terdiri dari : ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang guru, dan gudang.

c. Ruang penunjang
Ruang penunjang berfungsi untuk menunjang kegiatan yang mendukung proses kegiatan
belajar mengajar antara lain : ruang ibadah, ruang serbaguna, ruang koperasi sekolah, ruang
UKS, ruang OSIS, ruang WC / kamar mandi, dan ruang BP.

c. Perabot

Secara umum perabot sekolah mendukung 3 fungsi yaitu : fungsi pendidikan, fungsi
administrasi, dan fungsi penunjang. Jenis perabot sekolah di kelompokkan

menjadi 3 macam :

a. Perabot pendidikan adalah semua jenis mebel yang di gunakan untuk proses kegiatan
belajar mengajar.

b. Perabot administrasi adalah perabot yang di gunakan untuk mendukung kegiatan kantor.

c. Perabot penunjang perabot yang di gunakan atau di butuhkan dalam ruang penunjang.
Seperti perabot perpustakaan, perabot UKS, perabot OSIS.

d. Alat Dan Media Pendidikan

Setiap mata pelajaran sekurang – kurangnya memiliki satu jenis alat peraga praktek yang
sesuai dengan keperluan pendidikan dan pembelajaran, sehingga dengan demikian proses
pembelajaran tersebut akan berjalan dengan optimal.

e. Buku Atau Bahan Ajar

Bahan ajar adalah sekumpulan bahan pelajaran yang di gunakan dalam kegiatan proses
belajar mengajar.

Kesimpulan
Pentingnya Sarana dan Prasarana di Sekolah Sekolah merupakan lembaga sosial yang
keberadaannya merupakan bagian dari sistem sosial bangsa yang bertujuan untuk mencetak
manusia susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab, beriman, bertaqwa, sehat jasmani
dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian yang mantap dan
mandiri. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka dibutuhkan kurikulum yang kuat, baik
secara infrastruktur maupun suprastruktur. Kurikulum ini nantinya yang akan digunakan
sebagai pedoman dalam melaksanakan seluruh kegiatan pembelajaran, khususnya interaksi
antar pendidik dengan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai pendidik
dituntut untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran yang menarik dan bermakna sehingga
prestasi yang dicapai dapat sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Daftar pustaka

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1999), hlm. 3
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 (UU RI Nomor 20 Tahun 2003),
Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hlm. 2
Arifin, M. & Barnawi. 2012. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah. Jogjakarta. Ar-
Ruzz.
Depdiknas. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Depdiknas 2005. hlm. 3.
E. Mulyasa. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Cet. VII,
hlm. 49

Anda mungkin juga menyukai